Pengaruh Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Belanja Modal sebagai variabel intervening studi empiris di Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara
PENGARUH DANA ALOKASI UMUM DAN DANA ALOKASI
KHUSUS TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI
DAN BELANJA MODAL SEBAGAI VARIABEL
INTERVENING PADA KABUPATEN / KOTA
DI PROVINSI SUMATERA UTARA
TESIS
Oleh
NONI HILWA MUIS
087017110/Akt
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2012
(2)
PENGARUH DANA ALOKASI UMUM DAN DANA ALOKASI
KHUSUS TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI
DAN BELANJA MODAL SEBAGAI VARIABEL
INTERVENING PADA KABUPATEN / KOTA
DI PROVINSI SUMATERA UTARA
TESIS
Diajukan Sebagai Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Akuntansi pada Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara
Oleh
NONI HILWA MUIS
087017110/Akt
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2012
(3)
Judul Tesis : PENGARUH DANA ALOKASI UMUM, DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAN BELANJA MODAL SEBAGAI VARIABEL INTERVENING PADA KABUPATEN / KOTA DI PROVINSI SUMATERA UTARA
Nama Mahasiswa : Noni Hilwa Muis Nomor Pokok : 087017110 Program Studi : Akuntansi
Menyetujui Komisi Pembimbing,
(Prof. Erlina, SE, Msi, PhD, Ak) (Dra. Sri Mulyani, MBA, Ak)
Ketua Anggota
Ketua Program Studi, Direktur,
(Prof.Dr.Ade Fatma Lubis, MAFIS,MBA,CPA, Ak)(Prof.Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE)
(4)
Telah diuji pada
Tanggal : 19 Januari 2012
PANITIA PENGUJI TESIS :
Ketua : Prof. Erlina, SE, M. Si, PhD, Ak Anggota : 1. Dra. Sri Mulyani, MBA, Ak
2. Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, CPA, Ak 3. Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M. Si, Ak
(5)
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan tesis yang berjudul :
“ PENGARUH DANA ALOKASI UMUM, DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DENGAN BELANJA MODAL SEBAGAI VARIABEL INTERVENING STUDI EMPIRIS PADA KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI SUMATERA UTARA”.
Adalah benar hasil kerja saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun sebelumnya. Sumber – sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara benar dan jelas.
Medan. Desember 2011 Yang membuat pernyataan
(6)
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini dilakukan untuk memperoleh bukti empiris dan menganalisis pengaruh Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus terhadap Pertumbuhan Ekonomi melalui Belanja Modal sebagai variabel intervening.
Populasi penelitian ini sejumlah 33 pemerintah daerah kabupaten dan kota di Provinsi Sumatera Utara, dan yang memenuhi kriteria disertakan sebagai anggota sampel sejumlah 25 pemerintah daerah kabupaten/kota. Data pengamatan selama 4 tahun (2005 – 2008) sehingga analisis amatan menjadi 100. Sumber data penelitian ini berasal dari Badan Pusat Statistik tentang Laporan Tahunan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Pengujian hipotesis dilakukan dengan analisis jalur.
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa Dana Alokasi Umum berpengaruh langsung terhadap Pertumbuhan Ekonomi, Dana Alokasi Khusus berpengaruh terhadap Pertumbuhan Ekonomi melalui Belanja Modal. Dana Alokasi Khusus berpengaruh langsung terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan berpengaruh terhadap Pertumbuhan Ekonomi melalui Belanja Modal.
Kata Kunci : Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, Belanja Modal, Pertumbuhan Ekonomi.
(7)
ABSTRACT
The purpose of this research is conducted to obtain empirical evidence and analyze the influence of the General Allocation Fund, Special Allocation Fund of Economic Growth through Capital Expenditure as an intervening variable.
The research population of 33 local government districts and cities in North Sumatera Province, and who meet the criteria included as a member of a sample of 25 local government districts. Observation data for 4 years (2005-2008) so that analysis of observations to 100. Sources of research data is derived from the Central Bureau of Statistics on Annual Reports of Actual Revenues and Expenditures Budget (APBD). Hypothesis testing done with path analysis.
Research results show that the general allocation fund directly influence the Economis Growth, special allocation funds affect the Economic Growth through capital expenditure. special allocation funds affect the economic growth through the capital expenditure the general allocation fund directly influence the economic growth, special allocation fund has direct influence to economic growth and influence to economic growth through capital expenditure.
Keywords: General Allocation Fund, Special Allocation Fund, Capital Expenditures, Economic Growth
(8)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah azza wa jalla rabb semesta alam, serta shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah keharibaan Rasulullah S.A.W, keluarga dan para sahabatnya. Berkat rahmat, karunia, dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis yang berjudul “Pengaruh Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Belanja Modal sebagai variabel intervening studi empiris di Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara”. Penyusunan tesis ini merupakan tugas akhir untuk mencapai derajat Strata Dua (S2) pada Sekolah Pascasarjana Magister Akuntansi, Universitas Sumatera Utara.
Dalam penulisan tesis ini penulis mengalami berbagai macam kesulitan dan kendala, namun penulis menyadari tugas ini dapat diselesaikan atas bantuan moril maupun materil dari berbagai pihak. Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM & H.M.Sc (CTM), Sp.A(k), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, CPA, selaku Ketua Program Studi Magister Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara sekaligus
(9)
sebagai dosen pembanding yang telah banyak memberikan saran dan kritik untuk perbaikan sehingga selesainya tesis ini.
4. Ibu Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak, selaku Sekretaris Program Magister Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara sekaligus sebagai dosen pembanding yang telah banyak memberikan saran dan kritik untuk perbaikan sehingga selesainya tesis ini.
5. Ibu Prof. Erlina, SE, M.Si, Ph.D, Ak selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan arahan, bimbingan dan saran dalam proses penelitian dan penulisan untuk menyusun tesis ini.
6. Ibu Dra. Sri Mulyani, MBA, Ak, selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan arahan, bimbingan dan saran dalam proses penelitian dan penulisan untuk menyusun tesis ini.
7. Bapak Drs. Zainul Bahri Torong, M.Si, Ak selaku dosen pembanding yang telah banyak memberikan saran dan kritik untuk perbaikan sehingga selesainya tesis ini.
8. Kedua orang tua tercinta dan tersayang H. Abdul Muis, SH, MS dan Hj. Latifah Azizah yang telah memberikan dukungan, doa, cinta dan kasih sayang kepada Penulis sehingga penulis dapat meyelesaikan tesis ini.
9. Saudara penulis terkasih Kakanda Salwa Sylvia, SH, SpN dan dr. H. Iqbal Pahlevi Ade Putra Nasution, SpBA, Kakanda Najwa Muis, SH, MKN dan Riza Fahri, SE serta Adinda Penulis dr. Taqwa Unaira yang selalu menyemangati yang telah
(10)
memberikan dukungan, doa, cinta dan kasih sayang yang tiada hentinya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan Sekolah Pascasarjana ini.
10.Keponakan yang sangat special bagi Penulis Sofia, Izzan, Iqsya, Zahwa dan Sulthan, all of them very important for me.
11.Seluruh staf sekolah pascasarjana yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu Jasa mereka semua tidak dapat dinilai, penulis tidak dapat membalasnya, dan dengan ketulusan serta keikhlasan do’a yang penulis panjatkan semoga Allah Subhanahu Wa Ta’ala memberikan balasan pahala yang berlipat ganda atas segala perhatian dan bantuan yang telah diberikan. Akhirnya penulis menyadari dengan kemampuan dan pengetahuan yang sangat terbatas, penulisan ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif demi kesempurnaan tesis ini, dan semoga dapat bermanfaat bagi penulis serta berbagai pihak yang memerlukannya.
Medan, 10 Februari 2012 Penulis,
(11)
RIWAYAT HIDUP
1. Nama : NONI HILWA MUIS
2. Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 21 Juli 1983
3. Alamat : Jl. Fraksi – A No. 23 Komp. DPRD TKT I Medan
4. Agama : Islam
5. Jenis Kelamin : Perempuan
6. Pendidikan :
a. Lulus SD Negeri No. 060866 Medan . b. Lulus SMP Negeri 11 Medan.
c. Lulus SMU Negeri 3 Medan.
d. Lulus D3 Administrasi Perpajakan FISIP USU Medan. d. Lulus Sarjana (S1) Universitas Sumatera Utara Medan.
(12)
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK... i
ABSTRACT... ii
KATA PENGANTAR... iii
RIWAYAT HIDUP... vi
DAFTAR ISI……….. vii
DAFTAR TABEL………. x
DAFTAR GAMBAR……… xi
DAFTAR LAMPIRAN... xii
BAB I PENDAHULUAN………... 1
1.1. Latar Belakang Penelitian………..…. 1
1.2. Rumusan Masalah Penelitian………..………… 7
1.3. Tujuan Penelitian……….... 7
1.4. Manfaat Penelitian……….. 7
1.5. Originalitas Penelitian……….… 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA………. 9
2.1. Landasan Teori……… 9
2.1.1. Pengertian dan unsur – unsur APBD………... 9
2.1.2. Klasifikasi APBD....……… 10
2.1.2.1. Pendapatan Daerah………...… 11
2.1.2.2. Belanja Daerah...………. 13
2.1.2.3. Pembiayaan Daerah…...…... 14
2.1.3. Dana Alokasi Umum...……... 15
2.1.3.1. Formulasi Dana Alokasi Umum... 16
2.1.3.2. Variabel Dana Alokasi Umum... 16
2.1.4. Dana Alokasi Khusus………... 17
(13)
2.1.4.2. Dana Pendamping... 19
2.1.5. Belanja Modal...………. 19
2.1.6. Pertumbuhan Ekonomi...……. 22
2.1.7. Pengaruh DAU dan DAK terhadap Pertumbuhan Ekonomi dengan Belanja Modal sebagai Variabel Intervening... 26
2.2. Review Peneliti Terdahulu (Theoretical Mapping)……….. 26
BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS………... 32
3.1. Kerangka Konsep... 32
3.2. Hipotesis Penelitian………. 33
BAB IV METODE PENELITIAN………..………... 34
4.1. Jenis Penelitian………. 34
4.2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian……….. 34
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian………... 35
4.4. Metode Pengumpulan Data………. 37
4.5. Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel…………. 37
4.6. Model dan Teknik Analisis Data………. 39
4.6.1. Perumusan Model....………... 39
4.6.2. Uji Asumsi Klasik...………... 40
4.6.2.1. Uji Normalitas... 41
4.6.2.2. Uji Multikolinearitas………... 41
4.6.2.3. Uji Heterokedastisitas... 41
4.6.2.4. Uji Autokorelasi... 42
4.7. Pengujian Hiotesis...………... 42
4.7.1. Uji Signifikansi Simultan (Uji-F)... 43
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 44
5.1. Hasil Penelitian... 44
5.1.1. Deskriptif Sampel Penelitian... 44
(14)
5.2. Uji Asumsi Klasik... 47
5.2.1. Uji Normalitas... 47
5.2.2. Uji Multikolinearitas... 48
5.2.3. Uji Heterokedastisitas... 49
5.2.4. Uji Autokorelasi... 51
5.3. Uji Hipotesis Penelitian... 52
5.4. Pembahasan... 55
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 59
6.1. Kesimpulan... 59
6.2. Keterbatasan Penelitian... 60
6.3. Saran... 60
(15)
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
2.1. Review Peneliti Terdahulu………. 30
4.1. Populasi dan Sampel Penelitian………. 36
4.2. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel………. 39
5.1. Statistik Deskriptif………. 45
5.2. Nilai Tolerance dan VIF Model...…………. 49
5.3. Uji Park Model... 50
5.4. Uji Statistik Durbin Watson Model ... 51
5.5. Ringkasan Uji Hipotesis... 53
(16)
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
3.1. Kerangka Konseptual………. 32
5.1. Histogram Uji Normalitas Data Model ...… 47
5.2. Normal P-P Pot Model Regresi...………….. 48
5.3. Scatterplot... 50
(17)
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1. Data Realisasi DAU Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara……. 64
2. Data Realisasi DAK Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara... 65
3. Data Realisasi BM Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara... 66
4. Data Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota Provinsi SUMUT... 67
5. Deskriptif Statistik... 68
6. Collinearity Statistics (Tolerance dan VIF)... 69
7. Regresi Model DAU, DAK terhadap PE melalui BM... 70
(18)
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini dilakukan untuk memperoleh bukti empiris dan menganalisis pengaruh Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus terhadap Pertumbuhan Ekonomi melalui Belanja Modal sebagai variabel intervening.
Populasi penelitian ini sejumlah 33 pemerintah daerah kabupaten dan kota di Provinsi Sumatera Utara, dan yang memenuhi kriteria disertakan sebagai anggota sampel sejumlah 25 pemerintah daerah kabupaten/kota. Data pengamatan selama 4 tahun (2005 – 2008) sehingga analisis amatan menjadi 100. Sumber data penelitian ini berasal dari Badan Pusat Statistik tentang Laporan Tahunan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Pengujian hipotesis dilakukan dengan analisis jalur.
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa Dana Alokasi Umum berpengaruh langsung terhadap Pertumbuhan Ekonomi, Dana Alokasi Khusus berpengaruh terhadap Pertumbuhan Ekonomi melalui Belanja Modal. Dana Alokasi Khusus berpengaruh langsung terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan berpengaruh terhadap Pertumbuhan Ekonomi melalui Belanja Modal.
Kata Kunci : Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, Belanja Modal, Pertumbuhan Ekonomi.
(19)
ABSTRACT
The purpose of this research is conducted to obtain empirical evidence and analyze the influence of the General Allocation Fund, Special Allocation Fund of Economic Growth through Capital Expenditure as an intervening variable.
The research population of 33 local government districts and cities in North Sumatera Province, and who meet the criteria included as a member of a sample of 25 local government districts. Observation data for 4 years (2005-2008) so that analysis of observations to 100. Sources of research data is derived from the Central Bureau of Statistics on Annual Reports of Actual Revenues and Expenditures Budget (APBD). Hypothesis testing done with path analysis.
Research results show that the general allocation fund directly influence the Economis Growth, special allocation funds affect the Economic Growth through capital expenditure. special allocation funds affect the economic growth through the capital expenditure the general allocation fund directly influence the economic growth, special allocation fund has direct influence to economic growth and influence to economic growth through capital expenditure.
Keywords: General Allocation Fund, Special Allocation Fund, Capital Expenditures, Economic Growth
(20)
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian
Sejak “big bang decentralization” yang menandai era baru pemerintahan pasca-orde baru, pemerintah pusat tetap memainkan peranan penting dalam mendukung pelaksanaan urusan pemerintahan yang telah dialihkan ke pemerintah daerah. Khususnya dalam hal keuangan, pemerintah pusat bertanggung jawab menjaga keseimbangan alokasi dana antar daerah. Untuk itu, Pemerintah Pusat melakukan transfer dana perimbangan ke anggaran belanja dan pendapatan daerah (APBD) melalui beberapa mekanisme, baik berupa dana alokasi umum (DAU), dana
alokasi khusus (DAK), dan belanja modal (BM).
Dampak pelaksanaan otonomi daerah adalah tuntutan terhadap pemerintah dalam menciptakan good governance sebagai prasyarat dengan mengedepankan akuntanbilitas dan transparansi. Lingkup anggaran menjadi relevan dan penting di lingkungan pemerintah daerah karena terkait dengan dampak anggaran terhadap kinerja pemerintah, sehubungan dengan fungsi pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Selanjutnya, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) akan mengawasi kinerja pemerintah melalui anggaran. Bentuk pengawasan ini sesuai dengan agency theory yang mana pemerintah daerah sebagai agen dan
(21)
DPRD sebagai prinsipal. Hal ini menyebabkan penelitian di bidang anggaran pada pemerintah daerah menjadi relevan dan penting.
Secara umum, dana perimbangan menyerupai dana Inpres (Instruksi Presiden) yang dikembangkan di masa pemerintahan orde baru.Memasuki era baru desentralisasi pada 2001, pemerintah pusat tetap memainkan peranan penting dalam mendukung pelaksanaan urusan pemerintahan yang didesentralisasikan ke pemda kabupaten / kota. Dalam hal keuangan misalnya, pemerintah pusat secara khusus bertanggung jawab menjaga keseimbangan alokasi dana antar daerah. Untuk itu, pemerintah pusat melakukan transfer dana ke daerah melalui beberapa mekanisme, seperti dana alokasi umum (DAU), dana alokasi khusus (DAK), dan dana bagi hasil (DBH). Tujuan transfer dana perimbangan adalah, antara lain, untuk mengurangi kesenjangan fiskal antara pusat dan daerah, serta antar daerah, dan mengurangi kesenjangan pelayanan publik antar daerah.
Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), anggaran sektor publik pemerintah daerah sebenarnya merupakan output pengalokasian sumberdaya dan pengalokasian sumberdaya merupakan permasalahan yang mendasar dalam penganggaran sektor publik. Keterbatasan sumberdaya sebagai akar masalah utama dalam pengalokasian anggaran sektor publik dapat diatasi dengan pendekatan ilmu ekonomi melalui berbagai teori. Tuntutan untuk mengubah struktur belanja menjadi semakin kuat, khususnya pada daerah-daerah yang mengalami kapasitas fiskal rendah (Halim,2001).
(22)
yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan keuangan antar daerah untuk membiayai kebutuhan pengeluarannya dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. DAU suatu daerah ditentukan atas besar kecilnya celah fiskal suatu daerah, yang merupakan selisih antara kebutuhan daerah dan potensi daerah. Pembangunan sarana dan prasarana oleh pemerintah daerah berpengaruh positif pada pertumbuhan ekonomi. Dengan ditambahkannya infrastruktur dan perbaikan struktur yang ada oleh pemerintah daerah, diharapkan akan memacu pertumbuhan ekonomi daerah.
Dana Alokasi Khusus (DAK) merupakan dana yang bersumber dari APBN, yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu pendanaan kegiatan khusus yang merupakan bagian dari prioritas nasional dan merupakan urusan daerah. Kesenjangan antar daerah kabupaten / kota sering kali menjadi permasalahan yang serius. Beberapa daerah dapat mencapai pertumbuhan ekonomi yang signifikan, sementara beberapa daerah lainnya mengalami pertumbuhan ekonomi yang lambat. Hal ini merupakan fenomena sebab adanya ketimpangan pendistribusian pembagian pendapatan dari provinsi kepada daerah. DAK sepenuhnya digunakan untuk belanja modal untuk kepentingan publik. Konsekuensi akibat penyerahan kewenangan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah mengakibatkan perlunya perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah yang menyebabkan terjadinya transfer yang cukup signifikan di dalam APBN dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah, dan pemerintah daerah secara leluasa dapat menggunakan dana tersebut untuk memberi pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat atau untuk keperluan lain yang mungkin tidak penting.
(23)
Pemerintah daerah mengalokasikan anggaran belanja modalnya di dalam APBD untuk melaksanakan rencana pembangunan di daerah dalam bentuk proyek-proyek dari berbagai sektor pembangunan dengan tujuan untuk melakukan investasi dan diharapkan benar-benar langsung menyentuh sektor ekonomi produktif masyarakat dan pertumbuhan ekonomi di daerah. APBD merupakan instrument kebijakan yang dijalankan pemerintah daerah untuk menentukan arah dan tujuan pembangunan. Instrumen ini diharapkan berfungsi sebagai salah satu komponen pemicu tumbuhnya perekonomian suatu daerah. Pengalokasian dana belanja modal untuk kesejahteraan khususnya di bidang pendidikan,diharapkan lebih besar untuk kemajuan daerah dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Belanja modal ini dapat berupa pembangunan gedung,sarana dan prasarana yang memadai untuk kenyamanan bersekolah.Jadi,yang dipikirkan saat ini bukan hanya alokasi tinggi bagi kemajuan bangsa yang dilihat dari kekayaan, melainkan juga pengalokasian dana yang lebih tinggi bagi belanja untuk peningkatan kesejahteraan. Saat ini yang terjadi,belanja modal total untuk gedung, peralatan dan kenderaan bermotor meliputi lebih dari setengah total belanja modal pemerintah daerah secara keseluruhan (World Bank, 2006).
Pergeseran komposisi belanja merupakan upaya logis yang dilakukan pemerintah daerah setempat dalam rangka meningkatkan tingkat kepercayaan publik. Pergesaran ini ditujukan untuk peningkatan investasi modal dalam bentuk aset tetap, yakni peralatan, bangunan, infrastruktur, dan harta tetap lainnya. Semakin tinggi tingkat investasi modal diharapkan mampu meningkatkan kualitas layanan publik,
(24)
karena aset tetap yang dimiliki sebagai akibat adanya anggaran belanja modal merupakan prasyarat utama dalam memberikan pelayanan publik oleh pemerintah daerah.
Fenomena yang terdapat pada struktur APBD kabupaten / kota di Indonesia yaitu pada sisi pendapatan terdapat ketergantungan yang cukup tinggi terhadap peranan pemerintah pusat. Perkembangan pertumbuhan ekonomi di Sumatera Utara menunjukkan perkembangan yang positif dari tahun 2006 - 2009. (Lampiran 4). Pertumbuhan ekonomi yang dimaksudkan di sini adalah pertumbuhan ekonomi yang tercermin dari PDRB per kapita berdasarkan harga konstan. Sementara untuk dana alokasi umum tahun 2006 besarnya DAU sebesar 5.9% dari DAU 33 provinsi yang ada di Indonesia. Pada tahun 2007 besarnya DAU yang diakokasikan sebesar 6% dari total DAU yang dikucurkan di Indonesia. Hal tersebut menunjukkan perkembangan DAU yang terus meningkat untuk Kabupaten/Kota di Sumatera Utara
Besarnya proporsi tersebut memberikan satu petunjuk bahwa pembangunan perekonomian daerah sangat dipengaruhi oleh posisi anggaran pusat. Dengan diberlakukannya undang Nomor 22 tahun 1999 yang diubah dengan undang-undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang-undang nomor 25 tahun 1999 yang diubah dengan undang-undang No. 33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah, maka terjadi pelimpahan kewenangan dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah.
(25)
Penelitian ini menguji pengaruh dana alokasi umum dan dana alokasi khusus terhadap pertumbuhan ekonomi dan belanja modal sebagai variabel intervening pada Pemko/Pemkab Sumatera Utara dan merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Husni (2011) yang meneliti Pengaruh dana alokasi umum, dana alokasi khusus terhadap peningkatan pendapatan asli daerah dengan belanja modal sebagai variabel intervening. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah : Variabel penelitian terdahulu adalah dana alokasi umum, dana alokasi khusus, pendapatan asli daerah dan belanja modal. Sedangkan pada penelitian ini, variabel independennya adalah dana alokasi umum dan dana alokasi khusus sementara variabel dependennya adalah pertumbuhan ekonomi. Sampel penelitian terdahulu adalah Kabupaten dan kota Banda Aceh dalam kurun waktu tahun 2004 – 2007. Namun dalam penelitian saat ini pengambilan sampel adalah 25 kabupaten dan kota di Provinsi Sumatera Utara dalam kurun waktu 2005 – 2008.
1.2.Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah penelitian adalah : Apakah ada pengaruh dana alokasi umum, dana alokasi khusus terhadap pertumbuhan ekonomi dan belanja modal sebagai variabel intervening?.
(26)
Tujuan dari penelitian ini adalah : Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh dana alokasi umum, dana alokasi khusus terhadap pertumbuhan ekonomi dan belanja modal sebagai variabel intervening.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
a. Bagi Peneliti, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalam akuntansi sektor publik khususnya tentang dana alokasi umum, dan dana alokasi khusus, belanja modal dan pertumbuhan ekonomi, serta di sisi lain berguna untuk pemahaman metode penelitian.
b. Bagi Pemerintah Daerah, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi pemerintah daerah kabupaten/kota di provinsi sumatera utara dalam pengambilan kebijakan ekonomi agar kebijakan tersebut dapat disosialisasikan di masyarakat dan tidak berefek negatif bagi pelaku-pelaku ekonomi yang ada di lingkungan pemerintah kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara.
c. Bagi akademisi dan peneliti lanjutan, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan rujukan dalam melakukan penelitian selanjutnya.
(27)
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Husni (2011) yang meneliti pengaruh dana alokasi umum, dana alokasi khusus terhadap peningkatan pendapatan asli daerah dengan belanja modal sebagai variabel intervening Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah :
1. Variabel peneliti terdahulu adalah dana alokasi umum, dana alokasi khusus, pendapatan asli daerah dan belanja modal. Sedangkan pada penelitian ini variabel independennya adalah dana alokasi umum dan dana alokasi khusus. Variabel dependennya adalah pertumbuhan ekonomi dengan variabel intervening belanja modal.
2. Sampel penelitian terdahulu adalah Kabupaten dan Kota Banda Aceh dalam kurun waktu tahun 2004 – 2007. Namun dalam penelitian saat ini pengambilan sampel adalah 18 Kabupaten dan 7 Kota di Provinsi Sumatera Utara dalam kurun waktu 2005 – 2008.
(28)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori
Dalam Bab ini akan dibahas lebih jauh mengenai Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK) yang mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi melalui Belanja Modal sebagai variabel intervening. Menjabarkan teori-teori yang melandasi penelitian ini dengan referensi atau keterangan tambahan yang
dikumpulkan selama penelitian
2.1.1. Pengertian dan unsur-unsur APBD
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan wujud pengelolaan keuangan daerah yang berdasarkan UU No.17 Tahun 2003 merupakan rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).Penyusunan APBD memperhatikan adanya keterkaitan antara kebijakan perencanaan dengan penganggaran oleh pemerintah daerah serta sinkronisasi dengan berbagai kebijakan pemerintah pusat dalam perencanaan dan penganggaran negara. Pada era orde lama, definisi APBD yang adalah: rencana pekerjaan keuangan (financial work plan) yang dibuat untuk jangka waktu tertentu, dalam waktu mana badan legislatif memberikan kredit kepada badan eksekutif (kepala daerah) untuk melakukan pembiayaan guna kebutuhan rumah tangga daerah sesuai dengan rancangan yang menjadi dasar penetapan anggaran, dan yang menunjukkan semua penghasilan untuk menutup pengeluaran tadi.
(29)
Menurut Kepmendagri Nomor 29 Tahun 2002, “Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah suatu rencana keuangan tahunan Daerah yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah tentang APBD”. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002 menyatakan bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) disusun berdasarkan pendekatan kinerja, yaitu suatu sistem anggaran yang mengutamakan upaya pencapaian hasil kerja atau output dari perencanaan alokasi biaya atau input yang ditetapkan. Selanjutnya dikatakan bahwa Pemerintah daerah bersama-sama DPRD menyusun Arah dan Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang memuat petunjuk dan ketentuan umum yang disepakati sebagi pedoman dalam penyusunan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD).
2.1.2. Klasifikasi APBD
Klasifikasi APBD yang terbaru adalah berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 13 tahun 2006 tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah. Adapun bentuk dan susunan APBD yang didasarkan pada Permendagri 13/ 2006 pasal 22 ayat (1) terdiri atas 3 bagian, yaitu : “pendapatan daerah, belanja daerah, dan pembiayaan daerah”. Struktur APBD tersebut diklasifikasikan menurut urusan pemerintahan dan organisasi yang bertanggung jawab melaksanakan urusan pemerintahan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
2.1.2.1. Pendapatan Daerah
(30)
kekayaan bersih dalam periode tahun bersangkutan dan tidak perlu dibayar kembali oleh daerah. Pendapatan daerah meliputi semua penerimaan uang melalui Rekening Kas Umum Daerah yang menambah ekuitas dana. Pendapatan daerah meliputi : a).Pendapatan Asli Daerah; b). Dana Perimbangan, dan c). Lain-Lain Pendapatan. a. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
PAD adalah bagian dari pendapatan daerah yang bersumber dari potensi daerah itu sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah tersebut sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kewenangan daerah dalam memungut PAD dimaksudkan agar daerah dapat mendanai pelaksanaan otonomi daerah yang bersumber dari potensi daerahnya sendiri.
PAD terdiri dari: 1. Pajak Daerah. 2. Retribusi Daerah.
3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan, yang mencakup: bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerah (BUMD), bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik pemerintah (BUMN), bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik swasta.
4. Lain-lain PAD yang Sah, yang meliputi:
(31)
b. Hasil pemanfaatan atau pendayagunaan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan;
c. Jasa giro;
d. Pendapatan bunga;
e. Penerimaan atas tuntutan ganti rugi daerah;
f. Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing; g. Komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan
dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh daerah;
h. Pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan; i. Pendapatan denda pajak dan retribusi;
j. Pendapatan dari fasilitas sosial dan fasilitas umum;
k. Pendapatan dari penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan; dan l. Pendapatan dari angsuran/cicilan penjualan.
b. Dana Perimbangan
Dana perimbangan yaitu dana yang bersumber dari dana penerimaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang dialokasikan kepada daerah untuk membiayai kebutuhan daerah. Dana perimbangan meliputi : Dana alokasi umum; dana alokasi khusus; dan dana bagi hasil, yang meliputi bagi hasil pajak dan bagi hasil bukan pajak.
c. Pendapatan Lain-Lain yang Sah, meliputi: pendapatan hibah; pendapatan dana darurat; dana bagi hasil pajak dari provinsi kepada kabupaten/kota; bantuan keuangan
(32)
dari provinsi atau dari pemerintah daerah lainnya; dana penyesuaian; dan dana otonomi khusus.
2.1.2.2. Belanja Daerah
Belanja daerah meliputi semua pengeluaran uang dari Rekening Kas Umum Daerah yang mengurangi ekuitas dana, yang merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh daerah. Pasal 26 dan 27 dari Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah tidak merinci tentang klasifikasi belanja menurut urusan wajib, urusan pilihan, dan klasifikasi menurut organisasi, fungsi, program kegiatan, serta jenis belanja.
Sedangkan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 Pasal 31 ayat (1), memberikan secara rinci klasifikasi belanja daerah berdasarkan urusan wajib, urusan pilihan atau klasifikasi menurut organisasi, fungsi, program kegiatan, serta jenis belanja.
a. Klasifikasi Belanja Menurut Urusan Wajib
Menurut Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 Pasal 32 ayat (2), klasifikasi belanja menurut urusan wajib mencakup: Pendidikan; Kesehatan; Pekerjaan Umum; Perumahan Rakyat; Penataan Ruang; Perencanaan Pembangunan; Perhubungan; Lingkungan Hidup; Kependudukan dan Catatan Sipil; Pemberdayaan Perempuan; Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera; Sosial; Tenaga Kerja; Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah; Penanaman Modal; Kebudayaan; Pemuda dan Olah Raga; Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri; Pemerintahan Umum;
(33)
Kepegawaian; Pemberdayaan Masyarakat dan Desa; Statistik; Arsip; dan Komunikasi dan Informatika.
b. Klasifikasi Belanja Menurut Urusan Pilihan meliputi : Pertanian; Kehutanan; Energi dan Sumber Daya Mineral; Pariwisata; Kelautan dan Perikanan; Perdagangan; Perindustrian; dan Transmigrasi.
c. Klasifikasi Belanja Menurut Urusan Pemerintahan, Organisasi, Fungsi, Program dan Kegiatan, serta Jenis Belanja.
Belanja daerah tersebut mencakup:
1. Belanja tidak langsung merupakan belanja yang tidak memiliki keterkaitan secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan yang meliputi: belanja pegawai, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, belanja bagi hasil, bantuan keuangan, dan belanja tak terduga.
2. Belanja langsung merupakan belanja yang memiliki keterkaitan secara langsung dengan program dan kegiatan yang, meliputi: belanja pegawai, belanja barang dan jasa, belanja modal.
2.1.2.3.Pembiayaan Daerah
Pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya. Pembiayaan daerah adalah transaksi keuangan pemerintah daerah yang dimaksudkan untuk menutup defisit atau untuk memanfaatkan surplus APBD. Pembiayaan Daerah menurut
(34)
Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 Pasal 59 terdiri dari Penerimaan Pembiayaan dan Pengeluaran Pembiayaan Daerah.
1. Penerimaan Pembiayaan
Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 Pasal 60 menyebutkan bahwa Penerimaan Pembiayaan Daerah, meliputi: sisa lebih perhitungan anggaran (silpa) tahun lalu; pencairan dana cadangan; penerimaan pinjaman daerah; hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan; penerimaan kembali pemberian pinjaman; dan penerimaan piutang daerah.
2. Pengeluaran Pembiayaan
Pengeluaran pembiayaan daerah, meliputi: pembentukan dan cadangan; penyertaan modal (investasi) pemerintah daerah; pembayaran utang pokok yang jatuh tempo; dan pemberian pinjaman daerah.
2.1.3. Dana Alokasi Umum (DAU)
Peraturan terkait mengenai dana alokasi umum antara lain :
1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2005
2. UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah.
DAU adalah dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan keuangan antar daerah untuk membiayai kebutuhan pengeluarannya dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Sama seperti DAK, DAU juga disalurkan dengan cara pemindahbukuan dari rekening kas umum negara ke rekening kas umum
(35)
daerah. DAU bersifat “Block Grant” yang berarti penggunaannya diserahkan kepada daerah sesuai dengan prioritas dan kebutuhan daerah untuk peningkatan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah.
Pengalokasian DAU sebagai berikut :
1. DAU dialokasikan untuk daerah provinsi dan kabupaten/kota.
2. Besaran DAU ditetapkan sekurang-kurangnya 26% dari Pendapatan Dalam Negeri (PDN) Netto yang ditetapkan dalam APBN.
3. Proporsi DAU untuk daerah provinsi dan untuk daerah kabupaten/kota ditetapkan sesuai dengan imbangan kewenangan antara provinsi dan kabupaten/kota.
2.1.3.1. Formulasi DAU
Formula DAU menggunakan pendekatan celah fiskal (fiscal gap) yaitu selisih antara kebutuhan fiskal (fiscal needs) dikurangi dengan kapasitas fiskal (fiscal capacity) daerah dan Alokasi Dasar (AD) berupa jumlah gaji PNS daerah.
2.1.3.2. Variabel DAU
Komponen variabel kebutuhan fiskal (fiscal needs) yang digunakan untuk pendekatan perhitungan kebutuhan daerah terdiri dari: jumlah penduduk, luas wilayah, indeks pembangunan manusia (IPM), indeks kemahalan konstruksi (IKK), dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita.
Komponen variabel kapasitas fiskal (fiscal capacity) yang merupakan sumber pendanaan daerah yang berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Bagi Hasil (DBH).
(36)
2.1.4. Dana Alokasi Khusus (DAK)
Peraturan terkait mengenai dana alokasi khusus antara lain : 1. UU No.32/2004 tentang Pemerintahan Daerah
2. UU No.33/2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah
3. PP No.55/2005 tentang Dana Perimbangan
Dana Alokasi Khusus adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urutan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional. Diprioritaskan untuk membantu daerah-daerah dengan kemampuan keuangan dibawah rata-rata nasional, dalam rangka mendanai kegiatan penyediaan sarana dan prasarana fisik pelayanan dasar masyarakat yang telah merupakan urusan daerah.
Tujuan pemberian DAK adalah untuk mengurangi inter-jurisdictional spillovers, dan meningkatkan penyediaan barang publik di daerah. Dalam perspektif peningkatan pemerataan pendapatan maka peranan DAK sangat penting untuk mempercepat konvergensi antar daerah, karena dana diberikan sesuai dengan prioritas nasional, misalnya DAK untuk bantuan keluarga miskin. Dalam jangka panjang dana dekonsentrasi dan dana tugas pembantuan yang merupakan bagian dari anggaran kementerian negara/lembaga yang digunakan untuk melaksanakan urusan yang menurut peraturan perundang-undangan menjadi urusan daerah akan dialihkan menjadi DAK (Pasal 107 UU No. 33 tahun 2000).
(37)
Fungsi DAK adalah untuk membantu pembiayaan kebutuhan khusus yang merupakan urusan daerah dan merupakan prioritas nasional Specific Grant Kebutuhan khusus, meliputi:
1. kebutuhan yang tidak dapat diperkirakan dengan menggunakan rumus alokasi umum
2. kebutuhan yang merupakan komitmen atau prioritas nasional 3. kebutuhan untuk membiayai kegiatan reboisasi.
2.1.4.1. Kriteria Daerah Penerima DAK
Untuk melihat kriteria umum kemampuan APBD dalam membiayai kebutuhan-kebutuhan pembangunan daerah, yang dicerminkan dari penerimaan umum APBD dikurangi belanja pegawai. Pengalokasian DAK diprioritaskan untuk daerah yang memiliki kemampuan fiskal rendah atau di bawah rata-rata. Dihitung melalui indeks fiskal netto. Ditetapkan setiap tahun.
Perhitungan indeks fiskal netto (IFN) dilakukan dengan membagi kemampuan keuangan daerah dengan rata-rata nasional kemampuan keuangan daerah. Jika IFN tersebut lebih kecil dari satu, atau dengan kata lain daerah tersebut memiliki kemampuan keuangan daerah lebih kecil dibandingkan dengan rata-rata nasional, maka daerah tersebut mendapatkan prioritas dalam memperoleh DAK. Sedangkan untuk kriteria khusus yaitu dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan. Contoh: undang - undang otonomi khusus bagi Prov. NAD dan Papua. Memperhatikan karakteristik daerah, antara lain daerah pesisir dan kepulauan, daerah perbatasan dengan negara lain, daerah tertinggal/terpencil, daerah rawan banjir dan
(38)
longsor, serta daerah termasuk kategori daerah ketahanan pangan. Dihitung melalui indeks kewilayahan yang ditetapkan setiap tahun.
DAK untuk kriteria tekhnis dirumuskan melalui Indeks Teknis yang ditetapkan oleh Kementerian Negara / Departemen Teknis terkait disusun berdasarkan indikator-indikator kegiatan khusus yang didanai dari DAK, antara lain standar kualitas/kuantitas konstruksi, dan perkiraan manfaat lokal dan nasional. 2.1.4.2. Dana Pendamping
Daerah penerima DAK wajib menyediakan Dana Pendamping sekurang-kurangnya 10% dari nilai DAK yang diterimanya untuk mendanai kegiatan fisik. Dana Pendamping tersebut wajib dianggarkan dalam APBD tahun anggaran berjalan. 2.1.5. Belanja Modal
Dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 91/PMK.06/2007 tentang Bagan Akun Standar (BAS) mendefinisikan belanja modal adalah pengeluaran anggaran yang digunakan dalam rangka memperoleh atau menambah aset tetap dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi serta melebihi batasan minimal kapitalisasi aset tetap atau aset lainnya yang ditetapkan pemerintah. Aset tetap tersebut dipergunakan untuk operasional kegiatan sehari-hari suatu satuan kerja, bukan untuk dijual. Belanja modal yang dilakukan pemerintah daerah diantaranya adalah pembangunan dan perbaikan sektor pendidikan, kesehatan dan transportasi, sehingaa masyarakat juga memiliki manfaat dari pembangunan daerah.
Menurut Peraturan Direktorat Jenderal (Perdirjen) Perbendaharaan, suatu belanja dikategorikan sebagai belanja modal apabila :
(39)
a. Pengeluaran tersebut mengakibatkan adanya perolehan aset tetap atau aset lainnya yang menambah masa umur, manfaat dan kapasitas
b. Pengeluaran tersebut melebihi batasan minimum kapitalisasi aset tetap atau aset lainnya yang telah ditetapkan pemerintah
c. Perolehan aset tetap tersebut diniatkan bukan untuk dijual.
Pada Pasal 53 Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, belanja modal digunakan untuk pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembelian/pengadaan atau pembangunan aset tetap berwujud yang mempunyai nilai manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintahan, seperti dalam bentuk tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan, dan aset tetap lainnya. Nilai pembelian/pengadaan atau pembangunan aset tetap berwujud yang dianggarkan dalam belanja modal hanya sebesar harga beli/bangun aset.
Dalam PSAP 07, aset tetap di neraca diklasifikasikan menjadi enam akun sebagaimana dirinci dalam penjelasan berikut ini:
a. Tanah
Tanah yang dikelompokkan dalam aset tetap adalah tanah yang dimiliki atau dikuasai oleh pemerintah untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum dan dalam kondisi siap digunakan. Tanah yang digunakan untuk bangunan, jalan, irigasi, dan jaringan tetap dicatat sebagai tanah yang terpisah dari aset tetap yang dibangun di atas tanah tersebut.
(40)
Peralatan dan mesin yang dikelompokkan dalam aset tetap adalah peralatan dan mesin yang dimiliki atau dikuasai oleh pemerintah untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum dan dalam kondisi siap digunakan. Aset tetap yang dapat diklasifikasikan dalam peralatan dan mesin ini mencakup antara lain: alat berat; alat angkutan; alat bengkel dan alat ukur; alat pertanian; alat kantor dan rumah tangga; alat studio, komunikasi, dan pemancar; alat kedokteran dan kesehatan; alat laboratorium; alat persenjataan; komputer; alat eksplorasi; alat pemboran; alat produksi, pengolahan, dan pemurnian; alat bantu eksplorasi; alat keselamatan kerja; alat peraga; dan unit peralatan proses produksi.
c. Gedung dan Bangunan
Gedung dan bangunan yang dikelompokkan dalam aset tetap adalah gedung dan bangunan yang dimiliki atau dikuasai oleh pemerintah untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum dan dalam kondisi siap digunakan. Termasuk dalam jenis gedung dan bangunan ini antara lain: bangunan gedung, monumen, bangunan menara, dan rambu-rambu.
d. Jalan, Irigasi, dan Jaringan
Jalan, irigasi, dan jaringan yang dikelompokkan dalam aset tetap adalah jalan, irigasi, dan jaringan yang dimiliki atau dikuasai oleh pemerintah untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum dan dalam kondisi siap digunakan. Contoh aset tetap yang termasuk dalam klasifikasi ini mencakup antara lain: jalan dan jembatan, bangunan air, instalasi, dan jaringan.
(41)
Aset tetap lainnya mencakup aset tetap yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam kelompok aset tetap di atas, tetapi memenuhi definisi aset tetap. Aset tetap lainnya ini dapat meliputi koleksi perpustakaan/buku dan barang bercorak seni/budaya/olah raga.
f. Konstruksi dalam Pengerjaan
Konstruksi dalam pengerjaan mencakup aset tetap yang sedang dalam proses pembangunan, yang pada tanggal neraca belum selesai dibangun seluruhnya.
2.1.6. Pertumbuhan Ekonomi
Menurut Sirojuzilam (2003:4), “Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu gambaran mengenai dampak kebijaksanaan pemerintah yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi”. Menurut Sirojuzilam (2003:5), definisi pertumbuhan ekonomi adalah “kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu Negara untuk menyediakan semakin banyak barang kepada penduduknya, kemampuan ini bertambah sesuai dengan kemajuan teknologi dan penyesuaian kelembagaan dan ideologis yang diperlukan”.
Masalah pertumbuhan ekonomi dapat dipandang sebagai masalah makro ekonomi dalam jangka panjang. Perkembangan kemampuan memproduksi barang dan jasa sebagai akibat pertambahan faktor-faktor produksi pada umumnya tidak selalu diikuti oleh pertambahan produksi barang dan jasa yang sama besarnya. Pertambahan potensi memproduksi seringkali lebih besar dari pertambahan produksi yang sebenarnya.
(42)
negara atau wilayah dalam satu periode tertentu adalah data Produk Domestik Bruto (PDB)/Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. PDB/PDRB pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. PDB/PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada setiap tahun, sedangkan PDB/PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung menggunakan harga pada tahun tertentu sebagai tahun dasar. Ada dua metode yang dapat dipakai untuk menghitung PDRB, yaitu metode langsung dan metode tidak langsung.
Menurut BPS ada beberapa macam alat yang dapat digunakan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi yaitu :
1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
PDRB adalah jumlah barang dan jasa akhir yang dihasilkan dalam harga pasar. Kelemahan PDB sebagai ukuran pertumbuhan ekonomi adalah sifatnya yang global dan tidak mencerminkan kesejahteraan penduduk. Umumnya Produk Domestik Regional Bruto dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga berlaku (Nominal) dan Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga konstan (Riil). Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga berlaku pada setiap tahun. Jadi, pada Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga berlaku sudah termasuk unsur inflasi. Sedangkan Produk
(43)
Domestik Regional Bruto atas dasar harga konstan menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun tertentu. Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga konstan meningkat hanya jika jumlah barang dan jasa meningkat, sedangkan Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga berlaku bisa meningkat karena produksi naik atau harga turun.
2. PDRB per Kapita atau Pendapatan Perkapita
PDRB per kapita merupakan ukuran yang lebih tepat karena telah memperhitungkan jumlah penduduk. Jadi ukuran pendapatan per kapita dapat diketahui dengan membagi PDRB dengan jumlah penduduk.
3. Pendapatan Per jam Kerja
Pendapatan per kapita adalah besarnya pendapatan rata - rata penduduk di suatu negara. Pendapatan per kapita didapatkan dari hasil pembagian pendapatan nasional suatu negara dengan jumlah penduduk negara tersebut. Pendapatan per kapita sering digunakan sebagai tolak ukur kemakmuran dan tingkat pembangunan sebuah negara; semakin besar pendapatan per kapitanya, semakin makmur negara tersebut.
Suatu negara dapat dikatakan lebih maju dibandingkan negara lain bila mempunyai tingkat pendapatan atau upah per jam kerja yang lebih tinggi dari pada upah per jam kerja di negara lain untuk jenis pekerjaan yang sama.
Pembangunan ekonomi didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan kenaikan pendapatan riil per kapita penduduk suatu Negara dalam jangka panjang, yang disertai oleh perbaikan system kelembagaan. Dari definisi tersebut pembangunan ekonomi mempunyai pengertian:
(44)
1. Suatu proses yang berarti perubahan yang terjadi secara terus menerus. 2. Usaha untuk meningkatkan pendapatan perkapita.
3. Kenaikan pendapatan per kapita tersebut harus terus berlangsung dalam jangka panjang.
4. Perbaikan system kelembagaan di segala bidang.
Pembangunan ekonomi akan tercermin pada kenaikan pendapatan perkapita dan perbaikan tingkat kesejahteraan pada masyarakat. Indikator dari pertumbuhan ekonomi suatu negara salah satunya ditunjukkan dengan tingkat pertumbuhan domestik bruto atau produk nasional bruto. PDRB dan Pendapatan Regional Perkapita atas dasar harga konstan berguna untuk mengetahui pertumbuhan nyata
ekonomi per kapita penduduk suatu wilaya
2.1.7. Pengaruh DAU dan DAK terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Belanja Modal sebagai Variabel Intervening
Kebijakan desentralisasi ditujukan untuk mewujudkan kemandirian daerah, pemerintah daerah otonom memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat (UU 32/2004). Kebijakan otonomi merupakan pendelegasian kewenangan yang disertai dengan penyerahan dan pengalihan pendanaan termasuk DAU dan DAK dalam kerangka desentralisasi. Dalam menghadapi desentralisasi, bisa saja potensi daerah yang satu dengan daerah yang lain beragam. Perbedaan ini pada gilirannya menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang beragam pula.
(45)
Kemampuan daerah untuk menyediakan pendanaan yang berasal dari daerah sangat tergantung pada realisasi potensi ekonomi tersebut menjadi bentuk – bentuk kegiatan ekonomi yang mampu menciptakan perguliran dana untuk pembangunan daerah yang berkelanjutan. Semakin besar DAU dan DAK, maka semakin besar pula peran pemerintah dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan publik melalui kegiatan investasi. Jadi DAU dan DAK memiliki pengaruh yang positif terhadap belanja modal.
2.2. Review Peneliti Terdahulu (Theoretical Mapping)
Berbagai penelitian telah dilakukan dalam menganalisis pengaruh dana alokasi khusus terhadap pertumbuhan ekonomi dan belanja modal sebagai variabel intervening. Beberapa hasil penelitian adalah :
Husni (2011), meneliti tentang pengaruh dana alokasi umum, dana alokasi khusus terhadap peningkatan pendapatan asli daerah dengan belanja modal sebagai variabel intervening. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dana alokasi khusus berkontribusi signifikan sedangkan dana alokasi umum tidak terhadap belanja modal.
Armansyah (2004), analisis pengaruh pengeluaran pemerintah daerah terhadap pertumbuhan ekonomi provinsi-provinsi di Indonesia. Hasil penelitiannya untuk di setiap propinsi menunjukkan bahwa pengeluaran pembangunan memberikan pengaruh yang lebih besar dibandingkan pengeluaran rutin terhadap pertumbuhan ekonomi di masing-masing propinsi di Indonesia.
(46)
Hamzah (2009), penelitian ini mempelajari hubungan antara pengaruh pendapatan asli daerah, dana perimbangan dan belanja publik terhadap pertumbuhan ekonomi, kemiskinan dan pengangguran: pendekatan analisis jalur (studi pada 38 kota/kabupaten di provinsi Jawa Timur periode 2001-2006). Penelitian ini menggunakan sample pada 38 daerah Kabupaten/Kota di Jawa Timur. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah PAD dan dana perimbangan secara langsung tidak berpengaruh secara signifikan terhadap belanja publik, PAD dan dana perimbangan secara langsung dan tidak langsung melalui belanja publik tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, belanja publik secara langsung tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dan secara tidak langsung melalui pertumbuhan ekonomi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kemiskinan dan penggangguran, dan pertumbuhan ekonomi secara langsung berpengaruh secara signifikan terhadap kemiskinan tetapi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap penggangguran.
Pratolo (2009), hubungan antara pengaruh pendapatan asli daerah dan belanja pembangunan terhadap rasio kemandirian dan pertumbuhan ekonomi (Studi pada Kota dan Kabupaten di Propinsi di DIY). Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh APBD tahun 1999-2005, Rasio kemandirian tahun 2000-2006 dan PDRB tahun 2001-2007. Penelitian ini menggunakan penelitian sensus dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang diajukan, dimana yang diteliti adalah keseluruhan elemen dari populasi, yaitu seluruh Kota, Kabupaten dan Propinsi yang berada di Daerah Istimewa Yogyakarta. Data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data
(47)
sekunder, yaitu data yang didapat dari Badan Pusat Statistik (BPS) di Provinsi DIY. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah adanya pengaruh yang signifikan antara PAD terhadap rasio kemandirian, terdapat pengaruh yang signifikan antara belanja pembangunan terhadap rasio kemandirian, tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara PAD terhadap pertumbuhan ekonomi, tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara rasio kemandirian terhadap pertumbuhan ekonomi, tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara belanja pembangunan terhadap pertumbuhan ekonomi, tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara PAD terhadap pertumbuhan ekonomi melalui rasio kemandirian, dan tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara belanja pembangunan terhadap pertumbuhan ekonomi melalui rasio kemandirian.
Daulay (2011), Penelitian ini adalah tentang Faktor – faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sumatera Utara. Kesimpulan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa DAK, DAU, BP dan BM dapat digunakan sebagai faktor pembentuk Pertumbuhan Ekonomi sedangkan PAD, DHP dan ID tidak dapat digunakan sebagai faktor pembentuk Pertumbuhan Ekonomi. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa DAK, DAU, BP dan BM secara simultan berpengaruh terhadap Pertumbuhan Ekonomi sedangkan secara parsial hanya DAK, DAU dan BP yang berpengaruh terhadap Pertumbuhan Ekonomi.
(48)
Tabel 2.1 Review Peneliti Terdahulu
Nama Peneliti Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian
1. Hasrina Husni 2011
Pengaruh Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus terhadap Peningkatan
Pendapatan Asli Daerah dengan Belanja
Modal sebagai Variabel Intervening Studi Empiris di kabupaten/kota
Provinsi Aceh
DAU, DAK, PAD, dan Belanja Modal
DAU berkontribusi signifikan sedangkan DAU
tidak terhadap belanja
modal. Pada lag 1 tahun DAU dan belanja modal berkontribusi signifikan sedangkan DAK tidak terhadap peningkatan PAD. Pada lag 2 tahun DAU, belanja modal berkontribusi
signifikan terhadap peningkatan PAD sedangkan
DAK tidak. Pada lag 3 tahun DAU, DAK dan belanja modal berkontribusi signifikan terhadap peningkatan PAD.
2 Armin
Armansyah 2004 Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Daerah terhadap Pertumbuhan Ekonomi Propinsi-propinsi di Indonesia.
Pengeluaran
pemerintah daerah, pertumbuhan ekonomi.
Pengeluaran pembangunan memberikan pengaruh yang lebih besar dibandingkan pengeluaran rutin terhadap pertumbuhan ekonomi di masing-masing propinsi di Indonesia.
3 Ardi Hamzah, 2009 Pengaruh PendapatanAsli Daerah, Dana Perimbangan dan Belanja Publik Terhadap Pertumbuhan Ekonomi, Kemiskinan dan Pengangguran: Pendekatan Analisis Jalur (Studi Pada 38 Kota/Kabupaten di Propinsi Jawa Timur Periode 2001-2006) Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, Belanja Publik, Pertumbuhan Ekonomi, Kemiskinan, dan Pengangguran
PAD, Dana Perimbangan, dan Belanja Publik baik secara langsung dan tidak langsung tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi
4 Ismi Rizky
Fitriyanti dan Suryo Pratolo, 2009
Pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Belanja Pembangunan Terhadap Rasio Kemandirian dan Pertumbuhan Ekonomi (Studi pada Kota, Kabupaten dan Propinsi di DIY
periode 2000-2007) Pendapatan Asli Daerah, Belanja Pembangunan, Pertumbuhan Ekonomi, Rasio Kemandirian Daerah.
Antara PAD dan Belanja Pembangunan menunjukkan hasil yang tidak signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi sedangkan PAD dan Belanja Pembangunan mempengaruhi secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
(49)
5 Rizkia Daulay, 2011
Faktor – faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi di Sumatera Utara
PAD, DAU, DAK, Dana Bagi Hasil, Investasi Daerah, Belanja pegawai, Belanja Modal
DAK, DAU, BP dan BM dapat digunakan sebagai
faktor pembentuk Pertumbuhan Ekonomi
sedangkan PAD, DHP dan ID tidak dapat digunakan sebagai faktor pembentuk Pertumbuhan Ekonomi. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa DAK, DAU, BP dan BM secara simultan berpengaruh terhadap Pertumbuhan Ekonomi sedangkan secara parsial hanya DAK, DAU dan BP yang berpengaruh terhadap Pertumbuhan Ekonomi.
(50)
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS 3.1. Kerangka Konsep
Berdasarkan landasan teori dan rumusan masalah penelitian sebelumnya, maka kerangka konseptual yang digunakan dalam penelitian ini, dapat digambarkan sebagai berikut :
Variabel Independen Variabel Intervening Variabel Dependen
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual
Semakin tinggi dana alokasi umum, dana alokasi khusus, dan belanja modal untuk terlaksana sarana dan prasarana fisik pembangunan sehingga tersedianya pelayanan masyarakat kegiatan dalam peningkatan pembangunan infrastruktur yang akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Terdapat pengaruh yang positip secara langsung baik antara dana perimbangan dan belanja modal berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi. Akses peningkatkan dana perimbangan dan belanja modal akan mempercepat pertumbuhan ekonomi dalam menambah asset seperti peralatan, bangunan, infrastruktur dan harta tetap lainnya.
Dana Alokasi Umum (DAU)
Dana Alokasi Khusus (DAK)
Belanja Modal (BM)
Pertumbuhan Ekonomi
(51)
Dalam Path atau analisis jalur, total pengaruh hubungan dari DAU ke Pertumbuhan Ekonomi sama dengan pengaruh langsung DAU ke Pertumbuhan Ekonomi (koefisien path) ditambah pengaruh tidak langsung DAU ke Belanja Modal dikalikan dengan koefisien path dari Belanja Modal ke Pertumbuhan Ekonomi. Sedangkan untuk total pengaruh hubungan dari DAK ke Pertumbuhan Ekonomi sama dengan pengaruh langsung DAK ke Pertumbuhan Ekonomi (koefisien path) ditambah pengaruh tidak langsung DAK ke Belanja Modal dikalikan dengan koefisien path dari Belanja Modal ke Pertumbuhan Ekonomi yaitu .
Pada setiap variabel dependen (endogen variabel) akan ada anak panah yang menuju ke variabel ini dan ini berfungsi untuk menjelaskan jumlah variance yang tidak dapat dijelaskan (unexplained variance) oleh variabel itu. Anak panah dari faktor pengganggu menuju Pertumbuhan Ekonomi menunjukan variance Pertumbuhan Ekonomi yang tidak dapat dijelaskan oleh variabel DAU, DAK dan Belanja Modal.
3.2. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, maka yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini antara lain: Ada pengaruh dana alokasi umum, dana alokasi khusus terhadap pertumbuhan ekonomi dan belanja modal sebagai variabel intervening.
(52)
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan hubungan kausal, di mana penelitian yang dilakukan terhadap fakta – fakta untuk membuktikan secara empiris pengaruh dana alokasi umum, dana alokasi khusus terhadap pertumbuhan ekonomi dengan belanja modal sebagai variabel intervening di pemerintah kabupaten / kota Provinsi Sumatera Utara tahun amatan 2005 – 2008.
4.2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian
Untuk mendapatkan dan mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam penyelesaian penelitian ini diperoleh dari Laporan Statistik Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten / Kota di Provinsi Sumatera Utara (Laporan Realisasi APBD) dari perpustakaan Badan Pusat Statistik Sumatera Utara yang beralamat di Jl. Kapt. Muslim, Medan. Waktu Penelitian dilakukan secara bertahap dimulai dari bulan April 2011.
(53)
4.3. Populasi dan Sampel
Populasi yang akan digunakan di dalam penelitian ini menggunakan data pooling, yaitu kombinasi antara data runtut waktu (time series) dan silang tempat (cross section). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kabupaten / kota di Provinsi Sumatera Utara yang berjumlah 33 Kabupaten / Kota.
Metode pengambilan sampel dilakukan dengan purposive sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan kriteria tertentu dengan pertimbangan tertentu (judgement sampling). Pertimbangan dalam pengambilan sampel adalah :
1. Daerah kabupaten / kota yang mempublikasikan laporan keuangannya secara konsisten dari tahun 2005 – 2008.
2. Pemerintah daerah yang tidak termasuk daerah pemekaran .
Mengingat sebagian pemerintah kabupaten / kota yang menjadi populasi dalam penelitian ini merupakan kabupaten / kota pemekaran yang belum menyajikan data sesuai dengan kebutuhan penelitian, dengan demikian sampel dalam penelitian ini berjumlah 18 kabupaten dan 7 kotamadya.
Penelitian ini memiliki rentang waktu 4 tahun, yaitu 2005 sampai dengan 2008. Sehingga jumlah amatan berjumlah 25 kabupaten / kota x 4 tahun = 100 sampel yang memiliki laporan statistik keuangan pemerintah daerah (Laporan Realisasi APBD) yang menyajikan data mengenai DAU, DAK, BM dan Pertumbuhan Ekonomi. Kriteria pemilihan sampel dalam Tabel 4.1.
(54)
Tabel 4.1 Populasi dan Sampel Penelitian
No Kabupaten / Kota Populasi Tidak Daerah Pemekaran
Data Lengkap
Sampel
1 Kabupaten Nias √ √ √ √
2 Kabupaten Mandailing Natal √ √ √ √
3 Kabupaten Tapanuli Selatan √ √ √ √
4 Kabupaten Tapanuli Tengah √ √ √ √
5 Kabupaten Tapanuli Utara √ √ √ √
6 Kabupaten Toba Samosir √ √ √ √
7 Kabupaten Labuhan Batu √ √ √ √
8 Kabupaten Asahan √ √ √ √
9 Kabupaten Simalungun √ √ √ √
10 Kabupaten Dairi √ √ √ √
11 Kabupaten Karo √ √ √ √
12 Kabupaten Deli Serdang √ √ √ √
13 Kabupaten Langkat √ √ √ √
14 Kabupaten Nias Selatan √ √ √ √
15 Kabupaten Humbang Hasundutan √ √ √ √
16 Kabupaten Phak – Phak barat √ √ √ √
17 Kabupaten Samosir √ √ √ √
18 Kabupaten Serdang Bedagai √ √ √ √
19 Kabupaten Batubara √ X X X
20 Kabupaten Padang LawasUtara √ X X X
21 Kabupaten Padang Lawas √ X X X
22 Kabupaten Labuhan Batu Utara √ X X X
23 Kabupaten Labuhan Batu Selatan √ X X X
24 Kabupaten Nias Barat √ X X X
25 Kabupaten Nias Utara √ X X X
26 Kabupaten Sibolga √ √ √ √
27 Kota Tanjung Balai √ √ √ √
28 Kota Tebing Tinggi √ √ √ √
29 Kota Medan √ √ √ √
30 Kota Binjai √ √ √ √
31 Kota Gunung Sitoli √ X X X
32 Kota Padang Sidempuan √ √ √ √
33 Kota Pematang Siantar √ √ √ √
Jumlah 33 25 25 25
Sumber : Badan Pusat Statistik SUMUT (2010) Keterangan :
√ = memenuhi kriteria X = tidak memenuhi kriteria
(55)
4.4. Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu berupa dokumentasi dengan pengumpulan bahan – bahan dan data yang berhubungan dengan pokok bahasan yang peneliti kutip dari buku, dan catatan atau laporan historis yang telah disusun dalam arsip yang berasal dari BPS mengenai DAU, DAK, Belanja Modal dan Pertumbuhan Ekonomi, dan dalam beberapa data publikasi yang diperoleh secara online
(download) dari situs resm
4.5. Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel
Dalam penelitian ini, variabel yang digunakan sebagai variabel independen adalah dana alokasi umum (DAU) dan dana alokasi khusus (DAK) sedangkan sebagai variabel dependennya adalah pertumbuhan ekonomi (PE) dan belanja modal (BM) sebagai variable intervening
1. Dana Alokasi umum (DAU) adalah dana yang ditransfer dari pemerintah pusat ke Kabupaten/Kota untuk mengatasi kepentingan horizontal dengan tujuan utama
pemerataan kemampauan keuangan antar daerah dihitung dalam rupiah. Skala pengukuran adalah Rasio.
.
2. Dana Alokasi Khusus (DAK) adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan
(56)
sesuai dengan prioritas nasional. Satuan DAK diukur dengan Rupiah. Skala pengukuran adalah Rasio.
3. Pertumbuhan ekonomi (PE) adalah proses peningkatan produksi barang dan jasa dalam kegiatan ekonomi masyarakat. Pertumbuhan ekonomi daerah diproksikan dengan PDRB per kapita harga konstan pada tahun t+1
4.
. Satuan PDRB diukur dengan Rupiah. Skala pengukuran adalah Rasio.
Belanja Modal (BM) adalah pengeluaran anggaran untuk memperoleh atau menambah asset tetap dan asset lainnya yang member manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Skala yang digunakan adalah skala rasio.
(57)
Tabel 4.2 : Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel.
4.6. Model dan Teknik Analisis Data 4.6.1 Perumusan Model
Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis jalur (path analysis). Menurut Sarwono (2006), analisis jalur digunakan untuk menganalisis pola hubungan antar variabel dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh langsung maupun tidak langsung seperangkat variabel bebas (eksogen) terhadap variabel terikat (endogen).
Secara matematik analisis jalur mengikuti pola model struktural
Variabel Penelitian
Defenisi Operasional Pengukuran Variabel Skala Pengukuran Pertumbuhan
Ekonomi (PE)
Proses peningkatan produksi barang dan jasa dalam kegiatan ekonomi masyarakat. Pertumbuhan ekonomi daerah diproksikan dengan
PDRB per kapita harga konstan.
Data PDRB per kapita harga konstan tahun 2006-2009.
Rasio
Dana Alokasi Umum (DAU)
Dana yang ditransfer dari pemerintah pusat ke Kabupaten/Kota untuk mengatasi kepentingan horizontal dengan tujuan utama pemerataan kemampuan keuangan antar daerah dihitung dalam rupiah.
Diukur berdasarkan angka realisasi yang sebenarnya tercantum dalam dokumen realisasi penerimaan DAU Pemerintah Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara Tahun 2005-2008.
Rasio
Dana Alokasi Khusus (DAK)
dana yang bersumber dari
pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional.
Diukur berdasarkan angka realisasi yang sebenarnya tercantum dalam dokumen realisasi penerimaan DAK pemerintah kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara 2005-2008.
Rasio
Belanja Modal (BM)
Diukur berdasarkan angka yang sebenarnya tercantum dalam dokumen realisasi pengeluaran belanja modal pemerintah kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara 2005-2008.
pengeluaran anggaran untuk
memperoleh atau menambah asset tetap dan asset lainnya yang member manfaat lebih dari satu periode akuntansi.
(58)
sebagai berikut:
1. Pengaruh Langsung
PE t+1 = a1 + b1 DAU it + b2 DAK it
BM it = a1 + b3 DAU it + b4 DAK it
PE t+1 = a1 + b5 BM
2. Pengaruh Tidak Langsung
it
PE t+1 = a1 + b6 DAU + b7 DAK + b8 BM it
Di mana,
+ e
PE = Pertumbuhan Ekonomi
a1, b1, b2, b3, b4, b5, b6, b7 dan b8
DAU = Dana Alokasi Umum
= Konstanta ( Koefisien Regresi)
DAK = Dana Alokasi Khusus
BM = Belanja modal
i = cross section
t = time series
t+1 = t tahun berikutnya
e = Error term
4.6.2. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik merupakan persyaratan dalam pengujian statistik parametrik dengan teknik analisis jalur. Dengan pengujian ini dapat dilihat apakah koefisien statistik yang diperoleh benar-benar merupakan penduga parameter yang dapat dipertanggungjawabkan. Uji asumsi klasik ini dapat berupa uji normalitas, uji multikolinieritas dan uji heterokedastisitas serta uji autokorelasi.
4.6.2.1. Uji Normalitas
Uji normalitas dimaksudkan untuk menguji kenormalan data dan dideteksi dengan melihat penyebaran data pada sumbu diagonal dari grafik atau dapat juga
(59)
4.6.2.2. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas dimaksudkan untuk menguji apakah ditemukan atau tidak kemiripan diantara variabel-variabel. Untuk dapat melihat ada tidaknya multikolinieritas dengan melihat angka colinierity statistic yang ditunjukkan oleh nilai Variance Inflation Factor (VIF) dan nilai tolerance, dengan kriteria : jika nilai VIF > dari 10 dan nilai tolerance < dari 0,1 dan R2 melebihi 0, 90 maka dikatakan berkolerasi sangat tinggi
4.6.2.3. Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas pada penelitian ini bertujuan menguji apakah dalam regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap maka disebut homokedastisitas dan jika berbeda disebut heterokedastisitas.
maka variabel bebas yang ada memilki masalah multikolinieritas (Lubis, 2007).
4.6.2.4.Uji Autokorelasi
Pada penelitian ini untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi, dengan menggunakan uji Durbin – Watson (DW). Uji DW digunakan untuk autokorelasi tingkat satu (first order autocorrelation) dan mensyaratkan adanya konstanta (intercept) dalam model regresi. ( Erlina, 2008 ).
Keputusan ada tidaknya autokorelasi, adalah :
1. Apabila nilai DW lebih besar dari pada batas atas (upper bound, U) maka koefisien autokorelasi sama dengan nol. Artinya tidak ada autokorelasi positif. 2. Apabila nilai DW lebih rendah dari pada batas bawah (lower bound, L) maka
(60)
koefisien autokorelasi lebih besar dari pada nol. Artinya ada autokorelasi positif.
3. Apabila nilai DW terletak diantara batas atas dan batas bawah maka tidak dapat disimpulkan.
4.7. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis pada penelitian ini dilakukan dengan analisis jalur dan menggunakan bantuan SPSS. Pengujian ini dilakukan untuk melihat apakah ada pengaruh dana alokasi umum, dana alokasi khusus terhadap pertumbuhan ekonomi dan belanja modal sebagai variabel intervening. Menurut Baron (2008:46), suatu variabel dikatakan variabel intervening penuh (full intervening variable) jika : b1 ≠ 0, b2≠ 0, b3 ≠ 0, b4 ≠ 0, b5 ≠ 0, b6 ≠ 0, b7 ≠ 0 dan b8 = 0. Suatu variabel dikatakan variabel intervening sebahagian (partially intervening variable), jika : b1 ≠ 0, b2≠ 0, b3 ≠ 0, b4 ≠ 0, b5 ≠ 0, b6 ≠ 0, b7 ≠ 0, dan b8 ≠ 0. Sementara b6 ‹ b1 dan b7 ‹ b2. Jika tidak memenuhi kriteria variabel di atas maka variabel tersebut bukan variabel
intervening.
4.7.1 Uji Signifikansi Simultan (Uji – F)
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel bebas yang dimasukkan dalam metode mempunyai pengaruh secara bersama – sama terhadap variabel terikat. Hipotesis nol (Ho) yang hendak diuji adalah apakah semua parameter
dalam model sama dengan nol, maksudnya apakah suatu variabel independen merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. H0 : β1 = β2 = 0,
(61)
artinya dana alokasi umum, dana alokasi khusus, belanja modal secara simultan tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi dan hipotesis alternatifnya (Ha), tidak semua parameter secara simultan sama dengan nol, maksudnya semua variabel independen secara simultan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. Ha : β1 ≠ β2
1. Jika, probabilitas < 0,05 Ha diterima, dan
≠ 0, artinya dana alokasi umum, dana alokasi khusus, belanja
modal secara simultan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Kriteria pengambilan keputusan terhadap uji F, adalah sebagai berikut :
(62)
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
5.1.1. Deskriptif Sampel Penelitian
Data kuantitatif yang dipergunakan pada penelitian ini adalah Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara yaitu laporan realisasi anggaran tahun 2005 s/d tahun 2008. Dari laporan tahunan tersebut yang menjadi objek penelitian adalah Realisasi Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi khusus (DAK), dan Belanja Modal (BM), serta data Pertumbuhan Ekonomi yang diproxykan dengan PDRB per kapita harga konstan tahun amatan 2006 s/d 2009. Data diperolah dari perpustakaan Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara dan dari Departemen Keuangan Republik Indonesia, di akses melalui situs Direktorat Jenderal Perimbangan Keuanga
5.1.2. Statistik Deskriptif Data Penelitian
Berdasarkan data cross section sebanyak 33 daerah kabupaten/kota dan time series sebanyak 4 tahun pengamatan, maka diperoleh deskriptif statistik data penelitian sebagai berikut:
(63)
Tabel 5.1. Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
DAU 100 43399000000 816636936600 303975538938.00 165215208060.250
DAK BM 100 100 4000000000 258970000 84730000000 316209778146 30808070836.27 7760000000000 19594916515.478 81640000000000
PE 100 3162049 15761364 6517106.47 2294294.869
Valid N (listwise)
100 Sumber: Lampiran 5
Dana Alokasi Umum adalah dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk membiayai kebutuhan pengeluarannya dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Berdasarkan tabel 5.1 di atas dapat dilihat bahwa dari jumlah N sampel sebanyak 100, DAU terendah adalah yaitu DAU kabupaten Phakphak Barat tahun 2005 dan DAU tertinggi yaitu DAU Kotamadya Medan pada tahun 2008. Dari tabel lampiran 5 menunjukkan rata – rata DAU dari tahun 2005 sampai tahun 2008 mengalami peningkatan secara berkala. Hal ini menunjukkan distribusi DAU kepada daerah yang memiliki kemampuan relatif besar (Kotamadya Medan) masih lebih tinggi dibandingkan daerah – daerah yang mempunyai keuangan yang rendah (Kabupaten Phakphak barat).
Dana Alokasi Khusus (DAK) adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional. Diprioritaskan untuk membantu daerah-daerah dengan kemampuan
(64)
keuangan di bawah rata-rata nasional, dalam rangka mendanai kegiatan penyediaan sarana dan prasarana fisik pelayanan dasar masyarakat yang telah merupakan urusan daerah. DAK terendah yaitu DAK kotamadya Medan, kabupaten Labuhan Batu, dan kabupaten Simalungun pada tahun 2005. Dan DAK tertinggi yaitu DAK Kabupaten Deli Serdang pada tahun 2008. Rata – rata DAK dari tahun 2005 sampai tahun 2008 mengalami peningkatan secara berkala.
Belanja modal terendah yaitu kabupaten Phakphak Barat pada tahun 2005. Dan Belanja modal tertinggi yaitu belanja modal Kabupaten Deli Serdang pada tahun 2008. Belanja modal tahun 2004 sampai tahun 2008 mengalami kenaikan. Nilai standart deviasi menunjukkan adanya kesenjangan antara daerah yang satu dengan daerah yang lain. Kesenjangan belanja modal ini dapat dipengaruhi oleh banyak hal diantaranya adalah perbedaan kebutuhan dan prioritas pembangunan tiap daerah, perbedaan kelayakan dan ketersediaan fasilitas umum tiap daerah.
Pertumbuhan Ekonomi dengan proxy PDRB per Kapita harga konstan terendah yaitu PDRB per kapita Kabupaten Tapanuli Tengah pada tahun 2006. Sedangkan Pertumbuhan Ekonomi dengan proxy PDRB per Kapita harga konstan tertinggi yaitu PDRB per Kapita harga konstan Kotamadya Medan pada tahun 2009. Nilai standart deviasi menunjukkan adanya kesenjangan pertumbuhan ekonomi antar daerah. Dengan melihat angka pertumbuhan PE_PDRB pada suatu daerah maka dapat memberikan suatu gambaran bagaimana pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang telah dicapai oleh daerah tersebut. Hal ini juga disebabkan adanya perbedaan masing – masing pendapatan perkapita setiap daerah.
(65)
5.2. Uji Asumsi Klasik
Oleh karena hipotesis akan diuji dengan memakai analisis jalur, maka harus dilakukan uji asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas, uji autokorelasi, uji heterokedastisitas dan uji multikolinearitas.
5.2.1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah data yang diuji normal atau tidak. Hasil pengujian normalitas data pada variabel DAU, DAK, BM terhadap Pertumbuhan Ekonomi diperoleh hasil sebagai berikut:
Gambar 5.1. Histogram Uji Normalitas Data Model
Berdasarkan tampilan histogram dan kurva normal yang berbentuk lonceng maka dapat disimpulkan bahwa data yang digunakan sudah berdistribusi normal.
(66)
Gambar 5.2. Normal P-P Plot Model Regresi
Berdasarkan analisis lebih lanjut dengan menggunakan Normal Probability Plot of Regression Standardized Residual dapat dilihat bahwa data residual membentuk pola garis lurus mengikuti garis diagonal. Hal ini menunjukkan bahwa data telah berdistribusi normal.
5.2.2. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinieritas dimaksudkan untuk menguji apakah ditemukan atau tidak kemiripan diantara variabel-variabel. Untuk dapat melihat ada tidaknya multikolinieritas dengan melihat angka colinierity statistic yang ditunjukkan oleh nilai Variance Inflation Factor (VIF) dan nilai tolerance, dengan kriteria : jika nilai VIF > dari 10 dan nilai tolerance < dari 0,1 maka variabel bebas yang ada memilki masalah multikolinieritas (Lubis, 2007).
Hasil pengujian multikolinearitas pada variabel DAU, DAK, BM dan Pertumbuhan ekonomi diperoleh sebagai berikut:
(67)
Tabel 5.2. Nilai Tolerance dan VIF Model
Coefficients Model
a
Collinearity Statistics
Tolerance VIF 1 (Constant)
DAU .571 1.751
DAK .537 1.862
BM .431 2.318
a. Dependent Variable: PE Sumber: Lampiran 6
Hasil uji statistik nilai Tolerance menunjukkan tidak ada variabel independen yang memiliki nilai Tolerance kurang dari 0,10 dan begitu juga dengan hasil perhitungan Variance Inflation Factor (VIF) menunjukkan nilai < 10. 5.2.3. Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah dalam model regresi terjadi perbedaan variabel dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Pengujian dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya pola tertentu (bergelombang, melebar kemudian menyempit) pada grafik plot (scatter-plot) antara nilai prediksi variabel terkait (ZPRED) dengan residualnya (SRESID). Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homokedastisitas, dan jika berbeda disebut heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadinya heterokedastisitas.
(1)
Lampiran 4
PERTUMBUHAN EKONOMI (PDRB PER KAPITA HARGA KONSTAN)
Kabupaten/ Kota Provinsi Sumatera Utara
(Tabulasi Normal dalam Rupiah)
No
Uraian
TAHUN
2006
2007
2008
2009
1
Kab. Asahan
9823117
6903276
7124491
7328541
2
Kab. Dairi
6367513
6636825
6855348
7130103
3
Kab. Deli Serdang
7097625
7272460
7474631
7659603
4
Kab. Tanah Karo
7968385
8167326
8366736
8568366
5
Kab. Labuhan Batu
7480311
7823209
8112613
7427730
6
Kab. Langkat
5808584
6013174
6226965
6445005
7
Kab. Mandailing Natal
3827747
4036725
4234618
4441206
8
Kab. Nias
3688279
3928523
4182887
4455177
9
Kab. Simalungun
5444628
5699142
5918798
6146527
10
Kab. Tapanuli Selatan
4346092
4479129
6185432
6386619
11
Kab. Tapanuli Tengah
3162049
3270357
3376369
3470443
12
Kab. Tapanuli Utara
5066911
5223677
5444352
5633676
13
Kab. Toba Samosir
8414648
8870010
9229703
9569088
14
Kota Binjai
6605547
6868180
7122385
7401639
15
Kota Medan
13174001
14090603
14925017
15761364
16
Kota Pematang Siantar
6989419
7308632
7656771
7994964
17
Kota Sibolga
6428893
6692413
6978611
7267386
18
Kota Tanjung Balai
7551912
7684976
7808879
7946298
19
Kota Tebing Tinggi
6691874
7018280
7354831
7702228
20
Kota Padang Sidempuan
4080163
4255904
4434607
4607609
21
Kab. Pakpak Bharat
3735792
3559128
3553540
3606733
22
Kab. Nias Selatan
3838639
3989224
4165505
4321356
23
Kab. Humbang Hasundutan
5285913
5566810
5836540
6038798
24
Kab. Serdang Berdagai
5927942
6165679
6417618
6667755
25
Kab. Samosir
6647601
6923956
7250918
7593065
Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010
(2)
Lampiran 5 Deskriptif Statistik
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Dana Alokasi Umum 100 43399000000 816636936600 303975538938.00 165215208060.250 Dana Alokasi Khusus 100 4000000000 84730000000 30808070836.27 19594916515.478 Pertumbuhan Ekonomi 100 3162049 15761364 6517106.47 2294294.869 Valid N (listwise) 100
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Dana Alokasi Umum 100 43399000000 8.E11 3.04E11 1.652E11 Dana Alokasi Khusus 100 4000000000 84730000000 3.08E10 1.959E10
Belanja Modal 100 258970000 3.E11 7.76E10 8.164E10
Valid N (listwise) 100
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Belanja Modal 100 258970000 3.E11 7.76E10 8.164E10
Pertumbuhan Ekonomi 100 3162049 15761364 6517106.47 2294294.869 Valid N (listwise) 100
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Dana Alokasi Umum 100 43399000000 816636936600 3.04E11 1.652E11 Dana Alokasi Khusus 100 4000000000 84730000000 3.08E10 1.959E10 Belanja Modal 100 258970000 316209778146 7.76E10 8.164E10 Pertumbuhan Ekonomi 100 3162049 15761364 6517106.47 2294294.869 Valid N (listwise) 100
(3)
Lampiran 6. Collinearity Statistics (Tolerance dan VIF)
Coefficients
aModel
Collinearity Statistics Tolerance VIF 1 (Constant)
Dana Alokasi Umum .729 1.372
Dana Alokasi Khusus .729 1.372
a.
Dependent Variable : Pertumbuhan Ekonomi
Coefficients
aModel
Collinearity Statistics Tolerance VIF 1 (Constant)
Dana Alokasi Umum .729 1.372
Dana Alokasi Khusus .729 1.372
a.
Dependent Variable : Belanja Modal
Coefficients
aModel
Collinearity Statistics Tolerance VIF 1 (Constant)
Belanja Modal 1.000 1.000
a.
Dependent Variable : Pertumbuhan Ekonomi
Coefficients
aModel
Collinearity Statistics
Tolerance
VIF
1
(Constant)
Dana Alokasi Umum
.571
1.751
Dana Alokasi Khusus
.537
1.862
Belanja Modal
.431
2.318
(4)
Lampiran 7. Regresi Model DAU, DAK terhadap Pertumbuhan Ekonomi
melalui Belanja Modal
Variables Entered/Removed
Model
Variables Entered
Variables
Removed Method 1 Belanja Modal,
Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khususa
. Enter
a. All requested variables entered.
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .616a .380 .360 1835053.757 1.367
a. Predictors: (Constant), Belanja Modal, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus b. Dependent Variable: Pertumbuhan Ekonomi
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 1.978E14 3 6.595E13 19.584 .000a
Residual 3.233E14 96 3.367E12
Total 5.211E14 99
a. Predictors: (Constant), Belanja Modal, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus b. Dependent Variable: Pertumbuhan Ekonomi
Coeffisients
aModel
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 5946770.987 432888.438 13.737 .000
Dana Alokasi Umum 6.351E-6 .000 .457 4.300 .000
Dana Alokasi Khusus -7.433E-5 .000 -.635 -5.788 .000
(5)
Lampiran 8. Chart DAU, DAK terhadap Pertumbuhan Ekonomi melalui
Belanja Modal
(6)