Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus Terhadap Kinerja Keuangan Dengan Belanja Modal Sebagai Variabel Intervening Di Kabupaten Dan Kota Propinsi Riau

(1)

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI

UMUM, DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP KINERJA

KEUANGAN DENGAN BELANJA MODAL SEBAGAI

VARIABEL INTERVENING DI KABUPATEN

DAN KOTA PROPINSI RIAU

TESIS

Oleh

KINDY KURNIAWAN

097017017/Akt

S

E K O L AH

P A

S C

A S A R JA

NA

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011


(2)

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI

UMUM, DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP KINERJA

KEUANGAN DENGAN BELANJA MODAL SEBAGAI

VARIABEL INTERVENING DI KABUPATEN

DAN KOTA PROPINSI RIAU

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Ilmu Akuntansi Pada Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara

Oleh

KINDY KURNIAWAN

097017017/Akt

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011


(3)

Judul Tesis : PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM, DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP KINERJA KEUANGAN DENGAN BELANJA MODAL SEBAGAI VARIABEL INTERVENING DI KABUPATEN DAN KOTA PROPINSI RIAU

Nama Mahasiswa : Kindy Kurniawan

Nomor Pokok : 097017017

Program Studi : Ilmu Akuntansi

Menyetujui : Komisi Pembimbing,

(Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, CPA) (Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak)

Ketua Anggota

Ketua Program Studi Direktur


(4)

Tanggal Lulus : 13 September 2011 Telah Diuji pada

Tanggal : 13 September 2011

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak Anggota : 1. Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak

2. Drs Zainul Bahri Torong, M.Si, Ak 3. Drs. Idhar Yahya, MBA, Ak


(5)

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji dan memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh PAD, DAU, DAK terhadap kinerja keuangan dengan belanja modal sebagai variable interveningnya di Kabupaten dan Kota Propinsi Riau.

Populasi dalam penelitian ini adalah Kabupaten dan Kota di Propinsi Riau yang berjumlah 12 kabupaten dan kota. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Purposive Sampling dengan kriteria setiap kabupaten dan kota memiliki laporan

keuangan yang disajikan berturut-turut oleh Badan Pusat Statistik Propinsi Riau dan Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan dari tahun 2004 - 2009. Kabupaten dan kota yang sesuai dengan kriteria sampel berjumlah 11 kabupaten dan kota dengan jumlah total sampel sebesar 66 data. Data yang digunakan adalah data PDRB berdasarkan harga yang berlaku dan realisasi PAD, DAU, DAK, dan belanja modal dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2009. Analisis pengujian data dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda dan analisis jalur (path analysis).

Hasil analisis menunjukkan bahwa dalam hubungan langsung, secara parsial variabel PAD dan DAU berpengaruh tehadap kinerja keuangan, tetapi variabel DAK tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan. Namun secara simultan variabel PAD, DAU dan DAK berpengaruh terhadap kinerja keuangan. Dan dalam hubungan tidak langsung secara parsial variabel PAD dan DAU berpengaruh terhadap kinerja keuangan melalui belanja modal, sedangkan variabel DAK tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan melalui belanja modal. Namun secara simultan variabel PAD, DAU, dan DAK berpengaruh terhadap kinerja keuangan melalui belanja modal.

Kata Kunci : PAD, DAU, DAK, Belanja Modal, Kinerja Keuangan


(6)

ABSTRACT

Intention of this research is to test and get empirical evidence of PAD, DAU and DAK to the financial performance with capital expenditure as a intervening variable in city and region in Riau Province.

The study population is in city and region in Riau Province which amounted to 12 districts and cities and Sample which used in this research is purposive sampling with creterion each every cities and districts have financial statement successively every year. Data the used is data of product domestic regional bruto whit nominal price and realization of PAD, DAU, DAK and capital expenditure of year 2004 up to year 2009. The districts and cities is sampling with cretarion amounted to 11 districts and cities wich amounted to 66 date. Analysis examination in this research with multiple regression and path analysis.

Result of analysis examination indicate that dirrect effect by partial variable of PAD and DAU have an effect on the financial performance while variable of DAK not have an effect on The financial performance. By simultan variable of PAD, DAU and DAK have an effect on the financial performance. And indirect effect that by partial variable of PAD and DAU have an effect on the financial performance pass capital expenditure, but variable of DAK not have an effect on the financial performance pass capital expenditure. While by simultan variable of PAD, DAU and DAK have an effect on to financial performance pass capital expenditure.


(7)

KATA PENGANTAR

Dengan segala kerendahan hati, tulus dan ikhlas, penulis menyampaikan puji dan syukur kehadirat ALLAH SWT, oleh karena dorongan rahmat dan ridhoNya yang berkelimpahan sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.

Dalam meneyelesaikan tesis ini tentu saja penulis banyak menemui kesulitan-kesulitan, kendala-kendala dan hambatan-hambatan, akan tetapi berkat bantuan, bimbingan, petunjuk dan masukan dari berbagai pihak lainnya penulis dapat menyelesaikannya. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati, tulus dan ikhlas penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), SP.A(K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas untuk mengikuti dan menyelesaikan Sekolah Pascasarjana.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, yang senantiasa dengan sabar dan secara berkesinambungan meningkatkan layanan pendidikan di Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, CPA, selaku Ketua Program Studi Ilmu Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Sekaligus sebagai Ketua Komisi Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan saran dan kritik yang konstruktif dalam membimbing penulis sejak awal hingga selesainya tesis ini. 4. Ibu Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak, selaku Anggota Komisi Dosen

Pembimbing yang telah banyak memberikan saran dan kritik yang konstruktif dalam membimbing penulis sejak awal hingga selesainya tesis ini.

5. Bapak Drs. Zainul Bahri Torong, M.Si, Ak, selaku Ketua Komisi Dosen Pembanding yang telah banyak memberikan saran dan kritik yang konstruktif dalam membimbing penulis sejak awal hingga selesainya tesis ini.

6. Bapak Drs. Idhar Yahya, MBA, Ak, selaku Ketua Komisi Dosen Pembanding yang telah banyak memberikan saran dan kritik yang konstruktif dalam membimbing penulis sejak awal hingga selesainya tesis ini.

7. Bapak Drs. Syamsul Bahri TRB, MM, Ak, selaku Ketua Komisi Dosen Pembanding yang telah banyak memberikan saran dan kritik yang konstruktif dalam membimbing penulis sejak awal hingga selesainya tesis ini.


(8)

8. Papa tercinta Nuriswan dan Mama tersayang Anizar yang senantiasa memberikan motivasi dan semangat kepada penulis sejak memulai perkuliahan hingga penyelesaian penulisan tesis ini.

9. Adik-adik tersayang : Dimas Dermawan, Dita Ayu Astria, dan Gebby Wandani Larasati yang senantiasa memberikan motivasi dan semangat kepada penulis sejak memulai perkuliahan hingga penyelesaian penulisan tesis ini.

10.Pacar tercinta dan tersayang Rika Andriyani yang senantiasa memberikan motivasi dan semangat kepada penulis sejak memulai perkuliahan hingga penyelesaian penulisan tesis ini.

11.Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai yang telah memberikan Ijin Belajar kepada Penulis.

12.Rekan-rekan Mahasiswa di Sekolah Pascasarjana Program Studi Ilmu Akuntansi Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna baik dari segi penyajian maupun dari segi penyusunannya. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca guna penyempurnaan tesis ini pada masa yang akan datang.

Akhir kata penulis mengucapkan semoga tesis ini bermanfaat bagi para pembaca, khususnya bagi rekan Mahasiswa/i

Medan, September 2011 Penulis


(9)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Kindy Kurniawan

Tempat/Tgl Lahir : Medan, 10 September 1987 Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Alamat : Jalan Mangaan I nomor 55 A Lingkungan VI, Medan

Telepon : 082167652334

Orang Tua (Ayah) : Nuriswan (Ibu) : Anizar

Riwayat Pendidikan

2009 – 2011 : Kuliah di Program Studi Ilmu Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

2005 – 2009 : Universitas Islam Sumatera Utara, Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi

2002 – 2005 : SMA Negeri 7 Medan 1999 – 2002 : SMP Negeri 11 Medan 1993 – 1999 : SD Swasta Pertiwi

Riwayat Pekerjaan


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI... iv

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR... xi

LAMPIRAN... xii

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Rumusan Masalah Penelitian ... 6

1.3. Tujuan Penelitian... 6

1.4. Manfaat Penelitian... 7

1.5. Originalitas Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1. Landasan Teori... 9

2.1.1. Pendapatan Asli Daerah ... 9

2.1.2. Dana Alokasi Umum ... 12

2.1.3. Dana Alokasi Khusus... 14

2.1.4. Belanja Modal... 16


(11)

2.2. Review / Tinjauan Peneliti Terdahulu... 20

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS ... 24

3.1. Kerangka Konseptual... 24

3.2. Hipotesis ... 27

BAB IV METODE PENELITIAN ... 28

4.1. Jenis Penelitian... 28

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 28

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 28

4.4. Metode Pengumpulan Data ... 30

4.5. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel... 30

4.5.1 Defenisi Operasional... 30

4.5.2 Pengukuran Variabel... 34

4.6. Metode Analisis Data... 34

4.7. Teknik Analisis Data... 38

4.7.1. Pengujian Asumsi Klasik ... 38

4.7.1.1. Uji Normalitas ... 39

4.7.1.2. Uji Multikolineritas ... 39

4.7.1.3. Uji Heteroskedestisitas ... 39

4.7.1.4. Uji Autokorelasi ... 40

4.7.2. Pengujian Hipotesis... 40

4.7.2.1. Uji F ... 40

4.7.2.2. Uji t ... 42

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 43

5.1. Hasil Penelitian ... 43


(12)

5.2. Analisis Data ... 45

5.2.1. Uji Asumsi Klasik ... 45

5.2.1.1. Uji Normalitas Persamaan Hipotesis 1 ... 45

5.2.2.2. Uji Multikolonieritas Persamaan Hipotesis 1 ... 46

5.2.1.3. Uji Heterokedastisitas Persamaan Hipotesis 1 ... 47

5.2.1.4. Uji Autokorelasi Persamaan Hipotesis 1 ... 48

5.2.1.5. Uji Normalitas Persamaan I Hipotesis 2... 49

5.2.1.6. Uji Multikolonieritas Persamaan I Hipotesis 2... 51

5.2.1.7. Uji Heterokedastisitas Persamaan I Hipotesis 2 ... 52

5.2.1.8. Uji Autokorelasi Persamaan I Hipotesis 2... 53

5.2.1.9. Uji Normalitas Persamaan II Hipotesis 2 ... 54

5.2.2.10. Uji Multikolonieritas Persamaan II Hipotesis 2 .... 56

5.2.1.11. Uji Heterokedastisitas Persamaan II Hipotesis 2... 57

5.2.1.12. Uji Autokorelasi Persamaan II Hipotesis 2 ... 57

5.3. Pembahasan Hasil Hipotesis ... 59

5.3.1. Hipotesis Pertama (1)... 59

5.3.1.1. Uji F Hipotesis Pertama (1) ... 60

5.3.1.2. Uji t Hipotesis Pertama (1) ... 61

5.3.2. Hipotesis Kedua (2) ... 63

5.3.2.1. Hipotesis Kedua (2) Persamaan I... 63

5.3.2.1.1. Uji F Hipotesis kedua (2) Persamaan I ... 64

5.3.2.1.2. Uji t Hipotesis kedua (2) Persamaan I ... 65


(13)

5.3.2.2.1. Uji F Hipotesis kedua (2) Persamaan II ... 67

5.3.2.2.2. Uji t Hipotesis kedua (2) Persamaan II ... 68

5.4. Besarnya pengaruh PAD, DAU dan DAK terhadap kinerja keuangan dengan belanja modal sebagai variabel intervening ... 71

5.5. Pembahasan Hasil Penelitian ... 74

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 84

6.1. Kesimpulan ... 84

6.2. Keterbatasan Penelitian... 85

6.3. Saran Penelitian... 86


(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1.1 Anggaran dan Realisasi... 5

2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu... ... 23

4.1 Populasi dan Sampel... ... 29

4.2 Defenisi Opersional dan Pengukuran Variabel... ... 34

5.1 Deskriptif Statistik... ... 43

5.2 Hasil Pengujian Kolmogorov-Smirnov test... ... 46

5.3 Hasil Uji Multikolinearitas Persamaan Hipotesis I... 47

5.4 Hasil Uji Autokorelasi Persamaan Hipotesisi I... 49

5.5 Hasil Pengujian Kolmogorov-Smirnov test... ... 51

5.6 Hasil Uji Multikolinearitas Persamaan I Hipotesis II... ... 52

5.7 Hasil Uji Autokorelasi Persamaan I Hipotesisi II... ... 54

5.8 Hasil Pengujian Kolmogorov-Smirnov test... ... 55

5.9 Hasil Uji Multikolinearitas Persamaan II Hipotesis II... 56

5.10 Hasil Uji Autokorelasi Persamaan I Hipotesisi II... ... 58

5.11 Hasil Pengujian Goodness of Fit... 59

5.12 Hasil Uji F Hipotesis I... ... 60

5.13 Hasil Uji t Hipotesis I... 61

5.14 Hasil Pengujian Goodness of Fit... 63

5.15 Hasil Uji F Hipotesis II Persamaan I ... ... 64

5.16 Hasil Uji t Hipotesis II Persamaan I ... 65

5.17 Hasil Pengujian Goodness of Fit... 67

5.18 Hasil Uji F Hipotesis II Persamaan II ... ... 68


(15)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

3.1 Pengaruh PAD, DAU dan DAK Terhadap Kinerja Keuangan.... ... 24

3.2 Pengaruh PAD, DAU dan DAK terhadap Kinerja Keuangan dengan Belanja Modal sebagai Variabel Intervening.... ... 25

5.1 Analisis Grafik P-P Plot Hipotesis I... 45

5.2 Analisis Scatterplot Hipotesis I... 48

5.3 Analisis Grafik P-P Plot Persamaan I Hipotesis II... 50

5.4 Analisis Scatterplot Persamaan I Hipotesis II... 53

5.5 Analisis Grafik P-P Plot Persamaan II Hipotesis II... ... 55


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1 Populasi dan Sampel ... ... 90

2 Pendapatan Asli Daerah ... ... 91

3 Dana Alokasi Umum ... 92

4 Dana Alokasi Khusus ... 93

5 Belanja Modal ... ... 94

6 Kinerja Keuangan ... ... 95

7 Data sampel ... 96

8 Deskriptif statistik ... ... 99

9 Uji Normalitas dan Kolmogorov Smirnov hipotesis 1... 100

10 Uji multikolinearitas dan Autokorelasi hipotesis 1 ... 101

11 Uji Heteroskedastisitas hipotesis 1 ……… ... 102

12 Uji Normalitas dan Kolmogorov Smirnov hipotesis 2 persamaan I ... 103

13 Uji multikolinearitas dan Autokorelasi hipotesis 2 Persaman I…… ... 104

14 Uji Heteroskedastisitas hipotesis 2 persamaan I………... ... 105

15 Uji Normalitas dan Kolmogorov Smirnov hipotesis 2 persamaan II... 106

16 Uji multikolinearitas dan Autokorelasi hipotesis 2 Persaman II…... 107

17 Uji Heteroskedastisitas hipotesis 2 persamaan II………... 108

18 Uji F dan Uji t Hipotesis 1……….. ... 109

19 Uji F dan Uji t Hipotesis 2 persamaan I………... 110


(17)

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji dan memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh PAD, DAU, DAK terhadap kinerja keuangan dengan belanja modal sebagai variable interveningnya di Kabupaten dan Kota Propinsi Riau.

Populasi dalam penelitian ini adalah Kabupaten dan Kota di Propinsi Riau yang berjumlah 12 kabupaten dan kota. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Purposive Sampling dengan kriteria setiap kabupaten dan kota memiliki laporan

keuangan yang disajikan berturut-turut oleh Badan Pusat Statistik Propinsi Riau dan Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan dari tahun 2004 - 2009. Kabupaten dan kota yang sesuai dengan kriteria sampel berjumlah 11 kabupaten dan kota dengan jumlah total sampel sebesar 66 data. Data yang digunakan adalah data PDRB berdasarkan harga yang berlaku dan realisasi PAD, DAU, DAK, dan belanja modal dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2009. Analisis pengujian data dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda dan analisis jalur (path analysis).

Hasil analisis menunjukkan bahwa dalam hubungan langsung, secara parsial variabel PAD dan DAU berpengaruh tehadap kinerja keuangan, tetapi variabel DAK tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan. Namun secara simultan variabel PAD, DAU dan DAK berpengaruh terhadap kinerja keuangan. Dan dalam hubungan tidak langsung secara parsial variabel PAD dan DAU berpengaruh terhadap kinerja keuangan melalui belanja modal, sedangkan variabel DAK tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan melalui belanja modal. Namun secara simultan variabel PAD, DAU, dan DAK berpengaruh terhadap kinerja keuangan melalui belanja modal.

Kata Kunci : PAD, DAU, DAK, Belanja Modal, Kinerja Keuangan


(18)

ABSTRACT

Intention of this research is to test and get empirical evidence of PAD, DAU and DAK to the financial performance with capital expenditure as a intervening variable in city and region in Riau Province.

The study population is in city and region in Riau Province which amounted to 12 districts and cities and Sample which used in this research is purposive sampling with creterion each every cities and districts have financial statement successively every year. Data the used is data of product domestic regional bruto whit nominal price and realization of PAD, DAU, DAK and capital expenditure of year 2004 up to year 2009. The districts and cities is sampling with cretarion amounted to 11 districts and cities wich amounted to 66 date. Analysis examination in this research with multiple regression and path analysis.

Result of analysis examination indicate that dirrect effect by partial variable of PAD and DAU have an effect on the financial performance while variable of DAK not have an effect on The financial performance. By simultan variable of PAD, DAU and DAK have an effect on the financial performance. And indirect effect that by partial variable of PAD and DAU have an effect on the financial performance pass capital expenditure, but variable of DAK not have an effect on the financial performance pass capital expenditure. While by simultan variable of PAD, DAU and DAK have an effect on to financial performance pass capital expenditure.


(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Selama ini dominasi Pusat terhadap Daerah menimbulkan besarnya ketergantungan Daerah terhadap Pusat. Pemerintah Daerah tidak mempunyai keleluasaan dalam menetapkan program-program pembangunan di daerahnya. Demikian juga dengan sumber keuangan penyelenggaraan pemerintahan yang diatur oleh Pusat. Beranjak dari kondisi tersebut mendorong timbulnya tuntutan agar kewenangan pemerintahan dapat didesentralisasikan dari Pusat ke Daerah. Untuk mengatasi hal ini maka ditetapkanlah Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, yang menegaskan kembali pelaksanaan Otonomi Daerah.

Undang-Undang No.32 Tahun 2004 ini menitikberatkan otonomi pada daerah kabupaten dan kota, dengan tujuan untuk memungkinkan daerah yang bersangkutan mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Selain UU No.32 Tahun 2004 ditetapkan juga UU No.33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah yang menyebabkan perubahan mendasar mengenai pengaturan hubungan Pusat dan Daerah, khususnya dalam administrasi pemerintahan maupun dalam hubungan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, yang dikenal sebagai era otonomi. Undang–undang ini menetapkan pemberian kewenangan otonomi dalam wujud otonomi yang luas, nyata, dan


(20)

bertanggung jawab kepada daerah. Konsekuensi dari kewenangan otonomi yang luas ini adalah pemerintah daerah mempunyai kewajiban untuk meningkatkan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat secara demokratis, adil, merata, dan berkesinambungan. Kewajiban itu bisa dipenuhi apabila pemerintah daerah mampu mengelola potensi daerahnya yaitu potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan potensi sumber daya keuangan secara optimal. Pasal 4 Peraturan Pemerintah No.105 Tahun 2000 tentang pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan daerah menegaskan bahwa pengelolaan keuangan daerah harus dilakukan secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan yang berlaku, efisien, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan atas keadilan dan kepatuhan. Masyarakat selaku stakeholder

keuangan pemerintah daerah dapat memantau aliran dana yang ada dipemerintahan sehingga kecurangan dapat dihilangkan.

Salah satu instrument untuk menilai kinerja Pemerintah Daerah dalam mengelola keuangan daerah adalah dengan melakukan analisa rasio keuangan terhadap APBD yang telah ditetapkan dan disahkan. Hasil rasio keuangan ini selanjutnya digunakan untuk tolak ukur dalam:

1. menilai kemandirian keuangan daerah dalam membangun penyelenggaraan otonomi daerah.

2. mengukur efektifitas dan efisiensi dalam merealisasikan pendapatan daerah.

3. mengukur sejauh mana aktivitas pemerintah daerah dalam membelanjakan pendapatan daerahnya.


(21)

4. mengukur kontribusi masing-masing sumber pendapatan dalam pembentukan pendapatan daerah.

5. melihat pertumbuhan atau perkiraan perolehan pendapatan dan pengelolaan yang dilakukan selama periode waktu tertentu.

Penggunaan analisis rasio sebagai alat analisis keuangan secara luas sudah diterapkan pada lembaga perusahaan yang bersifat komersial sedangkan pada lembaga publik khususnya pemerintah daerah masih sangat terbatas.

Hal ini disebabkan oleh:

1. keterbatasan penyajian laporan keuangan pada lembaga pemerintahan daerah yang sifat dan cakupannya berbeda dengan penyajian laporan keuangan oleh lembaga perusahaan yang bersifat komersial,

2. selama ini penyusunan APBD masih dilakukan berdasarkan pertimbangan

incremental budget yaitu besarnya masing-masing komponen pendapatan dan

pengeluaran dihitung dengan meningkatkan sejumlah persentase tertentu (biasanya berdasarkan tingkat inflasi). Karena disusun dengan pendekatan incremental maka sering kali mengabaikan bagaimana rasio keuangan dalam APBD. Misalkan adanya prinsip “yang penting pendapatan naik meskipun untuk menaikkan itu diperlukan biaya yang tidak efisien”. Menurut Pasal 20 Peraturan Pemerintah No. 105 tahun 2000, APBD seharusnya disusun dengan pendekatan kinerja (performance budget), 3. penelitian keberhasilan APBD sebagai penilaian pertanggungjawaban pengelolaan


(22)

Adapun pihak-pihak yang berkepentingan dengan rasio keuangan APBD ini adalah:

1. DPRD sebagai wakil dari pemilik daerah,

2. pihak eksekutif sebagai landasan dalam menyusun APBD berikutnya,

3. pemerintah pusat/propinsi sebagai bahan masukan dalam pembinaan pelaksanaan pengelolan keuangan daerah,

4. masyarakat dan kreditor sebagai pihak yang akan turut memiliki saham pemerintah daerah, bersedia memberikan pinjaman ataupun membeli obligasi.

Otonomi bertujuan agar masyarakat dapat kembali merasakan pertumbuhan ekonomi yang pesat di daerah tersebut. Namun ditengah perjalanan otonomi, kita selaku masyarakat harus mengetahui apakah otonomi di Propinsi Riau berjalan di jalur yang benar. Dengan otonomi maka daerah memperoleh banyak tambahan dana. Diharapkan dengan dana yang banyak ini maka kesejahteraan rakyat di Propinsi Riau dapat naik ataupun menjadi lebih baik dari sebelumnya, diiringi dengan meningkatnya kinerja pemerintah daerah.

Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan tulang punggung pembiayaan daerah. Karena itu, kemampuan suatu daerah menggali PAD akan mempengaruhi perkembangan dan pembangunan daerah tersebut. Di samping itu semakin besar kontribusi PAD terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), maka akan semakin kecil pula ketergantungan terhadap bantuan pemerintah pusat. Sumber


(23)

keuangan yang berasal dari PAD lebih penting dibanding dengan sumber yang berasal dari luar PAD. Hal ini karena PAD dapat dipergunakan sesuai dengan kehendak dan inisiatif pemerintah daerah demi kelancaran penyelenggaraan urusan daerahnya. Sementara sumber keuangan yang berasal dari bantuan pemerintah pusat, umumnya sudah ditentukan untuk pembiayaan tertentu yang sifatnya mengikat. Oleh karena itu sangat wajar jika pemerintah daerah berusaha bagaimana memperoleh PAD semaksimal mungkin agar bisa memperoleh pendapatan yang sebesar-besarnya demi perkembangan dan pembangunan daerahnya, khususnya di Propinsi Riau.

Sebagai gambaran kinerja keuangan di Propinsi Riau disajikan dalam tabel di bawah ini:

Tabel 1.1 Anggaran dan Realisasi

No Tahun Laporan Keuangan REALISASI Kinerja Keuangan

1 2004 710,000,000,000 710,384,050,000 100%

2 2005 674,880,950,000 769,561,700,000 114%

3 2006 877,529,660,000 964,668,290,000 110%

4 2007 1,198,657,898,600 1,257,664,410,520 105%

5 2008 1,089,591,000,000 1,521,892,847,623 140%

Dari gambaran ini dapat kita lihat kinerja keuangan Pemerintah Daerah Propinsi Riau dari tahun 2004-2008 terus meningkat. Hal ini menunjukkan kinerja keuangan pemerintah daerah Propinsi Riau semakin maksimal untuk setiap tahunnya dalam merealisasikan target Anggaran Pendapatan Asli Daerahnya. Berdasarkan hal-hal di atas, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh pendapatan asli daerah (PAD), dana alokasi umum (DAU) dan dana alokasi khusus


(24)

(DAK) terhadap kinerja keuangan dengan belanja modal sebagai variabel intervening di kabupaten dan kota Propinsi Riau.

1.2. Rumusan Masalah Penelitian

Masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah pendapatan asli daerah, dana alokasi umum dan dana alokasi khusus berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap kinerja keuangan di Kabupaten dan Kota Propinsi Riau?”.

2. Apakah pendapatan asli daerah, dana alokasi umum dan dana alokasi khusus berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap kinerja keuangan dengan belanja modal sebagai variabel intervening di Kabupaten dan Kota Propinsi Riau?”.

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk menganalisis pengaruh pendapatan asli daerah, dana alokasi umum dan dana alokasi khusus secara simultan dan parsial terhadap kinerja keuangan di Kabupaten dan Kota Propinsi Riau.

2. Untuk menganalisis pengaruh pendapatan asli daerah, dana alokasi umum dan dana alokasi khusus secara simultan dan parsial terhadap kinerja keuangan


(25)

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi kontribusi yang berarti bagi daerah yang menjadi lokasi penelitian, yaitu:

1) Bagi peneliti dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalam menganalisis kinerja keuangan di Kabupaten dan Kota Propinsi Riau sejak diberlakukannya otonomi daerah.

2) Bagi pemerintah daerah dalam hal ini Kabupaten dan Kota di Propinsi Riau yang menjadi lokasi penelitian, untuk dapat menganalisis kekuatan daerahnya, dilihat dari sisi pendapatan asli daerah, dana alokasi umum dan dana alokasi khususserta potensi pergerakan kinerja keuangan.

3) Bagi akademisi diharapkan dapat memberikan referensi bagi peneliti selanjutnya terutama pada bidang penelitian yang sejenis.

1.5. Originalitas Penelitian

Sepanjang pengetahuan peneliti, penelitian seperti ini pernah dilakukan. Penelitian yang peneliti lakukan ini, merupakan pengembangan ide dari penelitian yang dilakukan oleh Florida (2007).


(26)

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Asha Florida yaitu:

1. Variabel independen penelitian terdahulu adalah pendapatan asli daerah, sedangkan dalam penelitian ini yang menjadi variabel independennya adalah pendapatan asli daerah, dana alokasi umum dan dana alokasi khusus serta penambahan variabel intervening yaitu belanja modal.

2. Populasi penelitian terdahulu adalah seluruh Kabupaten dan Kota di Propinsi Sumatera Utara sedangkan populasi penelitian saat ini adalah seluruh Kabupaten dan Kota di Propinsi Riau. Namun dalam pengambilan sampel mengalami perbedaan dikarenakan perbedaan kriteria pengambilan sampel penelitian.

3. Penelitian terdahulu memiliki tahun amatan antara tahun 2001-2005, sedangkan dalam penelitian ini memiliki tahun amatan antara tahun 2004-2009


(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

Bab ini akan menguraikan pengertian PAD, DAU, DAK dan Belanja Modal terhadap Kinerja Keuangan. Menjabarkan teori yang melandasi penelitian ini dan beberapa penelitian terdahulu yang telah diperluas dengan referensi atau keterangan tambahan yang dikumpulkan selama pelaksanaan penelitian.

2.1.1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Pendapatan Daerah adalah hak dan kewajiban dalam rangka penyelenggaraan pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut (PP RI No. 58 Tahun 2005). Adapun sumber pendapatan daerah otonom menurut Halim (2004 : 67) adalah:

1. Pendapatan Asli Daerah (PAD), yang terdiri dari:

a. Pajak daerah adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk investasi publik.

Adapun yang termasuk jenis pajak daerah yaitu:

1. Jenis pajak daerah Propinsi terdiri dari: pajak kenderaan bermotor, bea balik nama kenderaan bermotor, dan pajak bahan bakar kenderaan bermotor.


(28)

2. Jenis pajak daerah Kabupaten / Kota terdiri dari: pajak hotel dan restoran, pajak hiburan, pajak reklame, pajak penerangan jalan, pajak pengambilan dan pengelolaan bahan galian golongan C dan pajak pemanfaatan air bawah tanah dan air permukaan.

b. Retribusi daerah adalah pembayaran kepada negara yang dilakukan kepada mereka yang menggunakan jasa-jasa negara, artinya retribusi daerah sebagai pembayaran atas pemakaian jasa atau kerena mendapat pekerjaan usaha atau milik daerah bagi yang berkepentingan atau jasa yang diberikan oleh daerah, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu setiap pungutan yang dilakukan oleh pemerintah daerah senantiasa berdasarkan prestasi dan jasa yang diberikan kepada masyarakat, sehingga keluasan retribusi daerah terletak pada yang dapat dinikmati oleh masyarakat. Jadi retribusi sangat berhubungan erat dengan jasa layanan yang diberikan pemerintah kepada yang membutuhkan. Adapun jenis-jenis retribusi terdiri dari:

1. Jenis retribusi daerah untuk Propinsi terdiri dari: retribusi pelayanan kesehatan, retribusi pemakaian kekayaan daerah, retribusi penggantian biaya cetak peta, dan retribusi pengujian kapal perikanan.

2. Jenis retribusi daerah untuk Kabupaten / Kota terdiri dari: retribusi pelayanan kesehatan, retribusi pelayan persampahan / kebersihan, retribusi penggantian biaya cetak KTP, retribusi penggantian biaya cetak akta catatan sipil, retribusi pelayanan pemakaman, retribusi pelayanan pengabuan mayat, retribusi pelayanan parkir di tepi jalan umum, retribusi pelayanan pasar,


(29)

c. Hasil perusahaan dan pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Yaitu penerimaan dari laba badan usaha milik pemerintah daerah dimana pemerintah tersebut bertindak sebagai pemiliknya. Jenis pendapatan ini meliputi: bagian laba perusahaan milik daerah, bagian laba lembaga keuangan bank, bagian laba lembaga keuangan non bank dan bagian laba atas penyertaan modal atau investasi.

d. Lain-lain pendapatan daerah yang sah merupakan pendapatan daerah yang berasal bukan dari pajak daerah dan retribusi daerah. Jenis-jenisnya yaitu meliputi: hasil penjualan asset daerah yang tidak dipisahkan, penerimaan jasa giro, penerimaan bunga deposito, denda keterlambatan pelaksanaan pekerjaan


(30)

2.1.2. Dana Alokasi Umum (DAU)

DAU adalah dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk membiayai kebutuhan pembelanjaan. Sejak akhir dekade 1950-an, dalam literatur ekonomi dan keuangan daerah, hubungan pendapatan dan belanja daerah didiskusikan secara luas, serta berbagai hipotesis tentang hubungan ini diuji secara empiris. Seperti yang dinyatakan oleh Holtz-Eakin et al (1985), yang dikutip oleh Maemunah (2006), bahwa terdapat keterkaitan sangat erat antara transfer dari Pemerintah Pusat dengan belanja Pemerintah Daerah. Analisisnya menggunakan model maximing under uncertainty of intertemporal utility fuction dengan menggunakan data runtun waktu selama tahun 1934-1991 untuk mengetahui seberapa jauh pengeluaran daerah dapat dirasionalisasikan sebagai model.

Pemerintah Daerah diberi kewenangan yang lebih luas, nyata dan bertanggung jawab untuk mengatur dan mengelola daerahnya sendiri sejak diberlakukannya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah.

Seiring pemberlakuan daerah otonom, Pemerintah Daerah sangat bergantung pada dana perimbangan dari Pemerintah Pusat seperti bagi hasil pajak, bagi hasil SDA, DAU dan DAK, dan lainnya. DAU yang merupakan dana utama pembiayaan APBD sebagian besar terserap untuk belanja pegawai, sehingga belanja untuk proyek-proyek pembangunan menjadi berkurang.


(31)

Yang menjadi Kendala utama Pemerintah Daerah dalam melaksanakan otonomi daerah adalah sedikitnya pendapatan daerah yang bersumber dari PAD. Di lain pihak juga menyebabkan Pemerintah Daerah memiliki kewenangan dan kebebasan yang rendah dalam mengelola keuangan daerah. Karena sebagian besar pengeluaran, baik langsung maupun tidak langsung, bersumber dari dana perimbangan, terutama DAU.

Pungutan pajak dan retribusi daerah yang berlebihan dalam jangka panjang dapat menurunkan kegiatan perekonomian, yang pada akhirnya akan menyebabkan menurunnya PAD.Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 menyebutkan bahwa pelaksanaan kewenangan Pemerintah Daerah, Pemerintah Pusat akan mentransfer Dana Perimbangan yang terdiri dari DAU, DAK dan bagian dari Dana Bagi Hasil yang terdiri dari Pajak dan sumber daya alam. Disamping dana perimbangan tersebut, Pemerintah Daerah mempunyai sumber pendanaan sendiri berupa PAD , pembiayaan, dan lain-lain pendapatan. Kebijakan penggunaan semua dana tersebut diserahkan kepada Pemerintah Daerah. Seharusnya dana transfer dari Pemerintah Pusat diharapkan digunakan secara efektif dan efisien oleh Pemerintah Daerah untuk meningkatkan pelayanannya kepada masyarakat. Kebijakan penggunaan dana tersebut sudah seharusnya pula secara transparan dan akuntabel.

2.1.3. Dana Alokasi Khusus (DAK)

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 55 tahun 2005 tentang Dana perimbangan bahwa DAK untuk mendanai kegiatan khusus yang menjadi urusan


(32)

daerah dan merupakan prioritas nasional, sesuai dengan fungsi yang merupakan perwujudan tugas ke pemerintahan dibidang tertentu khususnya dalam upaya pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana pelayanan dasar masyarakat.

Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 30 Tahun 2007 Penggunaan Dana perimbangan Khususnya DAK dialokasikan kepada daerah tertentu untuk mendanai kebutuhan fisik, sarana dan prasarana dasar yang menjadi urusan daerah antara lain program dan kegiatan pendidikan, kesehatan dan lain-lain sesuai dengan petunjuk teknis yang ditetapkan oleh menteri teknis terkait sesuai dengan peraturan peraturan perundang-undangan.

Selain Dana Bagi Hasil dan DAU kepada Daerah juga disediakan DAK yang di golongkan kedalam bantuan yang bersifat specific grant. Pada awalnya DAK yang disediakan bagi daerah seluruhnya bersumber dari dana reboisasi yang dialokasi sebesar 40% dari penerimaannya. Namun dari tahun 2003 selain untuk membiayai kegiatan reboisasi didaerah penghasil, DAK diberikan juga dalam DAK non DR yang disediakan bagi daerah tertentu untuk mendanai kebutuhan khusus seperti; (a) Kebutuhan yang tidak dapat diperkirakan secara umum dengan menggunakan rumus alokasi umum dan/atau (b) kebutuhan yang merupakan komitmen atau prioritas nasional. Dalam perkembangannya, realisasi DAK senantiasa menunjukkan kecenderungan yang meningkat dari tahun ke tahun.

DAK dialokasikan kepada daerah tertentu untuk mendanai kegiatan khusus yang merupakan bagian dari program yang menjadi prioritas nasional yang menjadi prioritas daerah. Besaran DAK ditetapkan setiap tahun dalam APBN. Kegiatan khusus yang


(33)

ditetapkan oleh pemerintah mengutamakan kegiatan pembangunan, pengadaan peningkatan, perbaikan sarana dan prasarana fisik pelayanan dasar masyarakat dengan umur ekonomis yang panjang, termasuk pengadaan sarana fisik penunjang.

Daerah tertentu sebagaimana dimaksud adalah daerah yang dapat memperoleh alokasi DAK berdasarkan :

a) Kriteria Umum

Kriteria umum dirumuskan berdasarkan kemampuan keuangan daerah yang dicerminkan dari penerimaan umum APBD setelah dikurangi belanja pegawai negeri sipil daerah (PNSD) .

b) Kriteria Khusus

Kritria khusus dirumuskan berdasarkan (i) peraturan perundang-undangan yang mengatur penyelenggaraaan otonomi khusus , misalnya UU nomor 21 Tahun 2001 tentang otonomi khusus papua dan UU nomor 18 tahun 2001 tentang otonomi khusus propinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan (ii) Karateristik daerah.

c) Kriteria Teknis

Kriteria teknis disusun berdasarkan indikator-indikator kegiatan khusus yang akan didanai DAK. Ktiteria teknis dirumuskan melalui indek teknis oleh menteri teknis terkait. Menteri teknis menyampaikan kriteria teknis kepada menteri keuangan.


(34)

Belanja Modal sebagaimana dimaksud dalam pasal 50 huruf c Permendagri No 59 Tahun 2007 tentang perubahan Permendagri Nomor 13/2006 Tentang pengelolaan Keuangan Daerah digunakan untuk pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pengadaan asset tetap berwujud yang mempunyai nilai manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintahan.

Sedangkan menurut PSAP Nomor 2, Belanja Modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan asset tetap dan asset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Selanjutnya pada pasal 53 ayat 2 Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 ditentukan bahwa nilai asset tetap berwujud yang dianggarkan dalam belanja modal sebesar harga beli/bangun asset ditambah seluruh belanja yang terkait dengan pengadaan/ pembangunan asset sampai asset tersebut siap digunakan. Kemudian pada pasal 53 ayat 4 Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 disebutkan bahwa Kepala Daerah menetapkan batas minimal kapitalisasi sebagai dasar pembebanan belanja modal selain memenuhi batas minimal juga pengeluaran anggaran untuk belanja barang tersebut harus memberi manfaat lebih satu periode akuntansi bersifat tidak rutin. Ketentuan hal ini sejalan dengan PP 24 Tahun 2004 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan khususnya PSAP no 7, yang mengatur tentang akuntansi asset tetap.

Belanja modal merupakan pengeluaran anggaran yang digunakan dalam rangka memperoleh atau menambah asset tetap dan asset lainnya yang memberikan manfaat lebih dari satu periode akuntansi serta melebihi batasan minimal kapitalisasi asset tetap atau asset lainnya yang ditetapkan pemerintah.


(35)

Menurut Halim (2004:73), belanja modal merupakan belanja Pemerintah Daerah yang manfaatnya melebih satu tahun anggaran dan akan menambah asset atau kekayaan daerah dan selanjutnya akan menambah belanja yang bersifat rutin seperti biaya pemeliharaan pada kelompok belanja administrasi umum. Belanja modal dapat juga disimpulkan sebagai pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembentukan modal yang sifatnya menambah asset tetap/inventaris yang memberikan manfaat lebih dari satu periode akuntansi, termasuk didalamnya adalah pengeluaran untuk biaya pemeliharaan yang sifatnya mempertahankan atau menambah masa manfaat, rneningkatkan kapasitas dan kualitas asset.

2.1.5. Kinerja Keuangan

Republik Indonesia saat ini sedang memasuki masa pemulihan akibat krisis ekonomi yang berkepanjangan. Seluruh pihak termasuk pemerintah sendiri mencoba mengatasi hal ini dengan melakukan reformasi di segala bidang. Salah satu usaha memulihkan kondisi ekonomi, sosial dan politik adalah dengan mengembalikan kepercayaan rakyat kepada pemerintah dengan mencoba mewujudkan suatu pemerintahan yang bersih dan berwibawa atau yang dikenal dengan istilah good

governance. Upaya ini juga didukung oleh banyak pihak baik pemerintah sendiri

sebagai lembaga eksekutif, DPR sebagai lembaga legislatif, pers dan juga oleh lembaga-lembaga swadaya masyarakat. Unsur-unsur pokok upaya perwujudan good governance

ini adalah transparency, fairness,responsibility dan accountability.

Hal ini muncul sebenarnya sebagai akibat dari perkembangan proses demokratisasi di berbagai bidang serta kemajuan profesionalisme. Dengan demikian


(36)

pemerintah sebagai pelaku utama pelaksanaan good governance ini dituntut untuk memberikan pertanggungjawaban yang lebih transparan dan lebih akurat. Hal ini semakin penting untuk dilakukan dalam era reformasi ini melalui pemberdayaan peran lembaga-lembaga kontrol sebagai pengimbang kekuasaan pemerintah. Ada beberapa perbedaan pertanggungjawaban keuangan antara pemerintah daerah dengan pemerintah pusat. Pertanggungjawaban keuangan pemerintah daerah adalah diantaranya:

1. pertanggungjawaban pembiayaan pelaksanaan dekonsentrasi. 2. pertanggungjawaban pembiayaan pelaksanaan pembantuan

3. pertanggungjawaban anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD).

Sementara di tingkat pemerintah pusat, pertanggungjawaban keuangan tetap dalam bentuk pertanggungjawaban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Saat ini di Indonesia sedang dilakukan persiapan penyusunan suatu standar akuntansi pemerintahan yang lebih baik serta pembicaraan yang intensif mengenai peran akuntan publik dalam memeriksa keuangan negara maupun keuangan daerah. Namun tampak bahwa akuntabilitas pemerintahan di Indonesia masih berfokus pada sisi pengelolaan keuangan negara atau daerah.

Memasuki era reformasi, masyarakat di sebagian besar wilayah Indonesia, baik di propinsi, kota maupun kabupaten mulai membahas laporan pertanggungjawaban kepala daerah masing-masing dengan lebih seksama. Beberapa kali terjadi pernyataan ketidakpuasan atas kepemimpinan kepala daerah dalam melakukan manajemen pelayanan publik maupun penggunaan anggaran belanja daerah. Melihat pengalaman di negara-negara maju, ternyata dalam pelaksanaannya, keingintahuan masyarakat tentang


(37)

akuntabilitas pemerintahan tidak dapat dipenuhi hanya oleh informasi keuangan saja. Masyarakat ingin tahu lebih jauh apakah pemerintah yang dipilihnya telah beroperasi dengan ekonomis, efisien dan efektif.

Pemerintah dalam menyikapi kemajuan pola pikir masyarakat saat ini harus dapat membuat suatu pelaporan pengukuran kinerja (performance measurement) berkaitan erat dengan suatu proses yang dinamakan managing for results (pengelolaan

pencapaian). Proses ini timbul terhadap tuntutan yang meningkat bahwa manajemen

pemerintahan perlu memakai pendekatan yang sama dengan manajemen di sektor swasta maupun organisasi-organisasi nir laba lainnya. Proses ini merupakan pendekatan komprehensif untuk memfokuskan suatu organisasi terhadap misi (mission), sasaran (goals ) dan tujuan (objectives).

Pengertian kinerja keuangan pemerintah daerah adalah tingkat capaian dari satu hasil kerja di bidang keuangan daerah dengan menggunakan indikator keuangan yang ditetapkan melalui suatu kebijakan atau ketentuan perundang-undangan selama satu periode anggaran. Bentuk dari pengukuran kinerja tersebut berupa pengukuran dalam rasio keuangan. Pemerintah Daerah sebagai pihak yang diserahi tugas menjalankan roda pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan masyarakat wajib menyampaikan pertanggungjawaban keuangan daerahnya untuk dinilai apakah pemerintah daerah berhasil menjalankan tugasnya dengan baik atau tidak. Hal ini juga disampaikan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006.

Pengukuran kinerja keuangan yang paling sesuai untuk digunakan dalam penelitian ini adalah rasio pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi diukur dari


(38)

jumlah barang dan jasa yang dihasilkan yang dinyatakan dalam Product Domestic Regional Bruto (PDRB). PDRB yang digunakan adalah PDRB harga Berlaku dinyatakan dalam Rupiah.

2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu

1. Florida (2007)

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh PAD terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten dan Kota di Sumatera Utara yang diukur dengan rasio aktivitas. Data yang digunakan adalah laporan realisasi anggaran (LRA) selama periode tahun 2002-2006. Dalam penelitian ini menggunakan populasi penelitian seluruh Kabupaten dan Kota di Sumatera Utara.

Kesimpulan dari penelitian menunjukkan bahwa secara parsial hanya pajak daerah, retribusi daerah, lain-lain PAD saja yang berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan pemerintah Kabupaten dan Kota di Propinsi Sumatera Utara, sedangkan hasil perusahaan dan kekayaan daerah yang dipisahkan tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan pemerintah Kabupaten dan Kota di Propinsi Sumatera Utara. Sementara secara simultan PAD berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan pemerintah Kabupaten dan Kota di Propinsi Sumatera Utara.

2. Sulistyawan (2007)

Penelitian ini bertujuan untuk melihat Pengaruh DAU dan PAD terhadap Belanja modal di Kabupaten dan Kota di Sumatera. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa


(39)

secara parsial dan simultan DAU dan PAD berpengaruh signifikan terhadapa Belanja Modal.

3. Novita (2008)

Penelitian ini bertujuan untuk melihat Pengaruh Rasio Efektifitas PAD dan DAU terhadap Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah pada Pemkab dan Pemko di Sumatera Utara. Penelitian ini hanya mengambil empat buah variabel independen yaitu pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan dan kekayaan daearah yang dipisahkan, dan lain-lain PAD yang sah, terhadap variabel dependen kinerja keuangan. Periode pengamatan dalam penelitian ini terbatas karena hanya mencakup tahun 2005-2007.

Kesimpulan yang dapat diambil adalah secara parsial hanya pajak daerah, retribusi daerah, lain-lain PAD saja yang berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan pemerintah Kabupaten dan Kota di Propinsi Sumatera Utara, sedangkan hasil perusahaan dan kekayaan daerah yang dipisahkan tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan pemerintah Kabupaten dan Kota di Propinsi Sumatera Utara. Sementara secara simultan PAD berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan pemerintah Kabupaten dan Kota di Propinsi Sumatera Utara. Hal ini dikarenakan pengukuran kinerja yang digunakan adalah dengan rasio upaya fiskal, yaitu Total PAD dibagi Total Anggaran PAD, yang mengindikasikan daerah-daerah tersebut terkadang tidak bisa mencapai Anggaran PAD yang telah ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Hal ini bisa terjadi, daerah tersebut tidak secara rasional dalam menyusun Anggaran PAD.


(40)

4. Setyawan dan Adi (2009)

Penelitian ini ingin melihat Pengaruh Fiscal Stress terhadap Pertumbuhan PAD dan Belanja Modal. Hasil dalam penelitian ini adalah fiscal stress mempunyai pengaruh yang positifterhadap tingkat pertumbuhan belanja pembangunan/modal. Fiscal Stress yang tinggi menunjukkan semakin tingginya upaya daerah untuk meningkatkan PAD-nya. Sejalandengan hal itu, harapan untuk terus meningkatkan penerimaan sendiri ini akan sulit terwujud apabila alokasi belanja untuk modal/ pembangunan tidak ditingkatkan. Hasil penelitian ini memperkuat temuan penelitian sebelumnya yang dilakukan Andayani (2004) yang menunjukkan adanya peningkatan belanja yang semakin tinggi pada saat fiscal stress semakin tinggi.

Hasil penelitian ini memberikan implikasi diperlukannya suatu upaya yang lebih intensif melalui penggalian potensi sumber-sumber penerimaan daerah kabupaten/kota di propinsi Jawa Tengah agar mampu meningkatkan pertumbuhan PAD. Salah satu langkah yang dapat ditempuh adalah pemerintah kabupaten/kota harus lebih efektif dalam pengalokasian belanja modal/pembangunan dalam guna memenuhi kepentingan publik, baik yang mendukung pertumbuhan ekonomi maupun untuk pelayanan publik secara langsung.

Keterbatasan lain dalam penelitian ini adalah belum adanya kesepakatan secara bulat mengenai pengukuran fiscal stress, sehingga pengukuran fiscal stress dengan tax effort belum tentu mengindikasikan adanya fiscal stress. Sehingga diharapkan untuk penelitian mendatang diharapkan dapat mengukur fiscal stress dengan indikator empiris yang lain, sehingga benar-benar dapat diperoleh gambaran fiscal stress yang lebih utuh.


(41)

No Peneliti Judul Variabel Hasil Penelitian 1 Asha Florida 2007 Analisa Pengaruh Pendapatan Assli Daerah (PAD) terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten dan Kota di Propinsi Sumatera Utara

Variabel independen adalah Pajak Daerah (X1),

Retribusi Daerah (X2), Laba BUMD (X3), dan Lain-lain Pendapatan yang Sah (X4), sedangkan variabel dependen adalah kinerja keuangan (Y). .

Secara simultan ada pengaruh PAD terhadap kinerja keuangan pemerintah, namun secara parsial, hanya pajak daerah dan retribusi daerah yang dominan mempengaruhi kinerja keuangan kab/kota di Propinsi Sumut. 2 Eko

Sulistyawan 2007

Pengaruh DAU dan PAD terhadap Belanja Modal Di Kabupaten dan Kota Di Sumatera

Variabel Independen adalah DAU (X1) dan PAD (X2), sedangkan Variabel dependen adalah Belanja Modal (Y)

DAU dan PAD berpengaruh signifikan terhadap Belanja modal

3 Dian Novita

2008

Pengaruh Rasio Efektivitas PAD dan DAU Terhadap Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah Pada Pemkab/Pemko di Sumatera Utara

Variabel independen adalah PAD (X1) dan DAU (X2), sedangkan variabel dependen adalah kemandirian keuangan daerah (Y).

PAD dan DAU mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kemandirian keuangan daerah. 4 Budy Setyawan dan Priyo Hadi Adi 2009

Pengaruh Fiscal Stress Terhadap

Pertumbuhan PAD dan Belanja Modal (Studi Empiris Pada Kabupaten/Kota se Jawa Tengah)

Variabel dependen adalah PAD (Y1) dan Belanja Modal (Y2), sedangkan variabel independen adalah Fiscall Stress(X).

Fiscal Stress berpengaruh positif terhadap PAD dan Belanja Modal.


(42)

BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

3.1. Kerangka Konseptual

Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasikan sebagai masalah penting (Sumarni, 2006:27). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independennya adalah PAD, DAU, dan DAK. Sedangkan yang menjadi variabel dependennya adalah kinerja keuangan, serta belanja modal menjadi variabel intervening.

Kerangka konseptual penelitian ini digambarkan sebagai berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen

DAU (X2)

DAK(X3)

KINERJA KEUANGAN

(Z) PAD (X1)

Gambar 3.1. Pengaruh PAD, DAU dan DAK terhadap Kinerja Keuangan


(43)

DAU (X2)

DAK (X3)

BELANJA MODAL (Y)

KINERJA KEUANGAN

(Z) PAD (X1)

Gambar 3.2. Pengaruh PAD, DAU dan DAK terhadap Kinerja Keuangan dengan Belanja Modal sebagai variabel intervening

Sehubungan dengan tujuan otonomi daerah, yaitu menuntun kemandirian daerah maka upaya yang dapat dilakukan pemerintah daerah untuk mengoptimalkan PAD sebagai sumber pendanaan bagi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah dengan meningkatkan jumlah PAD yang berasal dari pajak daerah dan retribusi daerah. UU Nomor 32 tahun 2004 dan UU Nomor 33 tahun 2004 merupakan tantangan bagi pemerintah daerah untuk melakukan kerja keras guna mengembangkan kesejahteraan masyarakat lokal, khususnya dalam bidang kesehatan pendidikan, dan perumahan. Kerja keras tersebut salah satunya diwujudkan dalam pengembangan model keuangan daerah baik itu intensifikasi maupun ekstensifikasi pemerintah Kabupaten dan Kota se Propinsi Riau mewujudkan visi.

Pajak dan retribusi daerah yang menjadi komponen utama dari PAD juga terpengaruh akibat terjadinya krisis ekonomi. Menurunnya aktivitas ekonomi


(44)

masyarakat akibat adanya krisis ekonomi menyebabkan terganggunya penerimaan masyarakat yang kemudian mempengaruhi penerimaan pendapatan daerah yang mengakibatkan pendapatan daerah menjadi lebih rendah dan tidak menentu. Dengan keadaan pemerintah yang mengalami tekanan keuangan mengakibatkan penyusunan APBD menjadi tidak pasti sehingga menyebabkan kemungkinan adanya pergeseran pada komponen-komponen pendapatan dan belanja daerah. Tekanan keuangan berakibat pada tidak stabilnya kesiapan Pemerintah Kabupaten dan Kota terutama pada segi keuangannya, kinerja keuangan merupakan salah satu tolak ukur dari kesiapan suatu daerah dalam menghadapi otonomi daerah.

Berdasarkan uraian sebelumnya, maka kinerja keuangan diperkirakan baik secara langsung maupun tidak langsung dipengaruhi oleh beberapa variabel independen yaitu PAD, DAU dan DAK dengan uraian sebagai berikut:

a. Semakin tinggi besaran PAD maka semakin tinggi Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah.

b. Semakin tinggi besaran DAU maka semakin tinggi Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah.

c. Semakin tinggi DAK maka akan semakin tinggi Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah.

d. Semakin tinggi PAD, DAU, dan DAK maka semakin tinggi Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah melalui Belanja Modal.


(45)

Menurut Indriantoro (2002:73), “hipotesis menyatakan hubungan yang diduga secara logis antara dua variabel atau lebih dalam rumusan proposisi yang dapat diuji secara empiris”. Hipotesis dikembangkan dari telaah teoritis sebagai jawaban sementara dari masalah atau pertanyaan penelitian yang memerlukan pengujian secara empiris (Sugiyono, 2007:51). Hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah

1. PAD, DAU, dan DAK berpengaruh terhadap kinerja keuangan secara parsial dan simultan.

2. PAD, DAU dan DAK berpengaruh terhadap kinerja keuangan melalui belanja modal secara parsial dan simultan.


(46)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian kausal (causal), Umar (2008) menyebutkan desain kausal berguna untuk menganalisis bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lain, dan juga berguna pada penelitian yang bersifat eksperimen, dimana variabel independennya diperlakukan secara terkendali oleh peneliti untuk melihat dampaknya pada variabel dependennya secara langsung.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian yaitu Kabupaten Kota di Provinsi Riau dalam kurun waktu antara tahun 2004 - 2009. Sedangkan rencana waktu penelitian yaitu selama 25 minggu (Desember 2010 – Mei 2011).

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian

Sugiyono (2007:72) menyatakan bahwa “populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Populasi dalam penelitian ini adalah laporan keuangan dan APBD seluruh Kabupaten dan Kota di Propinsi Riau yang berjumlah 12 Kabupaten dan Kota.


(47)

Sampel yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiono, 2005: 78). Sampel diambil dengan kriteria yaitu Laporan keuangan Kabupaten dan Kota yang disajikan berturut-turut oleh Badan Pusat Statistik Propinsi Riau dan Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan mulai dari tahun 2004 sampai dengan 2009.

Tabel 4.1. Populasi dan Sampel

No Kabupaten/Kota Kriteria Sampel

1 Kabupaten Kuantan Singingi √ Sampel 1

2 Kabupaten Indragiri Hulu √ Sampel 2

3 Kabupaten Indragiri Hilir √ Sampel 3

4 Kabupaten Pelalawan √ Sampel 4

5 Kabupaten S I A K √ Sampel 5

6 Kabupaten Kampar √ Sampel 6

7 Kabupaten Rokan Hulu √ Sampel 7

8 Kabupaten Bengkalis √ Sampel 8

9 Kabupaten Rokan Hilir √ Sampel 9

10 Kota Pekan Baru √ Sampel 10

11 Kota D U M A I √ Sampel 11

12 Kab. Kepulauan Meranti X -

Sumber : hasil Output SPSS (Lampiran 1)

Dari 12 kabupaten dan kota yang dijadikan populasi, hanya sebanyak 11 kabupaten kota yang memenuhi kriteria untuk ditetapkan sebagai sampel penelitian pada Tabel 4.1.

4.4. Metode Pengumpulan Data

Sumber data penelitian merupakan faktor penting yang menjadi pertimbangan dalam penentuan metode pengumpulan data. Data yang digunakan dalam penelitian


(48)

adalah data sekunder. Data sekunder adalah data yang sudah diolah secara statistik. Pada penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan cara melengkapi data dari data yang dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik Propinsi Riau dan Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan (DJPK).

4.5. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 4.5.1. Defenisi Operasional

Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, PAD, DAU, dan DAK, sedangkan variabel terikat yang merupakan perhatian utama adalah Kinerja keuangan yang diproksikan dengan rasio pertumbuhan ekonomi yang diukur dengan menggunakan data PDRB berdasarkan harga berlaku. Untuk menjelaskan variabel-variabel, dapat dilihat dibawah ini :

1. Kinerja Keuangan (Z)

Kinerja keuangan pemerintah daerah adalah tingkat capaian dari satu hasil kerja di bidang keuangan daerah dengan menggunakan indikator keuangan yang ditetapkan melalui suatu kebijakan atau ketentuan perundang-undangan selama satu periode anggaran. Bentuk dari pengukuran kinerja tersebut berupa pengukuran dalam rasio keuangan. Pemerintah Daerah sebagai pihak yang diserahi tugas menjalankan roda pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan masyarakat wajib menyampaikan pertanggungjawaban keuangan daerahnya untuk dinilai apakah pemerintah daerah berhasil menjalankan tugasnya dengan baik atau tidak. Hal ini juga disampaikan dalam Permendagri No. 13 Tahun 2006.


(49)

Adapun rasio yang digunakan dalam pengukuran kinerja keuangan Pemerintah Daerah adalah rasio pertumbuhan ekonomi dengan menggunakan data jumlah capaian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) berdasarkan harga berlaku (Abdul Halim, 2000).

2. Pendapatan Asli Daerah (X1)

Pendapatan Daerah adalah hak dan kewajiban dalam rangka penyelenggaraan pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut.

Pendapatan Asli Daerah, yang terdiri dari: 1. Pajak Daerah

2. Retribusi Daerah

3. Laba Badan Usaha Milik Daerah 4. Pendapatan lain-lain yang sah. 3. Dana Alokasi Umum (X2)

Dana Alokasi Umum adalah dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk membiayai kebutuhan pembelanjaan. Diberlakukannya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, maka Pemerintah Daerah diberi kewenangan yang lebih luas, nyata dan bertanggung jawab untuk mengatur dan mengelola daerahnya sendiri.


(50)

Dalam menjalankan tugasnya sebagai daerah otonom, Pemerintah Daerah sangat bergantung pada dana perimbangan dari Pemerintah Pusat berupa bagi hasil pajak, bagi hasil SDA, Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK). Dana Alokasi Umum yang merupakan penyangga utama pembiayaan APBD sebagian besar terserap untuk belanja pegawai, sehingga belanja untuk proyek-proyek pembangunan menjadi sangat berkurang.

4. Dana Alokasi Khusus (X3)

DAK dialokasikan kepada daerah tertentu untuk mendanai kegiatan khusus yang merupakan bagian dari program yang menjadi prioritas nasional yang menjadi prioritas daerah. Besaran DAK ditetapkan setiap tahun dalam APBN. Kegiatan khusus yang ditetapkan oleh pemerintah mengutamakan kegiatan pembangunan, pengadaan peningkatan, perbaikan sarana dan prasarana fisik pelayanan dasar masyarakat dengan umur ekonomis yang panjang, termasuk pengadaan sarana fisik penunjang.

5. Belanja Modal (Variabel Intervening)

Belanja Modal sebagaimana dimaksud dalam pasal 50 huruf c Permendagri No 59 Tahun 2007 tentang perubahan Permendagri Nomor 13/2006 Tentang pengelolaan Keuangan Daerah digunakan untuk pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pengadaan asset tetap berwujud yang mempunyai nilai manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintahan.

Sedangkan menurut PSAP Nomor 2, Belanja Modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan asset tetap dan asset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Selanjutnya pada pasal 53 ayat 2 Permendagri Nomor 59 Tahun


(51)

2007 ditentuka bahwa nilai asset tetap berwujud yang dianggarkan dalam belanja modal sebesar harga beli/bangun asset ditambah seluruh belanja yang terkait dengan pengadaan/ pembangunan asset sampai asset tersebut siap digunakan. Kemudian pada pasal 53 ayat 4 Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 disebutkan bahwa Kepala Daerah menetapkan batas minimal kapitalisasi sebagai dasar pembebanan belanja modal selain memenuhi batas minimal juga pengeluaran anggaran untuk belanja barang tersebut harus memberi manfaat lebih satu periode akuntansi bersifat tidak rutin. Ketentuan hal ini sejalan dengan PP 24 Tahun 2004 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan khususnya PSAP no 7, yang mengatur tentang akuntansi asset tetap.

4.5.2. Metode Pengukuran Variabel

Untuk mengukur variabel-variabel yang sudah diidentifikasikan, digunakan instrumen dan alat ukur sebagai berikut :

Tabel 4.2. Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel

No. Variabel Definisi Operasional Pengukuran Variabel Skala

1. Kinerja Keuangan (Z)

Tingkat capaian dari satu hasil kerja di bidang keuangan daerah dengan menggunakan indikator keuangan.

Jumlah PDRB yang merupakan hasil dari produksi barang dan jasa.

Rasio

2. Pendapatan Asli

Daerah (X1)

Seluruh pendapatan yang bersumber dari daerah masing-masing. Terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, laba hasil BUMD, dan lain-lain pendapatan yang sah.

PAD adalah jumlah Pajak Daerah, Retribusi daerah, kekayaan daerah yg dipisahkan dan lain-lain PAD yang sah yang tercantum di APBD

Rasio

3. Dana Alokasi

Umum (X2)

Dana perimbangan daripusat ke daerah yang digunakan untuk tujuan umum.

Jumlah Dana Alokasi Umum yang tercantum di APBD

Rasio

4. Dana Alokasi

Khusus (X3)

Transfer yang bersifat khusus dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah untuk mengatasi

Jumlah Dana Alokasi Khusus yang tercantum di APBD


(52)

kepentingan horizontal dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk

membiayai pengeluaran pemerintah.

5 Belanja Modal

(Variabel Intervening)

Pengeluaran yang dilakukan

Dalam rangka Kegiatan,

Pengadaan, sarana dan prasarana fisik pembangunan, peningkatan atas indikator kesehatan, pendidikan dan ekonomi

Jumlah belanja modal yang tercantum di APBD

Rasio

4.6. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

ordinary least square (OLS) dengan menggunakan software SPSS 17. Dalam

menganalisis data digunakan analisis regresi berganda dan analisis jalur (Path Analysis). Analisis regresi berganda dilakukan dengan melakukan pengujian asumsi klasik dan pengujian hipotesis. Menurut Ghozali (2005: 160) untuk melihat pengaruh variabel intervening Belanja Modal (Y) tersebut digunakan analisis jalur (Path Analysis). Untuk menguji pengaruh variabel intervening digunakan metode analisis jalur (Path Analysis). Analisis jalur merupakan perluasan jalur dari analisis regresi linear berganda, atau analisis jalur adalah penggunaan analisis regresi untuk menaksir hubungan kausalitas antar variabel (model causal) yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan teori. Analisis jalur sendiri tidak dapat menentukan hubungan sebab akibat dan juga tidak dapat digunakan sebagai subtitusi bagi peneliti untuk melihat hubungan kausalitas antar variabel. Hubungan kausalitas antar variabel telah dibentuk dalam model berdasarkan landasan teoritis. Apa yang dapat dilakukan oleh analisis jalur adalah menentukan pola


(53)

hubungan antara tiga atau lebih variabel dan tidak dapat digunakan untuk mengkonfirmasi atau menolak hipotesis kausalitas imajiner.

Diagram jalur memberikan secara eksplisit hubungan kausalitas antar variabel berdasarkan pada teori. Tanda panah menunjukkan hubungan antar variabel. Model bergerak dari kiri ke kanan dengan implikasi prioritas hubungan kausal variabel yang dekat ke sebelah kiri. Setiap nilai menggambarkan jalur dan koefisien jalur. Hasil dari koefisien jalur akan menentukan apakah diagram jalur mempunyai hubungan langsung atau tidak langsung. Hubungan langsung terjadi jika satu variabel dengan variabel lainnya tanpa ada variabel ketiga yang memediasi (intervening) hubungan kedua variabel tadi.

Hubungan tidak langsung adalah jika ada variabel ketiga yang memediasi hubungan kedua variabel ini. Kemudian pada setiap variabel dependen (endogen variabel) akan ada anak panah yang menuju variabel ini, dan ini berfungsi untuk menjelaskan jumlah variance yang tidak dapat dijelaskan (unexplained variance) oleh variabel itu. Jadi anak panah dari variabel pertama ke variabel kedua menunjukkan jumlah variance variabel kedua yang tidak dapat dijelaskan variabel pertama. Sedangkan anak panah dari variabel kedua ke variabel ketiga menunjukkan jumlah variance variabel ketiga yang tidak dapat dijelaskan oleh variabel pertama dan variabel kedua. Koefisien jalur adalah standarized koefisien regresi. Koefisien jalur dihitung dengan membuat tiga persamaan struktural yaitu persamaan regresi yang menunjukkan


(54)

hubungan yang dihipotesiskan. Dalam hal ini ada 3 persamaan dalam penelitian, yaitu persamaan hipotesis 1, persamaan I hipotesis 2 dan persamaan II hipotesis 2:

Persamaan hipotesis 1

Z = α + β1X1+ β2X2+ β3X3 + e Keterangan :

Z = Kinerja Keuangan

X1 = PAD

X2 = DAU

X3 = DAK

e = error

β1,β2, β3 = Koefisien regresi

α = Konstanta

Persamaan I hipotesis 2

Y = α + β1X1 + β2X2 β3X3 + e1 Keterangan :

Y = Belanja Modal

X1 = PAD

X2 = DAU

X3 = DAK

e1 = error

β1,β2, β3 = Koefisien regresi


(55)

Persamaan II hipotesis 2

Z = α + β1X1 + β2X2+ β3X3 + β4Y + e2 Keterangan :

Z = Kinerja Keuangan

Y = Belanja Modal

X1 = PAD

X2 = DAU

X3 = DAK

e2 = error

β1,β2, β3, β4 = Koefisien regresi

α = Konstanta

4.7. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data pada penelitian ini adalah dengan menggunakan persamaan/model regresi. Dalam suatu penelitian, kemungkinan munculnya masalah dalam analisis regresi cukup sering dalam mencocokkan model prediksi ke dalam sebuah model yang dimasukkan ke dalam serangkaian data. Untuk keabsahan hasil analisis regresi tersebut, maka dilakukan serangkaian pengujian sebagai berikut:

4.7.1. Pengujian Asumsi Klasik

Salah satu syarat yang menjadi dasar penggunaan model regresi berganda dengan metode Ordinary Least Square (OLS) adalah dipenuhinya semua asumsi klasik, agar hasil pengujian bersifat tidak bias dan efisien (Best Linear Unbiased


(56)

bantuan program statistik. Menurut Ghozali (2005:123) asumsi klasik yang harus dipenuhi adalah:

1. berdistribusi normal,

2. non-multikolinearitas, artinya antara variabel independen dalam model regresi tidak memiliki korelasi atau hubungan secara sempurna ataupun mendekati sempurna,

3. non-Autokorelasi, artinya kesalahan pengganggu dalam model regresi

tidak saling korelasi,

4. homoskedasitas, artinya variance variabel independen dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain adalah konstan atau sama.

4.7.1.1. Uji Normalitas

Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu memiliki distribusi normal. Pengujian normalitas data dalam penelitian ini dilakukan dengan dua cara, yaitu analisis grafik dan uji Kolmogorov-Smirnov.

Asumsi normalitas dengan analisis grafik dapat dipenuhi jika terdapat titik titik yang menyebar di sekitar garis diagonal dan penyebarannya mengikuti arah garis diagonalnya dan asumsi normalitas dengan uji Kolmogorov-Smirnov terpenuhi jika nilai statistik Kolmogrov-Smirnov di atas tingkat signifikansi tertentu. Apabila nilai signifikansi < 0,05 maka distribusi data tidak normal dan bila nilai signifikansi > 0,05 berarti distribusi normal (Ghozali, 2005:115).


(57)

Uji Multikolinieritas bertujuan untuk mengidentifikasi ada tidaknya hubungan antar variabel independen dalam model regresi. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel bebasnya (Ghozali, 2005:91). Pengujian terhadap multikolinieritas dilakukan dengan menggunakan nilai VIF dan nilai tolerance. Multikolinieritas terjadi jika VIF lebih dari 10 dan nilai tolerance dibawah 0.1.

4.7.1.3. Uji Heterokedasititas

Uji Heterokedasititas dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi telah terjadi ketidaksamaan varian dari residual atas suatu pengamatan lainnya. Heterokedasititas merupakan keadaan di mana seluruh faktor pengganggu tidak memiliki varian yang sama untuk seluruh pengamatan atas variabel independen (Sudarmadji, 2007:A58). Untuk melihat ada tidaknya heterokedasititas dapat dilakukan dengan melihat grafik Scatterplot.

4.7.1.4. Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode saat ini dengan kesalahan pengganggu sebelumnya. Ghozali (2005:95) menyatakan bahwa “uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya) ”. Pengujian autokorelasi dilakukan dengan menggunakan uji Durbin-Watson. Kriteria untuk penilaian terjadinya autokorelasi yaitu :

1) Angka D-W di bawah -2 berarti ada autokorelasi positif.


(58)

3) Angka D-W di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif.

4.7.2. Pengujian Hipotesis 4.7.2.1. Uji F

Uji-F (uji serentak) adalah untuk melihat apakah variabel independen secara bersama-sama (serentak) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Melalui uji statistik dengan langkah-langkah sebagai berikut :

Ho : b1=b2=b3=0

Artinya secara bersama-sama (serentak) variabel independen tidak terdapat pengaruh terhadap variabel dependen.

Ha : b1≠ b2≠b3≠0

Artinya secara bersama-sama (serentak) variabel independen terdapat pengaruh terhadap variabel dependen, dengan kriteria :

Ho diterima, apabila F-hitung < F-tabel pada α = 5% Ha diterima, apabila F-hitung > F- tabel pada α = 5%.

Hipotesis penelitian diuji dengan menggunakan analisis regresi berganda. Pengujian hipotesis ditujukan untuk menguji ada tidaknya pengaruh dari variabel bebas secara keseluruhan terhadap variabel dependen. Pengujian hipotesis dengan menggunakan Uji F atau yang biasa disebut dengan Analysis of Varian (ANOVA).

Pengujian ANOVA atau Uji F bisa dilakukan dengan dua cara yaitu dengan melihat tingkat signifikansi atau dengan membandingkan F hitung dengan F tabel. Pengujian dengan tingkat signifikansi dilakukan dengan ketentuan yaitu apabila hasil signifikansi pada tabel ANOVA < α 0,05, maka H0 ditolak (berpengaruh), sementara


(59)

sebaliknya apabila tingkat signifikansi pada tabel ANOVA > α 0,05, maka H0 diterima

(tidak berpengaruh).

Pengujian dengan membandingkan F hitung dengan F tabel dilakukan dengan ketentuan yaitu apabila F hitung > F tabel (α 0,05) maka H0 ditolak (berpengaruh),

sementara sebaliknya apabila F hitung < F tabel (α 0,05) maka H0 diterima (tidak

berpengaruh). Adapun F tabel dicari dengan memperhatikan tingkat kepercayaan (α) dan derajat bebas (degree of freedom).

4.7.2.2. Uji t

Uji statistik t disebut juga sebagai uji signifikasi individual. Uji ini menunjukkan seberapa jauh pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen.

Bentuk pengujiannya adalah :

Ho : b1 =0, artinya suatu variabel independen secara parsial tidak berpengaruh

terhadap variabel dependen.

Ha : b1 ≠ 0, artinya variabel independen secara parsial berpengaruh terhadap

variabel dependen. Kriteria pengambilan keputusan :

Ho diterima,apabila t-hitung < t-tabel pada α = 5% Ha diterima,apabila t-hitung > t- tabel pada α = 5%.


(60)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Analisis Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif untuk setiap variabel bebas yang dianalisis disajikan pada Tabel 5.1. Variabel bebas yang digunakan dalam analisis ini sebanyak 3 (tiga) variabel independen, yaitu Pendapatan Asli Daerah (X1), Dana Alokasi Umum/DAU (X2) dan variabel Dana Alokasi Khusus (DAK). Variabel intervening yaitu belanja modal (Y) dan Variabel dependen yaitu Kinerja Keuangan (Z). Hal tersebut terdapat pada Tabel 5.1 sebagai berikut :

Tabel 5.1. Deskriptif Statistik

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

PAD 66 5528916 559075000 62407643.71 89795044.02

DAU 66 22962000 399646000 168082016.8 97866962.58

DAK 66 - 58166000 17146006.92 13865985.05

BM 66 2425311 1483654000 280811231.5 380649870.8

KK 66 3903000000 88732000000 18487500000 16883396862

Valid N (listwise) 66


(61)

Dari sampel yang diperoleh diketahui bahwa secara umum rata-rata PAD (X1)

tahun 2004-2009 adalah sebesar Rp.62.40 Milyar, PAD tertinggi sebesar Rp.559.07 Milyar yaitu Kabupaten Siak dan PAD yang terendah sebesar Rp.5.52 Milyar yaitu Kabupaten Indragiri hulu. Tingkat penyimpangan standar (standard deviation) dari rata-rata sebesar Rp.89.79 Milyar.

Rata-rata Dana Alokasi Umum (X2) di Propinsi Riau kurun waktu 2004-2009

sebesar Rp. 168.08 Milyar, DAU tertinggi sebesar Rp. 399.64 yaitu kabupaten Indragiri hilir Milyardan terendah bernilai 22.96 Milyar.Standard deviasi dari rata – rata sebesar Rp.97.86 Milyar.-.

Rata-rata Dana Alokasi Khusus (X3) selama tahun 2004–2009 sebesar Rp.17.14 Milyar, DAK tertinggi sebesar Rp.58.16. Milyar yaitu Kabupaten Rokan Hilir dan terendah tidak dapat diketahui sesuai ketersediaan data yang diperoleh dari BPS dan DJPK bernilai 0. Standar deviasi dari rata-rata sebesar Rp.13,86 Milyar.

Rata-rata Belanja Modal (Y) selama tahun 2004–2009 sebesar Rp.280.81 Milyar, Belanja Modal tertinggi sebesar Rp.1.483 Triliyun yaitu kabupaten Bengkalis dan terendah sebesar 2.42 Milyar yaitu Kabupaten Pelalawan. Standar deviasi dari rata-rata sebesar Rp.380.64 Milyar.

Rata-rata Kinerja Keuangan (Z) yang diproksikan oleh pertumbuhan ekonomi dinyatakan dalam PDRB harga berlaku selama tahun 2004–2009 sebesar Rp.18.487 Trilyun, pertumbuhan ekonomi dinyatakan dalam PDRB harga berlaku tertinggi sebesar Rp.88.732 Trilyun yaitu Kabupaten Bengkalis dan terendah sebesar Rp.3.903 Trilyun yaitu Kota Dumai. Standar deviasi dari rata-rata sebesar Rp.16.883 Trilyun.


(62)

5.2. Analisis Data 5.2.1. Uji Asumsi Klasik

Pengujian terhadap ada tidaknya pelanggaran terhadap asumsi-asumsi klasik merupakan dasar dalam persamaan regresi linier berganda. Hal ini dilakukan sebelum pengujian hipotesis meliputi :

5.2.1.1. Uji Normalitas Persamaan Hipotesis 1

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Untuk menguji apakah data penelitian ini terdistribusi normal atau tidak dapat dideteksi melalui :

a. Analisis Grafik P-P Plot

Gambar 5.1. Grafik Uji Normalitas Persamaan Hipotesis 1

Berdasarkan pada Gambar 5.1 tersebut Ghozali (2005) menyatakan jika distribusi data adalah normal, maka terdapat titik titik yang menyebar disekitar garis


(63)

diagonal dan penyebarannya mengikuti arah garis diagonalnya. Hasil grafik tersebut menunjukkan bahwa titik titik yang menyebar disekitar garis diagonalnya maka dapat dinyatakan bahwa data berdistribusi normal.

b. Uji Kolmogorov-Smirnov test

Tabel 5.2. Hasil Pengujian One Sample Kolmogorov Smirnov Test One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 57

Mean .0000000

Normal Parametersa,b

Std. Deviation .43019560

Absolute .124

Positive .124

Most Extreme Differences

Negative -.081

Kolmogorov-Smirnov Z .934

Asymp. Sig. (2-tailed) .347

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Sumber : Hasil Output SPSS (Lampiran 9)

Dari hasil pengujian pada Tabel 5.2 diatas terlihat besarnya nilai Kolmogorov Smirnov adalah 0,934 dengan nilai signifikan sebesar 0.347 jauh diatas 0.05. dalam hal ini berarti Ho diterima yang berarti data penelitian berdistribusi normal.

5.2.1.2. Uji Multikolinearitas Persamaan Hipotesis 1

Pengujian multikolinearitas dilakukan untuk melihat apakah pada model regresi ditemukan ada tidaknya korelasi antar variabel bebas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi multikolinearitas. Cara mendeteksinya adalah dengan melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF). Menurut Santoso (2002), pada umumnya jika


(1)

secara parsial bahwa variabel PAD dan DAU berpengaruh terhadap kinerja keuangan melalui belanja modal, namun DAK tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan melalui belanja modal. Dan secara simultan variabel PAD, DAU dan DAK berpengaruh terhadap kinerja keuangan melalui belanja modal. Hal ini menunjukkan bahwa hasil penelitian konsisten dan sejalan dengan hasil yang dicapai oleh Novita (2008).

4. Setyawan dan Adi (2009)

Penelitian ini ingin melihat Pengaruh Fiscal Stress terhadap Pertumbuhan PAD dan Belanja Modal. Hasil dalam penelitian ini adalah fiscal stress mempunyai pengaruh yang positif terhadap tingkat pertumbuhan belanja pembangunan/modal. Fiscal Stress yang tinggi menunjukkan semakin tingginya upaya daerah untuk meningkatkan PAD-nya. Sejalan dengan hal itu, harapan untuk terus meningkatkan penerimaan sendiri ini akan sulit terwujud apabila alokasi belanja untuk modal/ pembangunan tidak ditingkatkan. Hasil penelitian ini memperkuat temuan penelitian sebelumnya yang dilakukan Andayani (2004) yang menunjukkan adanya peningkatan belanja yang semakin tinggi pada saat fiscal stress semakin tinggi.

Hasil penelitian ini memberikan implikasi diperlukannya suatu upaya yang lebih intensif melalui penggalian potensi sumber-sumber penerimaan daerah kabupaten/kota di propinsi Jawa Tengah agar mampu meningkatkan pertumbuhan PAD. Salah satu langkah yang dapat ditempuh adalah pemerintah kabupaten/kota harus lebih efektif dalam pengalokasian belanja modal/pembangunan dalam guna memenuhi kepentingan


(2)

Sedangkan di dalam penelitian ini hasil menunjukkan bahwa dalam hubungan langsung secara parsial variabel PAD dan DAU berpengaruh terhadap kinerja keuangan sedangkan variabel DAK tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan. Namun secara simultan variabel PAD, DAU dan DAK berpengaruh terhadap kinerja keuangan.

Dalam hubungan tidak langsung pengujian untuk variabel PAD dan DAU dan DAK terhadap belanja modal, secara parsial variabel PAD dan DAU berpengaruh terhadap belanja modal, namun variabel DAK tidak berpengaruh terhadap belanja modal. Namun secara simultan variabel PAD, DAU dan DAK berpengaruh terhadap belanja modal. Dan dalam pengujian variabel PAD, DAU dan DAK terhadap kinerja keuangan dengan belanja modal sebagai variabel intervening menunjukkan bahwa secara parsial bahwa variabel PAD dan DAU berpengaruh terhadap kinerja keuangan melalui belanja modal, namun DAK tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan melalui belanja modal. Dan secara simultan variabel PAD, DAU dan DAK berpengaruh terhadap kinerja keuangan melalui belanja modal. Hal ini menunjukkan bahwa hasil penelitian konsisten dan sejalan dengan hasil yang dicapai oleh Setyawan dan Adi (2009).


(3)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka penulis mengambil kesimpulan mengenai PAD, DAU dan DAK terhadap kinerja keuangan dengan belanja modal sebagai variabel interveningnya adalah sebagai berikut:

1. Hasil pengujian hipotesis pertama menunjukkan bahwa secara simultan variabel PAD, DAU, dan DAK berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan. Secara parsial variabel PAD dan DAU berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Keuangan, namun DAK tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan. Dengan demikian hal ini menunjukkan bahwa hasil penelitian konsisten dan sejalan dengan hasil yang diperoleh oleh Florida (2007).

2. Hasil pengujian hipotesis kedua persamaan I menunjukkan bahwa secara simultan variabel PAD, DAU dan DAK berpengaruh signifikan terhadap Belanja Modal. Secara parsial hanya variabel PAD dan DAU yang berpengaruh signifikan terhadap Belanja Modal. Hal ini menunjukkan bahwa hasil penelitian konsisten dan sejalan dengan hasil yang dicapai oleh Sulistyawan (2007).


(4)

keuangan melalui belanja modal. Namun secara simultan variabel PAD, DAU dan DAK berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan melalui belanja modal. Hasil riset ini mendukung hasil dari riset Florida (2007) Sulistyawan (2007), Novita (2008), serta Setyawan dan Adi (2009).

6.2. Keterbatasan Penelitian

Hasil penelitian ini mempunyai beberapa keterbatasan yaitu:

1. Penelitian hanya menggunakan variabel PAD, DAU, DAK, Belanja Modal dan Kinerja Keuangan yang diukur hanya fokus pada kinerja keuangan. Penelitian ini tidak menggunakan Dana Bagi Hasil (DBH) sehingga belum menggambarkan kondisi yang sesungguhnya potensi daerah Propinsi Riau yang merupakan daerah penghasil Minyak Bumi yang dialokasikan pada Dana Bagi Hasil (DBH).

2. Jumlah sampel penelitian hanya pada provinsi Riau sehingga tidak bisa menggeneralisasi hasil penelitian secara keseluruhan dimana ada 33 (tiga puluh tiga) propinsi di Indonesia.

3. Kedudukan variabel Belanja Modal hanya sebagai variabel intervening dimana kedudukannya hanya sebagai perantara antara variabel independen terhadap variabel dependen. Dan penelitian ini tidak memberikan secara rinci alokasi penggunaan PAD, DAU, DAK dan Belanja modal daerah mana yang memberikan kontribusi besar terhadap kinerja keuangan.


(5)

6.3. Saran Penelitian

1. Peneliti berikutnya agar menambahkan variabel Dana Bagi Hasil (DBH), dimana variabel tersebut juga berperan besar terhadap kinerja keuangan.

2. Peneliti berikutnya agar menggunakan sampel yang lebih besar agar dapat menggeneralisasi hasil penelitian.

3. Peneliti berikutnya agar melakukan pengujian dengan menggunakan variabel Belanja modal sebagai variabel independen agar lebih berperan terhadap kinerja keuangan.

4. Kepada Pemerintah Daerah Kabupaten dan Kota di Propinsi Riau disarankan lebih meningkatkan Pendapatan Asli Daerah, dan Pemerintah Daerah dalam menggunakan dana perimbangan dan Belanja Modal diharapkan dilakukan untuk meningkatkan Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah agar lebih baik sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi di daerah.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Adi, Priyo Hari. 2005. Dampak Desentralisasi Fiskal Terhadap Pertumbuhan Ekonomi. Jurnal Kritis. Universitas Kristen Satya Wacana. Salatiga.

_____________ 2006. Hubungan Antara Pertumbuhan Ekonomi Daerah, Belanja Pembangunan dan Pendapatan Asli Daerah (Studi pada Kabupaten dan Kota se Jawa-Bali). Simposium Nasional Akuntansi IX. Padang.

_____________ 2007. Kemampuan Keuangan Daerah dan Relevansinya dengan

Pertumbuhan Ekonomi. The 1st National Accounting Conference. Departemen

Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.

BAPPENAS. 2003. Peta Kemampuan Keuangan Propinsi dalam Era Otonomi Daerah: Tinjauan Atas Kinerja PAD dan Upaya yang Dilakukan Daerah. Direktorat Jenderal Pengembangan Otonomi Daerah. Jakarta.

Budiono. 1985. Pengantar Ilmu Ekonomi No. 4. BPFE. Yogyakarta.

Brodjonegoro, Bambang dan Jorge Martines Vasques. 2002. An Analysis of Indonesia’s

Transfer System : Recent Performance and Future Prospect. George State

University.

Dongori, Dessy Patricia F. 2006. Pengaruh Tekanan Fiskal Terhadap Kinerja Keuangan

Daerah Sebelum dan Sesudah Otonomi Daerah. Fakultas Ekonomi Universitas

KristenSatya Wacana. Salatiga

Florida, Asha.2007. “Analisis Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Kinerja Keuangan Pada Pemerintah Kabupaten dan Kota Di Propinsi Sumatera Utara”. Skripsi Akuntansi, Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Sumatera Utara, Medan.

Gujarati, Damodar.2003. Ekonometrika Dasar: Edisi Keenam. Jakarta. Erlangga.

Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Edisi III, 1-52, 79-134, 251-258. Badan Penerbit UNDIP. Semarang.

Halim, Abdul. 2001. Analisis Deskriptif Pengaruh Fiscal stress Pada APBD Pemerintah

Daerah Kabupaten/Kota Di Jawa Tengah. Kompak. STIE Yogyakarta.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus Terhadap Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Dengan Belanja Modal Sebagai Variabel Intervening Studi Empiris Di Kabupaten/ Kota Provinsi Aceh

1 53 124

The influence of original local government revenues, general allocation funds and special allocation funds to local government expenditures

0 12 99

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM DAN DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus Terhadap Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah dan Dampaknya Terhadap Alokasi Belanja Modal (Stud

0 2 16

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM, DANA ALOKASI KHUSUS, DAN BELANJA MODAL Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, dan Belanja Modal Terhadap Pertumbuhan Ekonomi(Studi Empiris di Kabupaten/Kota Eks Karesid

1 2 16

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM, DANA ALOKASI KHUSUS, DAN BELANJA MODAL Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, dan Belanja Modal Terhadap Pertumbuhan Ekonomi(Studi Empiris di Kabupaten/Kota Eks Karesid

0 4 18

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM DAN DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP ANGGARAN BELANJA Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum Dan Dana Alokasi Khusus Terhadap Anggaran Belanja Modal Kabupaten Dan Kota Di Jawa Tengah (Tahun 2012)

0 3 12

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM DAN DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP ANGGARAN BELANJA Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum Dan Dana Alokasi Khusus Terhadap Anggaran Belanja Modal Kabupaten Dan Kota Di Jawa Tengah (Tahun 2012)

0 2 14

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM, DAN DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP BELANJA MODAL Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dan Dana Alokasi Khusus Terhadap Belanja Modal Dengan Pertumbuhan Ekonomi Sebagai Variabel Pemoderasi

0 2 17

Pengaruh Dana Alokasi Umum Terhadap Pendapatan Asli Daerah dengan Belanja Modal sebagai Variabel Intervening.

0 0 13

Pengaruh Dana Alokasi Umum Terhadap Pendapatan Asli Daerah Dengan Belanja Modal Sebagai Variabel Intervening Doc1

1 0 1