B. Instrumen Ekonomi
1. pajak Instrumen ekonomi pajak dimaksudkan untuk mendapatkan pemasukan
bagi devisa Negara.
MC
1
d P tax
P
f g
P b
c
Q D = WTP
MC
Q tax Q Gambar 1. Pengaruh instrumen pajak
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwasannya dengan adanya tax menyebabkan kurva MC menjadi naik dari MC
ke MC
1
, hal ini akan menyebabkan peningkatan harga sebesar P – P tax
dan penurunan jumlah unit barang yang diproduksi atau dikonsumsi sebesar Q – Q tax. Adanya pajak telah menyebabkan biaya
total menjadi naik, dengan naiknya biaya total dalam memproduksi barang ini menyebabkan harga jual dari barang menjadi naik. Adanya pajak juga
menyebabkan pemerintah mendapat pemasukan sebesar fbdg. Penerapan instrumen ekonomi pajak seharusnya dilakukan secara adil dan
tidak diskriminatif pada salah satu industri tertentu saja. Dengan demikian akan tercipta iklim persaingan industri yang sehat. Penerapan instrument ini harus
dilakukan secara hati-hati, pajak yang ditetapkan jangan sampai justru
Nurdin Sulistiyono : Hambatan Non Tarif Sektor Kehutanan Dalam Menghadapi Ekolabeling, 2008 USU e-Repository © 2008
menghambat perkembangan industri kayu nasional yang lagi lesu. Kedepan kebijakan yang sebaiknya diambil adalah meminimumkan hambatan ekspor.
Penerapan instrument kebijakan pajak di masa mendatang sebaiknya dilakukan pada industri perkayuan primer sedangkan untuk industri perkayuan
lanjutan sekunder pengenaan pajak dilakukan seminimal mungkin bahkan bila perlu diberikan insentif berupa pembebasan beban pajak. Hal ini dilakukan untuk
mendorong perkembangan industri kayu lanjutan dan menekan jumlah industri kayu primer yang jumlahnya sekarang tidak sebanding dengan daya dukung
bahan baku kayu.
2. Rasionalisasi Industri Pengenaan instrumen pajak juga diharapkan dapat untuk menyeleksi
industri perkayuan yang jumlahnya tidak seimbang dengan ketersediaan bahan baku log yang semakin menurun. Penerapan pajak yang adil pada masing-masing
industri seharusnya dilakukan bertahap pengenaanya agar terjadi seleksi dinamis, ada “improvement of efficiency” yakni yang lemah akan berbenah untuk beralih
usaha atau mati, yang kuat berbenah usaha terus hidup Darusman, 1989. Rasionalisasi industri pengolahan kayu. Industri pengolahan kayu
Indonesia yang menjadikan industri kayu lapis sebagai primadona dimasa-masa mendatang sangat sulit dilakukan mengingat kondisi bahan baku yang kita miliki
semakin menurun. Seharusnya pengembangan industri pengolahan kayu diarahkan kepada industri yang memiliki spektrum bahan baku luas dengan
kualitas yang rendah, memiliki nilai tambah yang tinggi, ramah lingkungan serta tingkat teknologinya telah dikuasai dengan baik.
Dari penelitian yang telah dikembangkan oleh IPB pada tahun 1995 menunjukan bahwa industri kayu lapis mempunyai DRC Domestic Resources
Cost lebih tinggi ketimbang industri kayu gergajian. DRC adalah tingkat
keefisienan dalam memanfaatkan sumberdaya domestic, semakin kecil DRC suatu produk maka produk tersebut dikatakan makin efisien. Dari penelitian
tersebut menunjukan besarnya DRC kayu lapis sebesar Rp. 1.685,- sedangkan
Nurdin Sulistiyono : Hambatan Non Tarif Sektor Kehutanan Dalam Menghadapi Ekolabeling, 2008 USU e-Repository © 2008
untuk kayu gergajian sebesar Rp. 1.468,- yang berarti industri kayu gergajian lebih efisien dalam memanfaatkan mata uang asing. Sehingga jika DRC ini
dijjadikan salah satu kriteria dalam pengembangan industri kehutanan maka industri kayu gergajian seharusnya menjadi prioritas.
Restrukturisasi industri perkayuan di Indonesia diarahkan kepada tercipatanya jumlah industri yang sebanding dengan kemamapuan bahan baku
kayu, efisien dalam pemanfaatan bahan baku, ramah lingkungan serta mendorong pengembangan industri kayu lanjutan.
3. Peningkatan R and D
Peranan R D lebih luas jika dibandingkan dengan instrument ekonomi lainnya, yakni tidak ada meningkatkan atau mengurangi aktivitas kehutanan Q,
dan akibatnya P tetapi yang lebih penting adalah meningkatkan efisiensi dan aktivitas kehutanan itu sendiri. Peningkatan efisiensi dicapai R D melalui :
a. Meningkatkan kegunaan utility, value atau benfit
b. Menurunukan cost, termasuk penggunaan input sumberdaya, atau
menurunkan MC dari gambar MC ke MC
1
c. Mengurangi disturbance
d. New product and services
, baik mengadakan maupun hanya sekedar mengenali Darusman, 2002.
Nurdin Sulistiyono : Hambatan Non Tarif Sektor Kehutanan Dalam Menghadapi Ekolabeling, 2008 USU e-Repository © 2008
P
MC
1
MC
P P
1
Q Q
1
Q Gambar 2. Pengaruh instrumen R and D
Dengan adanya kegiatan R and D diharapkan akan ditemukan teknologi- teknologi baru dalam pengolahan kayu sebagai bahan baku industri. Industri
pengolahan kayu dapat memanfaatkan jenis-jenis kayu yang tergolong lesser used specieslesser known species
, jenis-jenis kayu berdiameter kecil kurang dari 50 cm. Sehingga diharapkan industri kehutanan di masa mendatang lebih
mengefisiensikan bahan baku kayu. Untuk itu pemerintah diharapkan dapat membantu dari segi kebijakan dan perundang-undangan yang mendukung.
Guna mengurangi tingginya demand kayu, khususnya terhadap kayu-kayu berdiameter besar dan berkualitas tinggi, maka perlu diupayakan pengembangan
industri pengolahan kayu yang efisien dalam pemanfaatan bahan baku, memiliki spektrum bahan baku yang luas, serta memiliki nilai tambah yang tinggi. Bagi
industri-industri kayu yang tidak mampu mengembangkan teknologinya lewat kegiatan R and D sudah barang tentu akan kalah bersaing karena tidak bisa
mengefisiensikan pemakaian bahan baku log yang semakin langka.
Nurdin Sulistiyono : Hambatan Non Tarif Sektor Kehutanan Dalam Menghadapi Ekolabeling, 2008 USU e-Repository © 2008
4. Pemantauan Bahan Baku industri Kehutanan Bahan baku kayu untuk industri kehutanan harus berasal dari pengusahaan
hutan yang telah mendapat sertifikasi ekolabelling. Hal ini dimaksudkan untuk memenuhi permintaan konsumen dunia akan produk yang ramah lingkungan dan
berasal dari pengelolaan hutan yang lestari. Untuk itu upaya pemberantasan illegal logging
dan perbaikan sistim pengusahaan hutan produksi lestari harus terus dilakukan.
C. Kaitannya dengan kebijakan lain