Hambatan Non-Tarif Dan Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Ekspor Kakao Indonesia Ke Pasar Uni Eropa

HAMBATAN NON-TARIF DAN FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMENGARUHI EKSPOR KAKAO INDONESIA KE PASAR
UNI EROPA

RADITYA ANGGORO

ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Hambatan Non-Tarif
dan Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Ekspor Kakao Indonesia Ke Pasar Uni
Eropaadalah benar karya saya denganarahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2015

Raditya Anggoro
NIM H14100059

ABSTRAK
Raditya Anggoro. Hambatan non-tarif dan faktor-faktor yang memengaruhi
ekspor kakao Indonesia ke pasar Uni Eropa. Dibimbing oleh WIDYASTUTIK.
Kakao merupakan salah satu komoditas andalan nasional dan berperan
penting dalam perekonomian Indonesia.Namun, ekspor kakao Indonesia
mengalami penurunan akibat hambatan non-tarif yang diberlakukan oleh pasar
Uni Eropa. Tujuan penelitian ini yaitu menganalisis faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap ekspor kakao Indonesia dan seberapa besar hambatan non
tarif yang dikenakan oleh pasar Uni Eropa terhadap ekspor kakao Indonesia. Hasil
estimasi gravity model menunjukan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
ekspor kakao Indonesia yaitu GDP perkapita rill Indonesia dan negara tujuan,
jarak ekonomi, nilai tukar dan tarif. Hasil perhitungan hambatan non-tarif

menunjukkan bahwa negara Bulgaria memiliki hambatan non-tarif terbesar
diantara negara Uni Eropa lainnya.
Kata kunci: Ekspor, Gravity model, Hambatan non-tarif.
ABSTRACT
Raditya Anggoro. Non-Tariff Barriers and Impact Factors Influencing
Indonesia Cocoa Export to Market Europe Union. Supervised by
WIDYASTUTIK
Cocoa is the one of national commodity and has the important role in
Indonesian economy. However, Indonesian cocoa exports declined due to nontariff barriers imposed by the European Union market. The purposes of this study
are to analyze the factors that influence Indonesian cocoa exports and how much
non-tariff barriers imposed by the EU market against Indonesian cocoa exports.
The result of gravity model estimation indicate that the factors influencing
Indonesian cocoa exports are the real per capita GDP of Indonesia and the country
of destination, economic distance, exchange rates, and tariffs. The calculation of
non-tariff barriers shows that Bulgaria has the largest non-tariff barriers among
the other EU countries.
Keywords: Export, Gravity model, Non-tariff barriers.

HAMBATAN NON-TARIF DAN FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMENGARUHI EKSPOR KAKAO INDONESIA KE PASAR

UNI EROPA

RADITYA ANGGORO
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ilmu Ekonomi

ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T atas rahmat serta
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Judul skripsi ini
adalah Hambatan Non-Tarif dan Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Ekspor Kakao
Indonesia Ke Pasar Uni Eropa. Penyusunan tulisan ini sebagai salah satu syarat

dalam menyelesaikan program Strata-1 pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas
Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.
Ucapan terima kasih yang tak terhingga penulis haturkan kepada kedua
orangtua dan keluarga penulis, yaitu Setia Budi (Ayah), Rosidah (Ibu), Adi
Swandaru Wasisto (Kakak), Aviesni Sabrina (Adik) atas doa serta dukungan moril
maupun materil yang telah diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan tugas
akhir ini. Selanjutnya, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:
1. Widyastutik. S.E. M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
memberikan bimbingan baik secara teknis, teoritis, dan moril selama proses
penyusunan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik.
2. Dosen dan staf Departemen Ilmu Ekonomi FEM IPB yang telah memberikan
Ilmu dan bantuan kepada penulis selama menempuh pendidikan Strata-1.
3. Teman-teman satu bimbingan yaitu, Riana Nur Qinthara, Uke, Tika Daryoso,
Nadiah Hidayati dan Zulfi yang saling mendukung dan membantu dalam
penyusunan skripsi.
4. Teman-teman HMI Cabang Bogor, Komisariat FEM IPB yaitu Andri
Sukrudin, Luqman Azis, Tri Arifin Darsono, Khoerul Imam Fatwani, Pangrio
Nurjaya, Rizky Ananda, Candri Yuniar R, (Alm) Aditya Meilandi, Fajar
Lubis, Ihsan, M.Nauval Fauzan Nst, dan kader angkatan 49 dan 50 yang telah
bersama-sama berproses dalam dunia kampus dan senantiasa menjadi patner

diskusi. Yakusa.
5. Endah Hartanrtri selaku teman dekat yang telah memberikan doa serta
dukungan yang besar kepada penulis dan Teman-teman Ilmu Ekonomi FEM
IPB Angkatan 47 (Dwi, Dwiki, Elis,dan teman-teman yang lainnya),
keluarga Hipotesa FEM IPB dan keluarga besar INTEL yang senantiasa
bertukar pikiran dalam berbagai hal.
Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak-pihak yang
berkepentingan.

Bogor, Januari 2015

Raditya Anggoro

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR


vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Perumusan Masalah

3

Tujuan Penelitian

4

Manfaat Penelitian


4

Ruang Lingkup Penelitian

4

TINJAUAN PUSTAKA
METODE

5
13

Jenis dan Sumber Data

13

Panel Data

14


Perumusan Model

17

Perhitungan Hambatan Non-Tarif

18

GAMBARAN UMUM

19

HASIL DAN PEMBAHASAN

22

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Aliran Ekspor Kakao Indonesia

22


Negara Uni Eropa yang Berpotensi Memengaruhi Ekspor Kakao Indonesia

24

Perhitungan Hambatan Non-Tarif di Negara Tujuan Ekspor Utama Kakao
Indonesia

25

SIMPULAN DAN SARAN

28

Simpulan

28

Saran

28


DAFTAR PUSTAKA

29

LAMPIRAN

31

RIWAYAT HIDUP

40

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6

7
8
9
10
11

Negara penghasil kakao tertinggi di dunia
Perkembangan ekspor Indonesia ke Uni Eropa tahun 2002-2010
Indeks daya saing kakao di negara tujuan periode 2007-2012
Data dan sumber data
Nilai ekspor kakao Indonesia ke negara tujuan ekspor di pasar Uni
Eropa
Nilai GDP perkapita Indonesia dan negara tujuan ekspor pada tahun
2001-2012
Nilai tukar rupiah masing-masing negara tujuan ekspor utama pada
tahun 2001-2012
Tarif komoditi kakao Indonesia di negara tujuan ekspor tahun 20012012
Hasil estimasi variabel yang berpengaruh terhadap ekspor kakao
Indonesia ke pasar Uni Eropa
Hasil estimasi model eskpor kakao Indonesia cross section effect
Nilai hambatan non-tarif kakao Indonesia di 8 negara Uni Eropa

1
3
3
14
19
20
21
21
22
25
26

DAFTAR GAMBAR
1 Perkembangan ekspor kakao Indonesia ke dunia tahun 2001-2012
2 Dampak keseimbangan parsial akibat pemberlakuan tarif
3 Kerangka pemikiran penelitian

2
6
13

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7

Hasil estimasi fixed effect model dengan pembobotan SUR
Uji normalitas
Uji multikolinearitas
Uji chow
Nilai efek individu
Output data model ekspor kakao Indonesia ke 8 negara di pasar Uni Eropa
Output ekspor aktual dan potensial kakao Indonesia ke 8 negara

31
31
32
32
32
33
37

1

PENDAHULUAN
Indonesia dikenal sebagai negara agraris artinya pertanian memegang
peranan penting dari seluruh perekonomian nasional. Hal ini dapat ditunjukkan
banyaknya penduduk yang hidup dan bekerja pada sektor pertanian atau dari
produk nasional yang berasal dari pertanian.
Salah satu sub-sektor di sektor pertanian adalah sub-sektor perkebunan.
Sub-sektor ini memberikan sumbangan yang cukup besar bagi perekonomian
nasional dan menjadi sangat penting sebagai sumber devisa utama bagi Indonesia.
Kakao merupakan salah satu komoditas andalan nasional dan berperan penting
bagi perekonomian Indonesia.
Berdasarkan FAO 2010 (Food and Agriculture Organization of The
United Nations) Indonesia merupakan produsen kakao terbesar kedua di dunia
setelah Pantai Gading. Tabel 1 menyajikan 10 produsen utama kakao di dunia.
Tabel 1 Negara penghasil kakao tertinggi di dunia, tahun 2010
Peringkat
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Negara
Pantai Gading
Indonesia
Ghana
Nigeria
Cameroon
Belanda
Ecuador
Belgia
Togo
Papua Nugini

Kuantitas
(dalam ton)
79 0912
432 427
281 437
226 634
193 881
167 081
116 318
82 614
82 100
57 764

Nilai
(1000 USD)
2 479 240
1 190 740
847 395
659 886
608 847
571 647
350 199
293 634
197 000
176 692

Unit Nilai
(Ton/1000 USD)
3 135
2 754
3 011
2 912
3 140
3 421
3 011
3 554
2 400
3 059

Sumber: Food and Agriculture Organization (FAO), 2010

Berdasarkan Tabel 1 Indonesia berada pada peringkat kedua terbesar
penghasil kakao sebesar 432 427 per ton, tingginya produksi kakao Indonesia
seharusnya bisa meningkatkan ekspor kakao Indonesia. Gambar 1 menjelaskan
perkembangan ekspor kakao Indonesia ke dunia pada tahun 2001 hingga 2012.
Pada tahun 2003 eskpor kakao Indonesia mencapai 623 934 USD dan mengalami
penurunan menjadi 549 348 USD pada tahun 2004. Kenaikan ekspor mulai terjadi
pada tahun 2007 hingga tahun 2010 hingga mencapai 1 643 649 USD. Namun
pada tahun 2011 hingga tahun 2012 mengalami penurunan hingga mencapai 1 053
447 USD.
Salah satu pasar utama kakao Indonesia adalah pasar Uni Eropa. Pada
tahun 2004, Indonesia merupakan produsen kakao terbesar ke-2 di dunia dan
memiliki keunggulan yang tidak dimiliki oleh negara lain. Keunggulan kakao
Indonesia yaitu memiliki karakter kimia dari cokelat yang dihasilkan oleh biji
kakao tersebut. Walaupun sebagai produsen kakao terbesar ke-2 di dunia,
Indonesia hanya menduduki posisi ke-6 ekspor kakao ke Uni Eropa dengan

2
pangsa sebesar 2.46 persen atau jauh di bawah kemampuan produksinya
(Widyastutik dan Arianti 2013).

Ekspor Kakao Indonesia
2,000,000
1,500,000
1,000,000

Ekspor Kakao
Indonesia

500,000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012

0

Sumber: Comtrade, 2013

Gambar 1 Perkembangan ekspor kakao Indonesia ke dunia tahun 2001-2012
Selain karena hambatan tarif dimana negara pesaing Indonesia seperti
Pantai Gading, Ghana, Nigeria, dan Kamerun yang tergabung dalam Africa,
Carribean, Pacific (ACP) Countries memperoleh preferensi bea masuk ke Eropa,
rendahnya pangsa Indonesia di pasar Uni Eropa berkaitan erat dengan kebijakan
EU mengenai standar dan mutu ekspor kakao, salah satunya mengenai persyaratan
fermentasi (Indonesian Mission 2010). Di pasar Eropa, mutu kakao Indonesia
dinilai rendah karena mengandung keasaman yang tinggi, rendahnya senyawa
prekursor flavor, dan rendahnya kadar lemak, sehingga harga kakao Indonesia
selalu mendapatkan potongan harga cukup tinggi sekitar 15% dari rata-rata harga
kakao dunia (Kementrian Perindustrian 2005).
Pasar Uni Eropa yang menjadi tujuan ekspor utama kakao Indonesia
memiliki kebijakan agar eksportir yang ingin memasuki pasar Uni Eropa harus
memperhatikan berbagai persyaratan yang ditetapkan oleh mitra dagang dan
pemerintah Uni Eropa. Persyaratan tersebut meliputi standar mutu yang biasanya
juga dikaitkan dengan persyaratan lingkungan, kesehatan, keamanan, perburuhan
dan etika bisnis dan regulasi yang diterapkan oleh Uni Eropa berlaku untuk semua
negara dan menjadi masalah yang serius untuk para eksportir khususnya Indonesia.
Tabel 2 Perkembangan ekspor Indonesia ke Uni Eropa tahun 2002-2010
Tahun
Nilai (US$)
Perkembangan
Ekspor (%)
2002
10 000 3982
2003
92 562 034
7.4
2004
93 276 414
0.77
2005
115 813 149
24.16
2006
86 848 400
25.01
2007
112 900 064
29.99
2008
149 947 469
32.81
2009
124 878 377
16.71
2010
149 843 636
19.99
Sumber: Comtrade, 2012

3
Berdasarkan data COMTRADE 2012, sejak tahun 2002 hingga 2010
ekspor komoditas kakao ke kawasan Uni Eropa menunjukkan trend yang
berfluktuatif. Berdasarkan Tabel 2, perkembangan ekspor kakao mengalami
penurunan secara drastis sebesar 25.01 persen pada tahun 2006 dengan nilai 86.8
juta USD. Sementara itu, pada tahun 2008 terjadi peningkatan secara drastis
sebesar 32.81 persen dengan nilai 149.9 juta USD.
Isu hambatan non-tarif negara kakao Indonesia akan memengaruhi daya
saing kakao Indonesia di pasar Uni Eropa. Tabel 3 menyajikan indeks nilai daya
saing kakao Indonesia ke negara tujuan tahun 2007-2012.
Tabel 3 Indeks daya saing kakao Indonesia di negara tujuan tahun 2007-2012
Tahun/Negara
Perancis
Belanda
Jerman
Spanyol
United Kingdom
Belgia
Estonia
Bulgaria

RCA
2007

2008

2009

2010

2011

2012

11.8
3.06
1.63
1.35
0.40
5.45
14.0
1.16

14.2
2.65
1.54
3.18
0.25
0.99
12.5
0.55

12.9
1.43
3.03
1.38
1.30
0.38
7.24
0.90

5.50
1.19
5.59
0.00
1.54
1.40
3.04
1.14

4.96
0.77
2.92
5.69
3.16
0.84
9.43
1.59

4.88
0.38
5.27
3.16
3.31
0.52
0.02
3.11

Sumber: Penghitungan Penulis

Kakao Indonesia memiliki daya saing yang cenderung menurun di delapan
negara Uni Eropa dalam lima tahun terakhir. Pada tahun 2007 kakao Indonesia
memilik daya saing rendah di kawasan United Kingdom dengan nilai RCA < 1
yaitu sebesar 0.4. Sedangkan di negara lainnya yaitu Perancis, Belanda, Jerman,
Spanyol, United Kingdom, Belgia, Estonia, Bulgaria pada tahun 2007 memiliki
daya saing tinggi (RCA>1).
Pada tahun 2012 daya saing kakao Indonesia di Negara Belanda, Belgia
dan Estonia mengalami penurunan sebesar 0.38, 0.52 dan 0.02. Artinya daya saing
kakao Indonesia ke negara tersebut rendah (RCA