2.5 Uji Distribusi Frekuensi Curah Hujan
Untuk mengetahui apakah data tersebut benar sesuai dengan jenis sebaran teoritis yang dipilih maka perlu dilakukan pengujian lebih lanjut. Untuk keperluan
analisis uji kesesuaian dipakai dua metode statistik sebagai berikut:
2.5.1 Uji Chi Kuadrat
Uji Chi Kuadrat digunakan untuk menguji apakah distribusi pengamatan dapat disamai dengan baik oleh distribusi teoritis. Perhitungannya dengan
menggunakan persamaan berikut:
………………………………………..2.14
di mana k : 1 + 3,22 Log n, OF : nilai yang diamati, dan EF : nilai yang diharapkan.
Agar distribusi frekuensi yang dipilih dapat diterima, maka harga X2 hitung X2Cr. Harga X2Cr dapat diperoleh dengan menentukan taraf signifikan
α dengan derajat kebebasan. Batas kritis X2 tergantung pada derajat kebebasan dan
. Untuk kasus ini derajat kebebasan mempunyai nilai yang didapat dari perhitungan sebagai berikut:
DK = JK - P + 1 ……………………………………...2.15
di mana DK : derajat kebebasan, JK : jumlah kelas, dan P : faktor keterikatan untuk pengujian Chi-Square mempunyai keterikatan 2.
k 1
i 2
2 hit
EF OF
- EF
X
2.5.2 Uji Smirnov Kolmogorov
Pengujian distribusi probablitas dengan Metode Smirnov-Kolmogrov dilakukan dengan langkah-langkah perhitungan sebagai berikut:
1.Urutkan data X
i
dari besar ke kecil atau sebaliknya 2.Tentukan peluang empiris masing-masing data yang sudah diurut tersebut X
i
dengan rumus tertentu, rumus Weibull misalnya,
P Xi =
……………………………….……..2.16
dimana, n: Jumlah data dan i: Nomor urut data setelah diurut dari besar ke kecil atau sebaliknya.
3. Tentukan peluang teoritis masing-masing data yang sudah di urut tersebut
P’X
i
berdasarkan persamaan distribusi probablitas yang dipilih Gumbel, Normal, dan sebagainya.
4. Hitung selisih
∆P
i
antara peluang empiris dan teoritis untuk setiap data yang sudah diurut:
∆
Pi =
P Xi
−
P’ Xi
…………..……………2.17 5. Tentukan apakah
∆P
i
∆P kritis, jika “tidak” artinya Distribusi Probablitas yang dipilih tidak dapat diterima, demikian sebaliknya.
6. ∆P kritis lihat Tabel 2.3.
Tabel 2.8 Nilai
∆ Kritis Smirnov-Kolmogrov Kamiana, 211
N derajat kepercayaan
0,20 0,10
0,05 0,01
5 10
15 20
25 30
35 40
45 50
0,45 0,32
0,27 0,23
0,21 0,19
0,18 0,17
0,16 0,15
0,51 0,37
0,30 0,26
0,24 0,22
0,20 0,19
0,18 0,17
0,56 0,41
0,34 0,29
0,27 0,24
0,23 0,21
0,20 0,19
0,67 0,49
0,40 0,36
0,32 0,29
0,27 0,25
0,24 0,23
N 50
107
.
1,22
.
1,36
.
1,63
.
2.5.3 Intensitas Curah Hujan
Intensitas curah hujan adalah ketinggian curah hujan yang terjadi pada suatu kurun waktu dimana air tersebut terkonsentrasi, Subarkah 1980. Dalam
penelitian ini intensitas hujan diturunkan dari data curah hujan harian. Menurut
Subarkah 1980 intensitas hujan mmjam dapat diturunkan dari data curah hujan harian mm empirik menggunakan metode mononobe sebagai berikut:
I =
……………………………………………………………………
2.18
Dimana: I : Intensitas curah hujan mmjam.
t : Lamanya curah hujan jam. R
24
: Curah hujan maksimum dalam 24 jam mm.
2.5.4 Waktu Konsentrasi Waktu konsentrasi suatu DAS adalah waktu yang diperlukan oleh air
hujan yang jatuh untuk mengalir dari titik terjauh sampai ketempat keluar DAS Titik Kontrol setelah tanah menjadi jenuh dan depresi-depresi kecil terpenuhi.
Salah satu rumus untuk memperkirakan waktu konsentrasi t
c
adalah rumus yang dikembangkan oleh Kirpich 1940, yang ditulis sebagai berikut.
t
c
= 0,87 x L 21000 x S x 0,385
…………………………………
2.19 dimana:
L : Panjang saluran utama dari hulu sampai penguras km. S : Kemiringan rata-rata saluran utama dalam mm.
Waktu konsentrasi dapat juga dihitung dengan membedakan menjadi dua komponen yaitu:
1. Inlet time
t yakni waktu yang diperlukan air untuk mengalir di
permukaan lahan sampai saluran terdekat.
2. Conduit time
t
d
yakni waktu perjalanan dari pertama masuk sampai titik keluaran.
t
c
= t + t
d
…………………….……………………………………………….
2.20 dimana:
t : 23 x 3,28 x L x nS menit
t
d
: L
s
60 V menit, n : Angka kekasaran Manning,
L
s
: Panjang lintasan aliran di dalam salurasungai m.
2.5.5 Koefisien Limpasan
Nilai koefisien limpasan ataupun koefisien pengaliran sangat berpengaruh terhadap debit banjir. Limpasan air hujan yang langsung mengalir di atas
permukaan suatu lahan dapat memberikan aliran yang cepat maupun lambat pada saat menuju suatu saluran drainase dan yang nantinya menuju ke saluran primer
atau sungai, hal ini tergantung dari tata guna lahan yang telah terjadi disekitar saluran tersebut.
suatu DAS Daerah Aliran Sungai yang artinya memiliki kondisi fisik yang baik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kodoatie dan Syarief 2005 yang
menyatakan bahwa angka koefisien aliran permukaan itu merupakan salah satu indikator untuk menentukan kondisi fisik suatu DAS. Nilai C berkisar antara 0 –
1, nilai C = 0 menunjukkan bahwa semua air hujan terinterepsi dan terinfiltrasi ke dalam tanah dan sebaliknya untuk C = 1 menunjukkan bahwa semua air hujan
mengalir sebagai aliran permukaan run off. Perubahan tata guna lahan yang terjadi secara langsung mempengaruhi debit puncak yang terjadi pada suatu DAS.
Tabel 2.9 Nilai Koefisien Limpasan
Sumber: SNI 03-2415—1991
2.6 Metode Perhitungan Debit Banjir