Hubungan Batuk Yang Disebabkan Asap Rokok Dengan Perokok Aktif Di Rumah Pada Siswa Dan Siswi Usia 13-14 Tahun Di Sekolah Menengah Kebangsaan Abdul Jalil, Hulu Langat, Selangor Tahun 2010

(1)

HUBUNGAN BATUK YANG DISEBABKAN ASAP

ROKOK DENGAN PEROKOK AKTIF DI RUMAH PADA

SISWA DAN SISWI USIA 13-14 TAHUN DI SEKOLAH

MENENGAH KEBANGSAAN ABDUL JALIL, HULU

LANGAT, SELANGOR

TAHUN 2010

Oleh :

ASMA NABILA ZAKARIA

070100466

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(2)

HUBUNGAN BATUK YANG DISEBABKAN ASAP

ROKOK DENGAN PEROKOK AKTIF DI RUMAH PADA

SISWA DAN SISWI USIA 13-14 TAHUN DI SEKOLAH

MENENGAH KEBANGSAAN ABDUL JALIL, HULU

LANGAT, SELANGOR

TAHUN 2010

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :

ASMA NABILA ZAKARIA

070100466

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Hubungan batuk yang disebabkan asap rokok dengan perokok aktif di rumah pada siswa dan siswi usia 13-14 tahun di Sekolah Menengah Kebangsaan Abdul Jalil, Hulu Langat, Selangor Tahun 2010

Nama: Asma Nabila Zakaria NIM: 070100466

Pembimbing Penguji I

………. ……… (dr. Selvi Nafianti, Sp. A) (dr. Dewi Masyithah Darlan,

DAP&E, MPH)

Penguji II

……….


(4)

ABSTRAK

Perokok aktif (asap rokok) merupakan golongan yang sering menjadi faktor pemicu kepada masalah kesehatan pada individu lain. Kira- kira 60-75% dari asap rokok akan dihirup oleh orang yang tidak merokok (perokok pasif). Kepekatan bahan kimia beracun yang terkandung dalam asap rokok adalah lebih tinggi jika dibandingkan dengan kepekatan asap rokok yang dihirup oleh perokok secara aktif. Anak-anak yang terpapar pada asap rokok ini mengalami risiko lebih tinggi untuk mengalami pelbagai masalah kesehatan seperti batuk, asma serta infeksi pada paru dan telinga. Memandangkan rokok telah menjadi satu masalah global, dampak negatif yang disebabkannya, terutama kepada generasi baru tidak boleh dipandang ringan.

Namun, faktor yang mungkin berperan dalam mempercepat atau memperparah sesuatu efek samping dari asap rokok terhadap perokok sekunder masih lagi menimbulkan tanda tanya. Atas dasar inilah, penelitian ini dilakukan, yaitu untuk mencari hubungan antara kejadian batuk pada anak di Sekolah Menengah Kebangsaan Abdul Jalil, Hulu Langat, Selangor yang disebabkan oleh asap rokok dengan jumlah perokok aktif di rumah sebagai faktor pemicu.

Penelitian yang berbentuk analitik deskriptif ini telah dilaksanakan dari bulan Maret sampai September 2010 dengan besar sampel sebanyak 100 orang siswa dan siswi dengan 62 orang daripadanya merupakan siswi. Sebanyak 7 pertanyaan tentang kejadian batuk yang disebabkan oleh asap rokok telah dikemukakan dalam suatu angket yang diedarkan kepada responden.

Dengan menggunakan program SPSS 16, data yang didapatkan dianalisis dan disajikan dalam tabel distribusi frekuensi sebelum dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan analisis chi square. Dari hasil penelitian hanya ditemukan hubungan antara jumlah perokok aktif di dalam famili siswa/siswi dengan kejadian batuk yang disebabkan oleh asap rokok, dengan nilai p sebesar 0,0001 yaitu lebih kecil daripada 0,005. Kira-kira 73 orang responden tinggal bersama-sama seorang perokok aktif diikuti dengan 21 orang tinggal bersama-sama 2 orang perokok aktif dan 6 orang responden tinggal bersama-sama 3 orang perokok aktif. Maka, dapat disimpulkan bahwa terdapatnya hubungan antara kehadiran perokok aktif di rumah dengan kejadian batuk pada anak sebagai perokok pasif.Jadi, diharapkan pihak sekolah dapat menganjurkan satu program kesadaran terhadap ibu bapa dan ahli famili lainnya tentang dampak negatif yang boleh ditimbulkan oleh asap rokok pada anak sebagai perokok sekunder/pasif.

Kata Kunci: Perokok Aktif, Kejadian Batuk, Siswa/Siswi Sekolah Menengah Kebangsaan Abdul Jalil, Hulu Langat, Selangor


(5)

ABSTRACT

Active smokers (smoke) are a group that often becomes a factor causing health problems among others. Approximately 60-75% of cigarette smoke will be inhaled by people who do not smoke (secondhand smoke). Concentrations of toxic chemicals contained in cigarette smoke are higher than concentrations of cigarette smoke inhaled by active smokers. Children who are exposed to cigarette smoke have a higher risk for experiencing various health problems like cough, asthma and lung and ear infections. As cigarettes have become a global problem that causes many health problems, especially to the new generation, actions must be taken seriously.

However, factors that may play a role in accelerating or exacerbating an adverse effect of secondary smoke on smokers still raises another question mark. On this basis, the research carried out, namely to find the relationship between the incidence of cough in children and numbers of active smokers at home at the National High School of Abdul Jalil, Hulu Langat, Selangor caused by cigarette smoke.

This descriptive analytic study has been performed from March until September 2010 included 100 students varying from age and sex. All seven questions about the incidence of cough caused by cigarette smoke were indicated in the questionnaire and distributed to all respondents.

By using SPSS 16, data analyzed and presented in frequency distribution table before hypothesis testing using chi square analysis. From the results, there is only a relationship between the number of active smokers in the families of students and incidence of cough, indicated by p value of 0.0001 smaller than 0.005. There are 73 students live with one active smoker, 21 students live with two active smokers and six students have at least three active smokers at home. As a conclusion, there is a positive relationship between presences of active smokers at home with incident of cough in school children. Thus, schools are expected to recommend an awareness program to the parents and other family members about the possible negative impact caused by cigarette smoke in children as secondary / passive smoker.

Keywords: Active Smokers, Incidence of Cough, Students of National High School of Abdul Jalil, Hulu Langat, Selangor


(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ke hadirat Ilahi, Allah SWT atas nikmat dan kesempatan yang diberikan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian dengan judul ”Hubungan batuk yangdisebabkan asap rokok dengan jumlah perokok aktif di rumah pada siswa dan siswi usia 13-14 tahun di Sekolah Menengah Kebangsaan Abdul Jalil, Hulu Langat, Selangor Tahun 2010”.

Penulisan hasil penelitian ini terlaksana dengan bimbingan dan arahan dari berbagai pihak terutama pembimbing, rakan-rakan dan Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas (IKK) Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (FK USU) yang telah banyak memberi saranan dalam menjayakan pelaksanaan penelitian ini.

Terima kasih saya ucapkan kepada dr Selvi Nafianti, Sp. A sebagai pembimbing yang telah memberikan petunjuk dan arahan sepanjang proses penulisan proposal ini.

Terima kasih juga kepada staf pengajar dosen IKK FK USU, keluarga dan teman yang telah memberi panduan, tanggapan, motivasi serta kritikan kepada penulis dalam melaksanakan penulisan proposal ini.

Kepala Batas, 20 November 2010


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN...i

ABSTRAK...ii

ABSTRACT...iii

KATA PENGANTAR...iv

DAFTAR ISI...v

DAFTAR TABEL...viii

DAFTAR LAMPIRAN...ix

BAB 1 PENDAHULUAN...1

1.1 Latar Belakang...1

1.2 Rumusan Masalah...3

1.3 Tujuan Penelitian...3

1.4 Manfaat Penelitian...4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA...5

2.1. Anak...5

2.2. Toksikologi...5

2.3. Rokok...7

2.1.1 Nikotin...8

2.1.2 Karbon Monoksida...8

2.1.3 Timah Hitam...9

2.1.4 Zat-zat lain...9


(8)

2.5. Perokok Pasif...10

2.6. Mekanisme Pertahanan Paru...12

2.7. Batuk...13

2.7.1 Etiologi...13

2.7.2 Klasifikasi...14

2.4.3 Komplikasi...15

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL...16

3.1. Kerangka Konsep Penelitian...16

3.2. Definisi Operasional...16

3.3. Hipotesis...19

BAB 4 METODE PENELITIAN...20

4.1. Jenis Penelitian...20

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian...20

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian...20

4.4. Metode Pengumpulan Data...22

4.5. Metode Analisis Data...23

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...24

5.1 Hasil Penelitian...24

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian...24

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden...25

5.1.3. Hasil Analisa Statistik...27


(9)

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN………...36

6.1. Kesimpulan………...36

6.2. Saran………...37

DAFTAR PUSTAKA...38 LAMPIRAN


(10)

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

3.1 Kerangka Konsep 16 3.2 Definisi Operasional 16 5.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden 25 5.1.3.1 Hubungan Batuk Dengan Perokok Aktif Mengikut

Jenis Kelamin 27

5.1.3.2 Hubungan Batuk Dengan Perokok Aktif Mengikut

Usia 28

5.1.3.3 Hubungan Batuk Dengan Perokok Aktif Dalam Famili 29 5.1.3.4 Distribusi Perokok Aktif Dalam Famili 30 5.1.4 Hubungan Batuk Dengan Jenis Kelamin 31 5.1.5 Hubungan Batuk Dengan Usia Responden 31


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup Lampiran 2 Surat Izin

Lampiran 3 Daftar Induk - kuesioner


(12)

ABSTRAK

Perokok aktif (asap rokok) merupakan golongan yang sering menjadi faktor pemicu kepada masalah kesehatan pada individu lain. Kira- kira 60-75% dari asap rokok akan dihirup oleh orang yang tidak merokok (perokok pasif). Kepekatan bahan kimia beracun yang terkandung dalam asap rokok adalah lebih tinggi jika dibandingkan dengan kepekatan asap rokok yang dihirup oleh perokok secara aktif. Anak-anak yang terpapar pada asap rokok ini mengalami risiko lebih tinggi untuk mengalami pelbagai masalah kesehatan seperti batuk, asma serta infeksi pada paru dan telinga. Memandangkan rokok telah menjadi satu masalah global, dampak negatif yang disebabkannya, terutama kepada generasi baru tidak boleh dipandang ringan.

Namun, faktor yang mungkin berperan dalam mempercepat atau memperparah sesuatu efek samping dari asap rokok terhadap perokok sekunder masih lagi menimbulkan tanda tanya. Atas dasar inilah, penelitian ini dilakukan, yaitu untuk mencari hubungan antara kejadian batuk pada anak di Sekolah Menengah Kebangsaan Abdul Jalil, Hulu Langat, Selangor yang disebabkan oleh asap rokok dengan jumlah perokok aktif di rumah sebagai faktor pemicu.

Penelitian yang berbentuk analitik deskriptif ini telah dilaksanakan dari bulan Maret sampai September 2010 dengan besar sampel sebanyak 100 orang siswa dan siswi dengan 62 orang daripadanya merupakan siswi. Sebanyak 7 pertanyaan tentang kejadian batuk yang disebabkan oleh asap rokok telah dikemukakan dalam suatu angket yang diedarkan kepada responden.

Dengan menggunakan program SPSS 16, data yang didapatkan dianalisis dan disajikan dalam tabel distribusi frekuensi sebelum dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan analisis chi square. Dari hasil penelitian hanya ditemukan hubungan antara jumlah perokok aktif di dalam famili siswa/siswi dengan kejadian batuk yang disebabkan oleh asap rokok, dengan nilai p sebesar 0,0001 yaitu lebih kecil daripada 0,005. Kira-kira 73 orang responden tinggal bersama-sama seorang perokok aktif diikuti dengan 21 orang tinggal bersama-sama 2 orang perokok aktif dan 6 orang responden tinggal bersama-sama 3 orang perokok aktif. Maka, dapat disimpulkan bahwa terdapatnya hubungan antara kehadiran perokok aktif di rumah dengan kejadian batuk pada anak sebagai perokok pasif.Jadi, diharapkan pihak sekolah dapat menganjurkan satu program kesadaran terhadap ibu bapa dan ahli famili lainnya tentang dampak negatif yang boleh ditimbulkan oleh asap rokok pada anak sebagai perokok sekunder/pasif.

Kata Kunci: Perokok Aktif, Kejadian Batuk, Siswa/Siswi Sekolah Menengah Kebangsaan Abdul Jalil, Hulu Langat, Selangor


(13)

ABSTRACT

Active smokers (smoke) are a group that often becomes a factor causing health problems among others. Approximately 60-75% of cigarette smoke will be inhaled by people who do not smoke (secondhand smoke). Concentrations of toxic chemicals contained in cigarette smoke are higher than concentrations of cigarette smoke inhaled by active smokers. Children who are exposed to cigarette smoke have a higher risk for experiencing various health problems like cough, asthma and lung and ear infections. As cigarettes have become a global problem that causes many health problems, especially to the new generation, actions must be taken seriously.

However, factors that may play a role in accelerating or exacerbating an adverse effect of secondary smoke on smokers still raises another question mark. On this basis, the research carried out, namely to find the relationship between the incidence of cough in children and numbers of active smokers at home at the National High School of Abdul Jalil, Hulu Langat, Selangor caused by cigarette smoke.

This descriptive analytic study has been performed from March until September 2010 included 100 students varying from age and sex. All seven questions about the incidence of cough caused by cigarette smoke were indicated in the questionnaire and distributed to all respondents.

By using SPSS 16, data analyzed and presented in frequency distribution table before hypothesis testing using chi square analysis. From the results, there is only a relationship between the number of active smokers in the families of students and incidence of cough, indicated by p value of 0.0001 smaller than 0.005. There are 73 students live with one active smoker, 21 students live with two active smokers and six students have at least three active smokers at home. As a conclusion, there is a positive relationship between presences of active smokers at home with incident of cough in school children. Thus, schools are expected to recommend an awareness program to the parents and other family members about the possible negative impact caused by cigarette smoke in children as secondary / passive smoker.

Keywords: Active Smokers, Incidence of Cough, Students of National High School of Abdul Jalil, Hulu Langat, Selangor


(14)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Merokok merupakan satu kebiasaan yang buruk. Perokok aktif (asap rokok) merupakan golongan yang sering menjadi faktor pemicu kepada masalah kesehatan pada individu lain. Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2002 hampir satu pertiga penduduk laki-laki di seluruh dunia memiliki kebiasaan merokok. Daerah Asia Timur dan Asia Pasifik, memiliki kadar perokok tertinggi di mana hampir dua per tiga penduduk laki-laki nya adalah perokok (WHO, 2002). Di Malaysia pula hampir 50% dari golongan laki-laki memiliki kebiasaan merokok. Kadar perokok di kalangan remaja dan wanita juga semakin meningkat. Hampir 25% dari pelajar sekolah berusia 15 tahun ke atas pernah mencoba merokok dan 70% dari populasi ini akan menjadi perokok setelah meninggalkan bangku sekolah. Merokok merupakan faktor risiko utama bagi penyakit berbahaya seperti serangan jantung yang menyebabkan kira-kira 12% kematian di Malaysia. Di Kuala Lumpur, perbandingan antara perokok laki-laki dengan perokok wanita di bawah usia 30 tahun adalah 5:1 (Bagian Pendidikan Kesehatan, Kementerian Kesehatan Malaysia 2005).

Kira- kira 60-75% dari asap rokok akan dihirup oleh orang yang tidak merokok, yang juga dikenali sebagai perokok pasif. Perokok pasif atau perokok sekunder adalah orang yang dipaksa menghirup asap rokok yang datang dari perokok. Kepekatan bahan kimia beracun yang terkandung dalam asap rokok adalah lebih tinggi jika dibandingkan dengan kepekatan asap rokok yang dihirup oleh perokok secara aktif. Anak-anak yang terpapar pada asap rokok ini mengalami rIsiko lebih tinggi untuk mengalami pelbagai masalah kesehatan. Mereka cenderung untuk mengalami masalah seperti batuk, asma serta infeksi


(15)

pada paru dan telinga (Bagian Pendidikan Kesehatan, Kementerian Kesehatan Malaysia 2005).

Menghirup asap rokok dengan paparan yang lama, akan mengurangkan vitamin dan nutrien tubuh yang akan melemahkan sistem imun tubuh serta merusak DNA. Sistem imun yang lemah disertai dengan kerusakan DNA akan meningkatkan resiko mendapat penyakit jantung, paru dan juga kanker (Jaya, 2009). Bronkitis kronik, penyakit saluran pernafasan akan menyebabkan penghasilan mukus berlebihan yang memaksa perokok atau perokok pasif yang terpapar asap rokok dalam jangka masa yang lama mengalami batuk yang lebih kerap (Danusantoso, 2001).

Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa hampir 700 milyar atau bersamaan dengan setengah populasi anak di dunia bernafas dalam udara yang terpapar dengan asap rokok, terutamanya di rumah. Kira-kira 150,000- 300,000 kasus infeksi saluran pernafasan bawah yang terjadi pada anak di bawah usia 18 tahun adalah disebabkan oleh paparan terhadap asap rokok. Di Malaysia, gejala-gejala infeksi pada saluran pernafasan atas mewakili hampir 35% masalah kesehatan yang dialami oleh remaja (Naing et al, 2004).

Di Hong Kong, 32,9% anak-anak tinggal bersama dengan seorang perokok di rumah, 8,6% tinggal bersama dengan dua orang perokok, 2,5% tinggal bersama tiga orang perokok, 1,3% tinggal bersama empat orang perokok dan 2,1% tinggal bersama dengan lima orang perokok atau lebih. Ditemukan bahwa anak-anak ini mengalami gangguan pada saluran pernafasan termasuklah batuk. Pada individu yang belum pernah merokok tetapi terpapar dengan asap rokok mempunyai risiko tinggi yaitu kira-kira 15-46% untuk mengalami masalah saluran pernafasan seperti batuk, batuk berdahak, mengi dan gangguan pada hidung. Risiko tersebut akan lebih meningkat jika terdapat perokok yang tinggal bersama di rumah (Lam et al, 1999).


(16)

Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan penelitian ini mampu memberi hubungan yang bermakna antara paparan asap rokok dengan kejadian batuk pada anak supaya pihak yang bertanggungjawab dapat mengambil tindakan yang sewajarnya untuk menangani sebarang masalah kesehatan yang timbul pada golongan anak yang akan menjadi pemimpin generasi akan datang.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka perumusan masalah yang dapat dikembangkan adalah:

a) Apakah ada hubungan antara batuk yang disebabkan oleh asap rokok pada anak-anak dengan jumlah perokok aktif di rumah (paparan)?

1.3 Tujuan Penilitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan antara batuk yang dialami oleh anak-anak yang disebabkan oleh asap rokok dengan jumlah perokok aktif di Sekolah Menengah Kebangsaan Abdul Jalil, Hulu Langat, Selangor, Malaysia.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui keterkaitan kejadian batuk pada anak-anak yang berusia 13 dan 14 tahun di Sekolah Menengah Kebangsaan Abdul Jalil, Hulu Langat, Selangor dengan jumlah perokok aktif di rumah.


(17)

1.4 Manfaat Penelitian

Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai:

1. Pedoman dan maklumat tambahan kepada pihak sekolah untuk melakukan program kesadaran tentang bahayanya asap rokok kepada anak-anak di sekolah dalam usaha mencegah sebarang masalah kesehatan terhadap anak-anak.

2. Panduan untuk menjalankan sebarang strategi dan program untuk menangani masalah kesehatan pada anak yang disebabkan oleh asap rokok oleh badan pendidikan yang bertanggungjawab (Jabatan Pendidikan Daerah).


(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ANAK

Berdasarkan United Nations Convention on the Rights of the Child yang ditandatangani pada tahun 1989 oleh 192 negara, anak didefinisikan sebagai manusia yang berusia di bawah 18 tahun. Secara biologis nya, anak adalah individu yang berada dalam kelompok pertumbuhan dan perkembangan, di antara fase infan dan dewasa.

Infan dan anak-anak tidak mampu membuat keputusan secara sendiri dan memerlukan bantuan dari orang tua. Individu yang berusia 18 tahun dan ke atas dikenal sebagai remaja dan sudah mampu mengambil sebarang keputusan mengikut undang-undang. Anak-anak dengan usia di antara 8 sampai 9 tahun sudah mampu untuk memahami cara kerja tubuhnya dan prosedur yang mudah. Pada usia menjelang 14 sampai 15 tahun, anak-anak atau remaja muda sudah mampu memahami dan mengerti kondisi tubuhnya, matang secara emosi dan sudah mampu mengambil keputusan sendiri (Alpert, 2006).

2.2 TOKSIKOLOGI

Toksikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari efek merugikan dari bahan kimia terhadap organisme hidup. Toksikologi klinis adalah bidang ilmu kedokteran yang memberikan perhatian terhadap penyakit yang disebabkan oleh bahan toksik atau hubungan yang unik dan spesifik dari bahan toksik tersebut. Efek merugikan/toksik pada sistem biologis dapat disebabkan oleh bahan kimia yang mengalami biotransformasi dan dosis serta suasananya cocok untuk menimbulkan keadaan toksik (Mukono, 2002).

Respon terhadap bahan toksik tersebut antara lain tergantung kepada sifat fisik dan kimia, situasi paparan, kerentanan sistem biologis. Faktor utama yang berkaitan


(19)

dengan toksisitas dan situasi paparan adalah cara atau jalan masuknya serta durasi dan frekuensi paparan. Jalan masuk ke dalam tubuh suatu bahan polutan yang toksik, umunya melalui saluran pencernaan makanan, saluran pernafasan, kulit dan jalur lainnya. Durasi dan frekuensi paparan bahan polutan juga dapat diterangkan dengan percobaan binatang (Mukono, 2002).

Efek toksik yang timbul tidak hanya tergantung pada frekuensi pemberian dengan dosis berbeda saja tetapi mungkin juga tergantung kepada durasi paparannya. Efek kronis dapat terjadi apabila bahan kimi terakumulasi dalam sistem biologi. Efek toksik pada kondisi kronis bersifat irreversibel. Hal tersebut terjadi kerana sistem biologi tidak mempunyai cukup waktu untuk mencapai kondisi menjadi pulih akibat paparan terus menerus dari bahan toksik (Mukono, 2002).

Toksisitas cepat merupakan manifestasi yang segera timbul setelah pemberian bahan kimia/polutan. Sedangkan toksisitas lambat merupakan manifestasi yang timbul akibat bahan kimia selang beberapa waktu dari waktu pemberian. Efek setempat atau lokal didasarkan pada tempat terjadinya yaitu pada lokasi kontak yang pertama kali antara sistem biologi dan bahan toksikan (Mukono, 2002).

Tempat penyerapan utama bagi toksikan adalah saluran pencernaan, paru dan kulit. Toksikan yang diabsorbsi oleh paru biasanya berupa gas seperti karbon monoksida, nitrogen dioksida, dan sulfur dioksida serta partikel berupa aerosol. Partikel dengan ukuran 5 mikrometer atau lebih besar biasanya ditimbun pada daerah nasofaringeal. Partikel di daerah ini dapat dihilangkan saat pembersihan hidung atau saat bersin. Partikel yang larut akan dilarutkan dalam mukus dan dibawa ke faring atau diserap epitel masuk ke darah. Partikel dengan ukuran 2 hingga 5 mikrometer ditimbun pada daerah trakeobronkeolus paru, tempat ia akan dibersihkan oleh pergerakan silia saluran pernafasan (Mukono, 2002).


(20)

2.3 ROKOK

Kebiasaan merokok merupakan satu perbuatan yang buruk, bukan saja kepada diri sendiri, melainkan kepada orang di sekitarnya. Diperkirakan hampir satu pertiga penduduk laki-laki di dunia mempunyai kebiasaan merokok di dalam kehidupan sehari-hari. Selain mengancam kesehatan manusia, perokok atau orang-orang di sekitarnya, asap rokok juga boleh menyebabkan masalah polusi udara (WHO 2006).

Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan, kandungan rokok adalah sangat berbahaya kepada kesehatan manusia. Di antaranya, dapat ditemukan metanol, nitrobenzena, karbon monoksida, butana, raksa, vinil klorida, toulena, ammonia, arsenik, kadmium, stearik, sianida dan berbagai macam bahan kimia lainnya. Bahan-bahan kimia ini merupakan sumber bahan kimia dalam produk-produk berbahaya seperti racun tikus, bahan api kenderaan dan pelarut industri (Bagian Pendidikan Kesehatan, Kementerian Kesehatan Malaysia 2005).

Namun begitu, bahan utama dalam pembuatan rokok adalah tembakau yang merupakan faktor risiko kepada berbagai jenis kanker seperti kanker pankreas, kanker esofagus, kanker paru, kanker payudara dan kanker mulut. Selain itu, tembakau juga dapat menyebabkan penyakit saluran pernafasan kronik, strok, osteoporosis, penyakit jantung, kemandulan, gejala putus haid awal, keguguran dan kecacatan pada janin, bronkitis, emfisema dan batuk (National Poison Centre, 2008 ).

Zat-zat lain yang turut berperan menyebabkan kanker pada perokok mahupun perokok pasif adalah zat karsinogenik. Di antara zat-zat karsinogenik yang dikatakan boleh menyebabkan kanker adalah vinil klorida, benzopyrene dan nikotin.


(21)

2.3.1 Nikotin:

Nikotin merupakan satu zat kimia yang bersifat adiktif. Nikotin memasuki sirkulasi darah apabila perokok aktif menggigit ujung rokok atau menelan asap rokok. Pada perokok pasif, nikotin memasuki sistem sirkulasi darah apabila asap rokok dihirup secara tidak sengaja. Kebanyakan perokok aktif, akan menelan asap rokok kira-kira 10 kali selama 5 menit pada sebatang rokok yang dinyalakan. Maka, jika perokok aktif tersebut merokok hampir 30 batang rokok per hari, dia akan memasukkan 300 sedutan nikotin ke dalam tubuhnya (Bagian Pendidikan Kesehatan, Kementerian Kesehatan Malaysia 2005).

Setelah memasuki sirkulasi darah, nikotin akan menstimulasi kelenjar adrenal untuk menghasilkan hormon epinefrin. Epinefrin akan merangsang sistem saraf pusat dan meningkatkan tekanan darah, respirasi dan denyut jantung. Glukosa akan dikeluarkan ke sirkulasi darah ketika nikotin menekan pengeluaran insulin di pankreas. Hal ini menyebabkan perokok aktif mempunyai peningkatan kadar gula darah yang kronik (National Institute on Drug Abuse, National Institute of Health, 2009).

Nikotin juga meningkatkan produksi dopamin yang memicu pada rangsangan kesenangan di otak. Pada perokok aktif yang telah lama merokok, stimulasi yang berkepanjangan di sistem saraf pusat akan menyebabkan timbulnya gejala adiktif. Walaupun nikotin bersifat adiktif dan dapat menjadi toksik jika diambil dalam kuantiti yang berlebihan, namun nikotin tidak menyebabkan kanker. (National Institute on Drug Abuse, National Institute of Health, 2009).

2.3.2 Gas Karbonmonoksida (CO)

Gas karbonmonoksida ini merupakan gas yang bersifat toksik yang bertentangan dengan gas oksigen dalam transpor hemoglobin. Terdapat 2-6% gas CO pada saat merokok. Gas CO yang dihisap oleh perokok paling rendah 400 ppm (part per milyar) yang dapat meningkatkan kadar karboksi-hemoglobin dalam darah


(22)

sejumlah kira-kira 2-16%. Kadar normal karboksi-hemoglobin hanya 1% pada bukan perokok. Apabila kebiasaan merokok ini diteruskan, maka terjadinya polisitemia yang akan mempengaruhi sistem saraf pusat (Sitepoe, 2000).

2.3.3 Timah Hitam (Pb)

Timah hitam merupakan salah satu komponen partikel asap rokok. Setiap satu batang rokok yang dihisap diperhitungkan mengandung 0,5 mikrogram timah hitam. Apabila seseorang menghisap satu bungkus rokok per hari berarti individu terbabit menghasilkan 10 mikrogram timah hitam. Sedangkan batas bahaya kadar timah hitam dalam tubuh adalah 20 mikrogram per hari (Sitepoe, 2000).

2.3.4 Zat-zat lain:

Rokok atau pun asap rokok mempunyai campuran bahan kimia yang kompleks. Antaranya adalah karbon monoksida, tar, formaldehid, sianida dan ammonia yang bersifat karsinogenik. Karbon monoksida meningkatkan resiko berlakunya penyakit kardiovaskular. Paparan kepada tar dapat meningkatkan resiko penyakit kanker paru, emfisema dan masalah pada bronkiol (National Institute on Drug Abuse, National Institute of Health, 2009).


(23)

2.4 MEROKOK

Merokok adalah membakar tembakau yang kemudian dihisap asapnya, baik menggunakan rokok maupun menggunakan pipa. Temperatur pada sebatang rokok yang sedang dibakar adalah 900°C untuk ujung rokok yang dibakar dan 30°C untuk ujung rokok yang terselip di antara bibir perokok. Asap rokok yang dihisap atau asap rokok yang dihirup melalui dua komponen; komponen yang lekas menguap berbentuk gas dan komponen yang bersama gas terkondensasi menjadi komponen partikulat. Dengan demikian, asap rokok yang diisap dapat berupa gas sejumlah 85% dan sisanya berupa partikel (Sitepoe, 2000).

Asap rokok yang dihisap melalui mulut disebut mainstream smoke, sedangkan asap rokok yang terbentuk pada ujung rokok yang terbakar serta asap rokok yang dihembuskan ke udara oleh perokok disebut sidestream smoke. Sidestream smoke atau asap sidestream mengakibatkan seseorang menjadi perokok pasif. Asap rokok yang dihisap mengandung kira-kira 4000 jenis bahan kimia dengan berbagai jenis daya kerja terhadap tubuh. Adapun komposisi asap rokok yang dihisap tergantung berbagai faktor yaitu jenis tembakau, pemprosesan tembakau, bahan pembalut rokok, serta ada tidaknya filter (Sitepoe, 2000).

2.5 PEROKOK PASIF

Perokok pasif adalah orang yang dipaksa menghirup asap rokok yang dikeluarkan oleh perokok di sekitarnya. Kepekatan bahan kimia beracun yang terkandung dalam asap rokok adalah lebih tinggi jika dibandingkan dengan kepekatan asap rokok yang disedut oleh perokok secara aktif. Dikatakan hampir 4000 bahan kimia berbahaya dikeluarkan dari asap rokok. Walaupun perokok pasif tidak merokok secara langsung, namun asap aliran sisi ataupun sidestream smoke yang keluar dari puntung rokok mengandungi dua kali lebih banyak nikotin dan lima kali lebih banyak karbon monoksida. Juga dikatakan bahawa asap aliran sisi ini mempunyai 50 kali lebih banyak bahan kimia atau zat karsinogenik yang


(24)

menyebabkan kanker dan mengandungi tiga kali lebih banyak tar (Bagian Pendidikan Kesehatan Malaysia, Kementerian Kesehatan Malaysia 2005).

Dibandingkan dengan perokok aktif atau perokok primer, perokok pasif mempunyai resiko yang lebih tinggi untuk mengidap berbagai jenis penyakit seperti penyakit jantung (30%) dan kanker (25%). Hal ini adalah karena 60-75% dari asap rokok akan dihirup oleh perokok pasif. Efek jangka panjang yang dapat dialami oleh perokok pasif ini adalah meningkatnya resiko kanker paru dan penyakit jantung serta masalah pernafasan seperti radang paru dan bronkitis. Efek jangka pendek atau efek langsung yang boleh dilihat pada perokok pasif ini adalah bersin dan batuk, sakit kerongkong dan sakit kepala (Bagian Pendidikan Kesehatan, Kementerian Kesehatan Malaysia 2005).

Asap rokok juga dapat memberi dampak negatif pada ibu hamil dan janin yang dikandung. Di antaranya adalah keguguran dan kematian janin di dalam kandungan, plasenta abrupsi, tumbuh kembang janin terganggu serta bayi dengan berat badan lahir rendah. Anak-anak yang terpapar pada asap rokok juga mempunyai risiko lebih tinggi untuk mengalami berbagai masalah kesehatan. Mereka cenderung untuk mendapat masalah seperti batuk, asma, infeksi pada paru dan telinga, perkembangan otak akan terjejas, kanker otak, leukimia dan sindrom kematian mendadak pada bayi (Sitepoe, 2000).


(25)

2.6 MEKANISME PERTAHANAN PARU (BATUK)

Saluran pernafasan merupakan penyambung utama antara paru dan udara atmosfera atau di luar tubuh, yang mana bukanlah sentiasa bersih dan steril. Hidung merupakan filter utama yang berperan dalam mencegah dari sebarang partikel besar memasuki tubuh. Sinus paranasal rongga hidung diselaputi oleh epitel bersilia yang akan membawa partikel-partikel yang besar masuk ke faring. Partikel-partikel yang lebih kecil ukurannya, yaitu kurang daripada 10 mikrometer dapat melewati trakea dan bronkus, di mana ia akan menumpuk di mukosa (Lipson & Weibenrger, 2008).

Sel-sel silia yang melapisi saluran pernafasan, dari laring ke bronkiol akan bergerak tanpa henti untuk menolak keluar mukus menuju rongga mulut. Pergerakan silia pada saluran pernafasan yang lebar adalah sangat cepat dengan kadar 10mm/menit. Selain itu, makrofag yang berada di alveolus juga berperan memusnahkan partikel-partikel tersebut yang akan menghasilkan antibodi (Lipson & Weibenrger, 2008).

Mekanisme refleks juga berperan dalam melindungi paru dari sebarang patogen dan mekanisme refleks yang paling penting adalah reaksi batuk. Batuk merupakan ekspirasi yang kuat dari mulut untuk mengeluarkan sebarang benda asing dari saluran pernafasan. Batuk dapat terjadi secara volunter atau dapat dipicu oleh refleks iritasi pada hidung, sinus, faring, laring, trakea, bronkus atau bronkiol (Lipson & Weibenrger, 2008).

Sewaktu batuk, akan terjadi inspirasi dalam di mana udara akan memenuhi hampir 60-80% jumlah kapasitas paru. Glottis akan menutup, otot-otot pernafasan berkontraksi untuk meningkatkan tekanan intratoraks lalu menyebabkan glottis membuka secara tiba-tiba, dan mengeluarkan udara secara kuat daripada saluran pernafasan (Lipson & Weibenrger, 2008).


(26)

Batuk merupakan gejala yang sering pada gangguan saluran pernafasan. Batuk dapat terjadi pada stimulasi di reseptor-reseptor iritasi pada mukosa saluran pernafasan. Batuk secara definisinya adalah ekspirasi eksplosif yang memberikan satu bentuk mekanisme perlindungan yang normal untuk membersihkan cabang trakeobronkiol dari sekresi dan benda asing. Orang awam sering datang ke dokter dengan keluhan batuk karena rasa yang tidak nyaman dan menganggu aktivitas seharian (Gwilt C., et al, 2008).

Batuk melibatkan arkus refleks yang kompleks bermula dengan stimulasi pada reseptor iritan. Reseptor-reseptor ini lebih banyak berada di saluran pernafasan. Pusat batuk pula berda di bagian medula. Batuk yang efektif teragntung pasa kebolehan untuk mencapai aliran udara yang tinggi dan tekan intratoraks dalam membantu pengeluaran mukus yang menempel di dinding saluran pernafasan (Boulet L., et al, 1998).

2.7.1 Etiologi:

Batuk dapat dipicu oleh berbagai iritan dari sumber eksternal seperti asap rokok, debu dan benda asing, juga dapat disebabkan oleh sumber internal seperti sekresi dari saluran pernafasan atas dan isi dari lambung. Rangsangan-rangsangan dari sumber eksternal dan internal ini akan menstimulasi reseptor di saluran pernafasan terutamanya di faring dan laring atau di saluran pernafasan bawah (Lipson & Weibenrger, 2008).

Apabila batuk yang dialami pasien dipicu oleh gangguan di saluran pernafasan atas atau isi lambung pada penderita refluks gastroesofagus, faktor penyebabnya tidak diketahui dan batuknya akan berlanjutan (Lipson& Weibenrger, 2008).

Paparan yang lama dan berkepanjangan kepada sumber iritan seperti asap rokok dapat menyebabkan terjadinya proses inflamasi pada saluran pernafasan. Hal


(27)

ini akan menyebabkan reaksi batuk dan selanjutnya, menjadikan saluran pernafasan lebih sensitif pada sumber iritan yang lain. Kebanyakan gangguan atau masalah medis yang bersangkutan dengan inflamasi, konstriksi, infiltrasi atau kompresi saluran pernafasan akan menimbulkan gejala batuk (Lipson & Weibenrger, 2008).

Inflamasi kebiasaannya terjadi disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan, seperti infeksi virus maupun bakteri. Untuk bronkitis yang disebabkan oleh virus, inflamasi pada saluran pernafasan kadang-kadang berlangsung lama dan menimbulkan gejala batuk yang berkepanjangan untuk beberapa minggu. Infeksi pertussis dan asma juga dapat menimbulkan gejala batuk pada pasien. Namun, batuk yang disertai dengan asma, seringkali ditandai dengan adanya mengi atau wheezing ( Lipson & Weibenrger, 2008).

Selain daripada itu, neoplasma maupun tumor yang berada di salur pernafasan juga dapat menyebabkan timbulnya keluhan batuk. Hal ini disebabkan, massa tersebut akan menekan atau kompresi salur pernafasan dan sebagai mekanisme normal, reaksi batuk akan terjadi dalam usaha tubuh untuk mengeluarkan massa dari sistem pernafasan. Penyakit paru parenkimal juga dapat menimbulkan gejala batuk. Antaranya ialah penyakit paru interstisial, pnuemonia dan abses paru (Lipson & Weibenrger, 2008).

2.7.2 Klasifikasi:

Batuk tipe akut biasanya terjadi apabila adanya infeksi pada salur pernafasan seperti rinitis, bronkitis, pneumonia dan sinusitis. Batuk tipe ini juga diakibatkan oleh paparan dari bahan-bahan iritasi seperti asap rokok. Batuk akut berlangsung dalam waktu kurang dari 3 minggu (Lipson & Weibenrger, 2008).

Batuk tipe subakut dapat berlangsung dalam waktu 3 hingga 8 minggu. Batuk tipe ini sering kali disebabkan oleh post-infections, di mana proses inflamasi pada salur pernafasan masih berlaku yang disertai dengan infeksi virus, Pertussis atau infeksi Chlamydia. Jika pasien dengan batuk tipe subakut ini bukan disebabkan oleh


(28)

kejadian setelah infeksi, pemeriksaan lanjut dilakukan untuk mengetahui faktor penyebabnya (Lipson & Weibenrger, 2008).

Batuk yang berlangsung lebih dari 8 minggu digolongkan ke dalam batuk tipe kronik. Pada perokok aktif, hal ini mungkin disebabkan oleh adanya kemungkinan berlaku penyakit paru obstruktif tipe kronik atau karsinoma bronkogenik. Pada pasien yang tidak merokok dan mempunyai radiograf dada yang normal serta tidak mengambil sebarang obat ACE inhibitor, batuk tipe kronik yang dialaminya mungkin disebabkan oleh sindroma batuk pada saluran pernafasan atas atau postnasal drip, asma dan refluks lambung. Bronkitis tipe eusinofilik juga dapat menimbulkan gejala batuk kronik (Lipson & Weibenrger, 2008).

2.7.3 Komplikasi:

Komplikasi yang sering terjadi pada batuk adalah nyeri dada dan ketidakselesaan pada dinding abdomen, inkontinensia urin dan penat. Jarang, namun batuk yang paroksismal atau berterusan boleh menyebabkan sinkop atau pingsan. Hal ini adalah karena adanya kenaikan pada tekanan intratoraks dan tekanan alveolus yang membawa kepada penurunan aliran balik darah ke vena yang menyebabkan penurunan kardiak output (Lipson & Weibenrger, 2008).

Dalam kasus tertentu seperti pada pasien dengan myeloma ganda, osteoporosis dan metastase kanker ke tulang, batuk dapat menyebabkan fraktur pada tulang iga (Lipson & Weibenrger, 2008).


(29)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep

Dari kerangka konsep di atas, paparan asap rokok terhadap siswa dan siswi Sekolah Menengah Kebangsaan Abdul Jalil, Hulu Langat Selangor yang berusia 13 dan 14 tahun akan dikaji untuk melihat sama ada mempunyai keterkaitan atau hubungan terhadap kejadian batuk pada siswa dan siswi tersebut.

3.2 Definisi Operasional

Variabel Definisi Cara

Ukur

Alat Ukur Hasil Ukur Skala Pengukuran Paparan asap rokok Kontak dari polutan pada bagian tubuh manusia. Pada perokok sekunder, bagian tubuh ini adalah mata, epitel pada hidung,

Angket Kuesioner, pertanyaan yang diajukan adalah berkenaan dengan jumlah perokok aktif di Pertanyaan dengan jawaban A diberi skor 1 dan jawaban B mendapat skor 2. Hasil akan dihitung Ordinal

Batuk pada anak sebagai perokok pasif

Jumlah Perokok Aktif di Rumah (Paparan asap rokok)


(30)

mulut dan tenggorokan, serta lapisan mukosa pada saluran pernafasan dan alveolus.

rumah. dengan SPSS melalui Chi Square.

Batuk Ekpirasi eksplosif yang memberikan satu bentuk menkanisme perlindungan yang normal untuk membersihkan cabang trakeobronkial dari sekresi benda asing.

Angket Kuesioner, pertanyaan yang diajukan adalah sebanyak 2 soalan dengan 2 pilihan jawaban. Pertanyaan dengan jawaban A diberi skor 1 dan jawaban B mendapat skor 2. Hasil akan dihitung dengan SPSS melalui Chi Square. Ordinal Perokok pasif Individu yang terpaksa atau terhirup asap rokok yang dikeluarkan oleh perokok

Angket Lisan, sebelum kuesioner diedarkan. Merokok atau tidak Ordinal


(31)

di sekitarnya. Usia Umur anak

saat dilakukan penelitian yang dinyatakan dalam unit tahun.

Angket Kuesioner dengan pengisian data peribadi di muka hadapan kuesioner. 13 tahun 14 tahun Ordinal Perokok Aktif Perokok aktif adalah orang yang membakar tembakau yang kemudian diisap asapnya, baik menggunakan rokok maupun pipa.

Angket Lisan, sebelum diedarkan kuesioner, responden ditanya terlebih dahulu mengenai adanya perokok aktif di ruamah atau tidak. Ada. Tiada. Ordinal Jenis kelamin Jenis kelamin anak

Angket Kuesioner dengan pengisian data peribadi di Laki-laki Perempuan Nominal


(32)

halaman hadapan kuesioner.

3.2.6 Hipotesis

Hipotesis adalah pernyataan sebagai jawaban sementara atas pertanyaan penelitian yang harus diuji validitasnya secara empiris. Jadi hipotesis tidak dinilai benar atau salah, melainkan diuji apakah sahih atau tidak (Sastroasmoro, 2008).

Maka, daripada definisi di atas, dapat dinyatakan bahwa hipotesis bagi penelitian ini adalah:

“Paparan asap rokok (kehadiran perokok aktif di rumah) daripada perokok aktif dapat menimbulkan gejala batuk pada anak yang bertindak sebagai perokok pasif/sekunder.”


(33)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian analitik untuk mengetahui hubungan antara kejadian batuk yang disebabkan oleh asap rokok pada anak dengan jumlah perokok aktif di rumah (faktor paparan). Desain penelitian yang akan digunakan adalah desain cross-sectional studi yaitu melakukan pengamatan sesaat dalam satu waktu mengenai hubungan gejala batuk yang dialami oleh perokok pasif dengan jumlah perokok aktif di rumah melalui angket dengan pengisian kuesioner yang telah disediakan.

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2.1 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan bermula bulan Maret 2010 sampai dengan bulan September 2010.

4.2.2 Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Sekolah Menengah Kebangsaan Abdul Jalil, Hulu Langat Selangor. Lokasi ini dipilih karena jumlah siswa dan siswi yang banyak, berhampiran dengan Kuala Lumpur dan belum pernah diadakan penelitian seumpama ini dilakukan di sekolah tersebut.

4.3 Populasi dan Sampel 4.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa dan siswi Sekolah Menengah Abdul Jalil, Hulu Langat Selangor yang berusia 13 dan 14 tahun.


(34)

4.3.2 Sampel

Sampel adalah siswa dan siswi di tingkatan menengah rendah, Sekolah Menengah Abdul Jalil, Hulu Langat Selangor berusia 13 dan 14 tahun yang mempunyai famili atau saudara terdekat yang merokok. Sampel ini akan diambil secara cluster sampling, di mana populasi dibagi di dalam kelas/gugus dan diasumsikan didalam setiap kelas/gugus sudah terdapat semua sifat/variasi yang ingin diteliti. Penentuan besar sampel digunakan rumus sebagai berikut (Notoadmodjo, 2002):

n = Z ά ² PQ --- d² Keterangan:

n = Besar sampel minimum

P = Proporsi penyakit atau keadaan yang akan dicari d = Tingkat ketepatan absolute yang dikehendaki

ά = Tingkat kemaknaan Q = (1-P)

Maka,

n = 1,96² X 0,5 X (1-0,5) --- 0.10²

= 97 ≈ 100 orang

Maka dari perkiraan dengan menggunakan rumus tersebut jumlah sampel adalah 97 orang atau lebih akurat 100 orang. Pada penelitian ini, sampelnya akan ditentukan dengan dibagi di dalam kelas/gugus dan diasumsikan didalam setiap


(35)

kelas/gugus sudah terdapat semua sifat/variasi yang ingin diteliti. Sebagai contoh, dalam 30 kelas/gugus, 10 orang siswa dan siswi akan dipilih.

Kesemua siswa dan siswi yang berusia 13 dan 14 tahun di Sekolah Menengah Kebangsaan Abdul Jalil, Hulu Langat, Selangor yang tinggal bersama sekurang-kurangnya seorang perokok aktif di rumah diperboleh untuk mengikuti penelitian ini kecuali:

- perokok aktif - penghidap asma

- penghidap penyakit lain yang melibatkan saluran pernafasan - pengguna obat ACE inhibitor

4.4 Metode Pengumpulan Data

Data yang akan digunakan adalah data primer yang diperoleh/diukur melalui wawancara langsung atau angket pada responden dengan menggunakan kuesioner yang akan diuji validitas dan reliabilitas. Kemudian, kuesioner tersebut akan diberikan kepada sampel untuk diisi.

Alat pengukuran data bagi penelitian ini adalah kuesioner terstruktur. Uji validitas dan reliabilitas kuesioner akan dijalankan terlebih dahulu pada 20 orang sampel kemudian diperkirakan reliabilitas kuesioner yang diberikan dengan menggunakan rumus koefisien korelasi (Pearson):

r= n (ΣXY)-(ΣX) (ΣY)

---

√ [(nΣX²) – (ΣX)²] [(nΣY²) – (ΣY)²]

X= pertanyaan nomor 1 Y= skor total


(36)

4.5 Metode Pengolahan Data dan Analisa Data

Pada pelaksanaan penelitian, data diperoleh dari penelitian jawaban kepada kuesioner. Kuesioner terlebih dahulu akan diuji validitas dan reliabilitas dengan menggunakan SPSS. Kemudian, data yang didapat akan diolah dengan bantuan sistem perangkat lunak program komputer SPSS. Setelah itu, dilakukan analisa dengan uji hipotesis Chi Square untuk melihat sama ada wujud hubungan antara kejadian batuk yang disebabkan oleh asap rokok dengan jumlah perokok aktif di rumah.


(37)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Hulu Langat terletak di bagian pedalaman negeri Selangor. Penduduk asal

daerah ini adalah terdiri daripada oran

tengah bandar besar". Ini kerana suasana tradisi dan keindahan kampung masih tetap wujud di sini meskipun dihimpit oleh pembangunan yang agak pesat dar

Negeri

terletak di dalam kawasan

Sekolah Menengah Kebangsaan Abdul Jalil atau nama ringkasnya SMK Abdul Jalil, merupakan sebuah Sekolah Menengah Kebangsaan yang terletak di Bt 14, P.Pos Hulu Langat. Pada 2009, Sekolah Menengah Kebangsaan Abdul Jalil memiliki 1299 pelajar lelaki dan 1362 pelajar perempuan, menjadikan jumlah keseluruhan murid seramai 2661 orang. Ia mempunyai seramai 153 orang guru.


(38)

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden

Tabel 5.1

Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur, Jenis Kelamin, dan Jumlah Perokok Dalam Famili di Sekolah Menengah Kebangsaan Abdul Jalil, Hulu Langat,

Selangor

Karakteristik Frekuensi (n) Persen (%) Umur

13 tahun 30 30 14 tahun 70 70

Jenis Kelamin

laki-laki 38 38 Perempuan 62 62

Jumlah Perokok dalam Famili

1 orang 73 73 2 orang 21 21 3 orang 6 6

Responden dalam penelitian ini adalah siswa dan siswi yang mempunyai ahli famili yang merokok dan merupakan bukan perokok aktif di Sekolah Menengah Kebangsaan Abdul Jalil, Hulu Langat, Selangor. Karakteristik siswa dan siswi dapat dibagi menurut umur, jenis kelamin, kelas dan distribusi perokok di dalam famili.

Berdasarkan tabel 5.1 diketahui bahwa umur responden yang paling banyak adalah berusia 14 tahun yaitu sebanyak 70 orang (70%), sedangkan umur responden yang paling sedikit adalah yang berusia 13 tahun yaitu sebanyak 30 orang (30%).

Responden laki-laki adalah lebih sedikit berbanding perempuan yaitu sebanyak 38 orang (38%) dan responden perempuan sebanyak 62 orang (62%). Juga


(39)

dapat diketahui bahwa kesemua 100 orang responden dibagi ke dalam 10 buah kelas yaitu kelas 1A, 1B, 1E, 2A, 2B, 2C, 2D, 2F, 2G, dan 2N, masing-masing sebanyak 10 orang.

Berdasarkan tabel 5.1 juga diketahui bahwa responden dapat dibagi kepada tiga kelompok mengikut distribusi perokok aktif yang berada di dalam famili. Responden yang mempunyai 1 orang ahli famili yang merokok mempunyai jumlah yang paling besar yaitu sebanyak 73 orang (73%), diikuti kelompok dengan 2 orang perokok di dalam famili sebanyak 21 orang (21%) dan paling sedikit pada kelompok dengan 3 orang perokok di dalam famili sebanyak 6 orang (6%).


(40)

5.1.3 Hubungan Batuk Dengan Perokok Dalam Famili 5.1.3.1 Mengikut Jenis Kelamin:

3 orang Perokok Aktif

Jenis Kelamin

Perempuan Laki-laki

Kejadian Batuk

Batuk (+) 1 0

Batuk (-) 1 4

Jumlah 2 4

2 orang Perokok Aktif

Jenis Kelamin

Perempuan Laki-laki

Kejadian Batuk

Batuk (+) 2 2

Batuk (-) 9 8

Jumlah 11 10

1 orang Perokok Aktif

Jenis Kelamin

Perempuan Laki-laki

Kejadian Batuk

Batuk (+) 11 5

Batuk (-) 38 19


(41)

5.1.3.2 Mengikut Usia:

3 orang Perokok Aktif

Usia

13 Tahun 14 Tahun

Kejadian Batuk

Batuk (+) 0 1

Batuk (-) 3 2

Jumlah 3 3

2 orang Perokok Aktif

Usia

13 Tahun 14 Tahun

Kejadian Batuk

Batuk (+) 3 1

Batuk (-) 6 11

Jumlah 9 11

1 orang Perokok Aktif

Usia

13 Tahun 14 Tahun

Kejadian Batuk

Batuk (+) 4 12

Batuk (-) 14 43


(42)

5.1.3.3 Hubungan Batuk Dengan Perokok Dalam Famili Jumlah Perokok Aktif

1 orang 2 orang 3 orang P

Kejadian Batuk

Batuk (+) 16 4 1

0.0001

Batuk (-) 57 17 5

Jumlah, N=100 73 21 6

Chi-square , bermakna jika p < 0.05 Interpretasi tabel diatas:

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa nilai p adalah 0,0001, lebih kecil daripada 0,05 (<0,05). Hal ini membawa maksud bahwa ada hubungan antara kejadian batuk yang diakibatkan oleh asap rokok pada responden mengikut perokok dalam famili.


(43)

5.1.3.4 Distribusi Perokok Aktif Dalam Famili: Jumlah Perokok Aktif,

N=100 Keterangan

1, n=73

Bapa= 63 orang responden Abang= 9 orang responden Datuk= 1 orang responden 2,

n=21

Ayah-abang = 14 orang responden Abang-abang = 4 orang responden Ayah-datuk = 1 orang responden Ayah-nenek = 1 orang responden Ayah-ayah saudara = 1 orang responden 3,

n=6

Abang-abang-abang = 3 orang responden Ayah-abang-abang = 2 orang responden Abang-abang-abang ipar = 1 orang responden


(44)

5.1.4 Hubungan Batuk Dengan Jenis Kelamin Hubungan Batuk Dengan Jenis Kelamin Jenis Kelamin, N= 100

Perempuan Laki-laki P

Kejadian Batuk

Batuk (+) 14 7

0.121

Batuk (-) 48 31

Jumlah 62 38

Chi-square , bermakna jika p < 0.05 Interpretasi tabel diatas:

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa nilai p adalah 0,121, lebih besar daripada 0,05 (>0,05). Hal ini membawa maksud bahwa tiada hubungan antara kejadian batuk yang diakibatkan oleh asap rokok pada responden mengikut jenis kelamin responden.

5.1.5 Hubungan Batuk Dengan Usia Responden Hubungan Batuk Dengan Usia Responden Usia, N= 100

13 Tahun 14 Tahun P

Kejadian Batuk

Batuk (+) 7 14

0.121

Batuk (-) 23 56


(45)

Chi-square , bermakna jika p < 0.05 Interpretasi tabel diatas:

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa nilai p adalah 0,121, lebih besar daripada 0,05 (>0,05). Hal ini membawa maksud bahwa tiada hubungan antara kejadian batuk yang diakibatkan oleh asap rokok pada responden mengikut usia responden sebagai perokok pasif/sekunder.

5.2 Pembahasan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada siswa dan siswi di Sekolah Menengah Kebangsaan Abdul Jalil, Hulu Langat, Selangor pada tahun 2010, diperoleh data yang merupakan keadaan nyata dengan cara menyebarkan kuesioner kepada 100 orang responden. Data tersebut dijadikan tolak ukur dalam melakukan pembahasan dan sebagai hasil akhir dapat dijabarkan sebagai berikut:

5.2.1 Hubungan Kejadian Batuk yang disebabkan oleh Asap rokok dengan Jumlah Perokok dalam Famili

Pada tabel dapat diamati bahwa nilai p=0.0001, yaitu lebih kurang daripada 0.05 yang membawa maksud adanya hubungan antara kejadian batuk yang disebabkan oleh asap rokok dengan perokok dalam famili responden.

Sebanyak 73 orang (73%) responden mempunyai minimum 1 orang perokok aktif di dalam famili, 21 orang (21%) responden mempunyai 2 orang perokok aktif di dalam famili dan 6 orang (6%) mempunyai 3 orang perokok aktif di dalam famili.

Daripada 73 orang responden yang mempunyai sekurang-kurangnya satu orang perokok aktif di rumah, siswi mencatatkan angka terbanyak yaitu seramai 47 orang. Enam puluh tiga orang perokok aktif, kelompok yang paling banyak dicatatkan merupakan bapa, dan kelompok yang paling sedikit adalah datuk. Daripada 21 orang responden yang mempunyai dua orang perokok aktif di rumah, siswi mencatatkan angka tertinggi yaitu seramai 13 orang. Perokok aktif dalam famili


(46)

yang mencatatkan angka tertinggi adalah dari kombinasi kombinasi ayah-abang yaitu dengan 14 orang responden, dan paling sedikit adalah dari kombinasi ayah-datuk, ayah-ayah saudara dan ayah-nenek, masing-masing dengan 1 orang responden.

Daripada 6 orang responden, siswa mencatatkan angka tertinggi dengan 4 orang adalah responden. Perokok aktif dalam famili yang paling ramai melibatkan kombinasi abang-abang-abang (3 orang responden), dan yang paling sedikit adalah daripada kombinasi abang-abang-abang ipar (1 orang responden).

Hal ini menunjukkan bahwa dengan adanya perokok aktif di dalam keluarga, boleh menyebabkan peningkatan paparan asap rokok kepada anak dan seterusnya boleh menyebabkan kejadian batuk.

Peningkatan jumlah perokok aktif di dalam famili membawa kepada peningkatan resiko anak untuk terpapar dengan asap rokok. Jumlah dan kualiti pencemaran asap rokok pada anak dengan 3 orang perokok aktif di dalam famili adalah lebih besar jika dibandingkan dengan anak yang mempunyai hanya 2 perokok aktif atau 1 perokok aktif dalam famili.

Namun begitu, walaupun hanya mempunyai 1 perokok aktif di dalam famili, kejadian batuk yang disebabkan oleh asap rokok pada anak boleh disebabkan oleh faktor frekuensi paparan. Efek toksik yang timbul tidak hanya tergantung pada frekuensi pemberian dengan dosis berbeda saja tetapi mungkin juga tergantung kepada durasi paparannya. Efek kronis dapat terjadi apabila bahan kimia terakumulasi dalam sistem biologi. Efek toksik pada kondisi kronis bersifat irreversibel. Hal tersebut terjadi kerana sistem biologi tidak mempunyai cukup waktu untuk mencapai kondisi menjadi pulih akibat paparan terus menerus dari bahan toksik (Mukono, 2002).

Ada juga anak yang sudah terbiasa dengan asap rokok, sehinggakan respon ringan seperti batuk tidak berlaku. Hal ini juga boleh dikaitkan dengan frekuensi anak terpapar dengan asap rokok. Daripada penelitian, walaupun anak tidak mengalami batuk setelah terpapar dengan asap rokok, sebagian daripada anak mengalami


(47)

gangguan lain di salur pernafasan seperti kesukaran untuk bernafas, ketidakselesaan pada hidung, nausea dan pening kepala (Naing, 2004).

Daripada 100 orang responden, didapatkan bahwa seramai 13 orang pelajar mengalami pening dan mual (nausea) ketika terpapar dengan asap rokok. Sebanyak 10 orang pelajar pula mengeluhkan gangguan kesukaran untuk bernafas apabila berada berhampiran dengan perokok aktif. Lima orang pelajar lagi mengalami masalah gatal-gatal pada hidung apabila terpapar dengan asap rokok.

Hal ini juga dibuktikan oleh Lam et al (1999), yang mengatakan bahwa pada individu yang tidak pernah merokok, namun terpapar kepada asap rokok mempunyai resiko yang tinggi untuk berlakunya masalah pada tenggorokan dan hidung. Menurutnya lagi, peningkatan resiko ini bergantung kepada jumlah perokok aktif yang tinggal bersama di dalam rumah.

Melalui hasil penelitian ini, tampak adanya hubungan antara jumlah perokok aktif di rumah dengan kejadian batuk yang dialami oleh anak. Hal ini berdasarkan hubungan dosis-respon antara jumlah perokok aktif dengan respon batuk pada anak. Penurunan dosis akan mengurangi efek yang timbul. Efek toksik yang timbul tidak hanya tergantung pada frekuensi pemberian dengan dosis yang berbeda saja tetapi mungkin juga tergantung pada durasi paparannya.

5.2.2 Hubungan Kejadian Batuk yang disebabkan oleh Asap rokok dengan Jenis Kelamin

Berdasarkan tabel, nilai p adalah 0,121 yaitu lebih besar daripada 0,05 (>0,05) dan membawa maksud tiada hubungan antara kejadian batuk yang disebabkan oleh asap rokok dengan jenis kelamin pada anak laki-laki dan perempuan. Dalam penelitian, terdapat 38 orang responden laki-laki dan 62 orang responden perempuan.

Secara teorinya, perbedaan yang wujud antara laki-laki dan perempuan ketika usia 13 dan 14 tahun melibatkan perbedaan pertumbuhan fizikal dan emosi, di mana


(48)

anak perempuan lebih cepat kadar pertumbuhannya berbanding dengan anak laki-laki. Dalam rentang waktu ini juga, anak laki-laki dan perempuan sudah mula menunjukkan minat terhadap lawan jenisnya, sehingga mereka akan menghindar dari bergaul dengan berlainan jenis (Alpert, 2006) .

Maka, tidak dapat dibuktikan bahwa jenis kelamin laki-laki ataupun perempuan yang lebih mudah berlakunya batuk yang disebabkan oleh asap rokok.

5.2.3 Hubungan Kejadian Batuk yang disebabkan oleh Asap rokok dengan Usia Berdasarkan tabel, nilai p adalah 0,121 yaitu lebih besar daripada 0,05 (>0,05) dan membawa maksud tiada hubungan antara kejadian batuk yang disebabkan oleh asap rokok dengan usia anak yaitu 13 dan 14 tahun. Dalam penelitian, terdapat 30 orang responden berusia 13 tahun dan 70 orang responden berusia 14 tahun.

Seperti jenis kelamin, pada usia 13 dan 14 tahun, pertumbuhan dan perkembangan anak hampir setara dengan dimonopoli oleh anak perempuan (Alpert, 2006) .


(49)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada siswa dan siswi di Sekolah Menengah Kebangsaan Abdul Jalil, Hulu Langat, Selangor tentang hubungan kejadian batuk yang diseababkan asap rokok pada anak dengan kehadiran perokok aktif di rumah, dapat dilakukan kesimpulan seperti berikut:

a. Kejadian batuk yang disebabkan oleh asap rokok mempunyai hubungan dengan kehadiran perokok aktif di dalam famili anak. Nilai p yang didapat adalah sebesar 0.0001, yang mana lebih kecil daripada 0,005. Hal ini menunjukkan bahwa, peningkatan jumlah perokok aktif di dalam sesebuah famili menyebabkan peningkatan risiko berlakunya kejadian batuk pada anak. Terdapat 74 orang (74%) responden mempunyai minimum 1 orang perokok aktif di dalam famili, diikuti dengan 20 orang (20%) responden mempunyai 2 orang perokok aktif di dalam famili dan 6 orang (6%) responden mempunyai 3 orang ahli famili yang merokok.

Hipotesis diterima.

b. Kejadian batuk yang disebabkan oleh asap rokok tidak mempunyai keterkaitan atau hubungan dengan jenis kelamin dan usia responden. Terdapat 38 orang responden laki-laki dan 62 orang responden perempuan dengan 30 orang daripadanya berusia 13 tahun dan 70 orang selebihnya berusia 14 tahun.


(50)

6.2 Saran

6.2.1 Bagi pihak sekolah

Daripada hasil penelitian, terdapatnya hubungan antara kejadian batuk yang disebabkan oleh asap rokok dengan jumlah perokok aktif di dalam famili seseoran pelajar/anak. Maka, diharapkan pihak sekolah boleh melakukan program kesadaran terhadap ibu bapa serta ahli famili lainnya tentang bahaya dan impak negatif yang boleh berlaku terhadap anak sebagai perokok pasif/sekunder.

6.2.2 Bagi peneliti selanjutnya

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, faktor yang memberi peran kepada kejadian batuk yang disebabkan oleh asap rokok pada anak hanyalah jumlah perokok aktif di dalam famili. Maka, dengan ini diharapkan supaya peneliti yang ingin meneruskan penenlitian ini dapat mengkaji faktor-faktor lain yang mungkin berpengaruh terhadap kejadian batuk pada anak di lokasi lain dan dapat mengobservasi serta mengkaji kembali instrumen penelitian yang digunakan.


(51)

DAFTAR PUSTAKA

Alpert, J. J., Siegel, B. S., 2006. Nelson Essentials of Pediatrics. 5th ed. The

Profession of Pediatrics: Population and Culture, The Care of Children in Society. Philadelphia: Elsevier Inc., 1-5.

Boulet, L., Byrne, P., Cloutier, M. M., Gold, P. M., Ing, A. J., Prakash, U. B. S., Pratter, M. P., Rubin, B. K., Irwin, R. S., Managing cough as a defense

Mechanism and as a symptom. A consensus panel report of the American College of Chest Physicians, 1998; 114; 133-181. Available from:

Carter, E. R., Debley, J. S., Redding, G. R., Chronic productive cough in school

children: prevalence and associations with Asthma and Environmental Tobacco Smoke Exposure, 2006. Available from:

Cockrill, B.A., Mandel, J., Weinberger, S.E., 2008. Principles of Pulmonary

Medicine. 5th ed. Philadelphia: Saunders Elsevier Inc.

Convention on the Rights of the Child, United Nations General Assembly, 1989.

Available from:

[Accessed 24 April 2010]

Dalimunthe, W., 2009. Ragam Pediatrik Praktis. Batuk pada Anak, Haruskah


(52)

Danusantoso, H., 2001. Batuk. Jakarta: Penerbit Universitas Trisakti.

Ferrer, A., Jaen, A., Kogevinas, M., Marin, A., Zock, J. P., Occupation, Smoking and

Chronic Obstructive Respiratory Disorder: a cross sectional study in an industrial area of Catalonio Spain, 2006. Available from:

Golding, J. F., Mangan, G. L., 1984. The Psychopharmacology of Smoking. Melbourne, Australia: Press Syndicate of the University of Cambridge.

Gwilt, C., McGowan, P., Patel H., 2008. Respiratory System. 3rd ed. Philadelphia: Elsevier Limited.

Jaya, M., 2009. Pembunuh Berbahaya Itu Bernama Rokok. Samarinda, Kalimantan Timur: Perwakilan Kalimantan.

Kementerian Kesehatan Malaysia, 2005. Kempen Tak Nak! Merokok. Bagian Pendidikan Kesehatan, Kementerian Kesehatan Malaysia. Available from:

2010]

Lam, T., Hedley, A., Chung, S. and Macfarlane, D., 1999, Passive smoking and

respiratory symptoms in primary school children in Hong Kong. Human &

Experimental Toxicology 18, 218-223. Available from:


(53)

Lipson, D. A., Weibenrger, S. E., 2008. Harrison’s Principles of Internal Medicine. 17th ed. Cough and Hemoptysis. USA: The Mc-Graw Hill Companies, 225-228.

Muhayat, A., 2008. Ketagihan Masalah Utama, Institut Perguruan Guru, Malaysia.

Available from:

Mukono, H. J., 2002. Epidemiologi Lingkungan. Surabaya, Indonesia: Airlangga University Press.

Naing, N. N., Sharina, D., Zulkifli, A., Secondhand Smoke Exposure at Home and

Respiratory Symptoms Among Primary School Children in Kota Bharu,

Kelantan, 2004. Available from:

http://www.communityhealthjournal.org/detailarticle.asp?id=294&issue=Vol1 0(S):2004 . [ Accessed 5 April 2010]

National Institute on Drug Abuse, National Institute of Health, 2009. Cigarettes and

other Tobacco products. US Department of Health and Human Services.

Available from:

28 March 2010]

National Poison Centre, 2008. United for Tobacco Free Malaysia. Universiti Sains

Malaysia, Pulau Pinang. Available from:


(54)

Notoatmodjo, S., 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Promosi Kesehatan

di Sekolah. Jakarta: Pt. Rineka Cipta, 362-374.

Sastroasmoro, S., 2008. Dasar-dasar Metadologi Penelitian Klinis. Edisi Ketiga. Jakarta: CV Sagung Seto

Sitepoe, M., 2000. Kekhususan Rokok Indonesia. Jakarta, Indonesia: PT Grasindo.

Sitorus, R., 2005. Gejala Penyakit dan Pencegahannya. Bandung, Indonesia: Penerbit Yrama Widya.

Sofyani, S., 2009. Ragam Pediatrik Praktis. Mencegah Merokok pada Anak. Medan, Indonesia: USU Press, 29-36.

Wahyuni, A., 2007. Statisitika Kedokteran. Bamboedoea Communication. Jakarta Timur.

World Health Organization (WHO), 2006. Smoking Statistics, Global. Available

from:

[Accessed 27 March 2010]

World Health Organization (WHO), 2002. Smoking Statistics, Malaysia. Available from: http://www.wpro.who.int/media_centre/fact_sheets/fs_20020528.htm . [Accessed 27 March 2010]


(55)

Lampiran 1 : Halaman Riwayat Hidup

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Asma Nabila binti Zakaria

Tempat / tanggal lahir : Pahang, Malaysia / 4 Januari 1987 Agama : Islam

Alamat : No 9, Jalan Sri Mewah 3, Taman Sri Mewah, 43000 Kajang Riwayat Pendidikan : 1. Sekolah Kebangsaan FELDA Bukit Tajau, Pahang

2. MRSM-YT Dungun, Terengganu 3. MRSM Jasin, Melaka

4. Pre Medical ACMS

Riwayat Pelatihan : 1. Peserta Penyambutan Mahasiswa Baru 2007 FK USU, Medan

2. Peserta Minggu Suai Kenal Pelajar Malaysia 2007.

Riwayat Organisasi : 1. Ahli Persatuan PKPMI


(56)

Lampiran

UJI VALIDITAS

Correlations

S1 S2 S3 S4 S5 S6 S9 S10 S11 S13 S14 Jumlah

S1 Pearson

Correlation 1 .000 .000 .500

*

.333 .316 .200 .400 .101 .218 -.200 .543*

Sig. (2-tailed) 1.000 1.000 .025 .151 .174 .398 .081 .673 .355 .398 .013

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

S2 Pearson

Correlation .000 1 -.333 .250 -.111 .527

*

.000 .333 .034 .509* .000 .302

Sig. (2-tailed) 1.000 .151 .288 .641 .017 1.000 .151 .888 .022 1.000 .196

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

S3 Pearson

Correlation .000 -.333 1 .000 .000 -.316 .400 .000 .302 .218 .200 .302

Sig. (2-tailed) 1.000 .151 1.000 1.000 .174 .081 1.000 .196 .355 .398 .196

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

S4 Pearson

Correlation .500

*

.250 .000 1 .250 .395 .000 .500* .302 .491* .250 .754**

Sig. (2-tailed) .025 .288 1.000 .288 .085 1.000 .025 .196 .028 .288 .000

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

S5 Pearson

Correlation .333 -.111 .000 .250 1 .000 .444

*

-.111 .369 .145

-.667** .458 *

Sig. (2-tailed) .151 .641 1.000 .288 1.000 .050 .641 .110 .541 .001 .042

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

S6 Pearson

Correlation .316 .527

*

-.316 .395 .000 1 .000 .316 .000 .345 .000 .381

Sig. (2-tailed) .174 .017 .174 .085 1.000 1.000 .174 1.000 .136 1.000 .097


(57)

Kesimpulan: Pertanyaan yang valid adalah S1, S4, S5, S9, S10, S11 dan S13 yang kemudiannya dinomorkan semula di dalam kuesioner sebagai 1,2,3,4,5,6 dan 7.

S9 Pearson

Correlation .200 .000 .400 .000 .444

*

.000 1 .200 .302 .218 -.400 .503*

Sig. (2-tailed) .398 1.000 .081 1.000 .050 1.000 .398 .196 .355 .081 .024

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

S10 Pearson

Correlation .400 .333 .000 .500

*

-.111 .316 .200 1 -.101 .436 .200 .583**

Sig. (2-tailed) .081 .151 1.000 .025 .641 .174 .398 .673 .054 .398 .007

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

S11 Pearson

Correlation .101 .034 .302 .302 .369 .000 .302 -.101 1 .066 -.101 .455

*

Sig. (2-tailed) .673 .888 .196 .196 .110 1.000 .196 .673 .783 .673 .044

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

S13 Pearson

Correlation .218 .509

*

.218 .491* .145 .345 .218 .436 .066 1 .218 .724**

Sig. (2-tailed) .355 .022 .355 .028 .541 .136 .355 .054 .783 .355 .000

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

S14 Pearson

Correlation -.200 .000 .200 .250

-.667** .000 -.400 .200 -.101 .218 1 .020

Sig. (2-tailed) .398 1.000 .398 .288 .001 1.000 .081 .398 .673 .355 .933

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

Jumlah Pearson

Correlation .543

*

.302 .302 .754** .458* .381 .503* .583** .455* .724** .020 1

Sig. (2-tailed) .013 .196 .196 .000 .042 .097 .024 .007 .044 .000 .933

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).


(58)

UJI RELIABILITAS

Nomor Pertanyaan

Total Pearson

Correlation Status Alpha Status

S1 0.482 Valid 0.667 Reliabel

S4 0.547 Valid Reliabel

S5 0.391 Valid Reliabel

S9 0.426 Valid Reliabel

S10 0.266 Valid Reliabel

S11 0.309 Valid Reliabel

S13 0.391 Valid Reliabel

Uji reliabilitas dilakukan pada butir pertanyaan yang dinyatakan telah valid. Bila koefisien reliabilitas telah dihitung, maka untuk menentukan keeratan hubungan bisa digunakan kriteria Guilford (1956), yaitu:

- < 0.20: hubungan yang sangat kecil dan bisa diabaikan - 0.20-< 0.40: hubungan yang kecil (tidak erat)

- 0.40-< 0.70: hubungan yang cukup erat - 0.70-< 0.90: hubungan yang erat (reliabel)

- 0.90-< 1.00: hubungan yang sangat erat (sangat reliabel) - 1.00: hubungan yang sempurna


(59)

Lampiran FORMULIR A

INFORMED CONSENT

Kepada Yth: Calon Responden Penelitian

Siswa/ Siswi Sekolah Menengah Kebangsaan Abdul Jalil, Hulu Langat, Selangor

Dengan hormat,

Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama: Asma Nabila Zakaria

NIM: 070100466

Alamat: Jalan Intan, No. 15/23, 20214 Medan, Indonesia

Adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan, Indonesia yang sedang menjalankan penelitian dengan judul ”Hubungan batuk yangdisebabkan asap rokok dengan jumlah perokok aktif di rumah pada siswa dan siswi usia 13-14 tahun di Sekolah Menengah Kebangsaan Abdul Jalil, Hulu Langat, Selangor Tahun 2010”.

Penelitian ini tidak menimbulkan akibat yang merugikan bagi saudari/saudara sebagai responden, kerahsiaan semua informasi yang diberikan akan dijaga dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Jika saudari/saudara tidak bersedia menjadi responden, maka tidak ada ancaman bagi saudari, serta memungkinkan untuk mengundurkan diri untuk tidak ikut dalam penelitian ini.


(60)

Apabila saudari/saudara menyetujui, maka saya mohon kesediannya untuk

menandatangani persetujuan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang saya buat. Atas perhatian dan kesediaan saudari/saudara menjadi responden, saya ucapkan terima kasih.

Medan, Mei 2010 Peneliti,


(61)

FORMULIR B

PERSETUJUAN PENELITIAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini, menyatakan bersedia untuk menjadi responden penelitian yang dilakukan oleh Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang bernama Asma Nabila Zakaria, NIM 070100466, dengan judul ”Hubungan batuk yangdisebabkan asap rokok dengan jumlah perokok aktif di rumah pada siswa dan siswi usia 13-14 tahun di Sekolah Menengah Kebangsaan Abdul Jalil, Hulu Langat, Selangor Tahun 2010”.

Saya mengerti bahwa penelitian ini tidak akan berakibat buruk terhadap saya dan keluarga saya. Kerahasiaan semua informasi yang diberikan akan dijaga oleh peneliti dan hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian.

Medan, Mei 2010 Responden


(62)

FORMULIR C

KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN BATUK YANG DISEBABKAN ASAP ROKOK DENGAN JUMLAH PEROKOK AKTIF DI RUMAH PADA SISWA DAN SISWI USIA 13-14

TAHUN DI SEKOLAH MENENGAH KEBANGSAAN ABDUL JALIL, HULU LANGAT, SELANGOR

TAHUN 2010 Identitas Responden

Nama: Umur: Jantina:

Tingkatan/Kelas:

Berikan tanda silang (X) pada jawaban yang dianggap BENAR. Pilih SATU sahaja jawaban.

1. Adakah sekarang anda mengalami gejala batuk? a. Ya

b. Tidak

2. Adakah batuk tersebut menjadi semakin parah, jika anda berada dalam tempoh waktu yang lama bersama golongan yang merokok?

a. Ya b. Tidak

3. Adakah batuk yang dialami tersebut:

a. terjadi hanya sewaktu terpapar dengan asap rokok b. berkepanjangan walau tiada paparan asap rokok


(63)

4. Berapa orang ahli keluarga yang merokok di dalam rumah anda? a. 1 orang

b. 2 orang c. 3 orang

Sila nyatakan siapa yang merokok: ____________________ 5. Apakah ahli keluarga tersebut merokok berhampiran dengan anda?

a. Ya b. Tidak

6. Bagaimanakah anda mengklasifikasikan keadaan pencemaran asap rokok di dalam rumah anda?

a. Tiada. Anda tidak merasa terganggu.

b. Banyak. Anda terpaksa menjauhkan diri daripada keadaan tersebut. 7. Adakah anda mengalami gejala lain di saluran pernafasan jika terpapar

dengan asap rokok? a. Ya

b. Tidak


(1)

UJI RELIABILITAS

Nomor Pertanyaan

Total Pearson

Correlation Status Alpha Status

S1 0.482 Valid 0.667 Reliabel

S4 0.547 Valid Reliabel

S5 0.391 Valid Reliabel

S9 0.426 Valid Reliabel

S10 0.266 Valid Reliabel

S11 0.309 Valid Reliabel

S13 0.391 Valid Reliabel

Uji reliabilitas dilakukan pada butir pertanyaan yang dinyatakan telah valid. Bila koefisien reliabilitas telah dihitung, maka untuk menentukan keeratan hubungan bisa digunakan kriteria Guilford (1956), yaitu:

- < 0.20: hubungan yang sangat kecil dan bisa diabaikan - 0.20-< 0.40: hubungan yang kecil (tidak erat)

- 0.40-< 0.70: hubungan yang cukup erat - 0.70-< 0.90: hubungan yang erat (reliabel)

- 0.90-< 1.00: hubungan yang sangat erat (sangat reliabel) - 1.00: hubungan yang sempurna


(2)

Lampiran FORMULIR A

INFORMED CONSENT

Kepada Yth: Calon Responden Penelitian

Siswa/ Siswi Sekolah Menengah Kebangsaan Abdul Jalil, Hulu Langat, Selangor

Dengan hormat,

Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama: Asma Nabila Zakaria

NIM: 070100466

Alamat: Jalan Intan, No. 15/23, 20214 Medan, Indonesia

Adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan, Indonesia yang sedang menjalankan penelitian dengan judul ”Hubungan batuk yangdisebabkan asap rokok dengan jumlah perokok aktif di rumah pada siswa dan siswi usia 13-14 tahun di Sekolah Menengah Kebangsaan Abdul Jalil, Hulu Langat, Selangor Tahun 2010”.

Penelitian ini tidak menimbulkan akibat yang merugikan bagi saudari/saudara sebagai responden, kerahsiaan semua informasi yang diberikan akan dijaga dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Jika saudari/saudara tidak bersedia menjadi responden, maka tidak ada ancaman bagi saudari, serta memungkinkan untuk mengundurkan diri untuk tidak ikut dalam penelitian ini.


(3)

Apabila saudari/saudara menyetujui, maka saya mohon kesediannya untuk

menandatangani persetujuan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang saya buat. Atas perhatian dan kesediaan saudari/saudara menjadi responden, saya ucapkan terima kasih.

Medan, Mei 2010 Peneliti,


(4)

FORMULIR B

PERSETUJUAN PENELITIAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini, menyatakan bersedia untuk menjadi responden penelitian yang dilakukan oleh Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang bernama Asma Nabila Zakaria, NIM 070100466, dengan judul ”Hubungan batuk yangdisebabkan asap rokok dengan jumlah perokok aktif di rumah pada siswa dan siswi usia 13-14 tahun di Sekolah Menengah Kebangsaan Abdul Jalil, Hulu Langat, Selangor Tahun 2010”.

Saya mengerti bahwa penelitian ini tidak akan berakibat buruk terhadap saya dan keluarga saya. Kerahasiaan semua informasi yang diberikan akan dijaga oleh peneliti dan hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian.

Medan, Mei 2010 Responden


(5)

FORMULIR C

KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN BATUK YANG DISEBABKAN ASAP ROKOK DENGAN JUMLAH PEROKOK AKTIF DI RUMAH PADA SISWA DAN SISWI USIA 13-14

TAHUN DI SEKOLAH MENENGAH KEBANGSAAN ABDUL JALIL, HULU LANGAT, SELANGOR

TAHUN 2010

Identitas Responden Nama:

Umur: Jantina:

Tingkatan/Kelas:

Berikan tanda silang (X) pada jawaban yang dianggap BENAR. Pilih SATU sahaja jawaban.

1. Adakah sekarang anda mengalami gejala batuk? a. Ya

b. Tidak

2. Adakah batuk tersebut menjadi semakin parah, jika anda berada dalam tempoh waktu yang lama bersama golongan yang merokok?

a. Ya b. Tidak

3. Adakah batuk yang dialami tersebut:


(6)

4. Berapa orang ahli keluarga yang merokok di dalam rumah anda? a. 1 orang

b. 2 orang c. 3 orang

Sila nyatakan siapa yang merokok: ____________________ 5. Apakah ahli keluarga tersebut merokok berhampiran dengan anda?

a. Ya b. Tidak

6. Bagaimanakah anda mengklasifikasikan keadaan pencemaran asap rokok di dalam rumah anda?

a. Tiada. Anda tidak merasa terganggu.

b. Banyak. Anda terpaksa menjauhkan diri daripada keadaan tersebut. 7. Adakah anda mengalami gejala lain di saluran pernafasan jika terpapar

dengan asap rokok? a. Ya

b. Tidak


Dokumen yang terkait

Gambaran Paparan Asap Rokok Selama Kehamilan dan Berat Badan Bayi yang dilahirkan pada Ibu yang Melahirkan di Beberapa Rumah Sakit dan Klinik Bersalin di Medan

7 69 113

Pembelajaran Anak Usia Prasekolah

0 19 19

Gambaran Tingkat Pengetahuan Remaja Berusia 17 Tahun Terhadap Infeksi Menular Seksual di Sekolah Menengah Kebangsaan Pendamaran Jaya, Klang, Selangor, Malaysia.

0 30 83

Gambaran Pengetahuan Masyarakat tentang Obat Batuk di Seksyen 3, Bandar Baru Bangi, Selangor, Malaysia, Tahun 2010

1 30 64

Tingkat Pengetahuan Pelajar Sekolah Menengah Sains Hulu Selangor Mengenai Efek Rokok Terhadap Kesehatan

4 41 77

HUBUNGAN LINGKUNGAN PEROKOK DENGAN IBU HAMIL TERPAPAR ASAP ROKOK TERHADAP KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI SURAKARTA.

0 0 11

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Asap Rokok Terhadap Resistansi Saluran Pernafasan pada Perokok Aktif dan Bukan Perokok

0 0 2

HUBUNGAN PAPARAN ASAP ROKOK DAN RUMAH TIDAK SEHAT DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA ANAK BALITA DI PUSKESMAS WIROBRAJAN YOGYAKARTA TAHUN 2015 NASKAH PUBLIKASI - Hubungan Paparan Rokok dan Rumah Tidak Sehat dengan Kejadian Pneumonia pada Anak Balita di Puskes

0 0 13

HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI ROKOK DENGAN GANGGUAN TIDUR PADA PEROKOK USIA 25-40 TAHUN DI PEDUKUHAN SALAKAN BANGUNHARJO SEWON BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - Hubungan Tingkat Konsumsi Rokok dengan Gangguan Tidur pada Perokok Usia 25-40 Tahun di Pedukuha

0 0 12

SKRIPSI GAMBARAN DERMATITIS ATOPIK PADA ANAK USIA 0-12 TAHUN YANG TERPAPAR ASAP ROKOK DI RUMAH SAKITGOTONG ROYONG SURABAYA

0 0 19