Keterlambatan Erupsi Gigi Insisivus Anak Usia 6 -18 Bulan Dengan Kelahiran Prematur Di RSU Dr.Pirngadi Medan

(1)

KETERLAMBATAN ERUPSI GIGI INSISIVUS ANAK USIA

6 - 18 BULAN DENGAN KELAHIRAN PREMATUR

DI RSU DR.PIRNGADI MEDAN

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

NUR IRMAULINA NIM: 070600102

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011


(2)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Anak Tahun 2011

Nur Irmaulina

Keterlambatan Erupsi Gigi Insisivus Anak Usia 6 - 18 Bulan dengan Kelahiran Prematur di RSU Dr. Pirngadi Medan x + 30 halaman.

Anak kelahiran prematur mengalami periode perkembangan prenatal yang singkat, keadaan ini akan menjadi predisposisi berbagai komplikasi neonatal dan masalah pertumbuhan dan perkembangan. Kelahiran prematur adalah kehilangan masa trimester terakhir kehamilan yang merupakan masa-masa pengumpulan kalsium dan fosfor, yang membutuhkan waktu tambahan untuk proses pematangan setelah masa kelahiran. Hal ini menyebabkan gigi anak kelahiran prematur erupsi lebih terlambat dibandingkan anak kelahiran normal.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan usia rata-rata erupsi gigi insisivus desidui pada anak usia 6 18 bulan kelahiran prematur dan normal yang lahir di RSU Dr. Pirngadi Medan.

Jenis penelitian adalah analitik observasional dengan rancangan cross-sectional.Populasi adalah anak yang lahir periode Juli 2009 sampai dengan Juli 2010 di RSU Dr. Pirngadi Medan. Sampel berjumlah 90 orang, terdiri dari 45 orang anak kelahiran prematur dan 45 orang anak kelahiran normal. Usia rata-rata erupsi gigi insisivus desidui pada anak kelahiran prematur dan normal dianalisis dengan student s t-testtidak berpasangan menggunakan program SPSS 17.0.


(3)

Hasil penelitian menunjukkan rata-rata usia erupsi gigi anak kelahiran prematur lebih lambat beberapa minggu dibandingkan dengan anak kelahiran normal. Pola erupsi gigi insisivus desidui dimulai dari gigi insisivus sentralis bawah, diikuti insisivus sentralis atas, insisivus lateral atas, dan insisivus lateral bawah. Berdasarkan hasil uji statistik tidak ada perbedaan yang signifikan antara usia rata-rata erupsi gigi insisivus desidui pada anak kelahiran prematur dan normal (p < 0,05).


(4)

KETERLAMBATAN ERUPSI GIGI INSISIVUS ANAK USIA

6 - 18 BULAN DENGAN KELAHIRAN PREMATUR

DI RSU DR PIRNGADI MEDAN

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

NUR IRMAULINA NIM : 070600102

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(5)

PERNYATAAN PERSETUJUAN Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan

di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 26 Maret 2011

Pembimbing: Tanda tangan:

Yati Roesnawi, drg.


(6)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji pada tanggal 26 Maret 2011

TIM PENGUJI SKRIPSI KETUA : Taqwa D., drg., Sp.KGA

ANGGOTA : 1. T. Hermina M, drg. 2. Yati Roesnawi, drg


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkah dan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi di Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Anak sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapat bimbingan, pengarahan dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mempersembahkan rasa hormat dan terima kasih sedalam-dalamnya kepada kedua orang tua tercinta. Ayahanda Nasrun AB, Ibunda Ernawaty dan Abang Ghufran Rahmat Putra atas do a cinta dan kasih sayang atas dukungan moral dan materil yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan sarjana di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Selain itu, pada kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Yati Roesnawi, drg., selaku Ketua Departemen Kedokteran Gigi Anak dan dosen pembimbing skripsi, yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran, dengan penuh kesabaran membimbing dan memberi petunjuk selama penulis menjalani pendidikan di FKG USU sehingga skripsi ini selesai.

2. Prof. Nazruddin, drg., Ph.D selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.


(8)

3. Prof. Lina Natamihardja, drg., SKM dan Drs. Abdul Jalil Amri Arma, M.Kes. (PUDEK III FKM) yang telah sudi meluangkan waktunya untuk memberi petunjuk dan bimbingan kepada penulis.

4. Seluruh staf pengajar dan pegawai Departemen Kedokteran Gigi Anak Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberikan saran dalam penyelesaian skripsi ini..

5. Kepada RSU Dr. Pirngadi Medan yang telah bersedia memberikan data-data kelahiran prematur dan normal.

6. Dwi Tjahyaning Putranti, drg., MS selaku penasehat akademis yang telah membimbing dan mengarahkan penulis selama masa pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

7. Kepada teman tim skripsi, Dewi Hartika dan Salman Salim bin Mohamad yang bersama-sama dalam susah dan senang selama penelitian.

8. Kepada Hifzul Khairi Rahman, Cut Lina Keumala Sari, Fairuziana, dan Titi Dartini yang telah memberikan dukungan penuh dan senantiasa mendampingi dalam penyelesaian skripsi ini.

9. Dan teman-teman penulis seperjuangan, yaitu Pupud, Desy, Lini, Marina, Yusuf, Defi, Fauzan, Mita, Iwa, dan teman-teman dari FKG USU atas persahabatan, bantuan, dukungan dan semua hal yang diberikan kepada penulis selama menjalani perkuliahan.

Akhir kata dengan segala kerendahan hati penulis berharap, semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu pengetahuan dan masyarakat.


(9)

Medan, 26 Maret 2011 Penulis, Nur Irmaulina NIM: 070600102


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... HALAMAN PERSETUJUAN ... HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ...

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelahiran Prematur ... 5

2.2 Erupsi Gigi Desidui ... 6

2.3 Kerangka Teori ... 10

2.4 Kerangka Konsep ... 10

2.5 Hipotesa Penelitian ... 11

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 12

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian ... 12

3.3 Besar Sampel ... 12

3.4 Variabel Penelitian ... 13

3.5 Definisi Operasional ... 13

3.6 Prosedur Penelitian ... 14

3.7 Pengolahan dan Analisis Data ... 15


(11)

3.9 Rincian Biaya ... 15

BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Insisivus Sentralis Atas ... 18

4.2 Insisivus Lateralis Atas ... 19

4.3 Insisivus Sentralis Bawah ... 20

4.4 Insisivus Lateralis Bawah ... 21

4.5 Rata-rata Usia Erupsi ... 22

BAB 5 PEMBAHASAN ... 24

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 28

DAFTAR PUSTAKA ... 30 LAMPIRAN


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kronologi perkembangan gigi insisivus desidui modifikasi Shour dan Massler 1940 ... 8 2. Tabel erupsi dalam bulan dan standard deviation Lysell, Magnusson &

Thilandes 1962 berdasarkan jenis kelamin ... 9 3. Distribusi kelahiran prematur dan normal anak usia 6-18 bulan yang lahir di RSU Dr. Pirngadi Medan ... 17 4. Persentase jumlah gigi insisivus sentralis atas yang telah erupsi berdasarkan kelompok usia pada kelahiran prematur dan normal anak usia 6-18 bulan 18 5. Persentase jumlah gigi insisivus lateralis atas yang telah erupsi berdasarkan kelompok usia pada kelahiran prematur dan normal anak usia 6-18 bulan 19 6. Persentase jumlah gigi insisivus sentralis bawah yang telah erupsi berdasarkan kelompok usia pada kelahiran prematur dan normal anak usia 6-18 bulan 20 7. Persentase jumlah gigi insisivus lateralis bawah yang telah erupsi berdasarkan kelompok usia pada kelahiran prematur dan normal anak usia 6-18 bulan 22 8. Rata-rata usia (mean age) waktu erupsi gigi insisivus dan standard deviation (SD) pada anak kelahiran normal... 23 9. Rata-rata usia (mean age) waktu erupsi gigi insisivus dan standard deviation (SD) pada anak kelahiran prematur ... 23 10. Uji statistik rata-rata waktu erupsi gigi insisivus pada kelahiran prematur dan normal anak usia 6-18bulan ... 25


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Lembar pemeriksaan gigi

2. Lembar penjelasan kepada subjek penelitian

3. Lembar persetujuan setelah penjelasan (informed consent)

4. Surat Persetujuan Komisi Etik Penelitian Bidang Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

5. Surat keterangan izin penelitian RSU Dr. Pirngadi Medan 6. Hasil uji statistik


(14)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Menurut WHO, bayi yang dilahirkan sebelum mencapai 37 minggu dari hari pertama menstruasi terakhir disebut prematur.1,2,3 Di negara maju angka prematuritas adalah antara 5 10 % di Eropa, Amerika Utara, Australia, dan sebagian Amerika Selatan, dan 10 30 % di negara-negara Afrika dan Asia Tenggara.4 Angka kelahiran prematur yang tercatat di Indonesia pada tahun 2009 sekitar 19%, sekitar 400 ribu bayi dilahirkan prematur dari 4,4 juta kelahiran setiap tahunnya.5,6

Etiologi prematur adalah multifaktorial dan dapat dihubungkan dengan penyakit bayi dan ibunya, pada setengah kasus etiologinya tidak diketahui.4,7

Bayi prematur jelas memiliki periode perkembangan prenatal yang singkat. Kelahiran prematur menjadi predisposisi berbagai komplikasi neonatal dan masalah pertumbuhan dan perkembangan.1,2 Banyak penelitian telah mengindikasikan, anak prematur menunjukkan penundaan pada beberapa area pertumbuhan, perkembangan fisik dan psikologis.4 Studi sebelumnya membuktikan bahwa anak prematur cenderung mengalami masalah perkembangan dental, termasuk di antaranya keterlambatan erupsi gigi, defek dental enamel, groovepalatal dan yang paling sering adalah gigi berjejal.8,9

Pertumbuhan dan perkembangan gigi tidak terlepas dari pertumbuhan anak secara umum. Hubungan antara umur kehamilan dan atau berat badan lahir mencerminkan kecukupan pertumbuhan intrauterin.10Kenyataannya semua bayi prematur menderita


(15)

rendahnya cadangan kalsium dan gangguan metabolisme kalsium. Dua per tiga persediaan kalsium dan fosfor terkumpul pada trimester terakhir kehamilan dan bayi prematur tidak mengalami masa penambahan mineral.3,11Proses perkembangan gigi dapat terganggu pada bayi prematur akibat defisiensi nutrisi, paparan obat tertentu, dan manipulasi di rongga mulut yang menyebabkan trauma.12 Prematur telah digambarkan sebagai salah satu alasan penundaan erupsi.13

Keterlambatan erupsi gigi telah menjadi masalah yang menarik dan kontroversial.14 Keterlambatan erupsi gigi desidui ini berpengaruh terhadap sistem stomatognasi. Selain itu, keterlambatan erupsi juga turut berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak, terutama dalam proses menerima asupan makanan. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengetahui lebih lanjut bagaimana keterlambatan erupsi yang terjadi pada anak kelahiran prematur di Kota Medan.

Penelitian dilakukan pada anak-anak yang lahir di RSU Dr. Pirngadi Medan, karena rumah sakit tersebut merupakan rumah sakit pendidikan yang ikut mendukung program penelitian sehingga diharapkan data rekam medik yang lengkap dapat diperoleh. Selain itu, pasien yang datang untuk berobat berasal dari seluruh kalangan masyarakat. Dengan kata lain, kelas sosial dan ekonomi pasien yang menjadi sampel bervariasi dan telah dapat mewakili keseluruhan populasi.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka timbul permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana pola erupsi gigi insisivus desidui pada anak kelahiran prematur?


(16)

2. Apakah ada perbedaan usia rata-rata erupsi gigi insisivus desidui anak kelahiran prematur dengan anak kelahiran normal?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk :

1. Mengetahui pola erupsi gigi insisivus desidui pada anak kelahiran prematur.

2.

Mengetahui apakah ada perbedaan usia rata-rata erupsi gigi insisivus desidui anak kelahiran prematur dengan anak kelahiran normal.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk:

1. Untuk peneliti: menambah wawasan tentang kelahiran prematur dan erupsi gigi desidui dan memperoleh pengalaman melakukan penelitian.

2. Untuk departemen: sebagai bahan referensi untuk Departemen Ilmu kedokteran Gigi Anak

3. Untuk masyarakat: memberikan informasi yang dapat menjadi acuan penyuluhan bagi ibu hamil.


(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Persalinan prematur adalah suatu persalinan yang tidak normal dari segi umur kehamilan.5Bayi prematur pasti memiliki berat badan lahir rendah, tetapi tidak semua bayi dengan berat badan lahir rendah disebut prematur.6 Prematur sering digunakan untuk menunjukkan immaturitas.1

2.1 Kelahiran Prematur

Hubungan antara umur kehamilan dengan berat badan lahir mencerminkan kecukupan pertumbuhan intrauterin. Hubungan ini sangat membantu dalam meramalkan masalah klinis bayi baru lahir, sehingga American Academy of Pediatrics, Committe on Fetus and Newborn menyarankan agar semua bayi yang lahir diklasifikasikan dengan cara ini.7

Klasifikasi menurut masa gestasi atau umur kehamilan yaitu:4,7,8

1. Bayi kurang bulan (prematur) : bayi dilahirkan dengan masa gestasi < 37 minggu atau <259 hari.

2. Bayi cukup bulan : bayi dilahirkan dengan masa gestasi antara 37 - 42 minggu atau 259 - 293 hari.

3. Bayi lebih bulan : bayi dilahirkan dengan masa gestasi > 42 minggu atau >293 hari.


(18)

Sulit untuk memisahkan secara sempurna faktor-faktor yang terkait dengan prematuritas dari faktor-faktor yang terkait dengan retardasi pertumbuhan intrauterin. Terjadinya kelahiran prematur merupakan respon janin normal terhadap kehilangan nutrisi atau oksigen. Beberapa kelahiran prematur ditandai perlunya persalinan dini karena lingkungan intrauteri berpotensi merugikan.1Akibatnya, anak prematur sangat kekurangan persiapan untuk kehidupan ekstrauterin.4

Seperti jaringan tubuh lain, struktur oral juga dipengaruhi oleh kelahiran prematur. Beberapa defek, seperti alveolar notch, groove palatal, lengkung palatum tinggi, gigitan silang, dan asimetri palatum dilaporkan dengan frekuensi yang cukup tinggi dibandingkan dengan anak normal. Selain itu, keterlambatan erupsi gigi dan dental defek enamel pada gigi desidui dan permanen telah tercatat sebelumnya.4 Keterlambatan erupsi gigi terjadi pada anak prematur yang lahir dengan berat badan rendah dan memerlukan perawatan setelah dilahirkan.9

2.2 Erupsi Gigi Desidui

Tanda awal perkembangan gigi adalah penebalan epitel pada maksila dan mandibula. Perkembangan gigi memiliki 3 tahap utama, yaitu : tahap inisiasi yaitu benih gigi muncul dari invaginasi epitel oral yaitu dental lamina, tahap morfodiferensiasi yaitu pembentukan gigi, dan terakhir tahap histodiferensiasi yaitu proses diferensiasi sel dan pembentukan akhir jaringan gigi.15 Tahap inisiasi gigi desidui dimulai selama minggu kedua dan ketiga intrauterin, pada usia 4 5 bulan di dalam kandungan gigi mulai dibentuk.16Tahap inisiasi insisivus desidui selesai akhir bulan ke-3 kehamilan, sedangkan kaninus dan molar baru dimulai pembentukannya.13


(19)

Kalsifikasi gigi desidui dimulai sejak 4 bulan dalam kandungan, dan keseluruhan gigi desidui selesai mengalami kalsifikasi pada akhir bulan ke-6 (24 minggu kehamilan).17 Selama 4 bulan pertama gigi mulai terbentuk, bayi menyerap kalsium dan fosfor dari aliran darah ibu, zat yang akan termineralisasi menjadi gigi bersama vitamin D dan hormon pertumbuhan.16 Saat lahir, pada rahang atas dan rahang bawah, mahkota desidui telah terbentuk dan mengalami kalsifikasi, serta tulang alveolar hanya dilapisi mukoperiosteum yaitu bantalan gusi.17,18

Beberapa gangguan sistemik penyebab kelahiran prematur dapat mengganggu perkembangan gigi janin, khususnya gigi dalam tahap kritis perkembangannya yang dapat mengganggu kalsifikasi atau dimensi gigi tidak sempurna saat erupsi.3

Pada anak prematur, gangguan pada gigi insisivus terjadi sejak periode sekitar minggu ke-14 intrauterin pada tahap pembentukan enamel gigi.13 Hal ini dapat disebabkan oleh selama masa kehamilan anak yang lahir prematur, terjadi : kerusakan langsung pada ameloblas akibat infeksi maternal (rubella, cytomegalovirus)19, atau komplikasi saat hamil yang dapat mengurangi konsentrasi serum kalsium, seperti penyakit diabetes, hiperparatiroid, dan defisiensi mineral dan vitamin D. Beberapa komplikasi lain yang berhubungan dengan kelahiran prematur menyebabkan bayi memiliki gangguan metabolik yang berat dan hipokalsemia, dan kondisi ini dapat mengganggu pembentukan enamel.3

Setelah perkembangan mahkota gigi selesai dan pembentukan akar gigi sedang terjadi, gigi bergerak ke arah rongga mulut.13,20 Erupsi gigi merupakan serangkaian proses dimana gigi bergerak dari tempat tumbuhnya di dalam tulang rahang,


(20)

menuju posisi fungsionalnya di rongga mulut.20-22 Munculnya elemen gigi dapat dianggap sebagai fase pendek erupsi. Setelah muncul, artinya elemen terlihat di dalam rongga mulut akibat telah terputusnya integritas gingiva, dengan kata lain mahkota gigi menembus gingiva dan muncul di dalam rongga mulut.20,21Cameron & Wilmer menyatakan gigi insisivus telah erupsi apabila tepi insisal terlihat atau teraba di permukaan gigi.10Proses erupsi gigi ini sudah dimulai pada usia anak 6 7 bulan. Di usia 12 bulan keseluruhan insisivus telah erupsi. Ketika anak berusia 2,5 3 tahun, seluruh gigi desidui telah erupsi dan telah terbentuk sempurna.13,14,20

Tabel 1. KRONOLOGI PERKEMBANGAN GIGI INSISIVUS DESIDUI MODIFIKASI SHOUR DAN MASSLER 1940.10

Gigi desidui (sequence) Tahap inisiasi (minggu IU) Awal kalsifikasi (bulan IU) Pembentukan mahkota saat lahir erupsi (bulan) Akar sempurna (tahun) Insisivus

sentralis atas 7 3 4 5/6 7 10 1 2

Insisivus

lateralis atas 7 4 4,5 2/3 8 11 2

Insisivus sentralis

bawah 7 3 4 3/5 6 8 1 2

Insisivus lateralis

bawah 7 4 4,5 3/5 8 13 1 2

Waktu normal erupsi gigi desidui dan gigi permanen sesuai dengan usia kronologis rata-rata erupsi gigi. Penyimpangan dari waktu normal erupsi gigi sering terjadi, yaitu erupsi dini dan erupsi yang terlambat.21 Keterlambatan erupsi pada gigi desidui dikenal dengan dentitia tarda, delayed eruption, retarded eruption, late


(21)

eruption.21,23,24 Berdasarkan yang ditetapkan oleh para ahli sebelumnya dikatakan terlambat apabila melewati lebih dari 2 standard deviation(SD) suatu studi populasi. Jadi erupsi yang terlambat ditetapkan ketika status erupsi diperbandingkan dengan waktu erupsi yang didapat dari studi populasi.22

Tabel2. TABEL ERUPSI DALAM BULAN DAN STANDARD DEVIATION LYSELL, MAGNUSSON & THILANDES 1962 BERDASARKAN JENIS KELAMIN.25

Laki-laki Perempuan

Mean SD Mean SD

Maksila

1 10,01 1,67 10,47 1,82

2 11,20 2,25 11,55 2,34

Mandibula

1 7,88 1,86 8,20 2,25

2 13,23 2,84 13,11 3,20

Keterlambatan erupsi gigi termasuk kedalam keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan secara keseluruhan pada anak prematur. Diantara faktor-faktor yang berperan adalah masa kehamilan yang pendek, berat badan lahir rendah, dan faktor neonatal berupa komplikasi prematur, kelainan sistemik, lamanya intubasi oral, dan rata-rata penambahan berat badan perharinya.2 Studi pada bayi prematur memperlihatkan perkembangan erupsi dapat terpengaruhi terutama akibat adanya masalah metabolisme kalsium yang terjadi. Duapertiga penyimpanan kalsium dan fosfor dikumpulkan selama trimester terakhir kehamilan, dan bayi prematur kehilangan banyak waktu penambahan mineral ini.4,8


(22)

2.3 Kerangka Teori

2.4 Kerangka Konsep

Lahir prematur Lahir normal

Erupsi

terlambat normalErupsi terlambatErupsi normalErupsi Anak usia 6-18 bulan yang lahir di RSU Dr. Pirngadi Medan


(23)

2.5 Hipotesa Penelitian

Ada perbedaan usia rata-rata erupsi gigi insisivus desidui pada anak kelahiran prematur usia 6 18 bulan.


(24)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian adalah penelitian analitik observational, rancangan penelitian cross-sectional.

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian adalah anak yang lahir di RSU Dr Pirngadi Medan bulan Juli 2009 sampai dengan Juli 2010. Sampel penelitian ini adalah anak-anak kelahiran prematur dan normal yang memenuhi kriteria inklusi penelitian. Cara pemilihan sampel, dipilih yang alamatnya berada di Kota Madya Medan.

Kriteria inklusi

a. Anak berusia 6 18 bulan b. Sehat secara mental dan fisik

c. Disetujui orang-tua melalui informed consent

3.3 Besar Sampel

Penelitian ini menghitung data analitis numerik tidak berpasangan, sehingga rumus yang digunakan adalah:

{ ( Z+ Z) SD}2 N1 = N2 = ---( X1 X2)2


(25)

{ (1,96 + 1,036 ) 10,65}2 N1 = N2 = ---( 34,9 30,1 )2

{ ( 2,996 ) 10,65}2 N1 = N2 = ---( 4,8 )2

{ 31,9074}2 N1 = N2 = ---23,04

N1 = N2 = 44,1876 N1 = N2 = 44 anak Keterangan :

N = besar sampel

 = kesalahan tipe I = 5% sehingga Z= 1,96

 = kesalahan tipe II = 15% sehingga Z= 1,036 SD = Standard Deviation= (11,1+10,2) / 2 = 10,65

X1 = rata-rata usia erupsi insisivus pertama pada anak prematur = 34,9 X2 = rata-rata usia erupsi insisivus pertama pada anak normal = 30,1

Nilai X1, X2, dan SD diperoleh dari penelitian oleh Ramos SRP, Gugisch RC, dan Fraiz FC di Brazil tahun 2006.12

Maka, didapatkan hasil = 44. Jadi jumlah minimal sampel yang diteliti adalah 44 orang anak prematur dan 44 orang anak normal, totalnya 88 orang. Untuk menghindari adanya drop-out maka jumlah sampel ditambahkan sebesar 20% dari


(26)

jumlah minimal sampel sebanyak 12 orang. Maka sampel penelitian ini adalah 50 orang anak prematur dan 50 orang anak normal, totalnya 100 orang.

3.4 Variabel Penelitian

3.5 Definisi Operasional

Definisi operasional yang digunakan dalam penelitian adalah:

1. Kelahiran prematur adalah kelahiran yang 36 minggu umur kehamilan.1,2,3

2. Kelahiran normal adalah kelahiran yang  37 minggu umur kehamilan.1,2,3

3. Erupsi gigi adalah proses perubahan posisi gigi, dinyatakan erupsi jika tonjol mahkota telah menembus gingiva hingga muncul pada rongga mulut. Pada gigi insisivus, apabila tepi insisal telah terlihat atau teraba permukaan gigi.10,12,17

4. Erupsi gigi dikatakan terlambat apabila melewati lebih dari 2standard deviation(SD) suatu studi populasi.22

5. Usia anak dinilai dengan menghitung tanggal pemeriksaan dikurangi tanggal kelahiran. Usia dinyatakan dalam minggu.

3.6 Prosedur Penelitian

Variabel bebas: faktor resiko

Anak kelahiran prematur

Anak kelahiran normal

Variabel tergantung: efek Keterlambatan erupsi


(27)

1. PembuatanEthical Clearancedari Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. Setelah Ethical Clearance selesai dibuat, maka dapat dilakukan pengambilan data rekam medik dari ibu-ibu RSU Dr. Pirngadi Medan.

3. Lakukan pemisahan antara data kelahiran prematur dan normal. Kemudian catat nama ibu, usia kehamilan, dan alamat. Lembar pemeriksaan anak yang lahir prematur dan normal dibedakan warnanya untuk mempermudah pekerjaan. Lembar pemeriksaan untuk kelahiran prematur berwarna merah muda dan kelahiran normal berwarna putih.

4. Peneliti meminta izin kepada orang tua pasien dengan memberikan informed consent. Setelah disetujui oleh orang tua, peneliti melakukan pemeriksaan gigi anak secara visual dan bila perlu rabaan tanpa menggunakan alat apapun. Pada lembar pemeriksaan, gigi yang telah erupsi diberi tanda 1 dan yang belum erupsi diberi tanda 0.

5. Data hasil pemeriksaan diolah dan dianalisa.

3.7 Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data dilakukan dengan sistem komputerisasi menggunakan software SPPS 17.0 dan dianalisis dengan analisis T-test tidak berpasangan dengan nilai p = 0,05, untuk melihat perbedaan usia rata-rata erupsi anak prematur dan normal.


(28)

3.8 Jadwal Penelitian

KEGIATAN BULAN

Okt Nov Des Jan Feb Mar

Penyusunan Proposal Pelaksanaan Penelitian Pengolahan dan Analisis Data

Penyusunan Laporan

3.9 Rincian Biaya

Biaya transportasi Rp. 125.000,00

Biaya Alat Tulis

a) Kertas Kuarto 2 rim Rp. 70.000,00

b) Pulpen 3 buah Rp 6.000,00

c) Tinta Printer Rp. 50.000,00

d) Fotokopi LembaranInformed Consentdan

Lembar Pemeriksaan Rp. 50.000,00

Biaya permohonanethical clearance Rp. 100.000,00 Biaya Seminar Proposal dan Laporan Akhir Penelitian

a) Biaya sewa proyektor (2x) Rp. 50.000,00

b) Biaya penggandaan makalah seminar, dll. Rp. 200.000,00 Biaya Laporan

a) Penjilidan skripsi Rp. 200.000,00

Biaya tak terduga 10 % Rp. 100.000,00

Total = Rp. 951.000,00


(29)

(30)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan pada sampel kelahiran prematur dan normal pada anak usia 6 18 bulan berdasarkan data yang diperoleh dari RSU Dr. Pirngadi Medan periode Juli 2009 Juli 2010 sebanyak 90 anak. Sampel yang didapat terdiri dari 45 anak yang lahir prematur dan 45 anak yang lahir normal, dengan usia termuda 33 minggu (6 bulan) dan usia tertua 85 minggu (18 bulan), dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. DISTRIBUSI KELAHIRAN PREMATUR DAN NORMAL

ANAK USIA 6-18 BULAN YANG LAHIR DI RSU DR. PIRNGADI MEDAN. Kelompok usia

(minggu)

Kelahiran

Total

Prematur normal

30-40 8 6 14

40-50 14 17 31

50-60 8 9 17

60-70 3 4 7

70-80 8 5 13

>80 4 4 8

Total 45 45 90

Berdasarkan hasil pemeriksaan pada anak kelahiran prematur, erupsi gigi insisivus terlambat beberapa minggu dibandingkan dengan anak normal, namun tidak


(31)

ditemukan perbedaan yang signifikan usia rata-rata erupsi gigi insisivus desidui anak kelahiran prematur dan anak kelahiran normal.

4.1 Insisivus sentralis atas

Pada anak kelahiran prematur usia 30-40 minggu, 1 dari 8 anak (12,5%) telah erupsi kedua gigi insisivus sentralis atas, dibandingkan pada anak kelahiran normal 2 dari 6 anak (33,3%) telah erupsi kedua giginya. Di usia 40-50 minggu, anak kelahiran prematur 3 dari 14 anak (21,4%) telah erupsi salah satu gigi kiri atau kanan gigi insisivus sentralis atas dan 5 dari 14 anak (35,7%) telah erupsi keduanya, anak kelahiran normal 3 dari 17 anak (17,6%) salah satu gigi sudah erupsi dan 12 dari 17 anak (70,6%) telah erupsi keduanya. Anak kelahiran prematur usia 50-60 minggu 8 dari 8 anak (100%) telah erupsi kedua gigi insisivus sentralis atas, begitu juga pada anak kelahiran normal 9 dari 9 anak (100%) telah erupsi kedua giginya. (tabel 4) Tabel 4. PERSENTASE JUMLAH GIGI INSISIVUS SENTRALIS ATAS YANG TELAH ERUPSI BERDASARKAN KELOMPOK USIA PADA KELAHIRAN PREMATUR DAN NORMAL ANAK USIA 6 18 BULAN.

Kelompok usia (minggu)

Jumlah gigi insisivus sentralis atas Kelahiran

Prematur Normal

30-40 1= 0%2= 12,5% 1= 0%2= 33,3%

40-50 1= 21,4%2= 35,7% 1= 17,6%2= 70,6%

50-60 1= 0%2= 100% 1= 0%2= 100%

60-70 1= 0%2= 100% 1= 0%2= 100%

70-80 1= 0%2= 100% 1= 0%2= 100%


(32)

Keterangan: Pada tabel 4,5,6 & 7

1 = salah satu gigi kiri atau kanan telah erupsi 2 = kedua gigi (kiri dan kanan) telah erupsi

4.2 Insisivus lateralis atas

Pada anak kelahiran prematur usia 30-40 minggu, 1 dari 8 anak (12,5%) salah satu gigi insisivus lateralis atas telah erupsi. Pada anak kelahiran normal belum ada gigi insisivus lateralis atas yang telah erupsi (0%) di usia yang sama. Di usia 40-50 minggu, 3 dari 14 anak kelahiran prematur (21,4%) telah erupsi salah satu gigi insisivus lateralis atas kiri atau kanan, dibandingkan anak kelahiran normal, 2 dari 17 anak (11,8%) telah erupsi salah satu gigi dan 3 dari 17 anak ( 17,6%) telah erupsi kedua giginya.

Tabel 5. PERSENTASE JUMLAH GIGI INSISIVUS LATERALIS ATAS YANG TELAH ERUPSI BERDASARKAN KELOMPOK USIA PADA KELAHIRAN PREMATUR DAN NORMAL ANAK USIA 6 18 BULAN.

Kelompok usia (minggu)

Jumlah gigi insisivus lateralis atas Kelahiran

Prematur Normal

30-40 1= 12,5%2= 0% 1= 0%2= 0%

40-50 1= 21,4%2= 0% 1= 11,8%2= 17,6% 50-60 1= 12,5%2= 50% 1= 22,2%2= 77,8%

60-70 1= 0%2= 100% 1= 0%2= 100%

70-80 1= 0%2= 100% 1= 0%2= 100%


(33)

Anak kelahiran prematur usia 50-60 minggu, 1 dari 8 anak (12,5%) telah erupsi salah satu gigi dan 4 dari 8 anak (50 %) telah erupsi kedua giginya. Pada anak kelahiran normal di usia yang sama, 2 dari 9 anak (22,2%) telah erupsi salah satu gigi dan 7 dari 9 anak (77,8%) telah erupsi kedua gigi insisivus lateralis atas. Anak usia 60-70 minggu, 3 dari 3 anak kelahiran prematur (100%) telah erupsi kedua gigi insisivus lateralis atas, dan 4 dari 4 anak kelahiran normal (100%) telah erupsi kedua giginya. (tabel 5)

4.3 Insisivus sentralis bawah

Pada anak usia 30-40 minggu, 3 dari 8 anak kelahiran prematur (37,5%) telah erupsi salah satu gigi insisivus sentralis bawah kiri atau kanan, dan 5 dari 8 anak (62,5%) telah erupsi kedua gigi, sedangkan pada kelahiran normal, 2 dari 6 anak (33,3%) telah erupsi salah satu gigi insisivus sentralis bawah dan 4 dari 6 anak (66,6%) telah erupsi kedua giginya.

Tabel 6. PERSENTASE JUMLAH GIGI INSISIVUS SENTRALIS BAWAH YANG TELAH ERUPSI BERDASARKAN KELOMPOK USIA PADA KELAHIRAN PREMATUR DAN NORMAL ANAK USIA 6 18 BULAN.

Kelompok usia (minggu)

Jumlah gigi insisivus lateralis bawah Kelahiran

Prematur Normal

30-40 1= 37,5%2= 62,5% 1= 33,3%2= 66,7% 40-50 1= 7,1%2= 92,9% 1= 0%2= 100%

50-60 1= 0%2= 100% 1= 0%2= 100%

60-70 1= 0%2= 100% 1= 0%2= 100%


(34)

2= 100% 2= 100%

>80 1= 0%2= 100% 1= 0%2= 100%

Pada anak kelahiran prematur usia 40-50 minggu, 1 dari 14 anak (7,1%) telah erupsi salah satu gigi kiri atau kanan dan 13 dari 14 anak (92,9%) telah erupsi kedua giginya. Pada anak kelahiran normal di usia yang sama, 17 dari 17 anak (100%) telah erupsi kedua gigi insisivus sentralis bawah. (tabel 6)

4.4 Insisivus lateralis bawah

Pada anak kelahiran prematur dan normal usia 30-50 minggu belum ada gigi insisivus lateralis bawah yang erupsi. Pada anak kelahiran prematur usia 50-60 minggu, 1 dari 8 anak (12,5%) telah erupsi salah satu gigi kiri atau kanan, sedangkan anak kelahiran normal, 1 dari 9 anak (11,1%) telah erupsi salah satu gigi dan 2 dari 9 anak (22,2%) telah erupsi kedua gigi insisivus lateralis bawah.

Tabel 7. PERSENTASE JUMLAH GIGI INSISIVUS LATERALIS BAWAH YANG TELAH ERUPSI BERDASARKAN KELOMPOK USIA PADA KELAHIRAN PREMATUR DAN NORMAL ANAK USIA 6 18 BULAN.

Kelompok usia (minggu)

Jumlah gigi insisivus lateralis bawah Kelahiran

Prematur Normal

30-40 1= 0%2= 0% 1= 0%2= 0%

40-50 1= 0%2= 0% 1= 0%2= 0%

50-60 1= 12,5%2= 0% 1= 11,1%2= 22,2% 60-70 1= 0%2= 33,3% 1= 50%2= 50%


(35)

>80 1= 0%2= 100% 1= 0%2= 100%

Pada usia 60-70 minggu, 1 dari 3 anak kelahiran prematur (33,3%) telah erupsi kedua gigi insisivus lateralis bawah, dibandingkan pada anak kelahiran normal 2 dari 4 anak (50%) telah erupsi salah satu gigi dan 2 dari 4 anak (50%) telah erupsi keduanya. Pada anak kelahiran prematur usia 70-80 minggu 1 dari 8 anak (12,5%) telah erupsi salah satu gigi dan 6 dari 8 anak (75%) telah erupsi kedua gigi. Pada anak kelahiran normal di usia yang sama 5 dari 5 anak (100%) telah erupsi kedua gigi insisivus lateralis bawah. 4 dari 4 anak kelahiran prematur (100%) usia di atas 80 minggu telah erupsi kedua gigi insisivus lateralis bawah, begiu pula 4 dari 4 anak kelahiran normal (100%) usia di atas 8 minggu telah erupsi kedua giginya. (tabel 7)

4.3 Rata-rata usia erupsi

Pada anak kelahiran normal, gigi insisivus sentralis atas erupsi pada usia rata-rata 44,07 minggu dengan SD (Standard Deviation) sebesar 2,84. Erupsi gigi insisivus lateralis terjadi pada usia rata-rata 50,24 minggu dengan SD 4,17. Gigi insisivus sentralis bawah rata-rata erupsi pada usia 42,93 minggu dengan SD 3,99. Insisivus lateralis bawah rata-rata erupsi pada usia 64,92 minggu dengan SD 7,98 (tabel 8). Tabel 8. RATA-RATA USIA (MEAN AGE) WAKTU ERUPSI GIGI INSISIVUS DANSTANDARD DEVIATION (SD) PADA ANAK KELAHIRAN NORMAL. Elemen gigi Waktu erupsi gigi insisivus pada kelahiran normal(minggu)

Mean SD

Insisivus sentralis atas 44,07 2,84

Insisivus lateralis atas 50,24 4,17

Insisivus sentralis bawah 42,93 3,99


(36)

Pada anak kelahiran prematur, gigi insisivus sentralis atas erupsi pada usia rata-rata 49,28 minggu dengan SD 5,51. Gigi insisivus lateralisis atas rata-rata erupsi pada usia 54,45 minggu dengan SD 8,55. Gigi insisivus sentralis bawah erupsi pada usia rata-rata 41,98 minggu dengan SD 4,89. Erupsi gigi insisivus lateralis bawah terjadi pada usia rata-rata 74,68 minggu dengan SD 8,97 (tabel 9).

Tabel 9. RATA-RATA USIA (MEAN AGE) WAKTU ERUPSI GIGI INSISIVUS DANSTANDARD DEVIATION (SD) PADA ANAK KELAHIRAN PREMATUR. Elemen gigi

Waktu erupsi gigi insisivus pada kelahiran prematur (minggu)

Mean SD

Insisivus sentralis atas 49,28 5,51

Insisivus lateralisis atas 54,45 8,55

Insisivus sentralis bawah 41,98 4,89


(37)

BAB 5 PEMBAHASAN

Untuk mengevaluasi keterlambatan erupsi gigi, dilihat berdasarkan usia kronologis rata-rata erupsi gigi. Suri dkk. mengatakan para ahli sebelumnya telah menetapkan keterlambatan erupsi gigi terjadi apabila melewati lebih dari 2 SD, yaitu usia rata-rata ditambah 2 kali nilai SD masih dinyatakan dalam batas usia normal waktu erupsi.22 Dari hasil penelitian, menunjukkan terdapat beberapa elemen gigi insisivus yang erupsi lebih lambat dibandingkan tabel erupsi kronologis Lysell, Magnusson & Thilandes 196225yang mencantumkan usia rata-rata erupsi gigi beserta nilai SD-nya. Gigi yang paling terlambat erupsinya adalah gigi insisivus lateralis bawah. Pada tabel erupsi kronologis insisivus lateralis bawah erupsi di usia rata-rata13,56 bulan dengan SD 2,84 untuk anak laki-laki, dan usia rata-rata 13,11 bulan dengan SD 3,20 untuk anak perempuan. Sedangkan hasil yang didapat gigi insisivus lateralis bawah erupsi di usia 74,68 minggu (16 bulan) untuk anak kelahiran prematur dan 64,92 minggu (15 bulan) untuk anak kelahiran normal. Jadi, baik pada anak kelahiran prematur maupun normal tidak ada usia erupsi yang melebihi 2 SD berdasarkan tabel erupsi kronologis. Secara umum terlihat pada anak kelahiran normal rata-rata usia erupsi gigi insisivus lebih cepat beberapa minggu dibandingkan pada anak kelahiran prematur, kecuali pada gigi insisivus sentralis bawah. Hasil ini sama dengan penelitian sebelumnya yang menunjukkan gigi anak kelahiran normal erupsi lebih cepat dibandingkan dengan anak kelahiran prematur. Menurut Seow dkk.4 dan Paulsson dkk.8, hal ini


(38)

kehamilan untuk proses maturasi dental, anak kelahiran prematur kekurangan masa-masa mineralisasi dan pemadatan gigi selama kandungan. Gangguan metabolisme kalsium yang dialami anak prematur merupakan faktor utama memperlambat proses kalsifikasi dan maturasi gigi, sehingga, anak prematur membutuhkan waktu yang lebih lama dalam pematangan struktur gigi.3,7 Rogers menambahkan, keterlambatan erupsi gigi mereka juga dihubungkan dengan infeksi ketika dilahirkan, kekurangan nutrisi, dan juga intubasi yang cukup lama.9

Hasil pemeriksaan pada anak kelahiran prematur dan normal usia 6-18 bulan pola erupsi gigi insisivus secara berurutan dimulai dari gigi insisivus sentralis bawah, kemudian diikuti insisivus sentralis atas, insisivus lateralis atas, insisivus lateralis bawah. Rata-rata erupsi gigi insisivus sentralis bawah pada anak kelahiran prematur di usia 41,98 minggu, pada anak kelahiran normal di usia 42,93 minggu. Usia rata-rata erupsi gigi insisivus sentralis atas pada anak kelahiran prematur adalah 49,28 minggu, pada anak kelahiran normal adalah 44,07 minggu. Gigi insisivus lateralis atas erupsi di usia rata-rata 54,45 minggu pada anak kelahiran prematur, 50,24 minggu pada anak kelahiran normal. Erupsi gigi insisivus lateralis bawah di usia rata-rata 74,68 minggu pada anak kelahiran prematur dan 64,92 pada anak kelahiran normal. (tabel 10)

Standard deviation(SD) yang merupakan batas atas dan bawah dari waktu erupsi gigi memperlihatkan angka yang cukup besar, yaitu 2,84 sampai 8,97. Hal ini menunjukkan bahwa variasi dalam waktu erupsi gigi insisivus anak kelahiran prematur cukup besar. Penyebab besarnya variasi ini dikarenakan distribusi sampel


(39)

yang tidak merata setiap kelompok usia, dan selain itu usia erupsi gigi dipengaruhi oleh banyak faktor.

Hasil analisa data menggunakan uji statistik student s t-test, menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan rata-rata usia erupsi keempat insisivus desidui pada anak kelahiran prematur dan anak kelahiran normal dengan nilai p= 0,180 (p> 0,05) untuk gigi insisivus sentralis atas;p= 0,652 (p> 0,05) untuk gigi insisivus lateralis atas; p= 0,483 (p> 0,05) untuk gigi insisivus sentralis bawah; dan p= 0,108 (p> 0,05) untuk gigi insisivus lateralis bawah. Maka hipotesa yang menyatakan ada perbedaan antara erupsi gigi insisivus pada anak kelahiran prematur dan normal ditolak.

Tabel 10. UJI STATISTIK RATA-RATA WAKTU ERUPSI GIGI INSISIVUS PADA KELAHIRAN PREMATUR DAN NORMAL ANAK USIA 6-18 BULAN.

Elemen gigi

Rata-rata waktu erupsi

Student s t-test (p) Kelahiran

Normal Prematur

Rata-rata SD Rata-rata SD

Insisivus sentralis atas 44,07 2,84 49,28 5,51 0,180 Insisivus lateralis atas 50,24 4,17 54,45 8,55 0,652 Insisivus sentralis bawah 42,93 3,99 41,98 4,89 0,483 Insisivus lateralis bawah 64,92 7,98 74,68 8,97 0,108 *Signifikansip< 0,05

Beberapa penelitian para ahli menjelaskan tentang erupsi gigi desidui pada anak kelahiran prematur. Pada penelitian oleh Caixeta dan Correa pada 100 anak prematur tahun 2005 di Brazil, ditemukan rata-rata erupsi gigi pada bayi prematur 39 minggu, sedangkan bayi non-prematur erupsi pada 30 minggu. Terdapat erupsi terlambat 60


(40)

67 % pada prematur, dibandingkan 40 50 % pada anak normal. Dalam jangka waktu yang normal, 41 % anak prematur erupsi antara 6 8 bulan.13Penelitian oleh Harris dkk., mengatakan pada anak prematur terjadi keterlambatan erupsi pada insisivus dan molar satu.4 Backstrom dkk. dan Seow dkk. telah meneliti erupsi gigi pada anak kelahiran prematur dengan menghitung usia kronologis anak ditambahakan masa kehamilan yang hilang pada anak kelahiran prematur. Backstrom dkk. melakukan penelitian longitudinal pada gigi desidui dan permanen anak kelahiran prematur. Hasil yang didapat, keterlambatan erupsi gigi pada anak kelahiran prematur tidak cukup besar pada gigi desidui dan permanen. Begitu juga dengan penelitian Seow dkk..4 Hasil penelitian ini menyatakan perbedaan usia rata-rata erupsi gigi insisivus desidui antara anak prematur dan normal tidak cukup besar. Erupsi gigi dipengaruhi oleh banyak faktor, yakni nutrisi, infeksi ibu dan janin, prematuritas dan berat badan lahir rendah, ganguan endokrin, keturunan dan genetik, dan idiopatik. Beberapa juga mengkaitkan erupsi gigi dengan keadaan sindroma.14,17,23

Melihat usia erupsi gigi desidui cukup penting karena pada anak-anak dengan gigi yang erupsi terlambat, proses pertumbuhan juga ikut dipengaruhi, dimana dengan proses stomatognasi yang terganggu, anak-anak tersebut tidak dapat menerima asupan makanan yang sesuai dengan usianya.


(41)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan

1. Pola erupsi secara berurutan pada gigi insisivus desidui anak kelahiran prematur dan anak kelahiran normal dimulai dari gigi insisivus sentralis bawah, kemudian insisivus sentralis atas, insisivus lateralis atas, insisivus lateralis bawah.

2. Jika dilihat berdasarkan tabel erupsi kronologis Lysell, Magnusson & Thilandes 1962, baik anak kelahiran prematur dan normal erupsi dalam batas usia normal (tidak lebih dari 2 SD).

3. Erupsi gigi anak kelahiran prematur mengalami keterlambatan erupsi beberapa minggu dibandingkan dengan anak normal, namun perbedaan ini tidak cukup besar (tidak signifikan).

6.2 Saran

1. Perlu dilakukan penelitian yang lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih besar dan pembagian yang merata di setiap klompok usia. Peneliti juga sebaiknya mengendalikan variabel lain yang turut berpengaruh terhadap erupsi gigi.

2. Perlu dilakukan penyuluhan kepada ibu hamil untuk menjaga kondisi dan menghidari resiko terjadinya kelahiran


(42)

prematur. Dan kepada orangtua dari anak kelahiran prematur perlu diberikan penjelasan mengenai erupsi gigi anak mereka.


(43)

DAFTAR PUSTAKA

1. Nelson WE, ed. Ilmu kesehatan anak. 15th ed. Alih bahasa. Samik Wahab. Jakarta: EGC, 2000 : (1): 561-3.

2. Harila V. The effect of preterm birth on the development of the dentition. Oulu: Oulu University Press, 2004 : 11-21.

3. Al-Sayagh GD, Qasim AA, Al-Rawi BA. The effect of premature birth on the primary dentition. Al-Rafidain Dent J 2008; 8(1): 18-22.

4. Paulsson L, Bondemark L, Odont, Soderfeldt B. A systematic review of the consequences of premature birth on palatal morphology, dental occlusion, tooth-crown dimension, and tooth maturity and eruption. Angle Orthodontist 2004; 74(2): 269-77.

5. Kurniyasih S. Persalinan prematur. 2009. http://himapid.blogspot.com/2009/10/ persalinan-prematur.html. (12 September 2010).

6. Mypotik. Penyelamatan bayi prematur. 2010. http:/mypotik.blogspot.com /2010/06/penyelamatan-bayi-prematur.html. (12 September 2010).

7. Kosim MS, Yunanto A, Dewi R, Sarosa GI, Usman A, eds. Buku ajar neonatologi. 1sted. IDAI, 2008: 11-3.

8. Seow WK. Effects of preterm birth on oral growth and development. Australian Dental Journal 1997; 42(2): 85-90.


(44)

9. Rogers A. Articlesbase. Dental problems and premature birth.14 September 2008. http://www.articlesbase.com/dental-care-articles/dental-problems-and-premature-birth-561735.html (4 September 2010)

10. Cameron AC, Wilmer RP. Handbook of pediatric dentistry. London: Mosby, 1997: 355.

11. Seow WK, Tudehope DI, Humphrys C. Increased prevalence of developmental dental defects in low birth-weight, prematurly born children: a controlled study. Pediatric Dentistry 1987; 9(2): 221-5.

12. Ramos SRP, Gugisch RC, Fraiz FC. The influence of gestational age and birth weight of the newborn on tooth eruption. J Appl Oral Sci 2006; 14(4)

13. Caixeta FF, Corrêa MSNP. Os defeitos do esmalte e a erupção dentária em crianças prematuras. Rev Assoc Med Bras 2005; 51 (4)

14. Boenjamin F, Budiyanti A. Hubungan berat badan lahir dengan umur erupsi gigi insisivus sulung pertama bawah. Dentika Dent J 2006; 11(2): 271-5.

15. Hutton A, Edin. The oral health needs of children, adolescents and young adults after cancer heraphy for solid tumours. Dissertation. Birmingham : University of Birmingham, 2008 : 17-20.

16. Chumbley J, Walters C. Merawat gigi Bayi. Alih bahasa. Fransiscus Rudijanto. Jakarta : Erlangga, 2003 : 10-2, 22-5.

17. Sajjadian N, Shajari H, Jahadi R, Barakat MG, Sajjadian A. relationship between birth weight and time of first deciduous tooth eruption in 143 consecutively born infants. Pediatr Neonatal 2010; 51(4):235-7.


(45)

18. Meadow SR, Newell SJ. Pediatrika 7th ed. Alih bahasa. Kripti Hartini, Asri Dwi Rachmawati. Jakarta : Erlangga, 2003 : 69-79.

19. Pinkham JR. Pediatric dentistry infancy through adolescence. Philadelphia : WB Saunders Company, 1988 : 52.

20. Hulland SA, Lucas JO, Wake MA, Hesketh KD. Eruption of the primary dentition in human infants: a prospective descriptive study. Pediatric Dentistry 2000; 22(5): 415-21.

21. Kirana I, Oewen RR, Sjarif W. Perbedaan pola erupsi gigi sulung pada anak dengan riwayat kecil masa kehamilan In: IDGAI, ed. Prosiding Temu Ilmiah Nasional IV Ikatan Dokter Gigi Anak Indonesia, 2010 : 219-25.

22. Suri L, Gagari E, Vastardis H. Delayed tooth eruption : Pathogenesis, diagnosis, and treatment. A literatur review. Am J Orthod Dentofac Orthop 2004; 126(4): 432-42.

23. Schuurs AHB, ed. Patologi gigi-geligi. Alih bahasa. Sutatmi Suryo, Rafiah Abyono. UGM press 1988; 116-22.

24. Stones HH, Lawton FE. Farmer ED. Oral and dental disease. 5th edition. ELBS 1984; 126-8.


(46)

Lampiran 1

No.

LEMBAR PEMERIKSAAN Pemeriksaan Erupsi Gigi Desidui

Tanggal Pemeriksaan : / / 2011 Nama Orang-tua :

Alamat :

kel. RT/RW:

Nama Lengkap Anak :

1. Kelahiran anak : 1. Prematur 2. Normal 1.

2. Jenis kelamin : 1. Laki-laki 2. Perempuan 2. Tanggal Lahir :

3. Usia anak : , minggu 3.

II I I II

II I I II

4. Insisivus satu atas 4.

5. Insisivus dua atas 5.

6. Insisivus satu bawah 6.

7. Insisivus dua bawah 7.

Keterangan : 0 = belum erupsi 1= sudah erupsi Pemeriksaan gigi:


(47)

Lampiran 2

Lembar Penjelasan Kepada Calon Subyek Penelitian

Selamat siang, Bapak/Ibu.

Saya, Nur Irmaulina adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara ingin melakukan penelitian yang berjudul Keterlambatan Erupsi Gigi Insisivus Desidui Anak Usia 6-18 Bulan dengan Kelahiran Prematur di RSU Dr Pirngadi Medan. Karena anak Bapak/Ibu lahir di Rumah Sakit tersebut, saya ingin mengikutsertakan anak Bapak/Ibu sebagai subyek penelitian. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak kelahiran yang terlalu cepat terhadap terjadinya keterlambatan pertumbuhan gigi anak.

Dalam penelitian ini akan dilakukan pembukaan mulut anak. Kemudian seluruh gigi diperiksa tanpa menggunakan alat. Penelitian ini tidak menimbulkan resiko karena peneliti hanya melihat kondisi gigi anak tanpa pemberian bahan atau obat tertentu.

Ketidaknyamanan yang mungkin akan dialami dalam prosedur penelitian ini karena pemeriksaan membutuhkan waktu yang dapat menyebabkan anak akan merasa jenuh dan bosan, namun Bapak/Ibu dapat mengetahui dampak kelahiran prematur terhadap pertumbuhan gigi anak.

Mudah-mudahan penjelasan/informasi saya ini dapat dimengerti dan atas kesediaan ananda dari Bapak/Ibu untuk berpartisipasi dalam penelitian ini saya ucapkan terima kasih.

Medan, ..

Peneliti, Nur Irmaulina HP : 085761483696


(48)

Lampiran 3

Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan

Setelah membaca semua keterangan tentang risiko, keuntungan, dan hak-hak saya/anak saya sebagai subjek penelitian yang berjudul :

Keterlambatan Erupsi Gigi Insisivus Desidui Anak Usia 6-18 Bulan dengan Kelahiran Prematur di RSU Dr Pirngadi Medan

Saya dengan sadar dan tanpa paksaan bersedia mengijinkan anak saya berpartisipasi dalam penelitian ini oleh peneliti Nur Irmaulina sebagai mahasiswa FKG USU, dengan catatan apabila suatu ketika merasa dirugikan dalam bentuk apapun, berhak membatalkan persetujuan ini.

Medan, 20

Tanda tangan,

( .)

Orang tua ananda . Alamat : .


(1)

DAFTAR PUSTAKA

1. Nelson WE, ed. Ilmu kesehatan anak. 15th ed. Alih bahasa. Samik Wahab.

Jakarta: EGC, 2000 : (1): 561-3.

2. Harila V. The effect of preterm birth on the development of the dentition. Oulu: Oulu University Press, 2004 : 11-21.

3. Al-Sayagh GD, Qasim AA, Al-Rawi BA. The effect of premature birth on the primary dentition. Al-Rafidain Dent J 2008; 8(1): 18-22.

4. Paulsson L, Bondemark L, Odont, Soderfeldt B. A systematic review of the consequences of premature birth on palatal morphology, dental occlusion, tooth-crown dimension, and tooth maturity and eruption. Angle Orthodontist 2004; 74(2): 269-77.

5. Kurniyasih S. Persalinan prematur. 2009. http://himapid.blogspot.com/2009/10/ persalinan-prematur.html. (12 September 2010).

6. Mypotik. Penyelamatan bayi prematur. 2010. http:/mypotik.blogspot.com /2010/06/penyelamatan-bayi-prematur.html. (12 September 2010).

7. Kosim MS, Yunanto A, Dewi R, Sarosa GI, Usman A, eds. Buku ajar neonatologi. 1sted. IDAI, 2008: 11-3.

8. Seow WK. Effects of preterm birth on oral growth and development. Australian Dental Journal 1997; 42(2): 85-90.


(2)

9. Rogers A. Articlesbase. Dental problems and premature birth.14 September 2008. http://www.articlesbase.com/dental-care-articles/dental-problems-and-premature-birth-561735.html (4 September 2010)

10. Cameron AC, Wilmer RP. Handbook of pediatric dentistry. London: Mosby, 1997: 355.

11. Seow WK, Tudehope DI, Humphrys C. Increased prevalence of developmental dental defects in low birth-weight, prematurly born children: a controlled study. Pediatric Dentistry 1987; 9(2): 221-5.

12. Ramos SRP, Gugisch RC, Fraiz FC. The influence of gestational age and birth weight of the newborn on tooth eruption. J Appl Oral Sci 2006; 14(4)

13. Caixeta FF, Corrêa MSNP. Os defeitos do esmalte e a erupção dentária em crianças prematuras. Rev Assoc Med Bras 2005; 51 (4)

14. Boenjamin F, Budiyanti A. Hubungan berat badan lahir dengan umur erupsi gigi insisivus sulung pertama bawah. Dentika Dent J 2006; 11(2): 271-5.

15. Hutton A, Edin. The oral health needs of children, adolescents and young adults after cancer heraphy for solid tumours. Dissertation. Birmingham : University of Birmingham, 2008 : 17-20.

16. Chumbley J, Walters C. Merawat gigi Bayi. Alih bahasa. Fransiscus Rudijanto. Jakarta : Erlangga, 2003 : 10-2, 22-5.

17. Sajjadian N, Shajari H, Jahadi R, Barakat MG, Sajjadian A. relationship between birth weight and time of first deciduous tooth eruption in 143 consecutively born


(3)

18. Meadow SR, Newell SJ. Pediatrika 7th ed. Alih bahasa. Kripti Hartini, Asri Dwi

Rachmawati. Jakarta : Erlangga, 2003 : 69-79.

19. Pinkham JR. Pediatric dentistry infancy through adolescence. Philadelphia : WB Saunders Company, 1988 : 52.

20. Hulland SA, Lucas JO, Wake MA, Hesketh KD. Eruption of the primary dentition in human infants: a prospective descriptive study. Pediatric Dentistry 2000; 22(5): 415-21.

21. Kirana I, Oewen RR, Sjarif W. Perbedaan pola erupsi gigi sulung pada anak dengan riwayat kecil masa kehamilan In: IDGAI, ed. Prosiding Temu Ilmiah Nasional IV Ikatan Dokter Gigi Anak Indonesia, 2010 : 219-25.

22. Suri L, Gagari E, Vastardis H. Delayed tooth eruption : Pathogenesis, diagnosis, and treatment. A literatur review. Am J Orthod Dentofac Orthop 2004; 126(4): 432-42.

23. Schuurs AHB, ed. Patologi gigi-geligi. Alih bahasa. Sutatmi Suryo, Rafiah Abyono. UGM press 1988; 116-22.

24. Stones HH, Lawton FE. Farmer ED. Oral and dental disease. 5th edition. ELBS

1984; 126-8.


(4)

Lampiran 1

No.

LEMBAR PEMERIKSAAN

Pemeriksaan Erupsi Gigi Desidui

Tanggal Pemeriksaan : / / 2011 Nama Orang-tua :

Alamat :

kel. RT/RW:

Nama Lengkap Anak :

1. Kelahiran anak : 1. Prematur 2. Normal 1.

2. Jenis kelamin : 1. Laki-laki 2. Perempuan 2. Tanggal Lahir :

3. Usia anak : , minggu 3.

II I I II

II I I II

4. Insisivus satu atas 4.

5. Insisivus dua atas 5.

Keterangan : 0 = belum erupsi 1= sudah erupsi Pemeriksaan gigi:


(5)

Lampiran 2

Lembar Penjelasan Kepada Calon Subyek Penelitian

Selamat siang, Bapak/Ibu.

Saya, Nur Irmaulina adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara ingin melakukan penelitian yang berjudul Keterlambatan Erupsi Gigi Insisivus Desidui Anak Usia 6-18 Bulan dengan Kelahiran Prematur di RSU Dr Pirngadi Medan. Karena anak Bapak/Ibu lahir di Rumah Sakit tersebut, saya ingin mengikutsertakan anak Bapak/Ibu sebagai subyek penelitian. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak kelahiran yang terlalu cepat terhadap terjadinya keterlambatan pertumbuhan gigi anak.

Dalam penelitian ini akan dilakukan pembukaan mulut anak. Kemudian seluruh gigi diperiksa tanpa menggunakan alat. Penelitian ini tidak menimbulkan resiko karena peneliti hanya melihat kondisi gigi anak tanpa pemberian bahan atau obat tertentu.

Ketidaknyamanan yang mungkin akan dialami dalam prosedur penelitian ini karena pemeriksaan membutuhkan waktu yang dapat menyebabkan anak akan merasa jenuh dan bosan, namun Bapak/Ibu dapat mengetahui dampak kelahiran prematur terhadap pertumbuhan gigi anak.

Mudah-mudahan penjelasan/informasi saya ini dapat dimengerti dan atas kesediaan ananda dari Bapak/Ibu untuk berpartisipasi dalam penelitian ini saya ucapkan terima kasih.

Medan, ..

Peneliti, Nur Irmaulina HP : 085761483696


(6)

Lampiran 3

Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan

Setelah membaca semua keterangan tentang risiko, keuntungan, dan hak-hak saya/anak saya sebagai subjek penelitian yang berjudul :

Keterlambatan Erupsi Gigi Insisivus Desidui Anak Usia 6-18 Bulan dengan Kelahiran Prematur di RSU Dr Pirngadi Medan

Saya dengan sadar dan tanpa paksaan bersedia mengijinkan anak saya berpartisipasi dalam penelitian ini oleh peneliti Nur Irmaulina sebagai mahasiswa FKG USU, dengan catatan apabila suatu ketika merasa dirugikan dalam bentuk apapun, berhak membatalkan persetujuan ini.

Medan, 20

Tanda tangan,

( .)

Orang tua ananda . Alamat : .


Dokumen yang terkait

Waktu Erupsi Gigi Permanen Ditinjau dari Usia Kronologsi pada Anak Etnis Tionghoa Usia 6 sampai 12 Tahun di SD WR.Supratman 2 Medan

0 42 84

Karies Gigi Pada Anak Usia 20-40 Bulan Dengan Kelahiran Prematur Di RSU DR. Pirngadi Medan

0 32 61

Pertumbuhan Dan Perkembangan Anak Usia 36-59 Bulan Pada Keluarga Peserta Dan Bukan Peserta Bina Keluarga Balita (BKB) Di Desa Tulaan Kecamatan Gunung Meriah Kabupaten Aceh Singkil Tahun 2009

0 38 110

Waktu Erupsi Gigi Permanen Ditinjau Dari Usia Kronologis Pada Anak Usia 6 Sampai 12 Tahun Di SD St. Antonius V Medan

5 76 121

Efektifitas Pijat Bayi Terhadap Peningkatan Berat Badan Bayi Prematur DI Ruang Perinatologi RSU Dr.Pirngadi Medan

16 152 59

HUBUNGAN RIWAYAT KELAHIRAN PREMATUR DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK USIA 4 TAHUN DI KECAMATAN KEPANJEN

9 33 24

PENGARUH STATUS GIZI BAYI USIA 6 SAMPAI 7 BULAN TERHADAP WAKTU ERUPSI GIGI INCISIVUS CENTRAL DECIDUI RAHANG Pengaruh Status Gizi Bayi Usia 6 Sampai 7 Bulan Terhadap Waktu Erupsi Gigi Incisivus Central Decidui Rahang Bawah Di Posyandu Kecamatan Bendosari

0 1 14

PENGARUH STATUS GIZI BAYI USIA 6 SAMPAI 7 BULAN TERHADAP WAKTU ERUPSI GIGI INCISIVUS CENTRAL DECIDUI RAHANG Pengaruh Status Gizi Bayi Usia 6 Sampai 7 Bulan Terhadap Waktu Erupsi Gigi Incisivus Central Decidui Rahang Bawah Di Posyandu Kecamatan Bendosari

0 1 12

Pola Erupsi Gigi Permanen Ditinjau Dari Usia Kronologis Pada Anak Usia 6 Sampai 12 Tahun Di Kabupaten Sumedang.

0 0 34

Pola Erupsi Gigi Permanen Ditinjau Dari Usia Kronologis Pada Anak Usia 6 Sampai 12 Tahun Di Kabupaten Sumedang.

0 0 14