Sejarah Asuhan Kefarmasian Pharmaceutical Care

11 membantu pasien dalam memilih obat yang dapat dibeli tanpa resep dokter, mengambil langkah untuk menyesuaikan pengobatan pasien jika diperlukan, dan menjawab pertanyaan pasien tentang obat-obatan yang mereka gunakan Thoe, 2013.

2.4 Sejarah Asuhan Kefarmasian Pharmaceutical Care

Menurut Aslam 2003, profesi kefarmasian telah mengalami perubahan, khususnya dalam kurun waktu kira-kira 40 tahun terakhir, yaitu sejak tahun 1960- an. Secara historis, perubahan-perubahan dalam profesi kefarmasian di Inggris, khususnya dalam abad ke-20, dapat dibagi dalam 4 tahap: 1. Tahap tradisional sebelum 1960-an Dalam periode tradisional ini, fungsi farmasis yaitu menyediakan, membuat, dan mendistribusikan produk yang berkhasiat obat. Kegiatan ini melibatkan seni dan ilmu pembuatan bahan obat dari sumber alam atau sintetik menjadi sediaan atau produk yang sesuai untuk dipakai dalam mencegah, mendiagnosa atau mengobati penyakit. Periode ini mulai goyah ketika pembuatan sediaan obat secara bertahap mulai dikerjakan oleh industri farmasi. Industri farmasi di dunia mulai tumbuh pada sekitar tahun 1940-an. Dengan beralihnya sebagian besar pembuatan obat dari instalasi farmasi ke industri, maka fungsi dan tugas apoteker berubah. Dengan demikian peranan profesi kefarmasian terlihat makin menyempit dan mengecil. 2. Tahap transisional Masa transisi adalah masa perubahan yang cepat dari perkembangan fungsi dan peningkatan jenis-jenis pelayanan profesional yang dilakukan oleh 12 beberapa perintis dan sifatnya masih individual. Yang paling menonjol adalah kehadiran farmasis di ruang rawat rumah sakit, meskipun masukan mereka masih terbatas. Banyak apoteker mulai mengembangkan fungsi-fungsi baru dan mencoba menerapkannya. Akan tetapi tampaknya, perkembangannya masih cukup lambat. 3. Tahap masa kini farmasi klinis Farmasi klinis lahir tahun 1960-an di Amerika Serikat dan Inggris dalam periode transisi. Istilah farmasi klinis digunakan untuk mendeskripsikan praktek kefarmasian berorientasi pelayanan kepada pasien lebih dari orientasi kepada produk. Merupakan suatu disiplin yang terkait dengan penerapan pengetahuan dan keahlian farmasi dalam membantu memaksimalkan efek obat dan meminimalkan toksisitas bagi pasien secara individual. Pelayanan farmasi klinik merupakan pelayanan langsung yang diberikan apoteker kepada pasien dalam rangka meningkatkan outcome terapi dan meminimalkan risiko terjadinya efek samping karena obat, untuk tujuan keselamatan pasien patient safety sehingga kualitas hidup pasien quality of life terjamin Menkes, RI., 2014. Pelayanan farmasi klinik yang dilakukan meliputi pengkajian dan pelayanan resep, penelusuran riwayat penggunaan obat, rekonsiliasi obat, pelayanan informasi obat PIO, konseling, visite, pemantauan terapi obat PTO, monitoring efek samping obat MESO, evaluasi penggunaan obat EPO, dispensing sediaan steril, dan pemantauan kadar obat dalam darah PKOD Menkes, RI., 2014. 13 Praktek farmasi berpusat pasien ini memerlukan suatu keterampilan yang tidak konvensional yang di ajarkan di fakultas farmasi. Istilah farmasi klinis dapat digunakan untuk mendeskripsikan seorang apoteker yang pekerjaan utamanya berinteraksi dengan tenaga kesehatan profesional lainnya khususnya dokter dan perawat, mewawancara dan menilai kesesuaian kondisi kesehatan pasien terhadap pengobatannya, membuat rekomendasi terapeutik yang spesifik, memonitor tanggapan pasien terhadap terapi obat, menjaga keselamatan pasien khususnya terhadap pengaruh efek obat yang tak dikehendaki, mengkonsultasi pasien, dan menyediakan informasi obat Aslam, 2003. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelayanan farmasi klinis mampu mengidentifikasi masalah penting yang terkait obat serta menurunkan kejadian, menyempurnakan pendidikan pasien serta kepatuhan, memperbaiki peresepan, menyempurnakan hasil klinis, meningkatkan efektivitas biaya, dan mempersingkat masa tinggal di rumah sakit Aslam, 2003. 4. Tahap masa depan abad ke-21 asuhan kefarmasian Konsep perencanan asuhan kefarmasian telah dirangkai oleh banyak praktisi farmasi klinis. Meskipun definisi asuhan kefarmasian telah diterapkan secara berbeda dalam negara yang berbeda, gagasan dasar adalah apoteker bertanggung jawab terhadap hasil penggunaan obat olehuntuk pasien sama seperti seorang dokter atau perawat bertanggung jawab terhadap pelayanan medis dan keperawatan yang mereka berikan. Dengan kata lain, praktek ini berorientasi pada pelayanan yang terpusat kepada pasien dan tanggung jawab farmasis terhadap morbiditas dan mortalitas yang berkaitan dengan obat Aslam, 2003. 14 Aslam 2003, secara skematis menggambarkan proses asuhan kefarmasian sebagai berikut: Gambar 2.2 Proses asuhan kefarmasian

2.5 Perkembangan Bidang Kefarmasian