Pengetahuan Mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan (Reguler) Universitas Sumatera Utara tentang UU RI No. 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan

(1)

F

UNI

SKRIPSI

OLEH

RAFIKA NUR SIREGAR 111101020

FAKULTAS KEPERAWATAN

NIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2015


(2)

(3)

(4)

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun : 2015

Abstrak

Undang-undang adalah setiap peraturan atau ketetapan yang isinya berlaku mengikat kepada umum/semua orang dalam suatu daerah atau golongan tertentu. Pengaturan perilaku profesi keperawatan terdapat dalam undang-undang keperawatan yang bertujuan meningkatkan mutu perawat dan mutu pelayanan keperawatan, memberikan perlindungan dan kepastian hukum kepada perawat dan klien serta meningkatkan derajat kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan mahasiswa program studi S1 keperawatan (reguler) Universitas Sumatera Utara tentang UU RI No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan. Desain penelitian yang digunakan adalah bersifat deskriptif dengan metode pengambilan sampel secaraPurposive Sampling.Sampel dalam penelitian sebanyak 254 orang mahasiswa program studi S1 keperawatan (reguler) Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini dilaksanakan tanggal 28 April sampai 12 Mei 2015 dengan menggunakan kuesioner yang terdiri dari data demografi dan pengetahuan mahasiswa program studi S1 keperawatan (reguler) Universitas Sumatera Utara tentang UU RI No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan. Analisa data menggunakan distribusi frekuensi. Hasil penelitian diperoleh bahwa pengetahuan mahasiswa program studi S1 keperawatan (reguler) Universitas Sumatera Utara tentang UU RI No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan yaitu pengetahuan baik sebanyak 125 orang (44,1%), dan pengetahuan kurang baik sebanyak 129 orang (50,8%). Faktor pengetahuan mahasiswa program studi S1 keperawatan (reguler) Universitas Sumatera Utara kurang baik dimungkinkan karena kurangnya motivasi mahasiswa program studi S1 keperawat (reguler) Universitas Sumatera Utara untuk mencari informasi terkait dengan UU RI No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan dan persepsi mahasiswa program studi S1 keperawatan (reguler) menganggap bahwa memperlajari tentang UU RI No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan hanya sebagai tuntutan akademik.

Kata Kunci : Pengetahuan, Mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan (Reguler), UU RI No. 38 tahun 2014 tentang Keperawatan


(5)

Department : S1 (Undergraduate) Nursing (S. Kep)

Academic Year : 2015

ABSTRACT

A law constitutes every regulation which is bound to all people in a certain area or in certain group of people. The regulation on nursing profession behavior in the Law on Nursing, which is aimed to increase the quality of nurses and the quality of nursing care, provides legal protection and legal certainty for nurses, clients, and health standard. The objective of the research was to find out the

students’ knowledge of Law No. 38/2014 on Nursing at S1 Nursing Study Program (Regular), University of Sumatera Utara. The research used descriptive design. The samples were 254 students, taken by using purposive sampling technique. It was conducted from April 28 to May 12, 2015. The data were

gathered by distributing questionnaires about demographic data and the students’

knowledge of Law No. 38/2014 on Nursing and analyzed by using distribution frequency method. The result of the research showed that 125 respondents (49.2%) had good knowledge of Law No. 38/2014 on Nursing and 129 respondents (50.8%) had bad knowledge. Their bad knowledge was probably caused by their lack of motivation to get information about the law and their perception that learning about the law on nursing was only an academic affair.

Keywords: Knowledge, Students of S1 Nursing Study Program (Regular), Law No. 38/2014on Nursing


(6)

ini dengan judul “Pengetahuan Mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan (Reguler) Universitas Sumatera Utara tentang Undang-Undang RI No. 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan”.

Dalam penyusunan skripsi ini, tidak sedikit kesulitan yang dihadapi penulis, namun dengan berkat dan karunia dari Tuhan Yang Maha Esa, disertai usaha dan kemauan penulis, serta bimbingan, bantuan dan motivasi dari berbagai pihak, sehingga kesulitan dapat diatasi.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapakan terimakasih yang setulus-tulusnya kepada berbagai pihak, yaitu:

1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku dekan fakultas keperawatan Universitas Sumatera Utara

2. Ibu Erniyati SKp., MNS selaku pembantu dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

3. Ibu Evi Karota Bukit SKp, MNS sebagai pembantu dekan II Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan sebagai penguji I yang telah memberikan banyak arahan dan masukan pada penulisan skripsi saya ini. 4. Bapak Ikhsannuddin Harahap SKp, MNS, SpMB selaku pembantu dekan

III

5. Ibu Nur Afi Darti SKp, M.Kep selaku dosen PA yang telah memberikan nasehat dan arahan selama 4 tahun ini


(7)

7. Ibu Rika Endah Nurhidayah, SKp, M.Pd sebagai penguji II yang memberikan saran dan masukan dalam penulisan skripsi ini

8. Bapak M. Sukri Tanjung, S,Kep., Ns sebagai dosen valid yang memberi banyak saran dan masukan dalam penulisan skripsi ini

9. Seluruh saft pengajar Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan penulisan proposal

10. Penghargaan dan terimakasih yang mendalam kepada ayahanda dan ibunda tercinta yang telah memberikan dukungan moril maupun materi, do’a dan senyumannya yang tiada henti selama penulis menjalani pendidikan

11. Adinda (Asrul Diavari Siregar, Deasy Arryannur Sireagar, Azizul Husein Siregar) yang telah memberikan dukungan, do’a dan moril kepada penulis. 12. Sahabat-sahabat (Silvia, Emma, Rispa, Yuni, Anggi, dan Warnila) yang

selalu mendukung dan membantu selama 4 tahun terakhir ini.

13. Teman satu bimbingan (Nabila Chairani, Agussetiana, Melisa) yang senantiasa saling membantu dan saling mendukung dalam penyusunan skripsi.

14. Teman-teman S1 Keperawatan Reguler Stambuk 2011 yang tidak tersebut satu persatu terimaksih atas dukungannya.


(8)

manfaat bagi pengembangan ilmu. Penulis sangat mengharapkan adanya saran yang bersifat membangun untuk memperbaiki yang lebih baik di masa yang akan datang.

Medan, Juli 2015


(9)

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

PRAKATA ... vi

DAFTAR ISI... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR SKEMA ... xiii

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1. Latar Belakang ... 1

2. Rumusan Masalah ... 5

3. Pertanyaan Penelitian ... 5

4. Tujuan Penelitian... 5

5. Manfaat Penelitian... 6

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA... 8

1. Pengetahuan ... 8

1.1 Defenisi Pengetahuan ... 8

1.2 Tingkat Pengetahuan di dalam domain Kognitif... 9

1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ... 10

2. Undang-Undang Keperawatan ... 13

2.1 Pendidikan Keperawatan ... 15

2.1.1 Standar Pendidikan Keperawatan... 15

2.1.2 Uji Kompetensi ... 17

2.2 Pelayanan Praktik Keperawatan ... 19

2.2.1 Melaksanakan Asuhan Keperawatan Mandiri... 20

2.2.2 Menjalankan Tindakan Profesi Lain ... 22

2.2.3 Hak dan Kewajiban Perawat ... 25

2.2.3.1 Hak Perawat... 25

2.2.3.2 Kewajiban Perawat ... 26

2.2.4 Hak dan Kewajiban Klien ... 28

2.2.4.1 Hak Klien... 28

2.2.4.2 Kewajiban Klien ... 29

2.3 Praktik Mandiri Perawat... 29

2.3.1 Surat Tanda Registrasi (STR)... 30

2.3.2 Surat Izin Praktik Perawat (SIPP) ... 31

2.4 Profesionalisme Keperawatan ... 35

BAB 3. KERANGKA PENELITIAN ... 39

1. Kerangka Konseptual ... 39

2. Defenisi Operasional ... 40

BAB 4. METODOLOGI PENELITIAN ... 42

1. Desain Penelitian ... 42


(10)

4. Pertimbangan Etik ... 44

5. Instrument Penelitian... 46

6. Validitas dan Reabilitas Instrumen... 48

6.1 Uji Validitas ... 48

6.2 Uji Reabilitas... 48

7. Pengumpulan Data ... 49

8. Pengolahan dan Analisa Data... 50

8.1 Pengolahan Data... 50

8.2 Analisa Data ... 52

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 53

1. Hasil Penelitian... 53

1.1 Karakteristik Responden ... 53

1.2 Pengetahuan Mahasiswa tentang UU No. 38 Tahun 2014 Tentang Keperawatan... 54

2. Pembahasan ... 56

2.1 Pengetahuan Mahasiswa tentang UU No. 38 Tahun 2014 Berdasarkan Angkatan ... 56

2.2 Pengetahuan Mahasiswa tentang UU No. 38 Tahun 2014 Tentang Keperawatan... 60

3. Keterbatasan Penelitian ... 63

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 65

1. Kesimpulan... 65

2. Saran ... 67

2.1 Mahasiswa Keperawatan ... 67

2.2 Institusi Pendidikan ... 67

2.3 Peneliti Selanjutnya ... 68

DAFTAR PUSTAKA ... 69

LAMPIRAN 1. Lembar penjelsan penelitian... 72

2. Informed consent ... 73

3. Instrument penelitian ... 74

4. Surat permohonan validitas ... 77

5. Surat persetujuan validitas... 79

6. Content Valid Indeks ... 81

7. Ethical Clearance... 84

8. Surat permohonan reabilitas ... 85

9. Surat izin melakukan reabilitas ... 86

10.Hasil reabilitas ... 87

11.Surat permohonan pengambilan data penelitian ... 89


(11)

18.Lembar bukti bimbingan ... 110

19.Riwayat hidup... 113

20.Surat pernyataan selesai melakukan penelitian ... 114

21.Surat selesai penelitian ... 115


(12)

Tabel 2. Jumlah populasi dan sampel penelitian... 44 Tabel 3. Distribusi frekuensi dan presentase karakteristik mahasiswa

Program studi S1 keperawatan (reguler) USU... 54 Tabel 4. Pengetahuan mahasiswa program studi S1 keperawatan (reguler)


(13)

(14)

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun : 2015

Abstrak

Undang-undang adalah setiap peraturan atau ketetapan yang isinya berlaku mengikat kepada umum/semua orang dalam suatu daerah atau golongan tertentu. Pengaturan perilaku profesi keperawatan terdapat dalam undang-undang keperawatan yang bertujuan meningkatkan mutu perawat dan mutu pelayanan keperawatan, memberikan perlindungan dan kepastian hukum kepada perawat dan klien serta meningkatkan derajat kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan mahasiswa program studi S1 keperawatan (reguler) Universitas Sumatera Utara tentang UU RI No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan. Desain penelitian yang digunakan adalah bersifat deskriptif dengan metode pengambilan sampel secaraPurposive Sampling.Sampel dalam penelitian sebanyak 254 orang mahasiswa program studi S1 keperawatan (reguler) Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini dilaksanakan tanggal 28 April sampai 12 Mei 2015 dengan menggunakan kuesioner yang terdiri dari data demografi dan pengetahuan mahasiswa program studi S1 keperawatan (reguler) Universitas Sumatera Utara tentang UU RI No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan. Analisa data menggunakan distribusi frekuensi. Hasil penelitian diperoleh bahwa pengetahuan mahasiswa program studi S1 keperawatan (reguler) Universitas Sumatera Utara tentang UU RI No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan yaitu pengetahuan baik sebanyak 125 orang (44,1%), dan pengetahuan kurang baik sebanyak 129 orang (50,8%). Faktor pengetahuan mahasiswa program studi S1 keperawatan (reguler) Universitas Sumatera Utara kurang baik dimungkinkan karena kurangnya motivasi mahasiswa program studi S1 keperawat (reguler) Universitas Sumatera Utara untuk mencari informasi terkait dengan UU RI No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan dan persepsi mahasiswa program studi S1 keperawatan (reguler) menganggap bahwa memperlajari tentang UU RI No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan hanya sebagai tuntutan akademik.

Kata Kunci : Pengetahuan, Mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan (Reguler), UU RI No. 38 tahun 2014 tentang Keperawatan


(15)

Department : S1 (Undergraduate) Nursing (S. Kep)

Academic Year : 2015

ABSTRACT

A law constitutes every regulation which is bound to all people in a certain area or in certain group of people. The regulation on nursing profession behavior in the Law on Nursing, which is aimed to increase the quality of nurses and the quality of nursing care, provides legal protection and legal certainty for nurses, clients, and health standard. The objective of the research was to find out the

students’ knowledge of Law No. 38/2014 on Nursing at S1 Nursing Study Program (Regular), University of Sumatera Utara. The research used descriptive design. The samples were 254 students, taken by using purposive sampling technique. It was conducted from April 28 to May 12, 2015. The data were

gathered by distributing questionnaires about demographic data and the students’

knowledge of Law No. 38/2014 on Nursing and analyzed by using distribution frequency method. The result of the research showed that 125 respondents (49.2%) had good knowledge of Law No. 38/2014 on Nursing and 129 respondents (50.8%) had bad knowledge. Their bad knowledge was probably caused by their lack of motivation to get information about the law and their perception that learning about the law on nursing was only an academic affair.

Keywords: Knowledge, Students of S1 Nursing Study Program (Regular), Law No. 38/2014on Nursing


(16)

Keperawatan merupakan salah satu profesi dalam bidang kesehatan. Menurut hasil Lokakarya Keperawatan Nasional tahun 1983. Keperawatan adalah Suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian intergral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga, dan masyarakat baik yang sakit maupun sehat yang mencakup seluruh siklus hidup manusia (Praptianingsih, 2006).

Program Indonesia sehat 2010 merupakan reformasi dari pembangunan kesehatan, dengan menetapkan misi pembangunan yaitu menggerakkan pembangunan nasional berwawasan kesehatan, mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat, memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau, serta memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat beserta lingkungannya (Kepmenkes, 2005). Keberhasilan pembangunan kesehatan didukung oleh regulasi yang kuat dalam bidang kesehatan dan sumber daya tenaga kesehatan termasuk perawat yang berperan penting dalam pembangunan kesehatan. Keperawatan merupakan salah satu profesi paling banyak di Indonesia dengan jumlah 32,88% dari jumlah tenaga kesehatan yang ada. Berdasarkan data dari Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan (BPPSDMK) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, jumlah tenaga


(17)

kesehatan di Indonesia pada tahun 2013 sebanyak 877.098 orang dengan jumlah perawat sebanyak 288.405 orang. Tetapi profesi perawat masih kurang diakui dan kurang mendapat perhatian dari dunia kesehatan. Berdasarkan hasil penelitian (Depkes, 2005), dalam melakukan tugas sebagai perawat masih banyak perawat melakukan tindakan non keperawatan seperti pelayanan medik atau pengobatan, 92,6% perawat melakukan diagnosis penyakit, 93,1% perawat menulis atau membuat resep obat, 97,1% perawat memberikan tindakan pengobatan di dalam maupun di luar gedung puskesmas. Dalam peyalanan kebidanan 70,1% perawat melakukan pemeriksaan kehamilan, 57,7% perawat melakukan pengobatan persalinan. Tindakan umum 78,8% perawat melakukan tugas petugas kebersihan dan 63,6% perawat melakukan tugas administrasi antara lain sebagai bendahara.

Kondisi tersebut berpengaruh pada kesejahteraan dan hak-hak perawat belum sepenuhnya diperhatikan, sehingga sering timbul tuntutan hukum yang ditujukan kepada perawat. Tuntutan hukum tersebut lahir karena perawat melakukan asuhan keperawatan diluar wewenangnya, yang disebabkan pengaturan kewenangan dan pelimpahan wewenang yang tidak jelas serta tidak ada perlindungan hukum bagi perawat yang menjalankan profesinya sehingga tindakan yang dilakukan oleh perawat dapat dikategorikan illegal termaksud kewajiban perawat menolong pasien gawat darurat yang masih menimbulkan kontroversi, dengan hal tersebut maka, diperlukan adanya suatu dasar hukum yang jelas untuk mengatur keperawatan secara spesifik menjamin kepastian dan perlindungan hukum bagi perawat yang melaksanakan pelayanan keperawatan dan masyarakat yang menerima pelayanan keperawatan (Kartika, 2012).


(18)

Undang-Undang RI Nomor 38 tahun 2014 tentang keperawatan akan menjadi payung hukum yang jelas bagi perawat dalam mengatur mekanisme fungsi, tanggung jawab, dan praktik keperawatan secara utuh dan sistematis, meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia melalui asuhan keperawatan, menjamin perlindungan terhadap masyarakat penerima pelayanan keperawatan dan perawat sebagai pemberi pelayanan asuhan keperawatan, serta mengatur fungsi kelembagaan keperawatan untuk melindungi masyarakat dan perawat. Dengan adanya undang-undang keperawatan tersebut diharapkan jaminan mutu pelayanan bagi masyarakat dapat ditingkatkan dan dipertahankan serta kepastian hukum bagi pasien, dokter, dan pihak yang terkait lainnya semakin transparan (Priharjo, 2008).

Mahasiswa keperawatan adalah anggota luar biasa PPNI yang bergabung dalam pergerakan mahasiswa dalam aksi-aksi mendukung pengesahan Undang-Undang Keperawatan yang menjadi salah satu bukti bahwa mahasiswa keperawatan memiliki tujuan sama sehingga kedudukan perawat sebagai profesi menjadi lebih kuat, diakui, dan diterima keberadaan dan keilmuannya, perawat terlindungi dari kondisi dan masalah etik apapun terkait dengan praktik asuhan keperawatan yang dilakukannya dan perawat Indonesia mendapatkan pengakuan yang sama dengan perawat dari negara lain. Pergerakan mahasiswa untuk mendukung pengesahan undang-undang keperawatan dimulai sejak 12 mei 2008 hingga 25 september 2014 bersama dengan perawat dan Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) secara serentak melakukan aksi damai nasional seluruh Indonesia. Tanggal 25 september 2014 merupakan hari yang bersejarah bagi


(19)

seluruh perawat dan mahasiswa keperawatan Indonesia dimana undang-undang keperawatan disahkan.

Mahasiswa keperawatan anggota luar biasa PPNI yang merupakan agent of change dan sebagai calon perawat harus mempunyai pengetahuan terhadap perkembangan keperawatan, termasuk perkembangan dalam hukum keperawatan, yaitu Undang-Undang Keperawatan. Pengetahuan tentang hukum keperawatan sangat diperlukan sebagai perlindungan untuk dirinya dan untuk melindungi hak-hak klien. Fungsi hukum keperawatan yaitu, hukum memberikan kerangka untuk menetukan tindakan keperawatan mana yang sesuai dengan hukum, membedakan tanggung jawab perawat dengan profesi lain, membantu menentukan batas-batas kewenangan tindakan keperawatan mandiri, membantu dalam mempertahankan standar praktik keperawatan dengan meletakkan posisi perawat memiliki akuntabilitas di bawah hukum (Kozier & Erb, 1990 dalam Priharjo, 2008).

Pengetahuan tentang hukum keperawatan sangat diperlukan oleh mahasiswa keperawatan, agar mahasiswa dapat menjadi perawat profesional yang memiliki pedoman hukum dalam pemberian pelayanan asuhan keperawatan saat melakukan praktik profesi keperawatan. Di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara mengetahui tentang undang-undang keperawatan bukan hal yang baru bagi mahasiswa Universitas Sumatera Utara karena sebelumnya RUU serta Permenkes 148 tahun 2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktik keperawatan dan permenkes 17 tahun 2014 tentang perubahan permenkes 148 tahun 2010 telah diajarkan saaat proses perkuliahan dan telah diujiankan pada ujian blok. Rancangan Undang-Undang Keperawatan tersebut banyak mengalami perubahan


(20)

setelah disahkannya UU RI No. 38 Tahun 2014 tentang keperawatan pada tanggal 25 September 2014.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, penelitian ini penting dilakukan terkait dengan pengetahuan mahasiswa program studi S1 keperawatan (reguler) Universitas Sumatera Utara tentang Undang-Undang RI No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan.

3. Pertanyaan Penelitian

Bagaimana pengetahuan mahasiswa program studi S1 keperawatan (reguler) Universitas Sumatera Utara tentang Undang-Undang RI No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan.

4. Tujuan Penelitian 4.1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan mahasiswa program studi S1 keperawatan (reguler) Universitas Sumatera Utara tentang Undang-Undang RI No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan.

4.2. Tujuan Khusus

4.2.1. Untuk mengetahui pengetahuan mahasiswa program studi S1 keperawatan (reguler) Universitas Sumatera Utara tentang pendidikan keperawatan yang terdapat dalam UU No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan.


(21)

4.2.2. Untuk mengetahui pengetahuan mahasiswa program studi S1 keperawatan (reguler) Universitas Sumatera Utara tentang pelayanan praktik keperawatan yang terdapat dalam UU No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan

4.2.3. Untuk mengetahui pengetahuan mahasiswa program studi S1 keperawatan (reguler) Universitas Sumatera Utara tentang praktik mandiri perawat yang terdapat dalam UU No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan

4.2.4. Untuk mengetahui pengetahuan mahasiswa program studi S1 keperawatan (reguler) Universitas Sumatera Utara tentang profesionalisme keperawatan yang terdapat dalam UU No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan

5. Manfaat Penelitian 5.1 Bagi Mahasiswa

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai tolak ukur dan untuk meningkatkan pengetahuan mahasiswa tentang Undang-Undang Keperawatan agar dalam pemberian praktik pelayanan asuhan keperawatan mahasiswa keperawatan Universitas Sumatera Utara memiliki pengetahuan yang lebih baik dan dapat melakukan praktik pelayanan asuhan keperawatan dengan baik dan berkualitas. 5.2 Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan

Manfaat Informasi dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai data dasar mengenai pengetahuan mahasiswa program studi S1 keperawatan (reguler)


(22)

Universitas Sumatera Utara tentang Undang-Undang RI No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan. Sehingga Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dapat memfasilitasi untuk pemberian informasi terkait Undang-Undang RI No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan kepada mahasiswa.

5.3 Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai data dasar dalam pengembangan penelitian selanjutnya, dan dapat dijadikan sebagai informasi untuk melakukan pengkajian tentang peraturan perundang-undangan dalam kesehatan dan di bidang keperawatan khususnya.


(23)

1.1. Defenisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran (telinga), dan indera penglihatan (mata) (Notoatmodjo, 2010).

Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih lenggang daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian (Rongers 1974, dalam Notoatmodjo, 2007) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni:

a. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu

b. Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus

c. Evaluation(menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

d. Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru

e. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.


(24)

1.2 Tingkat Pengetahuan di Dalam Domain Kognitif

Menurut Notoatmodjo (2010) pengetahuan yang mencakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yakni:

a. Tahu (Know), diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu.

b. Memahami (comprehension), suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut.

c. Aplikasi (application), diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain.

d. Analisi (analysis), adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan/atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. e. Sintesis (synthesis), menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk

merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain, sintesis adalah suatu

f. kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada.

g. Evaluasi (evaluation), berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu.


(25)

Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku di masyarakat.

1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Budiman dan Riyanto (2013) faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan, yaitu:

a. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan adalah sebuah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Pendidikan memengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang, maka makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi, maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan pula pengetahuannya. Namun perlu, ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak pengetahuannya rendah pula,

peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari pendidikan formal, akan tetapi dapat juga diperoleh dari pendidikan nonformal.

b. Informasi/media massa

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga


(26)

menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, penyuluhan dan lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayaan orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokonya, media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut.

c. Sosial budaya dan ekonomi

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan menetukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.

d. Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam linkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal


(27)

balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu.

e. Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang hadapi masa lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan pengetahuan dan keterampilan professional, serta pengalaman belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerjanya.

f. Usia

Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperoleh semakin membaik. Pada usia madya, individu akan akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial, serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua. Selain itu, orang usia madya akan lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia dini.


(28)

2. Undang-Undang Keperawatan

Undang-Undang mempunyai dua arti yaitu arti formal/arti sempit dan arti material/arti luas. Dalam arti formal, undang-undang adalah setiap peraturan atau ketetapan yang dibentuk oleh alat perlengkapan negara yang diberi kekuasaan membuat undang-undang, dan diundangkan sebagaimana mestinya. Dalam arti material, Undang-Undang adalah setiap peraturan atau ketetapan yang isinya berlaku mengikat kepada umum/semua orang dalam suatu daerah atau golongan tertentu (Priharjo, 2008).

Peraturan perundang-undangan merupakan ketentuan berisi norma yang bersifat dan berlaku mengikat mengenai perintah, kebolehan dan larangan. Dalam lingkup profesi keperawatan, pengaturan perilaku profesi keperawatan terdapat dalam bentuk undang-undang Keperawatan, yang memiliki peran penting untuk memberikan kepastian dan jaminan hukum bagi tenaga perawat yang bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan keperawatan, memberikan kepastian dan jaminan hukum bagi masyarakat yang akan memanfaatkan pelayanan keperawatan, meningkatkan aksesibilitas, keterjangkauan dan mutu pelayanan keperawatan, serta mempercepat keberhasilan upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Tujuan pengaturan keperawatan terdapat dalam UU No. 38 tahun 2014 tentang keperawat pasal 3 yaitu meningkatkan mutu perawat dan mutu pelayanan keperawatan, memberikan perlindungan dan kepastian hukum kepada perawat dan klien, meningkatkan derajat kesehatan.

Hukum kesehatan adalah semua peraturan hukum yang berhubungan langsung pada pemberian pelayanan kesehatan dan penerapannya pada hukum


(29)

perdata, hukum administrasi dan hukum pidana. Hukum kesehatan meliputi hukum kedokteran, hukum keperawatan, hukum kebidanan, hukum farmasi, dan hukum rumah sakit (Priharjo, 2008).

Hukum keperawatan yang ada di Indonesia tertera dalam Undang-Undang No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan terdapat pada BAB 1 Ketentuan umum, pasal 1 ayat 1, yaitu keperawatan adalah kegiatan pemberian asuhan kepada individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat, baik dalam keadaan sakit maupun sehat. Undang-Undang No. 36 tahun 2014 tentang kesehatan yang terdapat pada BAB 1 Ketentuan umum, pasal 1 ayat 1, yaitu tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. HK.02.02/MENKES/148/I/2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktik perawat terdapat pada BAB 1 ketentuan umum, pasal 1 ayat 1, yaitu perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan baik di dalam maupun di luar negeri sesuai peraturan perundang-undangan. Dan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 17 tahun 2013 tentang perubahan atas peraturan menteri kesehatan No. HK.02.02/MENKES/148/I/2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktik perawat.

Undang-Undang Keperawatan No. 38 tahun 2014 dibagi menjadi 13 BAB yang terdiri dari BAB I ketentuan umum, BAB II jenis perawat, BAB III pendidikan tinggi, BAB IV registrasi, izin praktik, dan registrasi ulang, BAB V praktik perawat, BAB VI hak dan kewajiban perawat, BAB VII organisasi profesi


(30)

perawat, BAB VII kolegium keperawatan, BAB IX konsil keperawatan, BAB X pengembangan, pembinaan, dan pengawasan, BAB XI sanksi administratif, BAB XII ketentuan peralihan, BAB XIII ketentuan penutup. Dan terdapat 66 pasal di dalam Undang-Undang Keperawatan.

2.1 Pendidikan Keperawatan

Berdasarkan UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. Pendidikan adalah usaha dasar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Berdasarkan naskah akademik sistem pendidikan keperawatan di Indonesia. Pendidikan keperawatan adalah proses pendidikan yang diselenggarakan di perguruan tinggi untuk meghasilkan berbagai lulusan Ahli Madya keperawatan, Ners, Magister keperawatan, Ners Spesialis, dan Doktor Keperawatan.

2.1.1. Standar Pendidikan Keperawatan

Pendidikan keperawatan di Indonesia mengacu kepada UU No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan. Pengaturan jenis pendidikan keperawatan di Indonesia tertera pada pasal 5, pasal 6, pasal 7, dan pasal 8 yang mencakup:

a. Pendidikan vokasi, merupakan program pendidikan diploma keperawatan yang merupakan pendidikan keperawatan paling rendah.


(31)

b. Pendidikan adakemik, yaitu pendidikan tinggi yang terdiri atas program sarjana keperawatan, program magister keperawatan dan program doktor keperawatan

c. Pendidikan profesi, yaitu terdiri atas program profesi keperawatan dan program spesialis keperawatan.

Berdasarakan UU No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan pasal 9, pasal 10. Pendidikan tinggi keperawatan diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki izin penyelenggaraan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dan Perguruan tinggi diselenggarakan oleh pemerintah atau masyarakat yang melaksanakan tridarma perguruan tinggi. Perguruan tinggi yang dimaksud dapat berbentuk universitas, institut, sekolah tinggi, politeknik, atau akademik yang harus menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan berupa rumah sakit dan fasilitas tingkat pertama yang memenuhi persyaratan, termaksud jejaring dan komunitas di dalam wilayah binaan. Fasilitas pelayanan kesehatan dapat dilakukan melalui kepemilikan dan kerja sama.

UU No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan pasal 11, penyelenggaraan perguruan tinggi keperawatan harus memenuhi standar nasional pendidikan keperawatan yang mengacu pada standar nasional pendidikan tinggi yang disusun secara bersama oleh kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintah di bidang kesehatan, di bidang pendidikan, asosiasi institusi pendidikan, dan organisasi profesi keperawatan yang ditetapkan oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pendidikan.


(32)

Dalam rangka menjamin mutu lulusan, penyelenggaraan pendidikan tinggi keperawatan hanya dapat menerima mahasiswa sesuai dengan kuota nasional yang diatur dengan peraturan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dibidang pendidikan setelah berkoordinasi dengan menteri. Institusi pendidikan tinggi keperawatan wajib memiliki dosen dan tenaga pendidikan yang dapat berasal dari pegawai negeri dan/atau non pegawai negeri. Dosen yang dimaksud yaitu berasal dari perguruan tinggi dan wahana pendidikan keperawatan. Dosen diangkat dan diberhentikan oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan mempunyai hak dan kewajiban sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dosen pada wahana pendidikan keperawatan memberikan pendidikan serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat dan pelayanan kesehatan serta memiliki kesetaraan, pengakuan, dan angka kredit yang menghitung kegiatan pelayanan kesehatan dan ini diatur dalam UU No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan pada pasal 12, pasal 13, pasal 14, dan pasal 15.

2.1.2. Uji Kompetensi

Uji kompetensi adalah bagian dari penapisan kompetensi seseorang untuk dapat menyandang gelar sebutan atau perkerjaan profesi yang sering diistilahkan sebagai proses credentialing. Proses credentialing dilakukan oleh profesi yang bersangkutan (PPNI). Proses ini dilanjutkan dengan kegiatan registrasi, dimana perawat yang telah lulus dicatat dan diberi nomor dalam sistem registrasi nasional. Perawat yang telah teregistrasi, secara resmi berhak menyandang peran atau praktik profesionalnya (Masfuriet.al., 2012). Berdasarkan UU No. 38 tahun 2014


(33)

tentang keperawatan, uji kompetensi adalah proses pengukuran pengetahuan, keterampilan, dan perilaku peserta didik pada perguruan tinggi yang menyelenggarakan program studi keperawatan.

Menurut naskah akademik sistem pendidikan perawat di Indonesia. Pelaksanaan uji kompetensi berdasarkan peraturan menteri kesehatan merupakan kewenangan dari lembaga/majelis tenaga kesehatan Indonesia (MTKI). Dalam menjalankan tugasnya tersebut, MTKI bekerjasama dengan lembaga pengembangan uji kompetensi (LPUK) untuk mengembangkan sistem termaksuk termasuk soal uji kompetensi. Bukti dari kelulusan seorang perawat dalma uji kompetensi berupa Surat Tanda Regustrasi (STR) identik denganRegistered Ners

(RN) di luar negeri.

Menurut Masfuri et,al., (2012) tujuan dilakukannya uji kompetensi terhadap lulusan baru secara nasional(Entry level national examination)adalah:

1. Menegakkan akuntabilitas profesional perawat dalam menjalankan peran profesinya

2. Menegakkan standar dan etik profesi dalam praktek

3. Cross chekterhadap kompetensi lulusan suatu institusi pendidikan 4. Melindungi kepercayaan masyarakat terhadap profesi perawat.

UU Keperawatan No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan pasal 16. Mahasiswa keperawatan pada akhir masa pendidikan tinggi vokasi dan profesi harus mengikuti uji kompetensi yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi berkerja sama dengan organisasi profesi perawat, lembaga pelatihan, atau lembaga sertifikasi yang terakreditas, dimana ditujukan untuk mencapai standar


(34)

kompetensi lulusan yang memenuhi standar kompetensi kerja, standar kompetensi kerja disusun oleh organisasi profesi perawat dan konsil keperawatan dan ditetapkan oleh menteri. Mahasiswa pendidikan vokasi keperawatan yang lulus uji kompetensi diberikan sertifikat kompetensi dan mahasiswa pendidikan profesi yang lulus uji kompetensi diberikan sertifikat profesi yang diterbitkan oleh perguruan tinggi.

2.2. Pelayanan Praktik Keperawatan

Dalam tatanan klinis jenis perawat terbagi dua yaitu, perawat vokasi dan perawat profesi yag terdiri atas ners dan ners spesialis (Pasal 4, UU No. 38 tahun 2014). Pada dasarnya ada dua jenis tindakan yang dilakukan oleh perawat, yaitu tindakan yang dilakukan berdasarkan pesanan dokter dan tindakan yang dilakukan mandiri. Kedua jenis tindakan ini mempunyai implikasi yang berbeda. Tindakan yang berdasarkan pesanan dokter tidak dapat sepenuhnya secara hukum dibebankan kepada perawat, sedangkan tindakan mandiri sepenuhnya dapat dibebankan pada perawat (Priharjo, 2008).

Berdasarkan UU No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan. Pelayanan keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat, baik sehat maupun sakit. Praktik keperawatan adalah pelayanan yang diselenggarakan oleh perawat dalam bentuk asuhan keperawatan yang merupakan rangkaian interaksi antara perawat dengan klien dan lingkungannya untuk


(35)

mencapai tujuan pemenuhan kebutuhan dan kemandirian klien dalam merawat dirinya.

2.2.1. Melaksanakan Asuhan Keperawatan Mandiri

Dengan melaksanakan asuhan keperawatan mandiri dengan menggunakan pendekatan asuhan keperawatan, perawat diharapkan dalam memberi asuhan keperawatan dan mampu menegakkan diagnosis keperawatan sesuai standar yang disusun oleh organisasi profesi (Priharjo, 2008).

Berdasarkan UU No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan pasal 29. Dalam melaksanakan tindakan keperawatan, perawat bertugas sebagai pemberi asuhan keperawatan, penyuluh dan konselor klien, pengelola pelayanan, peneliti keperawatan, pelaksan tugas berdasarkan pelimpahan kewenangan, dan pelaksana tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu. Tugas perawat dapat dilaksanakan secara bersama atau mandiri, bertanggung jawab dan akuntabel.

UU No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan pasal 30 ayat 1. Perawat dalam memberi asuhan keperawatan perorangan berwewenang, melakukan pengkajian keperawatan secara holistik, menetapkan diagnosis keperawatan, merencanakan tindakan keperawatan, melaksanakan tindakan keperawatan, mengevaluasi hasil tindakan keperawatan, melakukan rujukan, memberikan tindakan pada keadaan gawat darurat sesuai dengan kompetensi, memberikan konsultasi keperawatan dan kolaborasi dengan dokter, melakukan penyuluhan kesehatan dan konseling dan, melakukan penatalaksanaan pemberian obat kepada klien sesuai dengan resep tenaga medis atau obat bebas dan obat bebas terbatas.


(36)

UU No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan pasal 30 ayat 2. Perawat dalam memberi asuhan keperawatan kepada masyarakat berwewenang, melakukan pengkajian keperawatan kesehatan masyarakat ditingkat keluarga dan kelompok masyarakat, menetapkan permasalah keperawatan kesehatan masyarakat, membantu penemuan kasus penyakit, merencanakan tindakan keperawatan kesehatan masyarakat, melaksanakan tindakan keperawatan kesehatan masyarakat, melakukan pemberdayaan masyarakat, melaksanakan advokasi dalam perawatan kesehatan masyarakat, menjalin kemitraan dalam perawatan kesehatan masyarakat, melakukan penyuluhan kesehatan dan konseling, mengelola kasus dan, melakukan penatalaksanaan keperawatan komplementer dan alternatif.

UU No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan pasal 31 ayat 1. Pelayanan keperawatan sebagai penyuluh dan konselor bagi klien, perawat berwenang, melakukan pengkajian keperawatan secara holistik di tingkat individu dan keluarga serta di tingkat kelompok masyarakat, melakukan pemberdayaan masyarakat, melaksanakan advokasi dalam perawatan kesehatan masyarakat, menjalin kemitraan perawatan kesehatan masyarakat dan melakukan penyuluhan kesehatan dan konseling.

UU No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan pasal 31 ayat 2. Perawat dalam menjalankan tugas sebagai pengelolahan pelayanan keperawatan, perawat berwewenang, melakukan pengkajian dan menetapkan permasalahan, merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi pelayanan keperawatan, dan mengelola kasus.


(37)

UU No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan pasal 31 ayat 3. Perawat dalam menjalankan tugas sebagai peneliti keperawatan, perawat berwewenang melakukan penelitian sesuai dengan standar dan etika, menggunakan sumber daya pada fasilitas pelayanan kesehatan atas izin pimpinan, dan menggunakan pasien sebagai subjek penelitian sesuai dengan etika profesi dan ketentuan peraturan perundang-undangan.

2.2.2. Menjalankan tindakan dari profesi lain

Dalam menjalankan tindakan perawat mungkin saja menjalankan tindakan dari profesi lain (medis). Secara konseptual sebelum menjalankan pesanan dokter (misalnya: memberian obat). Perawat harus yakin dulu bahwa pesanan yang diberikan benar-benar jelas dan dapat dilaksanakan. Perawat harus mengikuti pesanan dari waktu ke waktu dalam arti perawat harus tahu kapan pesanan mulai diberikan, dihentikan, atau diganti (Priharjo, 2008).

Menurut (Becker, 1983 dalam Priharjo, 2008), mengemukakan empat hal yang harus ditanyakan perawat untuk melindungi perawat secara hukum:

a. Tanyakan setiap pesanan ditanyakan pasien, misalnya jika seorang pasien yang telah menerima injeksi IM memberitahu perawat bahwa dokter telah mengganti pesanan dari obat injeksi ke obat oral, perawat harus memeriksa kembali pesanan sebelum memberi obat.

b. Tanyakan setiap pesanan bila kondisi klien telah berubah. Perawat dianggap bertanggung jawab untuk memberitahukan dokter setiap perubahan kondisi pasien.


(38)

c. Tanyakan dan catat pesanan verbal untuk mencegah kesalahan komunikasi. Catat waktu/jam, tanggal, nama dokter, pesanan, keadaan yang harus diberitahukan dokter, baca kembali pesanan kepada dokter, dan catat bahwa dokter telah menyepakati pesanannya sewaktu diberikan. d. Tanyakan pesanan (Standing order), terutama bila perawat tidak

berpengalaman. Standing order memberi tambahan tanggung jawab perawat dalam melatih diri membuat keputusan sewaktu melaksanakannya. Perawat diberi tugas membuat keputusan kapan obat dibutuhkan. Bagi perawat yang merasa tidak berpengalaman harus minta petunjuk baik dari perawat senior maupun dokter.

UU No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan pasal 32. Pelimpahan medis yang diberikan ada dua yaitu delegatif dan mandat. Delegatif yaitu melakukan suatu tindakan medis yang diberikan oleh tenaga medis kepada perawat dengan disertai dengan pelimpahan tanggung jawab, yang diberikan kepada perawat profesi atau perawat vokasi terlatih yang memiliki kompetensi yang diperlukan. Pelimpahan wewenang hanya dapat diberikan secara tertulis oleh tenaga medis kepada perawat untuk melakukan sesuatu tindakan medis dan melakukan evaluasi pelaksanaannya.

Mandat yaitu pelimpahan wewenang yang diberikan kepada perawat untuk melakukan sesuatu tindakan medis di bawah pengawasan, dimana tanggung jawab atas tindakan medis yang dilimpahkan berada pada pemberi pelimpahan wewenang, dalam melaksanakan tugas pelimpahan wewenang perawat memiliki wewenang: melakukan tindakan medis yang sesuai dengan kompetensinya atas


(39)

pelimpahan wewenang delegatif tenaga medis, melakukan tindakan medis dibawah pengawasan atas pelimpahan wewenang mandat dan, memberikan pelyanan kesehatan sesuai dengan program pemerintah.

UU No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan pasal 33. Pada situasi tertentu perawat mendapat penugasan dalam keadaan terbatas dari pemerintah yang ditetapkan oleh kepala satuan kerja perangkat daerah yang menyelenggarakanan urusan pemerintah di bidang kesehatan setempat, dimana tidak adanya tenaga medis dan/atau tenaga kefarmasian di suatu wilayah tempat perawat bertugas. Maka, perawat berwenang, melakukan pengobatan untuk penyakit umum dalam hal tidak terdapat tenaga medis, merujuk pasien sesuai dengan ketentuan pada sistem rujukan dan, melakukan pelayanan kefarmasiaan secara terbatas dalam hal tidak terdapat tenaga kefarmasian. Dalam konteks pelaksanaan tugas pada keadaan darurat perawat tetap memperhatikan kompetensinya.

UU No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan pasal 35. Dalam keadaan darurat untuk memberi pertolongan pertama, perawat dapat melakukan tindakan medis dan pemberian obat sesuai dengan kompetensinya, yang bertujuan untuk menyelamatkan nyawa klien dan mencegah kecacatan lebih lanjut, sesuai dengan hasil evaluasi berdasarkan keilmuannya.

UU No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan pasal 61, perawat lulusan sekolah perawat kesehatan yang telah melakukan praktik keperawatan sebelum undang-undang ini diundangkan masih diberikan kewenangan melakukan praktik keperawatan untuk jangka waktu enam tahun setelah undang-undang diundangkan.


(40)

2.2.3. Hak dan Kewajiban Perawat

Dalam melaksanakan asuhan keperawatan yang merupakan salah satu dari praktik keperawatan tentunya seorang perawat memiliki hak dan kewajiban, dua hal dasar yang harus terpenuhi, dimana ada keseimbangan antara tuntutan profesi dengan apa yang semestinya didapatkan dari pengembanagan tugas secara maksimal. Memperoleh perlindungan hukum dan profesi sepanjang melaksanakan tugas sesuai standar profesi dan standar operasional prosedur (SOP) merupakan salah satu hak perawat yang mempertahankan kredibilitas dibidang hukum serta menyangkut aspek legal atas dasar peraturan perundang-undangan dari pusat maupun daerah (Iskandar, 2013).

2.2.3.1. Hak Perawat

Hak adalah kekuasaan/kewenangan yang dimiliki oleh seseorang atau suatu badan hukum untuk mendapatkan atau memutuskan untuk berbuat sesuatu (Iskandar, 2013).

Hak perawat berdasarkan Undang-Undang Keperawatan No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan terdapat dalam pasal 36, yaitu:

a. Memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai dengan standar pelayanan, standar profesi, standar prosedur operasional, dan ketentuan peraturan prundang-undangan.

b. Memperoleh informasi yang benar, jelas, dan jujur dari klien dan/atau keluarganya.


(41)

d. Menolak keinginan klien atau pihak lain yang bertentangan dengan kode etik, standar pelayanan, standar profesi, standar prosedur operasional, atau ketentuan peraturan perundang-undangan.

e. Memperoleh fasilitas kerja sesuai dengan standar.

Hak perawat berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. HK.02.02/MENKES/148/I/2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktik perawat terdapat dalam pasal 11, yaitu:

a. Memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan praktik keperawatan sesuai standar.

b. Memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari klien dan/atau keluarganya.

c. Melaksanakan tugas sesuai dengan kompetensinya d. Menerima imbalan jasa profesi; dan

e. Memeperoleh jaminan perlindungan terhadap risiko kerja yang berkaitan dengan tugasnya.

2.2.3.2. Kewajiban Perawat

Kewajiban adalah sesuatu yang harus diperbuat atau yang harus dilakukan oleh seseorang atau suatu badan hukum (Iskandar, 2013).

Kewajiban perawat dalam melaksanakan praktik berdasarkan Undang-Undang Keperawatan No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan terdapat dalam pasal 37:


(42)

a. Melengkapi sarana dan prasarana pelayanan keperawatan sesuai dengan standar pelayanan keperawatan dan ketentuan peraturan perundang-undangan.

b. Memberikan pelayanan keperawatan sesuai dengan kode etik, standar pelayanan keperawatan, standar profesi prosedur operasional, dan ketentuan peraturan perundang-undangan.

c. Merujuk klien yang tidak dapat ditangani kepada perawat atau tenaga kesehatana yang lain yang lebih tepat sesuai dengan lingkup dan tingkat kompetensinya.

d. Mendokumentasikan asuhan keperawatan sesuai dengan standar.

e. Memberikan informasi yang lengkap, jujur, benar, jelas, dan mudah dimengerti mengenai tindakan keperawatan kepada klien dan/atau keluarganya sesuai dengan batas kewenangannya.

f. Melaksanakan tindakan pelimpahan wewenang dari tenaga kesehatan lain yang sesuai dengan kompetensi perawat.

g. Melaksanakan penugasan khusus yang ditetapkan oleh pemerintah.

Kewajiban perawat berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. HK.02.02/MENKES/148/I/2010 terdapat pada pasal 12, yaitu:

1. Dalam melaksanakan praktik perawat wajib untuk: a. Menghormati hak pasien

b. Melakukan rujukan


(43)

d. Memberikan informasi tentang masalah kesehatan pasien/klien dan pelayanan yang dibutuhkan.

e. Meminta persetujuan tindakan keperawatan yang akan dilakukan. f. Melakukan pencatatan asuhan keperawatan secara sistematis; dan g. Mematuhi standar.

2. Perawat dalam menjalankan praktik senantiasa meningkatkan mutu pelayanan profesinya, dengan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui pendidikan dan pelatihan sesuai dengan bidang tugasnya, yang diselenggarakan oleh pemerintah atau organisasi profesi. 3. Perawat dalam menjalankan praktik wajib membantu program pemerintah

dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat

2.2.4. Hak dan Kewajiban Klien

Dahulu hubungan tenaga kesehatan di rumah sakit dengan klien bersifat komando, dimana pasien selalu menuruti apa yang dikatakan petugas tanpa mempertanyakan alasannya. Sekarang kedudukan tenaga kesehatan dengan pasien adalah sejajar dan sama secara hukum. Klien memiliki hak dan kewajiban tertentu, demikian sebaliknya (Ta’adi, 2009).

2.2.4.1. Hak Klien

Hak klien dalam praktik keperawatan berdasarkan Undang-Undang No.38 tahun 2014 tentang keperawatan terdapat dalam pasal 38 dan 39 yaitu:

a. Mendapatkan informasi secara benar, jelas, dan jujur tentang tindakan keperawatan yang akan dilakukan.


(44)

b. Meminta pendapat perawat lain dan/atau tenaga kesehatan lainnya.

c. Mendapatkan pelayanan keperawatan sesuai dengan kode etik, standar pelayanan keperawatan,. standar profesi, standar profesi operasional, dan ketentuan peraturan perundang-undangan.

d. Memberi persetujuan atau penolakan tindakan keperawatan yang akan diterimanya

e. Memperoleh keterjagaan kerahasiaan kondisi kesehatannya.

f. Pengungkapan rahasia kesehatan klien dilakukan atas dasar, kepentingan kesehatan klien, pememnuhan permintaan aparatur penegakan hukum dalam rangka penegakan hukum, persetujuan klien sendiri, kepentingan pendidikan dan penelitian, dan ketentuan peraturan perundang-undangan.

2.2.4.2. Kewajiban Klien

Berdasarkan Undang-Undang Keperawatan No. 38 tahun 2014 pasal 40, dalam praktik keperawatan, klien berkewajiban:

a. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur tentang masalah kesehatannya.

b. Mematuhi nasihat dan petunjuk perawat

c. Mematuhi ketentuan yang berlaku di fasilitas pelayanan kesehatan, dan d. Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima

2.3. Praktik mandiri perawat

Praktik mandiri perawat adalah tindakan mandiri perawat ahli madya keperawatan, Ners, Ners spesialis dan Ners konsultan melalui kerja sama bersifat


(45)

kolaborasi dengan klien dan tenaga kesehatan lain dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung jawabnya (Kusnanto, 2004). Dalam melaksanakan praktik perawat wajib memiliki:

2.3.1. Surat Tanda Registrasi (STR)

Registrasi perawat terdapat dalam UU No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan. Registrasi adalah pencatatan resmi terhadap perawat yang telah memiliki sertifikat kompetensi atau sertifikat profesi dan telah mempunyai kualifikasi tertentu lainnya serta telah diakui secara hukum untuk menjalankan praktik keperawatan. Surat Tanda Registrasi (STR) adalah bukti tertulis yang diberikan oleh konsil keperawatan kepada perawat yang telah registrasi.

Berdasarkan Permenkes 148 tahun 2010. Surat Tanda Registrasi (STR) adalah bukti tertulis yang diberikan oleh pemerintah kepada tenaga kesehatan yang telah memiliki sertifikat kompetensi sesuai ketentuan perturan perundang-undangan.

Perawat yang menjalankan praktik keperawatan wajib memiliki STR, yang diberikan oleh konsil keperawatan setelah memenuhi persyaratan. Berdasarkan pasal 49 UU No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan. Konsil keperawat memiliki fungsi sebagai pengaturan, penetapan, dan pembinaan perawat dalam menjalankan praktik keperawatan. Dalam menjalankan fungsi, konsil keperawatan memiliki tugas, melakukan registrasi perawat, melakukan pembinaan perawat dalam menjalankan praktik keperawatan, menyusun standar pendidikan tinggi keperawatan, menyusun standar praktik dan standar kompetensi perawat, dan menegakkan disiplin praktik keperawatan.


(46)

Berdasarkan pasal 50 UU No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan menyebutkan Wewenang konsil keperawatan yaitu, menyetujui atau menolak permohonan registrasi perawat termaksud perawat warga negara asing, menerbitkan atau mencabut STR, menyelidiki dan menangani masalah yang berkaitan dengan pelanggaran disiplin profesi perawat, menetapkan dan memberikan sanksi disiplin profesi perawat, dan memberikan pertimbangan pendirian atau penutupan institusi pendidikan keperawatan.

Berdasarkan UU No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan pasal 18, persyaratan memperoleh STR yaitu: (1) memiliki ijazah pendidikan tinggi keperawatan, (2) memiliki sertifikat kompetensi atau sertifikat profesi, (3) memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental, (4) memiliki surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/janji profesi, (5) membuat penyataan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi. STR berlaku 5 (lima) tahun dan dapat diregistrasi ulang setiap 5 (lima) tahun, untuk persyaratan registrasi ulang yaitu: (1) memiliki STR lama, (2) memiliki sertifikat kompetensi atau sertifikat profesi, (3) memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental, (4) membuat pernyataan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi, (5) telah mengabdi diri sebagai tenaga profesi atau vokasi di bidangnya, (6) memenuhi kecukupan dalam kegiatan pelayanan, pendidikan, pelatihan, dan/atau kegiatan ilmiah lainnya.

2.3.2. Surat Izin Praktik Perawat (SIPP)

Berdasarkan UU No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan. Surat Izin Praktik Perawat (SIPP) adalah bukti tertulis yang diberikan oleh pemerintah daerah


(47)

kabupaten/kota kepada perawat sebagai pemberian kewenangan untuk menjalankan praktik keperawatan.

Permenkes Republik Indonesia No. 17 tahun 2013 tentang perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan No. HK. 02.02/MENKES/148/I/2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktik perawat. SIPP adalah bukti tertulis pemberian kewenangan untuk menjalankan praktik keperawatan di fasilitas pelayanan kesehatan berupa praktik mandiri.

Undang-Undang Keperawatan No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan, izin praktik perawat diatur pada pasal 19, pasal 20, pasal 21, dan pasal 22 yaitu: perawat yang Dalam menjalankan praktik keperawatan wajib memiliki izin yang diberikan dalam bentuk SIPP. SIPP diberikan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota atas rekomendasi pejabat kesehatan yang berwenang di kabupaten/kota tempat perawat menjalankan praktik, untuk mendapatkan SIPP harus melampirkan: (1) salinan STR yang masih berlaku, (2) rekomendasi dari organisasi profesi perawat, (3) surat pernyataan memiliki tempat praktik atau surat keterangan dari pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan.

SIPP dinyatakan berlaku apabila: (1) STR masih berlaku, (2) perawat berpraktik di tempat sebagaimana tercantum dalam SIPP. SIPP berlaku untuk 1 (satu) tempat praktik dan paling banyak untuk 2 (dua) tempat, perawat yang menjalankan praktik keperawatan mandiri harus memasang papan nama praktik keperawatan.

SIPP dinyatakan tidak berlaku apabila: (1) dicabut berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan, (2) habis masa berlakunya, (3) atas permintaan


(48)

perawat, (4) perawat meninggal dunia, dan ketentuan lebih lanjut mengenai perizinan diatur dalam peraturan menteri.

Ketentuan Perawat warga Negara asing yang akan menjalankan praktik di Indonesia diatur dalam UU No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan pada pasal 24 dan pasal 25 dimana perawat warga negara asing harus mengikuti evaluasi kompetensi yaitu: (1) Penilaian kelengkapan administratif yaitu penilaian keabsahan ijasah oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintah di bidang pendidikan, surat keterangan sehat fisik dan mental, dan surat pernyataan untuk mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi, (2) Penilaian kemampuan untuk melakukan praktik keperawatan yang dinyatakan dengan surat keterangan telah mengikuti program evaluasi kompetensi dan sertifikat kompetensi, selain ketentuan tersebut perawat Negara asing harus memenuhi persyaratan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Perawat warga negara asing yang sudah mengikuti proses evaluasi kompetensi dan yang akan melakukan praktik di Indonesia harus memiliki STR sementara dan SIPP, yang berlaku 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang hanya untuk 1 (satu) tahun berikutnya, perawat warga negara asing yang akan melakukan praktik keperawatan di Indonesia sesuai atas permintaan pengguna perawat warga Negara asing yang ditujukan untuk meningkatkan kapasitas perawat Indonesia.

Berdasarkan UU No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan pasal 27, menerangkan Perawat warga Negara Indonesia lulusan luar negeri yang akan melakukan praktik keperawatan di Indonesia harus mengikuti proses evaluasi kompetensi yaitu, (1) Penilaian kelengkapan administratif berupa penilaian


(49)

keabsahan oleh menteri yang bertanggung jawab di bidang pendidikan, Surat keterangan sehat fisik dan mental, Surat pernyataan untuk mematuhi dan melaksanakan ketentuan etik profesi, (2) Penilaian kemampuan untuk melakukan praktik keperawatan dilakukan melalui uji kompetensi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Perawat warga Negara Indonesia lulusan luar negeri yang telah lulus uji kompetensi dan akan melakukan praktik keperawatan di Indonesia memperoleh STR yang diberikan oleh konsil keperawatan dan wajib memiliki SIPP sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

UU No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan pasal 28 menjelaskan bahwa Praktik keperawatan dilaksanakan di fasilitas pelayanan kesehatan dan tempat lainnya sesuai dengan sasaran klien yang berdasarkan pada kode etik, standar pelayanan, standar profesi, dan standar prosedur operasional. Praktik keperawatan yang dilakukan terdiri dari praktik keperawatan mandiri dan praktik keperawatan di fasilitas pelayanan kesehatan sesuai dengan prinsip kebutuhan pelayanan kesehatan dan/atau keperawatan masyarakat dalam suatu wilayah.

Berdasarkan Permenkes 148 tahun 2010 pasal 8. Penyelenggaraan praktik keperawatan dilaksanakan pada fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama, tingkat kedua, dan tingkat ketiga, yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat, dilaksanakan melalui kegiatan: (1) pelaksanaan asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian, penetapan diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi yang meliputi penerapan perencanaan dan pelaksanaan tindakan keperawatan yang termaksud pelaksanaan prosedur keperawatan, observasi keperawatan, pendidikan dan konseling keperawatan, dan


(50)

evaluasi keperawatan. Dan dalam menjalankan asuhan keperawatan perawat dapat memberikan obat bebas dan/atau obat bebas terbatas, (2) pelaksanaan upaya promotif, preventif, pemulihan, dan pemberdayaan masyarakat, (3) pelaksanaan tindakan keperawatan komplementer.

Pelanggaran yang dilakukan perawat dalam melakukan tindakan pratik keperawatan profesional akan mendapatkan sanksi seperti yang tercantum dalam UU No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan, pasal 58 berupa, teguran tertulis, peringatan tertulis, denda administrasi, dan pencabutan izin.

2.4. Profesionalisme Keperawatan

Pelayanan keperawatan merupakan pelayanan profesional, sebagai bagian dari pelayanan kesehatan yang mempunyai daya ungkit besar terhadap pembangunan bidang kesehatan. Kualitas pelayanan kesehatan ditentukan salah satunya dari kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan oleh perawat yang berkualitas. Praktik profesional perawat merupakan ciri utama profesi yang diharapakan tetap dipelihara, dikembangkan dan ditingkatkan kualitasnya guna mempertahankan standar praktik profesional yang tinggi.

Persatuan perawat nasional Indonesia (PPNI) dalam rumusan kerangka kerja kompetensi bagi perawat Indonesia telah menetapkan pengembangan profesional sebagai ranah ketiga, sesuai dengan standar kompetensi global yang ditetapkan oleh International Council of Nurses (ICN). Dalam ranah tersebut, salah satu elemen kompetensi yang harus dimiliki perawat adalah melakukan pengembangan keprofesional berkelanjutan.


(51)

Menurut (Fadhillah, 2015) Undanng-Undang No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan merupakan instrument pengembangan profesionalisme perawat:

1. Mengatur jenis perawat, menetapkan kejelasan kualifikasi perawat dan memudahkan dalam perencanaan dan pengembangan sistem keperawatan 2. Pengaturan penyelenggaraan pendidikan tinggi perawat

a. Harus adanya wahana pendidikan keperawatan dan berkoordinasi dengan organisasi profesi (PPNI) mensinkronkan pelayanan pendidikan

b. Memperkuat fungsi fasilitas pelayanan kesehatan (RS) sebagai penyelenggaraan pendidikan ners: Dosen dan SNPK, dll.

3. Mengatur sistem kredensialing (registrasi dan lisensi) sebagai karakteristik perawat sebagai profesi

4. Pengaturan tugas dan wewenang menegaskan kemandirian dan kolaborasi dengan tenaga medis dan sesame perawat

5. Pengaturan lembaga 2 (Konsil, Organisasi profesi/Kolegium) memperkuat penerapan aspek 2 keprofesian (Kode etik, standar, pendisplinan)

Berdasarkan UU No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan, pasal 53. Pengembangan praktik keperawatan dilakukan melalui pendidikan formal dan pendidikan nonformal atau pendidikan berkelanjutan. Pengembangan praktik keperawatan bertujuan untuk mempertahankan atau meningkatkan keprofesionalan perawat dalam memenuhi kebutuhan pelayanan, pemilik, atau pengelola fasilitas pelayanan kesehatan harus memfasilitasi perawat untuk mengikuti pendidikan berkelanjutan. Pendidikan nonformal atau pendidikan


(52)

berkelanjutan ditempuh dengan menyelesaikan pendidikan keperawatan yang dapat diselenggarakan oleh pemerintah, pemerintah daerah, organisasi profesi perawat, atau lembaga lain yang terakreditasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, yang dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan pada standar pelayanan, standar profesi, dan standar prosedur operasional yang dibina oleh kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pendidikan dan berkoordinasi dengan kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintah di bidang kesehatan.

UU No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan, pasal 55, pasal 56, dan pasal 57. Pembinaan dan pengawasan praktik keperawatan dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, konsil keperawatan, dan organisasi profesi sesuai dengan fungsi masing-masing yang diarahkan untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan, melindungi masyarakat atas tindakan perawat yang tidak sesuai dengan standar, dan memberikan kepastian hukum bagi perawat dan masyarakat.

Berdasarkan UU No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan pasal 44. Kolegium keperawatan merupakan badan otonom di dalam organisasi profesi perawat yang bertanggung jawab kepada organisasi profesi perawat. Berfungsi mengembangkan cabang disiplin ilmu keperawatan dan standar pendidikan tinggi bagi perawat profesi. Dalam pasal 41 UU No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan. Organisasi profesi perawat dibentuk sebagai satu wadah yang menghimpun perawat secara nasional dan berbadan hukum. Dimana bertujuan, meningkatkan dan/atau mengembangkan pengetahuan dan keterampilan, martabat, dan etika profesi perawat, mempersatukan dan memberdayakan perawat dalam rangka menunjang


(53)

pembangunan kesehatan, sebagai pemersatu, Pembina, pengembang, dan pengawasan keperawatan Indonesia.


(54)

Kerangka konseptual ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan mahasiswa program studi S1 keperawatan (reguler) Universitas Sumatera Utara tentang Undang-Undang RI No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan. Dalam penelitian ini akan digambarkan tentang aspek terkait tentang UU RI No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan meliputi pendidikan keperawatan, pelayanan praktik keperawatan, praktik mandiri perawat, dan profesionalisme keperawatan.

Skema 1: Kerangka konsep pengetahuan mahasiswa program studi S1 keperawatan (reguler) Universitas Sumatera Utara tentang Undang-Undang RI No. 38tahun 2014 tentang keperawatan.

Pengetahuan mahasiswa program studi S1 keperawatan (reguler) Universitas Sumatera Utara terkait tentang UU No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan, - Pendidikan Keperawatan

- Pelayanan praktik keperawatan - Praktik mandiri perawat

- Profesionalisme keperawatan

Penilaian Pengetahuan - Baik


(55)

2. Defenisi Operasional

Tabel 1: Defenisi operasional pengetahuan mahasiswa program studi S1 Keperawatan (reguler) Universitas Sumatera Utara tentang Undang-Undang RI No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan.

Variabel Defenisi Operasional Alat Ukur Skala Hasil Ukur Pengetahuan mahasiswa program studi S1 keperawatan (reguler) Universitas Sumatera Utara tentang Undang-Undang RI No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan

Segala sesuatu yang diketahui oleh mahasiswa keperawatan Universitas Sumatera Utara tentang Undang-Undang Keperawatan RI yang disahkan tahun 2014: 1.Pendidikan

keperawatan: proses pendidikan yang diselenggarakan di perguruan tinggi untuk menghasilkan berbagai lulusan ahli madya keperawatan, Ners, Magister keperawatan, Ners spesialis, dan Doktor keperawatan 2. Pelayanan praktik

keperawatan: suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang

didasarkan pada ilmu

Kuesioner Ordinal Tingkat pengetahuan:

1. Baik: Bernilai 21 - 40 2. Kurang

Baik: Bernilai

0 - 20

Skor jawaban: Benar = 1 Salah = 0


(56)

Variabel Defenisi Operasional Alat Ukur Skala Hasil Ukur dan kiat keperawatan

ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, atau

masyarakat, baik sehat maupun sakit.

3.Praktik mandiri perawat: pelayanan yang

diselenggarakan oleh perawat dalam bentuk asuhan keperawatan dan dapat dilakukan secara perorangan atau berkelompok. 4.Profesionalisme

keperawatan: kualitas pelayanan kesehatan ditentukan dari kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan oleh perawat yang berkualitas


(57)

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Dengan tujuan untuk menggambarkan pengetahuan mahasiswa program studi S1 keperawatan (reguler) Universitas Sumatera Utara tentang Undang-Undang RI No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan.

2. Populasi dan Sampel

2.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa program studi S1 keperawatan (reguler) dengan jumlah 696 orang. Terdiri dari, mahasiswa angkatan 2010 dengan jumlah 125 orang, mahasiswa angkatan 2011 dengan jumlah 130 orang, mahasiswa angkatan 2012 dengan jumlah 134 orang, mahasiswa angkatan 2013 dengan jumlah 165, dan mahasiswa angkatan 2014 dengan jumlah 142.

2.2 Sampel

2.2.1 Teknik Pengambilan Sampel

Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2010). Desain sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah


(58)

adalah suatu teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel di antara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti (tujuan/masalah dalam penelitian), sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya (Nursalam, 2008).

2.2.2 Jumlah Sampel

Rumus yang digunakan dalam pengambilan sampel ini adalah dengan menggunakan rumus Slovin:

=

1 + ( )

Keterangan:

n = Jumlah Sampel N = Jumlah Populasi

d = Tingkat Signifikan (P= 0,05) (Nursalam, 2008).

Berdasarkan rumus diatas maka jumlah sampel secara keseluruhan adalah: =

( )

=

( , )= 254 Responden

Maka, jumlah sampel secara proposional berdasarkan rumus solvin populasi sebanyak 696 responden dibutuhkan sampel 254 responden. Penetuan jumlah sampel dilakukan perhitungan secara proporsional dengan ketentuan:


(59)

Tabel 2. Jumlah Populasi dan Sampel Penelitian

No Angkatan Populasi Sampel

1 2010 125 46

2 2011 130 47

3 2012 134 49

4 2013 165 60

5 2014 142 52

Total 696 254

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang beralamat di jalan Prof. Ma’as No.3 kampus USU program studi S1 Ilmu Keperawatan. Adapun alasan pemilihan lokasi tersebut karena subjek penelitian adalah mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan lokasi penelitian yang merupakan daerah kampus dimana penelitian berada sehingga diharapkan akan memudahkan peneliti dalam melakukan penelitian untuk mengidentifikasi pengetahuan mahasiswa keperawatan Universitas Sumatera Utara tentang Undang-Undang Keperawatan yang disahkan tahun 2014. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 28 April sampai dengan 12 Mei 2015.

4. Pertimbangan Etik

Etik penelitian bertujuan melindungi hak-hak subjektif untuk menjamin kerahasiaan identitas responden dan kemungkinan terjadinya ancaman terhadap responden. Penelitian ini dilakukan setelah peneliti dinyatakan lulus dalam ujian proposal dan telah mendapatkan persetujuan dari komisi etik di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Menurut Hidayat (2007) beberapa pertimbangan etik yang digunakan dalam penelitian ini adalah:


(60)

1. Otonomi, penelitian memberikan kebebasan kepada responden untuk menentukan apakah bersedia atau tidak untuk mengikuti kegiatan penelitian.

2. Informed consent, bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden peneliti dengan memberikan lembar persetujuan yang diberikan sebelum penelitian dilakukan. Tujuan informed consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia, maka harus menandatangani lembar persetujuan. Jika responden tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati hak responden.

3. Anonimity, artinya tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.

4. Confidentiality, merupakan masalah etik dengan memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah pada kuesioner terkait responden dan hanya kelompok data tertentu saja yang akan disajikan atau dilaporkan pada hasil riset.

5. Beneficience, selalu berupaya bahwa kegiatan yang diberikan kepada responden mengandung prinsip kebaikan bagi responden guna mendapatkan suatu metode atau konsep baru untuk kebaikan responden. 6. Normalefincience, penelitian yang digunakan tidak mengandung unsur


(61)

7. Veracity, penelitian yang dilakukan harus dijelaskan secara jujur tentang manfaat, efek dan apa yang didapatkan jika responden terlibat dalam penelitian.

8. Justice, peneliti harus berusaha semaksimal mungkin untuk tetap melaksanakan prinsip justice (keadilan) pada saat melakukan penelitian.

5. Instrumen Penelitian

Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang dibuat untuk mengukur variabel sesuai dengan konsep teori pada tinjauan pustaka. Pertanyaan pada kuesioner diisi dengan menuliskan tandachecklist(√) pada salah

satu kolom yang telah disediakan dengan pilihan benar dan salah, sesuai dengan jawaban responden. Kuesioner terdiri dari dua bagian yaitu bagian pertama mengenai data demografi dan bagian kedua mengenai pengetahuan mahasiswa program studi S1 keperawatan (reguler) Universitas Sumatera Utara tentang Undang-Undang RI No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan. Kuesioner mengenai data demografi meliputi nama inisial, usia, jenis kelamin, dan angkatan. Kuesioner bagian kedua mengenai pengetahuan mahasiswa program studi S1 keperawatan (reguler) Universitas Sumatera Utara tentang Undang-Undang RI No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan terdiri dari 4 aspek yaitu, pendidikan keperawatan, pelayanan praktik keperawatan, praktik mandiri perawat, dan profesionalisme keperawatan. Pertanyaan mengenai pendidikan keperawatan terdapat pada nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 dan 10. Pertanyaan pelayanan praktik keperawatan terdapat pada nomor 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21 dan 22. Pertanyaan praktik mandiri perawat terdapat pada nomor 23, 24, 25, 26, 27, 28,


(62)

29, 30,, 31, 32, 33 dan 34. Pertanyaan mengenai profesionalisme keperawatan terdapat pada nomor 35, 36, 37, 38, 39, dan 40. Penelitian ini menggunakan skala guttman, yang terdiri dari 40 pertanyaan. Dimana pertanyaan tersebut terbagi dua yaitu pertanyaan positif dan pertanyaan negatif. Pertanyaan postif jawaban yang benar bernilai 1 dan jawaban salah bernilai 0 sedangkan untuk pertanyaan negatif jawaban yang benar bernilai 0 dan jawaban salah bernilai 1. Pertanyaan negatif terdapat pada nomor 2, 8, 9, 11, dan 12. Penelitian ini dilakukan berdasarkan statistika dengan menghitung nilai:

p =

P merupakan panjang kelas diperoleh dari nilai tertinggi dikurang nilai terendah. Nilai tertinggi yang diperoleh adalah 40 dan nilai terendah adalah 0 maka rentang 40 dengan 2 kategori banyak kelas yaitu baik dan kurang baik diperoleh panjang kelas sebanyak 2. Dari nilai panjang kelas tersebut maka hasil ukur pengetahuan mahasiswa program studi S1 keperawatan (reguler) Universitas Sumatera Utara tentang Undang-Undang RI No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan dikategorikan sebagai berikut:

p =

p = = 20

Maka, diperoleh kategori pada pengetahuan: 1. Baik = 21–40


(63)

6. Validitas dan Reabilitas Instrumen

6.1. Uji Validitas

Validitas adalah pengukuran dan pengamatan yang berarti prinsip keandalan instrument dalam mengumpulkan data instrument yang harus dapat mengukur apa yang seharusnya di ukur (Nursalam, 2008). Sebuah instrument dikatakan valid jika instrument itu mampu mengukur apa yang seharusnya diukur menurut situasi dan kondisi tertentu. Dengan kata lain ada kesesuaian antar metode yang digunakan dengan alat ukur yang digunakan dan obyek yang diukur (Hermawanto, 2010).

Instrument penelitian dibuat oleh peneliti, sehingga perlu dilakukan uji validitas. Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji validitas isi yang uji oleh dua orang dosen Fakultas Keperawatan USU yang memahami tentang Undang-Undang Keperawatan melalui pengujian terhadap isi alat ukur dengan analisis rasional. Hasil Content Validity Indeks (CVI) dari pengetahuan tentang UU RI No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan yaitu 0,99.

6.2. Uji Reliabilitas

Penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai instrumen penelitian yang dibuat oleh peneliti berdasarkan konsep yang ada pada tinjauan pustaka. Untuk mengetahui reabilitas instrument dilakukan uji reabilitas instrument sehingga dapat di gunakan untuk peneliti berikutnya dalam ruang lingkup yang sama. Uji reabilitas ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar derajat atau kemampuan alat ukur dan mengukur secara konsisten sasaran yang akan diukur. Alat ukur


(64)

yang baik adalah alat ukur yang memberikan hasil yang sama bila digunakan beberapa kali pada kelompok sampel. Dalam penelitian ini digunakan uji reabilitas internal yaitu pemberian instrumen hanya satu kali dengan satu bentuk instrumen yang diuji cobakan kepada sekelompok responden. Uji reliabilitas ini dilakukan sebelum dilakukan pengumpulan data kepada responden dengan kriteria yang sama seperti respoden sebenarnya dan responden yang diambil dalam uji reliabilitas ini diluar responden yang akan diteliti sebanyak 30 orang yang dilakukan pada tanggal 2 April 2015 di fakultas keperawaatan Universitas Sumatera Utara. Uji reliabilitas penelitian ini menggunakan rumus Kuder dan Richardson 21(K-R 21) karena instrument yang digunakan dalam penelitian ini mempunyai data skor dikotomi dan jumlah soal kuesioner genap. Rumus yang digunakan adalah = (1 ( )

. ). Hasil reliabilitas yaitu 0,79.

7. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuesioner oleh responden untuk mengetahui pengetahuan mahasiswa program studi S1 keperawatan (Reguler) Universitas Sumatera Utara tentang Undang-Undang RI Nomor 38 tahun 2014 tentang keperawatan. Prosedur pengumpulan data yang digunakan dengan cara:

1. Setelah proposal penelitian disetujui, peneliti mengajukan surat ke bagian komisi etik keperawatan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara untuk mendapatkanethical clearancedalam melakukan penelitian. 2. Mengajukan surat izin penelitian ke Fakultas Keperawatan Universitas


(65)

3. Setelah mendapatkan izin penelitian, kemudian melaksanakan pengumpulan data yang telah ditentukan berdasarkan jumlah sampel pada masing-masing stambuk.

4. Peneliti mempekenalkan diri serta menjelaskan kepada calon responden mengenai tujuan dan manfaat penelitian.

5. Meminta persetujuan calon responden untuk menjadi responden dengan menandatanganiinformed consent.

6. Responden mengisi kuesioner yang telah disediakan oleh peneliti. Responden diperbolehkan untuk bertanya apabila ada item pertanyaan dalam kuesioner yang kurang jelas.

7. Mengambil kembali kuesioner yang telah diisi oleh responden untuk memeriksa kelengkapan pengisian dan bila ada data yang kurang, bisa langsung dilengkapi.

8. Pengolahan dan Analisa Data

8.1 Pengolahan Data

Pengolahan data adalah kegiatan merubah atau membuat seluruh data yang dikumpulkan menjadi suatu bentuk yang dapat disajikan, dianalisa dan ditarik suatu kesimpulan (Fajar, et al., 2009). Ada empat tahapan dalam pengolahan data yang dilakukan oleh peneliti yaitu:

1. Editing (mengedit data): peneliti memeriksa kembali kuesioner (daftar pertanyaan) yang telah diisi pada saat pengumpulan data. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan peneliti meliputi:


(66)

a. Peneliti memeriksa jawaban responden dapat dibaca dengan jelas b. Peneliti memeriksa semua pertanyaan yang diajukan kepada

respoden telah dijawab untuk memastikan semua data sudah lengkap.

c. Peneliti memeriksa hasil isian yang diperoleh sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti.

d. Peneliti memeriksa apakah masih ada kesalahan-kesalahan lain yang terdapat pada kuesioner. Dan pada penelitian ini semua kuesioner diisi dengan lengkap oleh responden sehingga tidak ada kuesioner yang didroup out.

2. Coding (mengkode data): setelah editing selesai dilakukan, peneliti merubah data dari hasil pengumpulan data (kuesioner) yang berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka. Pengkodean ini sangat diperlukan karena data yang dikumpulakn banyak macamnya. Kuesioner pada penelitian ini menggunakan pertanyaan tertutup sehingga untuk mengkode data pada penelitian ini dilakukan dengan cara menberikan simbol tertentu (biasanya dalam bentuk angka) untuk setiap jawaban.

Coding bertujuan untuk mempermudah analisa data dan mempercepat entri data ke komputer.

Codingyang digunakan yaitu: A. Data Demografi

a. Usia : Usia < 20 tahun kode 1 Usia > 20 tahun kode 2 b. Jenis Kelamin: Laki-laki kode 1 Perempuan kode 2


(67)

c. Angkatan : 2010 kode 5 2011 kode 4

2012 kode 3 2013 kode 2

2014 kode 1

B. Pengetahuan Mahasiswa Program Studi S1 Seperawatan USU tentang UU RI No. 38 tahun 2014 tentang Keperawatan

a. Pertanyaan Positif : Benar bernilai 1 Salah bernilai 0 b. Pertanyaan Negatif : Benar bernilai 0 Salah bernilai 1

3. Processing (memasukkan data): setelah seluruh data terkumpul dan terisi sesuai dengan tujuan penelitian serta sudah melewati tahap editing dan coding, selanjutnya peneliti memproses data agar dapat dianalisis. Proses data dilakukan dengan cara mengentri data ke dalam kompeterisasi.

4. Cleaning: peneliti melakukan pemeriksaaan ulang/pengecekan kembali terhadap data yang dimasukkan untuk mengetahui ada kesalahan pemasukkan data atau tidak saaat dimasukkan ke pemprograman.

8.2 Analisa Data

Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa univariat. Analisa univariat (analisa deskriptif) digunakan untuk memperoleh gambaran masing-masing variabel. Analisa ini bertujuan untuk mendeskripsikan atau menjelaskan karakteristik variabel dalam penelitian. Pada umumnya dalam analisa ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2010).


(68)

Bab ini akan menguraikan data hasil penelitian serta pembahasan dari pelaksanaan penelitian yang dilakukan kepada mahasiswa program studi S1 keperawatan (reguler) Universitas Sumatera Utara terkait dengan pengetahuan mahasiswa program studi S1 keperawatan (reguler) tentang Undang-Undang RI No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan.

1. Hasil Penelitian

Penyajian hasil analisa data dalam penelitian ini meliputi data karakteristik responden dan pengetahuan mahasiswa program studi S1 keperawatan (reguler) Universitas Sumatera Utara tentang Undang-Undang RI No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan.

1.1 Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa program studi S1 keperawatan (reguler) yang memenuhi kriteria dan bersedia menjadi responden sehingga diperoleh jumlah responden sebanyak 254 orang. Adapun karakteristik yang dipaparkan mencakup usia, jenis kelamin, dan angkatan

Data yang diperoleh menunjukan bahwa rata-rata usia responden adalah usia > 20 tahun dengan jumlah 158 orang (62,2%). Jenis kelamin mayoritas responden yaitu perempuan dengan jumlah 225 orang (88,6%). Angkatan mayoritas responden yaitu angkatan 2013 dengan jumlah 60 orang (23,6%).


(1)

(2)

111


(3)

(4)

113

Lampiran 19

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Rafika Nur Siregar

Tempat/ Tanggal lahir : Padangsidimpuan, 08 April 1993

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jl. M. yusuf, Picauli No. 4

Pendidikan : 1. SD N 200116/24 Padangsidimpuan (Tahun 1999-2005)

2. SMP N 4 Padangsidimpuan (Tahun 2005-2008)

3. SMA N 4 Padangsidimpuan (2008-2011)

4. Fakultas Keperawatan USU 2011 sampai sekarang

Email : rafikanursiregar@gmail.com

No. HP : 081262869449


(5)

(6)

115