Hak Hidup Dalam Konsepsi Hukum Islam

merealisasikan hak asasi manusia dalam kehidupan keseharian, jauh sebelum ditetapkan Undang-undang HAM pada tahun 1999, sikap toleransi, gotong royong dan saling menghormati antar anggota kelompok masyarakat merupakan indikasi yang secara nyata ditunjukkan bangsa Indonesia. Walaupun ada berbagai kejadian yang disangkutkan dengan isu pelanggaran HAM, namun peristiwa- peristiwa itu seringkali dilakukan sebagai rekayasa politik dengan memanfaatkan isu suku, ras, dan agama, yang melibatkan pemerintah sebagai target kelompok yang memiliki kepentingan politik dan kekuasaan atas Negara.

C. Hak Hidup Dalam Konsepsi Hukum Islam

Fiqh merupakan produk pemikiran manusia sebagai hasil dari pemahaman dan interpretasi terhadp Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai dua sumber hukum utama, 16 sedangkan fiqh jinayah merupakan hukum yang berisi larangan atas perbuatan manusia dalam mengambil kehendak Allah dan hak-hak hidup manusia. 17 Adapun yang dimaksud dengan perbuatan mengambil hak Allah ialah suatu perbuatan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengingkari segala kewajiban atau perintah Allah, termasuk yang berkaitan dengan kehidupan seseorang. Fiqh jinayah memiliki tujuan untuk memberikan jaminan pelindungan terhadap keselamatan jiwa manusia yang tertuang dalam tujuan dasar hukum 16 Dr. M. Nazar Bakry, Fiqh dan Ushul Fiqh, Jakarta; PT. Raja Grafindo Persada, 2003 , h. 16 17 A. Djazuli, Fiqh Jinayah Upaya Menaggulangi Kejahatan Dalam Islam, Jakarta P.T. Grafindo Persada, 1997 h. 55 Islam maqashid as-syari’ah. Ide keadilan yang tercantum dalam hukum jinayah bersumber pada ajaran Islam yang mengandung ajaran Ilahiyah dan insaniyah. Penerapan hukum Islam secara tepat dan benar akan menjamin rasa keadilan yang dibutuhkan dalam proses hukum. Keadilan ini tidak hanya berlaku untuk umat Islam, tetapi juga untuk seluruh umat manusia, karena Islam ditujukan untuk keselamtan umat manuasia rahmatan lil alamin. Ini berbeda dengan pandangan dangkal yang beredar tentang seputar hukum Islam sebagai sebuah hukum yang keji dan tidak berkeprimanusiaan. Fiqh jinayah, yang berkaitan dengan pembunuhan merupakan sebuah perlindungan Allah terhadap hak hidup manusia. Bentuk hukuman mati yang diberikan kepada pelanggaran hak hidup pada hakekatnya melindungi nyawa manusia lain, karena dengan pemberlakuan hukuman hudud, maka akan banyak nyawa atau kehidupan manusia yang akan terlindungi dan terselamatkan. Hukum qishash yang dipandang sebagai salah satu hukuman yang keji, bila dilaksanakan dengan benar sesuai dengan sumber hukum peradilan Islam, akan membantu manusia untuk mendapatkan perlindungan dan jaminan atas hak hidup yang diberikan Allah kepada manusia dan seluruh mahluk di muka bumi. 18 Perlindungan hukum Islam tidak hanya berlaku bagi pembunuhan yang dilakukan oleh orang lain secara sengaja dengan maksud menghilangkan nyawa manusia. Imam Abu Hanifah berpendapat jika seseorang meminta untuk 18 Drs. Makhrus Munajat, M.Hum, Dekontruksi Hukum Pidana Islam, Jogjakarta; Logung Pustaka, 2004 , h. 130 dihilangkan nyawanya, kemudian ia dibunuh maka hukuman diyat bukan qishash berlaku bagi pelaku pembunuhan tersebut. 19 Ahmad Hanafi mengungkapkan bahwa hukuman untuk pembunuhan pada umumnya berlaku hukum qishash, diyat dan ta’zir. 20 Ketiga jenis hukuman pidana ini berlaku berdasarkan kategori pembunuhan yang dilakukan sebagai balasan kepada pelaku. Qishash berlaku untuk pembunuhan disengaja dengan menggunakan benda tajam yang bisa menembus daging. Qishash dalam hukum Islam menjadi alat untuk melindungi nyawa manusia, karena dengan pemberlakuan qishash bisa mencegah gangguan terhadap hak hidup seseorang, walaupun qishash mengancam jiwa manusia. Namun demikian, qishash tidak dapat berlaku bila ada pemaapan dari pihak keluarga atau pihak lain yang menghendaki perbuatan pelaku untuk dimaapkan. Sebagai pengganti, hukum Islam menetapkan hukuman pengganti berupa diyat atau ta’zir sebagai pengganti. Pelaksanaan hukuman qishash diberikan kepada negara atau pemerintah, karena arti hidup sangat penting. Pemberian hak kepada pemerintah bertujuan untuk menjamin pelaksanaan hukum law enforcement, sehingga tidak disalah gunakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan atas pembebasaan atau penjatuhan hukuman kepada pelaku. Selain itu, pemerintah diharapkan mampu menjamin 19 Abd Qadir Audah, At-Tasyri’ Al-Jinaiy Al-Islamy, Jilid II, Beiru; Al-Muassasah, tanpa tahun, h.441 20 Ahmad Hanafi, Asas-asas Hukum Pidana Islam, Bulan Bintang, cet. VI, Jakarta, 2005 , h. 208. keadilan bagi dalam proses peradilan, sehingga mampu memberikan keadilan dan benar-benar menghukum pelaku yang memang terbukti bersalah secara hukum. Dalam pandangan Islam, hidup manusia itu suci dan tidak boleh disakiti, sehingga segala usaha harus dilakukan untuk melindunginya. Tidak seorangpun diperbolehkan untuk menyakiti seseorang kecuali berdasarkan hukum, seperti qishash dalam tindak pidana pembunuhan. 21 Secara sepintas hukum qishash tampak mengancam nyawa manusia, tetapi jika dikaji lebih mendalam, sesungguhnya melalui qishash inilah akan banyak nyawa manusia terselamatkan. Sifat dualisme ini juga tanpak dalam hukum pidana mati non-Islam, karena dalam hukum mati terdapat ancaman terhadap nyawa manusia. Fiqh jinayah memandang hak hidup manusia sebagai hak yang diberikan Alllah kepada manusia tanpa gangguan dari pihak lain, baik secara sengaja maupun tidak sengaja. Berbagai ketentuan dalam fiqh jinayah ditetapkan dalam rangka melindungi hak hidup terutama dalam aturan mengenai jarimah pembunuhan, dengan sanksi hukum untuk masing-masing pelanggaran hukum. Fiqh jinayah sebagai jaminan perlindungan hak hidup memberikan ketentuan- ketentuan tegas terhadap tindak kejahatan yang mengancam nyawa manusia. Dalam al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 178, Allah berfirman; 21 Dalizar Putra, Hak Asasi ……………, h. 44 + -. 01 2 3401 2 5 6 789: 7;9: 5 =.?A =.?A 5 BC9D.E FG H I. BC JKFL I M =OP ;Q 8 RS .E F 0:9D 5 Q 9K I J . C TBJU5 9; V.W X Y C Z 7 5[+ X 9DBJ + \C9D.E ]9 B 9 : 5 9; V.W H I. .E _ O `aK I 5 ? ; 9:A = “ Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishaash berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba, dan wanita dengan wanita. Maka barangsiapa yang mendapat suatu pemaafan dari saudaranya, hendaklah yang memaafkan mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah yang diberi maaf membayar diat kepada yang memberi maaf dengan cara yang baik pula. yang demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. barangsiapa yang melampaui batas sesudah itu, Maka baginya siksa yang sangat pedih. Q.S. Al-Baqarah 2 : 178 Dalam surat al-Baqarah ayat 179, Allah berfirman; 7 .  XR K9J d e 8 -A 7 f8 9:. g fh .S 5 ? 9:B = “Dan dalam qishaash itu ada jaminan kelangsungan hidup bagimu, Hai orang-orang yang berakal, supaya kamu bertakwa”. Q.S. Al- Baqarah 2 : 179 Kedua ayat di atas menunjukkkan bahwa hukum pidana Islam menjamin sepenuhnya hak hidup manusia. Qisahsh yang disebut dalam ayat di atas merupakan perlindungan hukum yang diberikan kepada manusia, karena dengan pemberlakuan qishash akan mencegah gangguan terhadap hak hidup seseorang, walupun qishash mengancam jiwa manusia. Akan tetapi, qishash tidak dapat berlaku bila ada pemaapan dari pihak keluarga atau pihak lain yang menghendaki perbuatan pelaku untuk dimaapkan. Pembunuhan yang dilakukan dengan cara menghilangkan nyawa orang lain sebagai bentuk pelanggaran atas hak Allah, karena kematian hanya milik Allah. Dengan kata lain, hanya Allah yang memiliki hak untuk menentukan kematian manusia dan segala makhluknya di muka bumi. Tindakan manusia yang mengambil hak Allah akan diberikan sanksi dan hukuman, setinggi-tingginya hukuman mati. 22 Perbuatan menghilangkan nyawa orang lain karena alasan dendam dapat diputus oleh pengadilan yang berwenang. Selama berlangsunya peperangan, perbuatan itu hanya dapat diadili oleh pemerintah yang sah. Dan dalam segala hal, tidak ada satu individu yang memiliki hak untuk mengadili orang lain dengan cara main hakim sendiri. Proses penjatuhan hukuman yang membatasi hak hidup manusia harus dilakukan melalui sebuah proses yang menjamin tidak terjadinya sebuah tindakan pembunuhan. Hukum Islam yang ditakuti oleh orang-orang non-muslim tidaklah menghendaki tindakan sewenang-wenang dari para pelaku hukum, terutama dari pemerintah dan pengadilan. Penerapan hukuman dari hukum Islam dilakukan 22 Rahmat Hakim, Hukum Pidana Islam, Bandung; Pustaka Setia, 2000 , h. 114 secara hati-hati, sehingga hukuman tersebut hanya berlaku bagi orang yang melanggar hukum. Pemberlakuan hukum qishash hanya berlaku bagi orang-orang yang terbukti membunuh. Pihak keluarga sebagai ahli waris tidak boleh memberikan hukuman yang semena-mena, tanpa memperhatikan nilai kemanusiaan. Dengan alasan kemanusiaan ini, maka hukuman ini bisa terhapus jika pihak keluarga memaapkan pelaku, walaupun pelaku tetap mendapat hukuman pengganti dari hukaman pokok 23 . Dengan demikian tidak ada perbuatan melanggar hukum yang tidak mendapat hukuman. Tidak ada pembunuhan kecuali sebagai sebuah hukuman atas pembunuhan juga bisa dihapus bila dilakukan dalam keadaan membela dirinya sendiri dari ancaman pembunuhan dari orang lain. Dengan demikian tidak semua pembunuh dalam hukum Islam dihukum dengan hukuman qishash. 23 Audah, Attasyri Al-Jinaiy………………., h. 38

BAB III FENOMENA EUTHANASIA DAN PANDANGAN ILMU KEDOKTERAN