yang sulit diobati, seperti kanker atau leukemia, sehingga tidak ada potensi kearah tindakan euthanasia.
Pengambilan keputusan atas permohonan euthanasia perlu dilakukan dengan hati-hati, mengingat kemungkinan ada motif lain dibalik permohonan
tersebut. Motif ini tidak menutup kemungkinan bertentangan dengan hukum. Bila keputusan diambil secara gegabah, bisa jadi keputusan tersebut akan
menghilangkan nyawa manusia tidak berdosa. Dalam prakteknya, tindakan euthanasia dilakukan dengan memberikan suntikan mematikan, seperti halnya
yang dilakukan dalam hukuman mati. Pemberian suntikan mati ini dilakukan setelah diagnosa dokter dan pemeriksaan medis intensif menunjukan keharusan
untuk menghilangkan nyawa pasien. Sebagai penghormatan kepada hak asasi manusia yag dilindungi undang-
undang, pihak pengadilan sepantasnya memberikan rekomendasi untuk melanjutkan perawatan pasien dengan bantuan negara. Keputusan ini memiliki
dasar hukum konstitusi dan undang-undang, yakni bahwa setiap warga negara berhak untuk memiliki hak hidup dan mempertahankan kehidupannya. Di
samping itu, negara juga memiliki kewajibann untuk melindungi warga negara yang tidak berdaya dari ancaman gangguan terhadap hak hidupnya, dalam hal ini
dari tindakan euthanasia.
B. Hak Hidup Menurut Hukum Islam dan Kaitannya Dengan Euthanasia.
Menurut ajaran Islam, hidup dan mati manusia ada di tangan Tuhan yang Dia ciptakan untuk menguji iman, amalan dan ketaatan manusia terhadap Tuhan.
Islam sangat memperhatikan keselamatan hidup dan kehidupan manusia sejak ia berada dalam rahim ibunya.
52
Dalam al-quran menerangkan tentang terjadinya kehidupan manusia dimulai dari ditiupkannya ruh kedalam diri manusia dan mulai dari situlah
kehidupan manusia dimulai. Oleh karenanya hak hidup telah melekat padanya sebagimana firman Allah swt ;
.WU.E H1J1- [ 9i
fjkOY ? JK E
C =\
l+ :..E
H1J. m 9i
5 CD
9E ;
B =
Maka apabila Aku Telah menyempurnakan kejadiannya, dan Telah meniup kan kedalamnya ruh ciptaan-Ku, Maka tunduklah kamu kepadanya
dengan bersujud . Q.S. Al-Hijr 17 : 29
n ? : PTRo
\C \9 0
pq: 69 0
BC 30
I r +
a1-s S eI LC Z
aE :
tu OK .
5 F
9: ;
AE =
Mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit.
Q.S. Al-Isra 17 : 85 Hak untuk hidup merupakan salah satu hak yang sangat dilindungi dalam
ajaran Islam. Berbagai ajaran yang terkandung dalam Al-Qur’an dan As-Sunah menegaskan dukungan dan jaminan atas hak hidup manusia, termasuk
didalamnya hukum-hukum yang mengatur tentang larangan bagi sesama manusia
52
Putra, Hak Asasi ………….., h. 33.
untuk merugikan salah satu pihak, termasuk didalamnya menghilangkan nyawa manusia.
53
Berdasarkan pandangan di atas, pemahaman terhadap legalitas euthanasia seharusnya dilakukan secara hati-hati. Walaupun sifatnya sukarela, euthanasia
tetap terindikasi sebagai sebuah pembunuhan terencana yang dilakukan atas dasar keinginan dari seseorang atau pihak-pihak tertentu yang menginginkannya.
Euthanasia kemudian harus dipandang dalam konteks kemanusiaan, tidak hanya pada sisi medis. Hal ini layak dilakukan untuk menghindari jatuhnya korban
akibat keputusan medis yang tergesa-gesa. Alasan bagi kemaslahatan umat manusia lain tidak sertamerta menjadi alasan untuk tindakan pembunuhan, karena
kehilangan nyawa seseorang akan berpengaruh terhadap kehidupan manusia lain. Tindakan euthanasia ini sendiri harus dipahami oleh masyarakat, sebagai
mana tindakan aborsi, karena euthanasia tetap dipandang sebagai tindakan yang tidak manusiawi. Sikap dokter yang merekomendasikan atau melakukan tindakan
euthanasia merupakan sikap putus asa. Dari sudut pandang medis, euthanasia yang dilakukan secara sembarangan
melanggar kode etik kedokteran untuk menyembuhkan pasien yang telah jadi tanggung jawab mereka. Hak pasien untuk mendapatkan perawatan semaksimal
mungkin, bahkan jika ada kesalahan dalam perawatan medis, pasien bisa
53
Dr. Syekh Syaukat Hussain, Hakasasi Manusia dalam Islam, Jakarta; Gema Insani Press, 1999, h.60
menuntut dokter maupun pihak rumah sakit ke pengadilan atas kelalaian mereka.
54
Berdasarkan pemaparan tersebut, maka inti dari hak hidup adalah mempertahankan kehidupan seseorang. Euthanasia dengan alasan untuk
menghindari kerugian pada pihak lain tetap tidak bisa menjadi pembenaran untuk melanggar hak hidup seseorang. Kematian sukarela mercy death dilakukan
sebagai sebuah usaha untuk mencegah timbulnya kerugian yang lebih besar dengan mengorbankan satu orang, tetap menjadi tindakan yang tidak manusiawi.
Islam menempatkan hak hidup manusia sebagai sebuah anugerah yang tidak boleh diganggu oleh sesama makhluk, kecuali oleh Allah swt sebagai Sang
pencipta. Salah satu dari tujuan hukum Islam G یH ﺹ adalah memelihara jiwa kehidupan manusia
J+ +
.
55
Pemeliharaan jiwa sebagai bentuk hak hidup manusia merupakan hak paling mendasar dari tujuan pemberlakuan hukum
Islam. Jinayah memberikan rambu-rambu hukum tentang aturan hak hidup yang harus diikuti oleh seluruh umat Islam yang akil baligh. Ketetapan hukum Islam
sendiri hanya berlaku bagi seseorang atau masyarakat yang memahami dan menerima hukum Islam sebagai hukum yang mengatur tata kehidupan mereka.
Hukum Islam memberikan perlindungan penuh kepada manusia untuk menjalankan kehidupan dan mempertahankan nyawa. Hak untuk menghilangkan
54
Dr. Wila Chandra Wila Supriyadi, S.H, Hukum Kedokteran, Mandar Maju, Bandung, 2001, h. 13
55
Prof. Dr. H. Suparman Usman, S.H, Hukum Islam “Asas-Asas dan Pengantar Studi Hukum Islam”, Gaya Media Pratama, Jakarta, 2002 cet ke-2, h. 135
kehidupan atau nyawa manusia merupakan milik Allah dan tidak ada seseorangpun yang memiliki hak untuk menghilangkan nyawa, termasuk dirinya
sendiri. Berbagai ketentuan hukum dalam fiqh jinayah, yang berkaitan dengan
pembunuhan memberikan berbagai ketetapan sebagai perlindungan Allah terhadap hak hidup manusia. Bentuk hukuman mati yang diberikan kepada
pelanggaran hak hidup pada hakekatnya melindungi nyawa manusia lain, karena dengan pemberlakuan hukum pidana Islam, maka akan banyak nyawa atau
kehidupan manusia yang akan terlindungi dan terselamatkan. Hukum qishash yang dilaksanakan dengan benar sesuai dengan sumber hukum peradilan Islam
akan membantu manusia untuk mendapat perlindungan dan jaminan atas hak hidup yang diberikan Allah kepada manusia dan seluruh makhluk di muka
bumi.
56
Seseorang minta untuk dibunuh, kemudian ia dibunuh, maka berlaku hukuman untuk pelaku, karena ia melanggar hak hidup. Pembunuhan ini bisa
dikategorikan dengan pembunuhan sengaja, karena pelaku melakukan pembunuhan dalam keadaan sadar. Ini juga yang berlaku untuk pembunuhan pada
kasus euthanasia, di mana korban secara sukarela meminta untuk dilakukan pembunuhan atas dirinya sendiri. Hukuman tentunya pantas diberikan kepada
56
Drs. Makhrus Munajat, M.Hum, Dekontruksi Hukum Pidana Islam, Jogjakarta; Logung Pustaka, 2004 , h. 131
orang yang meminta dan melaksanakan.
57
Qishash yang disebut dalam al-qur’an merupakan perlindungan hukum yang diberikan kepada manusia, karena dengan
pemberlakuan qishash akan mencegah pelanggaran terhadap hak hidup manusia, walaupun qishash mengancam jiwa manusia.
Dalam hal mempertahankan hak hidup, Allah menetapkan berbagai aturan berkaitan dengan perlindungan terhadap hak ini sebagai hak yang diberikan Allah
kepada manusia sehingga tidak dapat gangguan dari pihak lain, baik secara sengaja maupun tidak sengaja. Aturan dalam jarimah pembunuhan, dengan sanksi
hukum untuk masing-masing pelanggaran hukum yang termasuk dalam lingkup fiqh jinayah memberikan perlindungan hukum dengan ketentuan-ketentuan tegas
terhadap tindak kejahatan tersebut.
58
Ancaman hukuman ini berlaku bagi semua orang tanpa terhalang oleh perbedaan fisik dan status. Siapapun bisa mendapat
hukuman ini bila terbukti bersalah. Dalam surat Al-Isyra’ Allah menyatakan ;
u : 1- .S
v[ Yw =x
y[09J z
tu p{|9.
5 C
}q -: ~
: Bf B ..E
E 9:9• € J4
~ .•E 6i
}O.E 30T1o
pq-.
57
http:kiunissula.wordpress.com20070915eutanasia-hak-untuk-mati diakses pada tanggal 20 Oktober 2008 pukul 20:13 WIB
58
A. Djazuli, Fiqh Jinayah “Upaya Menaggulangi Kejahatan”, Jakarta; PT Raja Grafindo Persada, 2000, h. 143
H1J ? g O
~+ ‚ 5
F 9:
:
“Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah membunuhnya, melainkan dengan suatu alasan yang benar. dan barangsiapa
dibunuh secara zalim, Maka Sesungguhnya kami Telah memberi kekuasaan kepada ahli warisnya, tetapi janganlah ahli waris itu melampaui batas dalam
membunuh. Sesungguhnya ia adalah orang yang mendapat pertolongan
´ QS. Al- Isara’17 : 33
Maksud dengan alasan yang benar adalah hukuman mati berupa; qishash pada jarimah pembunuhan sengaja, rajam pada pezina muhsan, hukuman pelaku riddah,
dan hukuman hirabah. Hukuman ini tidak bertentangan dengan konsep HAM, karena ketentuan pelanggaran hak hidup yang dianut oleh HAM adalah penghilanagn nyawa
yang dilakukan oleh manusia. Sedangkan hukuman di atas merupakan hukuman ketentuan Allah semata yang berarti bahwa nyawa manusia yang menentukan
berakhirnya hanya Tuhan semata. Dan ini tidak sama sekali melanggar hak hidup yang dianut konsep HAM.
Euthanasia sebagai kematian sukarela yang dilakukan untuk mengakhri penderitaan seseorang akibat penyakit tidak bisa disembuhkan harus dipahami
sebagai pilihan paling akhir.
59
Tindakan ini dilakukan dalam bentuk yang menyerupai bunuh diri, baik yang dilakukan sendiri maupun dengan bantuan
orang lain. Keputusan ini harus diambil sebagi sebuah pilihan untuk mengurangi beban yang dialami oleh seseorang. Euthanasia sebagai sebuah usaha
menghilangkan hak hidup manusia dengan sukarela merupakan sebuah perbuatan
59
http:media.isnet.orgislamQardhawiKontemporerEutanasia.html diakses pada tanggal 10 September 2008 pukul 19:41WIB
yang bisa masuk dalam kategori perbuatan melanggar ketentuan Allah mengenai kehidupan dan kematian yang nota bene hanya milik-Nya.
C. Perbandingan Hukum Euthanasia Menurut Hak Asasi Manusia dan Hukum