1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Program Keluarga Berencana Nasional telah diawali dan dicanangkan oleh pemerintah pada tahun 1974. Walaupun program
tersebut telah ada sejak lama, tetapi pada saat ini Indonesia masih menghadapi dua permasalahan yang cukup besar berkaitan dengan kurang
berhasilnya program keluarga berencana, yaitu tingginya jumlah penduduk serta tingginya tingkat kematian ibu dan anak.
Permasalahan pertama yaitu jumlah penduduk yang terus meningkat akan menimbulkan banyak permasalahan dalam berbagai
bidang, terutama di bidang sosial dan ekonomi. Pertambahan penduduk yang tidak terkendali dapat menyebabkan peledakan penduduk, dan pada
akhirnya akan timbul kesulitan dalam pemerataan kemakmuran dalam masyarakat. Dampak pertambahan penduduk yang cepat antara lain adalah
dalam bidang pendidikan semakin banyak anak yang tidak mendapatkan pendidikan yang memadai, bidang pelayanan kesehatan banyak
masyarakat yang tidak mendapat pelayanan kesehatan yang mencukupi, bidang tenaga kerja banyaknya angka pengangguran karena terbatasnya
lapangan pekerjaan, bidang sosial ekonomi pendapatan per kapita masyarakat yang rendah, serta bidang lingkungan hidup keseimbangan
alam akan terganggu. Lembaran Data Populasi Dunia pada tahun 2000 menunjukkan Indonesia berada pada peringkat kelima dalam hal jumlah
penduduk terbanyak, yaitu sebesar 237.500.000 jiwa Hartanto, 2003. Sedangkan permasalahan yang kedua yaitu masih tingginya tingkat
kematian ibu dan anak di Indonesia jika dibandingkan dengan negara- negara ASEAN. Berdasarkan data SDKI tahun 2007, tingkat kematian ibu
di Indonesia 228 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan angka kematian bayi adalah 34 per 1000 kelahiran hidup . Pengaruh terhadap angka
kematian ibu melahirkan dan kematian bayi dapat dirasakan secara langsung karena ibu yang mengatur kehamilannya dengan tepat dapat
terhindar dari risiko tinggi akibat terlalu muda atau terlalu tua melahirkan,
2
sering melahirkan dan mempunyai banyak anak. Ibu yang mengatur jarak kelahiran anaknya tentu akan dapat merawat kehamilannya dengan baik
sehingga gizi bagi bayinya dapat tercukupiBKKBN, 1999. Program Nasional Keluarga Berencana di Indonesia bertujuan
untuk mewujudkan “Keluarga Berkualitas tahun 2015”. Metode yang digunakan untuk mewujudkan tujuan tersebut adalah dengan penggunaan
alat kontrasepsi oleh pasangan suami istri., dengan tujuan untuk menekan angka kehamilan dan laju pertambahan penduduk Mochtar, 1998.
Pemakaian metode
kontrasepsi suntik
memperlihatkan kecenderungan peningkatan pada beberapa kurun waktu terakhir ini.
Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kependudukan Indonesia SDKI pada tahun 2009, pola pemakaian kontrasepsi terbesar yaitu suntik sebesar
12,562,106, pil sebesar 5,611,936, IUD sebesar 2,223,291, implant 687,689, kondom sebesar 162,252, kontap wanita Medis Operasi Wanita-
MOW sebesar 972,959 dan kontap pria Medis Operasi Pria-MOP sebesar 102,166, cara tradisional 329,644Data Statistic Indonesia, 2009.
Dari hasil survey di atas, diketahui bahwa pengguna kontrasepsi terbanyak adalah jenis suntik sehingga pengguna kontrasepsi jenis ini memiliki
peranan yang cukup besar dalam menunjang keberhasilan dari program keluarga berencana,
Walaupun pengguna kontrasepsi sudah cukup banyak, namun tujuan dari program keluarga berencana belum berhasil. Berdasarkan
uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai gambaran tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku wanita usia 25-50 tahun
mengenai kontrasepsi jenis suntik di Rumah Bersalin Gizar pada bulan Agustus 2010, sehingga dapat diketahui sejauh mana pemahaman dan
aplikasi penggunaan kontrasepsi oleh para pemakainya.
3
1.2 Rumusan Masalah