Keluarga Berencana Karakteristik Kerangka Landasan Teori

5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kerangka Landasan Teori

2.1.1 Keluarga Berencana

Keluarga Berencana adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dan peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk IndonesiaBKKBN, 1999; 2008. Keluarga berencana yang dibolehkan syariat adalah usaha pengaturan atau penjarangan kelahiran atau usaha pencegahan kehamilan sementara atas kesepakatan suami-istri karena situasi dan kondisi tertentu untuk kepentingan maslahat keluarga.

2.1.2 Tinjauan Umum Tentang Alat Kontrasepsi

Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti ‘mencegah’ atau ‘melawan’ dan konsepsi yang berarti pertemuan antara sel telur yang matang dan sperma yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sperma Sarwono,2008. Terdapat 2 jenis metode kontrasepsi yaitu metode sederhana dan metode efektif. Metode sederhana adalah suatu cara yang dapat dikerjakan sendiri oleh peserta keluarga berencana, tanpa pemeriksaan medis terlebih dahulu. Hasil yang diperoleh dengan cara ini umumnya kurang efektif dibandingkan dengan cara-cara yang lain. Dibawah ini adalah contoh dari kontrasepsi dengan metode sederhana:  Senggama terputus yaitu senggama yang dilakukan sebagaimana biasa tetapi pada puncak sanggama, kemaluan pria zakar dikeluarkan dari vagina, sehingga mani keluar dari vagina. Cara ini tidak berbahaya, baik 6 secara fisik maupun mental. Namun cara ini tidak dapat diandalkan karena memerlukan penguasaan diri yang kuat dan kemungkinan kegagalan cukup besar.  Pantang berkala ialah tidak melakukan sanggama pada masa subur seorang wanita yaitu sekitar waktu terjadinya ovulasi Sarwono, 2008.  Metode amenorea Laktasi MAL adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian Air Susu Ibu secara eksklusif, artinya hanya diberikan ASI tanpa tambahan makanan atau minuman apa pun lainnya serta dalam keadaan ibu yang belum haid setelah melahirkan Saiffudin, 2006. Sedangkan metode kontrasepsi efektif adalah metode yang dalam penggunaannya keefektifan relatif lebih tinggi dan angka kegagalan lebih rendah. Cara kerja metode ini adalah dengan menghalangi pertemuan sel telur dengan sel sperma, mengusahakan tidak terjadi ovulasi dan melumpuhkan sperma. Di bawah ini adalah macam-macam dari jenis kontrasepsi efektif : a. Kontrasepsi mekanik  Diagfragma vaginal terbuat dari cincin karet yang tebal dan di atasnya diletakkan selembar karet yang tipis yang berbentuk mangkuk dengan per elastis pada pinggirnya. Diagfragma dimasukkan ke dalam vagina sebelum koitus untuk menjaga jangan sampai sperma masuk ke dalam uterus Sarwono, 2008. 7 Sumber : http:metodoscontraceptivos.wordpress.com Gambar 2.1 Diagfragma vaginal  Cervical cap dibuat dari karet atau plastik, dan mempunyai bentuk mangkuk yang dalam dengan pinggirnya terbuat dari karet yang tebal Sarwono,2008. Sumber : http:libraryhealthguide Gambar 2.2 Cervical cap b. Kontrasepsi hormonal  Implant yaitu susuk ditanamkan di dalam kulit, biasanya di lengan atas. Implan mengandung progesterone yang akan terlepas secara perlahan dalam tubuh. Efektifitas mencapai 99 . Keuntungan dari metode implant ini antara lain tahan sampai 3 tahun Baziat A, 2008. 8  KB adalah pil yang mengandung sintetik estrogen dan preparat progestin yang mencegah kehamilan dengan cara menghambat terjadinya ovulasi pelepasan sel telur oleh indung telur melalui penekanan hormon LH dan FSH, mempertebal lendir mukosa servikal leher rahim, dan menghalangi pertumbuhan lapisan endometrium Sarwono,2008.  Kontrasepsi suntik memiliki cara kerja sama dengan pil. Efektifitasnya mencapai 99. Keuntungan metode ini antara lain disuntikkan setiap satu sampai tiga bulan sekali, efektif, dan tahan lama Sarwono,2008.  Kontrasepsi dengan AKDR dalam kavum uteri menimbulkan reaksi peradangan endometrium yang disertai dengan serbukan leukosit yang dapat menghancurkan blastokista atau sperma Sarwono, 2008.  Kontrasepsi Mantap Tubektomi adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan fertilitas kesuburan seseorang perempuan Dengan mengoklusi tuba falopi mengikat dan memotong atau memasang cincin, sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan ovum Sarwono, 2008.

2.1.2.1 Kontrasepsi Hormonal Jenis Suntikan

Kontrasepsi hormonal jenis KB suntikan di Indonesia semakin banyak dipakai karena kerjanya yang efektif, pemakaiannya praktis, harganya relatif murah dan aman. Cara ini mulai disukai masyarakat kita dan diperkirakan setengah juta pasangan memakai kontrasepsi suntikan untuk mencegah kehamilan 1983. Penelitian lapangan kontrasepsi suntikan dimulai tahun 1965, dan sekarang di seluruh dunia diperkirakan berjuta-juta wanita memakai cara ini untuk tujuan kontrasepsi BAPPENAS, 2009. 9 Terdapat 2 macam kontrasepsi suntikan antara lain yaitu suntikan progestin dan campuran. Tersedia 2 jenis kontrasepsi suntikan yang hanya mengandung progestin, yaitu Depo Medroksiprogesteron AsetatDepoprovera, mengandung 150 mg DMPA, yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik intramuskular di daerah bokong dan Depo noretisteron Enantat Depo Noristerat, yang mengandung 200 mg Noretinedron Enantat, diberikan setiap 2 bulan dengan cara di suntik intramuscular. Cara kerja kontrasepsi ini adalah mencegah ovulasi, mengentalkan lender serviks sehingga menurunkan kemampuan penetrasi sperma, menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi dan menghambat transportasi gamet oleh tuba. Kedua kontrasepsi suntik tersebut memiliki efektivitas yang tinggi, dengan 0,3 kehamilan per 100 perempuan-tahun, asal penyuntikannya secara teratur sesuai jadwal yang telah ditentukan. Keuntungan pemakaian kontrasepsi jenis ini adalah sangat efektif untuk pencegahan kehamilan jangka panjang, tidak mengandung esterogen sehingga tidak berdampak serius terhadap penyakit jantung maupun pembekuan darah, tidak memiliki pengaruh terhadap ASI serta akseptor tidak perlu menyimpan obat suntik. Sedangkan kerugian penggunaan kontrasepsi ini adalah sering ditemukannya gangguan haid berupa siklus haid yang memendek atau memanjang, perdarahan yang banyak atau sedikit, perdarahan tidak teratur atau perdarahan bercak, tidak haid sama sekali, akseptor sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan harus kembali untuk suntikan, kontrasepsi ini tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan berikut, menimbulkan peningkatan berat badan, tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular seksual, terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian. Akseptor yang diperbolehkan untuk menggunakan kontrasepsi jenis ini adalah orang yang berada dalam usia reproduksi, nulipara dan yang telah memiliki anak, menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan yang memiliki efektivitas 10 tinggi, menyusui dan yang membutuhkan kontrasepsi yang sesuai dan sering lupa menggunakan pil kontrasepsi. Sedangkan yang tidak diperbolehkan untuk menggunakannya adalah wanita hamil atau dicurigai hamil dan wanita yang mengalami perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya. Suntikan kombinasi mengandung 25 mg Depo Medroksiprogesteron Asetat dan 5 mg Estradiol Sipionat yang diberikan injeksi I.M. sebulan sekali Cyclofem, dan 50 mg Noretindron Enantat dan 5 mg Estradiol Valerat yang diberikan injeksi I.M. sebulan sekali. Cara kerja, keuntungan, kerugian, indikasi dan kontraindikasi kontrasepsi ini sama seperti suntikan progestin. Hanya saja suntikan kombinasi tidak boleh diberikan pada wanita yang sedang menyusui bayinya karena kandungan esterogen dalam suntikan ini akan menekan produksi ASI. Kontrasepsi jenis suntik dapat diberikan di bokong maupun daerah lengan atas Saiffudin, 2006.

2.1.3 Karakteristik

Wanita yang Menggunakan Kontrasepsi Hormonal Jenis Suntik serta Pengetahuan, Sikap dan Perilaku akseptor KB .  Umur Umur dipandang sebagai suatu keadaan yang menjadi dasar kematangan dan perkembangan seseorang. Kematangan individu dapat dilihat langsung secara objektif dengan periode umur, sehingga berbagai proses pengalaman, pengetahuan, keterampilan, kemandirian terkait sejalan dengan bertambahnya umur individu Muchsin, 1996. Setionegoro 1979 mengatakan bahwa umur 20 tahun adalah umur belum dewasa, 21 –29 tahun dewasa muda, sedangkan umur 30 – 40 tahun adalah dewasa penuh. Pada umumnya umur akan mempengaruhi seseorang dalam menentukan pemilihan alat kontrasepsi karena biasanya ibu dengan usia 11 muda baru pertama kali menggunakan alat kontrasepsi akan cenderung memilih alat kontrasepsi yang kebanyakan orang pakai. Wanita muda cenderung menggunakan cara suntik, pil dan implant sementara mereka yang lebih tua cenderung memilih alat atau cara kontrasepsi jangka panjang seperti AKDR, sterilitas wanita dan sterilitas pria Ardiyan, 2008.  Pendidikan Pendidikan adalah salah satu faktor penentu pada gaya hidup dan status kehidupan seseorang dalam masyarakat. Penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang dimiliki mempunyai pengaruh yang kuat pada perilaku reproduksi dan penggunaan alat kontrasepsi. Pemakaian kontrasepsi meningkat seiring dengan tingkat pendidikan, wanita berstatus kawin yang tidak sekolah menggunakan cara kontrasepsi modern dan meningkat hingga jenjang pendidikan berpendidikan tamat SMTA keatas BKKBN, 2010. Pemakai kontrasepsi modern yang berpendidikan lebih tinggi lebih banyak memperoleh informasi mengenai efek samping atau masalah dari metode yang digunakan, tindakan perlu diambil jika mengalami efek samping, dan metode lain yang dapat digunakan dibandingkan dengan wanita yang berpendidikan lebih rendah SDKI, 2007.  Pekerjaan Berdasarkan SDKI 2002-2003 alat kontrasepsi pil terbanyak digunakan oleh wanita dari golongan menengah atas yaitu 15,4; alat kontrasepsi susuk KB atau implant lebih sering digunakan oleh wanita dari golongan menengah bawah dan terbawah, sebesar masing-masing 6,4; pada golongan menengah sebesar 4,2; golongan menengah atas sebesar 2,9; dan golongan teratas sebesar 1,6; kontrasepsi suntik banyak digunakan oleh wanita dari golongan menengah yaitu 32,4 dan alat kontrasepsi kondom banyak digunakan oleh golongan teratas yaitu 2,2. Sedangkan alat kontrasepsi spiral lebih sering digunakan oleh wanita dari 12 golongan teratas, sebesar 13,7, pada golongan terbawah sebesar 3,1, pada golongan menengah kebawah sebesar 5,1, pada golongan menengah sebesar 4,7; dan golongan menengah atas sebesar 4,2 SDKI,2003.  Tingkat pendapatan Pendapatan rumah tangga amat besar pengaruhnya terhadap tingkat konsumsi. Biasanya makin tinggi tingkat pendapatan, tingkat konsumsi makin tinggi. Karena ketika pendapatan meningkat, kemampuan rumah tangga untuk membeli aneka kebutuhan konsumsi menjadi makin besar. Atau mungkin juga pola hidup menjadi makin konsumtif, setidak-tidaknya semakin menuntut kualitas yang baik Notoadmojo, 1997.  Jumlah Anak Berdasarkan SENSUS 1990 dan SUPAS 1995, proporsi pemilikan anak pada wanita usia muda cenderung memiliki jumlah anak kecil lebih besar, semakin bertambah umur semakin berkurang untuk memiliki anak. Kemampuan seorang wanita untuk melahirkan atau fertilitas merupakan aspek demografis yang dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, diantaranya kontrasepsiIskandar, 1977. Pada wanita usia muda penggunaan kontrasepsi cenderung mengarah pada kontrasepsi jangka pendek, seperti pil, kondom atau suntik, hal ini disebabkan mereka masih menginginkan tambahan anak. Sedangkan kontrasepsi jangka panjang seperti Intra Uterine Device IUD, Implant dan Medis Operasi Wanita MOWsterilisasi wanita serta Medis Operasi Pria MOPsterilisasi pria digunakan oleh kelompok wanita yang sudah tidak menginginkan anak lagi. Hal ini berlawanan dengan hasil SDKI 1991 dan SDKI 1994 yang menunjukkan jumlah wanita yang menggunakan kontrasepsi jangka pendek tetap besar meskipun jumlah anak mereka bertambah. Sedangkan yang menggunakan jangka panjang makin berkurang, khususnya IUD Biro Pusat Statistik, 1998. 13  Peran suami Pembicaraan antara suami dan isteri mengenai KB tidak selalu menjadi prasyarat dalam penerimaan KB, namun tidak adanya diskusi tersebut dapat menjadi halangan terhadap pemakaian alat kontrasepsi. Berdasarkan SDKI 2002-2003, 57 wanita mendiskusikan KB dengan pasangannya paling sedikit satu kali selama setahun terakhir. Wanita usia 20-34 tahun cenderung lebih sering membicarakan KB dengan suami dibandingkan dengan wanita pada kelompok umur lainnya. Dan 43 wanita tidak pernah membicarakan KB dengan pasangannya. Data yang lain juga menyebutkan bahwa 2 wanita setuju menggunakan alat kontrasepsi tetapi suaminya tidak setuju dan hanya 1 wanita yang tidak setuju tetapi suaminya setuju. Jadi perbedaan pendapat tentang KB antara suami dan isteri di Indonesia relatif rendah yaitu 2 SDKI,2003.  Keikutsertaan Dalam Kegiatan Penyuluhan KB Berdasarkan penelitian BKKBN 2001, keaktifan isteri dalam perkumpulan atau organisasi KB tidak dapat menjamin bahwa seseorang dapat mengerti dan melaksanakan program KB. Keikutsertaan KB pada keluarga kecil sebesar 46 yang ternyata lebih rendah daripada keikutsertaan KB pada keluarga besar yaitu sebesar 54. Persentase terbesar pada keluarga kecil adalah pada kelompok keluarga muda, sehingga sebaiknya sasaran program diarahkan pada mereka yang masih keluarga muda, baik pada keluarga kecil maupun keluarga besar BKKBN 2001.  Sumber informasi Sumber informasi sangat berperan terhadap tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku seseorang. Materi informasi yang sederhana, metode yang terarah dan diberikan oleh orang atau petugas yang berkompeten dalam hal tersebut akan lebih mudah diserap oleh seseorang sehingga akan berpengaruh pula terhadap pengetahuan, sikap, dan perilaku. 14  Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Seorang yang memiliki pengetahuan baik akan cenderung memilih alat kontrasepsi yang sesuai dan cocok digunakannya. Karena dengan pengetahuan yang baik seseorang akan lebih mudah menerima informasi terutama tentang alat kontrasepsi. Sejalan pendapat dari Nursalam dan Siti Priyani 2002 yang mengatakan bahwa pada umumnya pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh pendidikan yang pernah diterima, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin baik pula tingkat pengetahuannya. Sikap adalah reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Dalam penentuan sikap yang utuh; pengetahuan, berpikir, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting Notoadmojo, 2003. Pengukuran perilaku dapat secara langsung yaitu dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden, atau secara tidak langsung melalui wawancara terhadap kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari atau bulan yang lalu. 15

2.2 Kerangka Konsep

Gambar 2.3 Kerangka konsep