Kognitif pada Lansia TINJAUAN PUSTAKA

Amigdala Amigdala, terletak di samping hipokampus dalam lobus temporalis medial, merupakan struktur penting dalam memori emosional. Seseorang dengan kerusakan pada amigdala mungkin dapat mengingat kejadian yang pernah dialaminya, tetapi tidak bisa mengingat kandungan emosi di dalamnya. Selain penting dalam fungsi memori, lobus temporalis juga penting dalam fungsi bahasa, dimana terdapat struktur penting, yaitu area Wernicke, yang terletak di sekeliling girus Heschl di bidang superior temporal. Serat-serat auditorik berjalan dari badan genikulatus medial dari talamus ke girus Heschl pada bidang superior temporal. Di sekeliling girus Heschl adalah korteks auditorik yang dikenal sebagai area Wernicke. Serat-serat dari area Wernicke diproyeksikan ke area Broca di lobus frontal inferior melalui fasikulus arkuatus dan mungkin jalur substansia alba lainnya. Area Broca dapat dianggap sebagai korteks motorik. Sebagai perluasan dari korteks premotorik, area Broca dapat membuat kode yang menghasilkan program artikulasi untuk area korteks motorik yang melayani pergerakan mulut, lidah dan laring Goldman, 2000.  Lobus Parietalis Lobul parietalis superior dan lobul parietalis inferior membentuk lobus parietal. Lobul parietalis inferior termasuk girus supramarginalis dan girus angularis. Korteks asosiasi untuk input visual, taktil dan auditoris terkandung dalam lobus parietalis. Lobus parietalis kiri mempunyai peranan istimewa dalam proses verbal; lobus parietalis kanan mempunyai peranan yang lebih besar dala proses visual-spasial Kaplan, Sadock Grebb, 1997.

2.3 Kognitif pada Lansia

Setiati, Harimurti Roosheroe 2006 menyebutkan adanya perubahan kognitif yang terjadi pada lansia, meliputi berkurangnya kemampuan meningkatkan fungsi intelektual, berkurangnya efisiensi tranmisi saraf di otak Universitas Sumatera Utara menyebabkan proses informasi melambat dan banyak informasi hilang selama transmisi, berkurangnya kemampuan mengakumulasi informasi baru dan mengambil informasi dari memori, serta kemampuan mengingat kejadian masa lalu lebih baik dibandingkan kemampuan mengingat kejadian yang baru saja terjadi. Penurunan menyeluruh pada fungsi sistem saraf pusat dipercaya sebagai kontributor utama perubahan dalam kemampuan kognitif dan efisiensi dalam pemrosesan informasi Papalia, Olds Feldman, 2008. Penurunan terkait penuaan ditunjukkan dalam kecepatan, memori jangka pendek, memori kerja dan memori jangka panjang. Perubahan ini telah dihubungkan dengan perubahan pada struktur dan fungsi otak. Raz dan Rodrigue dalam Myers, 2008 menyebutkan garis besar dari berbagai perubahan post mortem pada otak lanjut usia, meliputi volume dan berat otak yang berkurang, pembesaran ventrikel dan pelebaran sulkus, hilangnya sel-sel saraf di neokorteks, hipokampus dan serebelum, penciutan saraf dan dismorfologi, pengurangan densitas sinaps, kerusakan mitokondria dan penurunan kemampuan perbaikan DNA. Raz dan Rodrigue2006 juga menambahkan terjadinya hiperintensitas substansia alba, yang bukan hanya di lobus frontalis, tapi juga dapat menyebar hingga daerah posterior, akibat perfusi serebral yang berkurang Myers, 2008 Buruknya lobus frontalis seiring dengan penuaan telah memunculkan hipotesis lobus frontalis, dengan asumsi penurunan fungsi kognitif lansia adalah sama dibandingkan dengan pasien dengan lesi lobus frontalis. Kedua populasi tersebut memperlihatkan gangguan pada memori kerja, atensi dan fungsi eksekutif Rodriguez-Aranda Sundet dalam Myers, 2008. 2.3.1 Karakteristik Demografi Penurunan Kognitif pada Lansia  Status Kesehatan Salah satu faktor penyakit penting yang mempengaruhi penurunan kognitif lansia adalah hipertensi. Peningkatan tekanan darah kronis dapat meningkatkan efek penuaan pada struktur otak, meliputi reduksi substansia putih dan abu-abu di lobus prefrontal, penurunan Universitas Sumatera Utara hipokampus, meningkatkan hiperintensitas substansia putih di lobus frontalis. Angina pektoris, infark miokardium, penyakit jantung koroner dan penyakit vaskular lainnya juga dikaitkan dengan memburuknya fungsi kognitif Briton Marmot, 2003 dalam Myers, 2008  Faktor usia Suatu penelitian yang mengukur kognitif pada lansia menunjukkan skor di bawah cut off skrining adalah sebesar 16 pada kelompok umur 65-69, 21 pada 70-74, 30 pada 75-79, dan 44 pada 80+. Hasil penelitian tersebut menunjukkan adanya hubungan positif antara usia dan penurunan fungsi kognitif Scanlan et al, 2007.  Status Pendidikan Kelompok dengan pendidikan rendah tidak pernah lebih baik dibandingkan kelompok dengan pendidikan lebih tinggi Scanlan, 2007.  Jenis Kelamin Wanita tampaknya lebih beresiko mengalami penurunan kognitif. Hal ini disebabkan adanya peranan level hormon seks endogen dalam perubahan fungsi kognitif. Reseptor estrogen telah ditemukan dalam area otak yang berperan dalam fungsi belajar dan memori, seperti hipokampus. Rendahnya level estradiol dalam tubuh telah dikaitkan dengan penurunan fungsi kognitif umum dan memori verbal. Estradiol diperkirakan bersifat neuroprotektif dan dapat membatasi kerusakan akibat stress oksidatif serta terlihat sebagai protektor sel saraf dari toksisitas amiloid pada pasien Alzheimer Yaffe dkk, 2007 dalam Myers, 2008.

2.4 MMSE Mini Mental Status Examination