Gambaran Fungsi Kognitif Klien Usia Lanjut di Posbindu Rosella Legoso Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Timur Tangerang Selatan Tahun 2013.

(1)

WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIPUTAT TIMUR

TANGERANG SELATAN

DISUSUN OLEH:

RIZHSKY DAYAMAES

NIM: 108104000040

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2013 M/ 1434 H


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “GAMBARAN FUNGSI KOGNITIF KLIEN USIA LANJUT DI POSBINDU ROSELLA LEGOSO WILAYAH KERJA PUSKESMAS

CIPUTAT TIMUR TANGERANG SELATAN TAHUN 2013” yang diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Keperawatan

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada yang terhormat:

1. Orang Tua penulis, Yanda dan Bunda, Kais, Rama, Mas Yeye, Naira, dan Adzani tersayang

2. Prof. DR. Dr. M. K. Tadjudin. Sp. And. selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

3. Ns. Waras Budi Utomo, S. Kep, MKM selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4. Ns. Eni Nur’aini Agustini, S. Kep, MSc selaku Sekertaris Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5. Ns. Irma Nurbaeti, S. Kp, M. Kep, Sp. Mat selaku Pembimbing Akademik 6. Bapak Jamaludin, S. Kp, M. Kep dan Ibu Yenita Agus, M. Kep, Sp. Mat

selaku Pembimbing I dan II yang telah membimbing dan memberikan masukan dalam penulisan skripsi ini

7. Seluruh Dosen PSIK dan Staff Akademik PSIK dan FKIK

Dengan memanjatkan doa kepada Allah SWT, penulis berharap semua kebaikan yang telah diberikan mendapatkan balasan-Nya dan semua kesalahan diampuni-Nya. Amin.

Jakarta, November 2013


(7)

ii

Nama : Rizhsky Dayamaes

Tempat, Tanggal Lahir : Palembang, 29 Januari 1990 Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Alamat : Perum Peruri 7 K90 Legoso Ciputat Tangerang Selatan Banten

Email : dayamaesyahuza@ymail.com

Riwayat Pendidikan

1. TK Yayasan IBA Palembang (1994-1995)

2. SDN 107 Palembang (1995-1996)

3. SDN Inpres Pisangan Barat (1996-1998)

4. SDN Pisangan III (1998-2001)

5. SMPN 2 Ciputat (2001-2004)

6. SMAN 1 Serpong (2004-2007)

7. S1 Ilmu Keperawatan UIN Jakarta (2008-2014)

Pengalaman Seminar dan Pelatihan

1. Seminar Emergency Fair & Festival (2008)

2. Pelatihan Sirkumsisi (2009)

3. Seminar The Power of Herbal (2009)

4. Seminar Polemik Imunisasi di Indonesia (2009) 5. Seminar Mengenali dan Mengantisipasi Flu Babi (2009)

Pengalaman Organisasi

1. Anggota Muda Sispala SMAN 2 Tangerang Selatan (Moonpala) 2. Pendiri Sispala SMAN 9 Tangerang Selatan (9’Forest)


(8)

iii PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Skripsi, Januari 2014

Rizhsky Dayamaes, NIM: 108104000040

Gambaran Fungsi Kognitif Klien Usia Lanjut di Posbindu Rosella Legoso Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Timur Tangerang Selatan Tahun 2013. xiv + 49 Halaman + 2 Bagan + 10 Tabel + 3 Lampiran

ABSTRAK

Perhatian dan pengetahuan masyarakat terhadap gangguan kognitif pada saat ini masih sangat kurang. Masyarakat cenderung menganggap hal tersebut sebagai bagian dari proses menua yang wajar. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan jumlah lansia berumur ≥60 tahun yang mengalami gangguan fungsi kognitif sebesar 222.093 atau sekitar 31,37% dari 707.954 lansia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran fungsi kognitif klien usia lanjut dengan berbagai karakteristik.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Waktu 19-22 Desember 2013. Sampel sebanyak 72 lansia, diambil secara cross sectional dengan teknik

total sampling. Pengumpulan data melalui kuesioner berupa formulir identitas responden dan kuesioner Mini Mental Status Examination (MMSE). Analisis data yang digunakan adalah analisa univariat.

Hasil menunjukan bahwa sebagian besar lansia tidak menderita penyakit hipertensi 36 orang (54,17 %), berjenis kelamin perempuan 50 orang (69,44 %), berusia sekitar 60-74 tahun 59 orang (81,94 %), berpendidikan SD/ setara 53 orang (73,61 %), tidak merokok 47 orang (65,28), dan tidak berolahraga 54 orang (75,00%). Sedangkan lansia yang memiliki fungsi kognitif terganggu 49 orang (68,06 %), dengan karakteristik lansia yang menderita penyakit hipertensi 26 orang (78,79 %), lansia berjenis kelamin perempuan 39 orang (78,00 %), lansia dengan usia Very Old (>90 tahun) 1 orang (100,00 %), lansia dengan tingkat pendidikan SD/ setara 43 orang (81,13 %), lansia dengan perilaku merokok 18 orang (72,00 %), dan lansia yang tidak berolahraga 44 orang (81,48 %).

Peneliti menyarankan bagi praktisi kesehatan khususnya perawat dapat lebih baik lagi dalam melakukan asuhan keperawatan terhadap lansia dengan melihat berbagai macam karakteristik lansia dalam upaya penanganan dan pencegahan penurunan fungsi kognitif serta fungsi kognitif terganggu.

Kata Kunci : Lansia, Fungsi Kognitif Daftar Bacaan : 33 (1975-2011)


(9)

iv UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Undergraduated Thesis, January 2014

Rizhsky Dayamaes, ID: 108104000040

Description of Cognitive Function of Elderly Client in Posbindu Legoso Rosella Work Area Puskesmas East Ciputat South Tangerang 2013.

xiv + 49 Pages + 2 Charts+ 10 Tables + 3 Attachments

ABSTRACT

Attention and knowledge of the cognitive impairment in the community is very lacking. Society tends to regard it as part of the natural aging process. Based on data from the South Tangerang City Health Department the number of elderly aged ≥60 years who have impaired cognitive function is 222 093, or approximately 31.37 % from 707 954 elderly. The purpose of this study is to describe the cognitive functions of elderly clients with various characteristics.

This research is descriptive quantitative. Lasted for Desember 19 to 22 2013. Sample of 72 elderly, taken in cross sectional total sampling technique. Collecting data through questionnaire identity of respondents and questionnaire of Mini Mental Status Examination (MMSE). Analysis of the data used is univariate.

The results showed that most of the elderly do not suffer from hypertension is 36 person (54.17%), female is 50 (69.44%), aged around 60-74 years is 59 (81.94%), primary education level /equal is 53 (73.61%), non-smoking is 47 (65.28), and not exercising is 54 (75.00%). While the elderly who have impaired cognitive function is 49 person (68.06 %), with the characteristics of the elderly who have hypertension is 26 person (78,79 %), the female elderly is 39 person (78.00 %), elderly with Very Old age (>90 years) is 1 person (100.00 %), elderly with primary education level /equal is 43 person (81.13 %), elderly with smoking behavior is 18 person (72,00 %), and elderly who do not exercise is 44 person (81.48 %).

Researchers suggest for nurses and other health practitioners can perform better in the nursing care of the elderly by looking at a wide range of characteristics of the elderly in handling and prevention of cognitive decline and impaired cognitive function.

Keywords: Elderly, Cognitive Function Reading List: 33 (1975-2011)


(10)

v DAFTAR ISI

PERNYATAAN ORISINALITAS ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ... iii

LEMBAR PENGESAHAN SIDANG ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vi

ABSTRAK ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR BAGAN ... xii

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Masalah Penelitian ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

1. Tujuan Umum ... 5

2. Tujuan Khusus ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

A. Lansia ... 7

1. Pengertian Lansia ... 7


(11)

vi

2. Faktor-Faktor Kognitif ... 9

3. Aspek-Aspek Kognitif ... 10

4. Teori Mempertahankan Fungsi Kognitif ... 13

C. Kognitif Pada Lansia ... 14

1. Karakteristik Demografi... 16

D. MMSE (Mini Mental Status Examination) ... 18

1. Tujuan ... 18

2. Gambaran ... 19

3. Pelaksanaan ... 20

4. Validitas ... 20

5. Reabilitas ... 21

6. Penggunaan Klinis ... 21

7. Interpretasi MMSE ... 23

E. Kerangka Teori... 24

BAB III KERANGKA KONSEP ... 25

A. Kerangka Konsep ... 25

B. Definisi Operasional... 25

BAB IV METODE PENELITIAN ... 28

A. Desain Penelitian ... 28

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 28

C. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling ... 28

1. Populasi ... 28

2. Sampel Penelitian ... 29

3. Besar Sampel ... 29

D. Instrumen Penelitian... 30

E. Metode Pengumpulan Data ... 30

F. Prosedur Pengumpulan Data ... 30


(12)

vii

H. Pengolahan Data... 32

1. Editing ... 32

2. Coding ... 32

3. Entry Data ... 32

4. Analisa Data ... 32

I. Analisis Data ... 33

1. Rata-Rata ... 33

2. Standar Deviasi ... 34

BAB V HASIL PENELITIAN ... 35

A. Gambaran Umum Posbindu Rosella ... 35

B. Gambaran Karakteristik Lansia... 36

BAB VI PEMBAHASAN ... 43

A. Pembahasan ... 43

1. Gambaran Fungsi Kognitif Dengan Penyakit Hipertensi... 43

2. Gambaran Fungsi Kognitif Dengan Jenis Kelamin ... 43

3. Gambaran Fungsi Kognitif Dengan Usia ... 44

4. Gambaran Fungsi Kognitif Dengan Tingkat Pendidikan ... 45

5. Gambaran Fungsi Kognitif Dengan Perilaku Merokok ... 45

6. Gambaran Fungsi Kognitif Dengan Aktivitas Olahraga ... 46

B. Keterbatasan Penelitian ... 46

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 48

A. Kesimpulan ... 48

B. Saran ... 49

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(13)

viii

Nomor Bagan Judul Bagan Hal

2.1 Kerangka Teori………. 24


(14)

ix

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Judul Tabel Hal

3.1 Definisi Operasional………. 25

5.1 Distribusi frekuensi lansia berdasarkan penyakit hipertensi, jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan,

kebiasaan merokok, dan olahraga...……….. 36 5.2 Distribusi frekuensi fungsi kognitif lansia berusia ≥60

tahun di Posbindu Rosella ………. 37 5.3 Standar deviasi lansia berdasarkan aspek-aspek kognitif

pada MMSE ……… 38

5.4 Distribusi frekuensi fungsi kognitif dengan penyakit hipertensi pada lansia berusia ≥60 tahun di Posbindu

Rosella………... 38 5.5 Distribusi frekuensi fungsi kognitif dengan jenis kelamin

lansia berusia ≥60 tahun di Posbindu Rosella………. 39 5.6 Distribusi frekuensi fungsi kognitif dengan usia lansia di

Posbindu Rosella………. 39

5.7 Distribusi frekuensi fungsi kognitif dengan tingkat pendidikan pada lansia berusia ≥60 tahun di Posbindu

Rosella………... 40 5.8 Distribusi frekuensi fungsi kognitif dengan perilaku

merokok pada lansia berusia ≥60 tahun di Posbindu

Rosella……….. 41

5.9 Distribusi frekuensi fungsi kognitif dengan aktivitas olahraga pada lansia berusia ≥60 tahun di Posbindu


(15)

x

Lampiran 1 Lembar Informed Consent

Lampiran 2 Kuesioner Data Demografi


(16)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di seluruh dunia jumlah lansia diperkirakan mencapai angka 500 juta dengan usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar (Stanley, 2007). Pertambahan jumlah lansia di Indonesia dalam kurun waktu tahun 1990 sampai 2025, tergolong tercepat di dunia. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukan bahwa penduduk lansia pada tahun 2000 berjumlah 14,4 juta jiwa (7,18%). Pada tahun 2010 diperkirakan menjadi 23,9 juta jiwa (9,77%) dan pada tahun 2020 akan berjumlah 28,8 juta jiwa (11,34%) (BPS, 2010).

Akibat populasi usia lanjut yang meningkat maka akan terjadi transisi epidemiologi yaitu bergesernya pola penyakit dari penyakit infeksi dan gangguan gizi menjadi penyakit-penyakit degeneratif, diabetes, hipertensi, neoplasma, dan penyakit jantung koroner. Konsekuensi dari peningkatan warga usia lanjut adalah meningkatnya jumlah pasien lansia dengan kerakteristiknya yang berbeda dengan warga pada usia yang berbeda. Karakteristik pasien lansia adalah multipatologi, menurunnya daya cadangan biologis, berubahnya gejala dan tanda penyakit dari yang klasik, terganggunya status fungsional pasien lansia, dan sering terdapat gangguan nutrisi, gizi kurang atau buruk (Soejono,2006).

Salah satu bentuk terganggunya status fungsional yang paling menonjol pada pasien lansia adalah penurunan fungsi kognitif. Kognitif adalah suatu konsep


(17)

yang kompleks yang melibatkan sekurang-kurangnya aspek memori, perhatian, fungsi eksekutif, persepsi, bahasa, dan fungsi psikomotor (Nehlig, 2010). Penurunan fungsi kognitif pada lansia dapat meliputi berbagai aspek yaitu orientasi, registrasi, atensi dan kalkulasi, memori, bahasa. Penurunan ini dapat mengakibatkan masalah antara lain memori panjang dan proses informasi, dalam memori panjang lansia akan kesulitan dalam mengungkapkan kembali cerita atau kejadian yang tidak begitu menarik perhatiannya dan informasi baru atau informasi tentang orang. Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) mencatat penurunan fungsi kognitif lansia diperkirakan 121 juta manusia, dari jumlah itu 5,8% laki-laki dan 9,5% perempuan (Djojosugito, 2002). Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan jumlah lansia berumur ≥60 tahun di wilayah tersebut sebesar 222.093 atau sekitar 31,37% dari 707.954 lansia (Dinas Kesehatan Tangerang Selatan, 2009).

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Zulsita (2010) mengenai gambaran kognitif pada lansia di RSUP H.Adam Malik Medan dan puskesmas Petisah Medan didapatkan hasil penelitian yaitu 34% responden mengalami penurunan fungsi kognitif. Perempuan lebih banyak mengalami penurunan fungsi kognitif daripada laki-laki, yaitu sebesar 45,7%. Penurunan fungsi kognitif terjadi pada 50% lanjut usia tua (75-90 tahun), lebih banyak dibandingkan pada lanjut usia (60-74 tahun) 27,7 %. Sedangkan berdasarkan status pendidikan, lansia dengan status pendidikan SD lebih banyak mengalami penurunan fungsi kognitif, yaitu 62,5% daripada lansia dengan status pendidikan lainnya.

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di wilayah Legoso Ciputat pada bulan April 2013 pada 10 orang lansia yang dipilih secara random dengan kisaran


(18)

3

usia diatas 60 tahun menunjukan bahwa terdapat 70% lansia mengalami kerusakan aspek kognitif dan fungsi mental, dan 30% lansia memiliki aspek kognitif dan fungsi mental yang baik. Berdasarkan hasil studi pendahuluan, karakteristik lansia yang mengalami kerusakan aspek kognitif dan fungsi mental antara lain berusia lanjut usia tua (75-90 tahun) 3 orang, dan lanjut usia (60-75 tahun) 4 orang, jenis kelamin laki-laki 2 orang, dan perempuan 5 orang, berpendidikan SR (setingkat SD) 5 orang dan pendidikan setara SMP 2 orang, mempunyai riwayat penyakit hipertensi 4 orang, sedangkan lansia yang mengaku tidak pernah melakukan aktivitas olahraga sebanyak 3 orang.

Perhatian dan pengetahuan masyarakat terhadap gangguan kognitif pada saat ini masih sangat kurang. Masyarakat cenderung menganggap hal tersebut sebagai bagian dari proses menua yang wajar. Pada umumnya masyarakat baru akan mencari pengobatan setelah terjadi gangguan kognitif yang berat dan gangguan perilaku atau demensia, sehingga penatalaksanaannya tidak akan memberikan hasil yang memuaskan. Penatalaksanaan gangguan kognitif pada stadium dini baik secara farmakologis maupun nonfarmakologis dapat menyembuhkan atau memperlambat progresifitas penyakitnya, sehingga individu yang bersangkutan tetap mempunyai kualitas hidup yang baik. Penilaian fungsi kognitif dengan pemeriksaan neuropsikologi seperti Mini Mental State Examination (MMSE) merupakan salah satu cara penapisan adanya gangguan kognitif secara dini (Dikot & Ong, 2007).

Perawat atau keluarga sangat berperan penting dalam membantu lansia yang mengalami penurunan pada aspek kognitif, yaitu dengan menumbuhkan dan membina hubungan saling percaya, saling bersosialisasi, dan selalu mengadakan


(19)

kegiatan yang bersifat kelompok, selain itu untuk mempertahankan fungsi kognitif pada lansia, upaya yang dapat dilakukan adalah dengan cara menggunakan otak secara terus menerus dan di istirahatkan dengan tidur, kegiatan seperti membaca, mendengarkan berita dan cerita melalui media sebaiknya di jadikan sebuah kebiasaan hal ini bertujuan agar otak tidak beristirahat secara terus menerus (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008).

Posbindu Rosella sebagai Posbindu yang baru berdiri di bawah wilayah kerja Puskesmas Ciputat Timur mencakup beberapa RT di Wilayah Legoso Ciputat Tangerang Selatan dengan jumlah lansia binaan usia ≥60 paling banyak dibandingkan dengan posbindu lain di wilayah kerja Puskesmas Ciputat Timur yaitu sebanyak 377 orang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui fungsi kognitif lansia binaan di Posbindu Rosella Legoso sebagai skrining dini fungsi kognitif sehingga dampak dari penurunan fungsi kognitif bisa segera ditindak lanjuti dan diminimalkan.

B. Masalah Penelitian

Dengan melihat latar belakang seperti di atas, maka peneliti merumuskan masalah yang diteliti adalah:

a) Bagaimana karakteristik klien usia lanjut di wilayah kerja posbindu Rosella Legoso Ciputat?

b) Bagaimana gambaran fungsi kognitif klien usia lanjut di wilayah kerja posbindu Rosella Legoso Ciputat ?


(20)

5

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Mengetahui gambaran fungsi kognitif klien usia lanjut dengan berbagai karakteristik.

2. Tujuan Khusus

a) Mengetahui gambaran karakteristik klien usia lanjut di wilayah kerja Posbindu Rosella Legoso Ciputat.

b) Mengetahui gambaran fungsi kognitif klien usia lanjut di wilayah kerja Posbindu Rosella Legoso Ciputat.

D. Manfaat Penelitian

a) Memberikan gambaran mengenai karakteristik klien usia lanjut di wilayah kerja Posbindu Rosella Legoso Ciputat.

b) Memberikan gambaran fungsi kognitif klien usia lanjut untuk menjadi skrining dini penurunan fungsi kognif lansia dan memberikan bahan masukan bagi tenaga kesehatan dan masyarakat dalam hal ini keluarga klien usia lanjut di wilayah kerja Posbindu Rosella Legoso Ciputat dalam upaya menindaklanjuti fungsi kognitif pada klien usia lanjut.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan desain cross sectional dan menggunakan data primer berupa kuesioner. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran fungsi kognitif klien usia lanjut dengan berbagai karakteristiknya, berbeda dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Arni


(21)

Zulsita pada tahun 2010 yang meneliti lansia dengan kisaran usia >65 tahun, serta menggunakan metode pengambilan sampel consecutive sampling, pada penelitian ini mengambil batasan lanjut usia sesuai dengan kriteria WHO yaitu ≥60 tahun, dan metode pengambilan sampel menggunakan total sampling, penelitian ini juga mengikutsertakan karakteristik penuaan sekunder seperti penyakit hipertensi, kebiasaan merokok, dan olahraga.


(22)

7 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Lansia

a) Pengertian Lansia

Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis. Kegagalan ini berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan kepekaan secara individual (Makhfudli, 2009).

Menurut World Health Organization (WHO), usia lanjut dibagi menjadi empat kriteria berikut : usia pertengahan (middle age) adalah 45-59 tahun, lanjut usia (elderly) adalah 60-74 tahun, lanjut usia tua (old) adalah 75-90 tahun, usia sangat tua (very old) adalah di atas 90 tahun (Makhfudli, 2009).

b) Konsep Menua

Proses menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi serta memperbaiki kerusakan yang diderita. Seiring dengan proses tersebut tubuh mengalami masalah kesehatan yang biasa disebut penyakit degeneratif (Maryam, 2008)

Terdapat dua jenis penuaan, antara lain penuaan primer, merupakan proses kemunduran tubuh gradual tak terhindarkan yang dimulai pada masa awal kehidupan dan terus berlangsung selama bertahun-tahun, terlepas dari apa yang orang-orang lakukan untuk menundanya. Sedangkan penuaan sekunder


(23)

merupakan hasil penyakit, kesalahan dan penyalahgunaan faktor-faktor yang sebenarnya dapat dihindari dan berada dalam kontrol seseorang (Papalia, Olds & Feldman, 2008).

Banyak perubahan yang dikaitkan dengan proses menua merupakan akibat dari kehilangan yang bersifat bertahap (gradual loss). Lansia mengalami perubahan-perubahan fisik diantaranya perubahan sel, sistem persarafan, sistem pendengaran, sistem penglihatan, sistem kardiovaskuler, sistem pengaturan suhu tubuh, sistem respirasi, sistem gastrointestinal, sistem genitourinari, sistem endokrin, sistem muskuloskeletal, disertai juga dengan perubahan-perubahan mental menyangkut perubahan ingatan (memori) (Watson 2003). Berdasarkan perbandingan yang diamati secara potong lintang antar kelompok usia yang berbeda, sebagian besar organ tampaknya mengalami kehilangan fungsi sekitar satu persen per tahun, dimulai pada usia sekitar 30 tahun (Setiati, Harimurti & Roosheroe, 2006).

B. Kognitif

1. Definisi Kognitif

Kognitif merupakan suatu proses pikir yang membuat seseorang menjadi waspada terhadap objek pikiran atau persepsi, mencakup semua aspek pengamatan, pemikiran dan ingatan (Dorland, 2002). Kognitif adalah fakultas mental yang berhubungan dengan pengetahuan, mencakup persepsi, menalar, mengenali, memahami, menilai, dan membayangkan (Kamus Kedokteran Stedman, 2002). Kognitif adalah suatu konsep yang kompleks yang


(24)

9

melibatkan sekurang-kurangnya aspek memori, perhatian, fungsi eksekutif, persepsi, bahasa dan fungsi psikomotor. (Nehlig, 2010).

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Kognitif

Setiap manusia memiliki karakteristik yang berbeda-beda, perkembangan kognitif tidak sama pada setiap indiidu. Perbedaan perkembangan ini tidak lepas dari beberapa faktor. Terdapat empat faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif.

a) Perkembangan organik dan kematangan sistem syaraf.

Hal ini erat kaitannya dengan pertumbuhan fisik dan perkembangan organ tubuh. Seseorang yang memiliki kelainan fisik belum tentu mengalami perkembangan kognitif yang lambat. Begitu juga sebaliknya, seseorang yang pertumbuhan fisiknya sempurna bukan merupakan jaminan pula perkembangan kognitifnya cepat. Sistem syaraf turut mempengaruhi proses perkembangan kognitif.

b) Latihan dan Pengalaman

Hal ini berkaitan dengan pengembangan diri melalui serangkaian latihan-latihan dan pengalaman. Perkembangan kognitif seseorang sangat dipengaruhi oleh latihan-latihan dan pengalaman.

c) Interaksi Sosial

Perkembangan kognitif juga dipengaruhi oleh hubungan dengan lingkungan sekitar, terutama situasi sosial, baik itu interaksi antara teman sebaya maupun orang-orang terdekat.


(25)

d) Ekuilibrasi

Ekuilibrasi merupakan proses terjadinya keseimbangan yang mengacu pada keempat tahap perkembangan kognitif menurut Jean Piaget. Keseimbangan tahapan yang dilalui tentu menjadi faktor penentu bagi perkembangan kognitif. (Djaali, 2011)

3. Aspek-Aspek Kognitif

Fungsi kognitif seseorang meliputi berbagai fungsi berikut, antara lain :

a) Orientasi

Orientasi dinilai dengan pengacuan pada personal, tempat dan waktu. Orientasi terhadap personal (kemampuan menyebutkan namanya

sendiri ketika ditanya) menunjukkan informasi yang ”overlearned”.

Kegagalan dalam menyebutkan namanya sendiri sering merefleksikan negatifism, distraksi, gangguan pendengaran atau gangguan penerimaan bahasa.

Orientasi tempat dinilai dengan menanyakan negara, provinsi, kota, gedung dan lokasi dalam gedung. Sedangkan orientasi waktu dinilai dengan menanyakan tahun, musim, bulan, hari dan tanggal. Karena perubahan waktu lebih sering daripada tempat, maka waktu dijadikan indeks yang paling sensitif untuk disorientasi.


(26)

11

b) Bahasa

Fungsi bahasa merupakan kemampuan yang meliputi 4 parameter, yaitu kelancaran, pemahaman, pengulangan dan naming.

1) Kelancaran

Kelancaran merujuk pada kemampuan untuk menghasilkan kalimat dengan panjang, ritme dan melodi yang normal. Suatu metode yang dapat membantu menilai kelancaran pasien adalah dengan meminta pasien menulis atau berbicara secara spontan.

2) Pemahaman

Pemahaman merujuk pada kemampuan untuk memahami suatu perkataan atau perintah, dibuktikan dengan mampunya seseorang untuk melakukan perintah tersebut.

3) Pengulangan

Kemampuan seseorang untuk mengulangi suatu pernyataan atau kalimat yang diucapkan seseorang.

4) Naming

Naming merujuk pada kemampuan seseorang untuk menamai suatu objek beserta bagian-bagiannya.

c) Atensi

Atensi merujuk pada kemampuan seseorang untuk merespon stimulus spesifik dengan mengabaikan stimulus yang lain di luar lingkungannya.


(27)

Aspek ini merujuk pada kemampuan seseorang untuk mengingat sejumlah kecil informasi selama < 30 detik dan mampu untuk mengeluarkannya kembali.

2) Konsentrasi

Aspek ini merujuk pada sejauh mana kemampuan seseorang untuk memusatkan perhatiannnya pada satu hal. Fungsi ini dapat dinilai dengan meminta orang tersebut untuk mengurangkan 7 secara berturut-turut dimulai dari angka 100 atau dengan memintanya mengeja kata secara terbalik.

d) Memori

Memori verbal, yaitu kemampuan seseorang untuk mengingat kembali informasi yang diperolehnya.

1) Memori baru

Kemampuan seseorang untuk mengingat kembali informasi yang diperolehnya pada beberapa menit atau hari yang lalu.

2) Memori lama

Kemampuan untuk mengingat informasi yang diperolehnya pada beberapa minggu atau bertahun-tahun lalu.

3) Memori visual

Kemampuan seseorang untuk mengingat kembali informasi berupa gambar.


(28)

13

e) Fungsi konstruksi, mengacu pada kemampuan seseorang untuk membangun dengan sempurna. Fungsi ini dapat dinilai dengan meminta orang tersebut untuk menyalin gambar, memanipulasi balok atau membangun kembali suatu bangunan balok yang telah dirusak sebelumnya.

f) Kalkulasi, yaitu kemampuan seseorang untuk menghitung angka.

g) Penalaran, yaitu kemampuan seseorang untuk membedakan baik buruknya suatu hal, serta berpikir abstrak (Goldman, 2000).

4. Teori Mempertahankan Fungsi Kognitif

Peningkatan jumlah lansia harus diimbangi kesiapan keluarga dan tenaga kesehatan dalam memandirikan dan meminimalisir bantuan ADL (Activity Daily Living) makan, minum, mandi, berpakaian, dan menaruh barang pada lansia, karena pada lansia terjadi berbagai penurunan atau perubahan antara lain perubahan fisiologis yang menyangkut masalah sistem muskuloskeletal, syaraf, kardiovaskuler, respirasi, indera, dan integumen, hal ini yang menghambat keaktifan dan keefektifan lansia dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari secara mandiri. Sebenarnya tidak ada batas yang tegas, pada usia berapa penampilan seseorang mulai menurun. Pada setiap orang, fungsi fisiologis alat tubuhnya sangat berbeda-beda, baik dalam hal pencapaian puncak maupun penurunannya (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008).

Perawat atau keluarga sangat berperan penting dalam membantu lansia yang mengalami penurunan pada aspek kognitif, yaitu dengan menumbuhkan


(29)

dan membina hubungan saling percaya, saling bersosialisasi, dan selalu mengadakan kegiatan yang bersifat kelompok, selain itu untuk mempertahankan fungsi kognitif pada lansia upaya yang dapat dilakukan adalah dengan cara menggunakan otak secara terus menerus dan di istirahatkan dengan tidur, kegiatan seperti membaca, mendengarkan berita dan cerita melalui media sebaiknya di jadikan sebuah kebiasaan hal ini bertujuan agar otak tidak beristirahat secara terus menerus (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008).

Mengisi teka teki silang (TTS) juga merupakan salah satu cara menjaga daya ingat yang bisa di lakukan para lansia, Brain Gym (senam otak) juga diduga mampu mempertahankankan bahkan meningkatkan kemampuan fungsi kognitif lansia, gerakan-gerakan dalam brain gym digunakan oleh para murid di Educational Kinesiology Foundation, California, USA (2006), untuk meningkatkan kemampuan belajar mereka dengan menggunakan keseluruhan otak. Banyak manfaat yang bisa diperoleh dengan melakukan brain gym. Gerakan-gerakan ringan dengan permainan melalui olah tangan dan kaki dapat memberikan rangsangan atau stimulus pada otak. Gerakan yang menghasilkan stimulus itulah yang dapat meningkatkan kemampuan kognitif (kewaspadaan, konsentrasi, kecepatan, persepsi, belajar, memori, pemecahan masalah dan kreativitas), selain itu kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan spiritual sebaiknya digiatkan agar dapat memberi ketenangan pada lansia (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008).


(30)

15

C. Kognitif Pada Lansia

Perubahan kognitif yang terjadi pada lansia, meliputi berkurangnya kemampuan meningkatkan fungsi intelektual, berkurangnya efisiensi tranmisi saraf di otak (menyebabkan proses informasi melambat dan banyak informasi hilang selama transmisi), berkurangnya kemampuan mengakumulasi informasi baru dan mengambil informasi dari memori, serta kemampuan mengingat kejadian masa lalu lebih baik dibandingkan kemampuan mengingat kejadian yang baru saja terjadi (Setiati, 2006).

Penurunan menyeluruh pada fungsi sistem saraf pusat dipercaya sebagai kontributor utama perubahan dalam kemampuan kognitif dan efisiensi dalam pemrosesan informasi (Papalia, Olds & Feldman, 2008). Penurunan terkait penuaan ditunjukkan dalam kecepatan, memori jangka pendek, memori kerja dan memori jangka panjang. Perubahan ini telah dihubungkan dengan perubahan pada struktur dan fungsi otak. Raz dan Rodrigue menyebutkan garis besar dari berbagai perubahan post mortem pada otak lanjut usia, meliputi volume dan berat otak yang berkurang, pembesaran ventrikel dan pelebaran sulkus, hilangnya sel-sel saraf di neokorteks, hipokampus dan serebelum, penciutan saraf dan dismorfologi, pengurangan densitas sinaps, kerusakan mitokondria dan penurunan kemampuan perbaikan DNA (Myers, 2008). Raz dan Rodrigue juga menambahkan terjadinya hiperintensitas substansia alba, yang bukan hanya di lobus frontalis, tapi juga dapat menyebar hingga daerah posterior, akibat perfusi serebral yang berkurang (Myers, 2008) Buruknya lobus frontalis seiring dengan penuaan telah memunculkan hipotesis lobus frontalis, dengan asumsi penurunan fungsi kognitif lansia adalah sama dibandingkan dengan pasien dengan lesi lobus frontalis. Kedua


(31)

populasi tersebut memperlihatkan gangguan pada memori kerja, atensi dan fungsi eksekutif (Myers, 2008).

1. Karakteristik Demografi Penurunan Kognitif pada Lansia a. Hipertensi

Salah satu faktor penyakit penting yang mempengaruhi penurunan kognitif lansia adalah hipertensi. Peningkatan tekanan darah kronis dapat meningkatkan efek penuaan pada struktur otak, meliputi reduksi substansia putih dan abu-abu di lobus prefrontal, penurunan hipokampus, meningkatkan hiperintensitas substansia putih di lobus frontalis. Angina pektoris, infark miokardium, penyakit jantung koroner dan penyakit vaskular lainnya juga dikaitkan dengan memburuknya fungsi kognitif (Briton & Marmot, 2003 dalam Myers,2008)

Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg. (Smeltzer,2001)

Penelitian lain tentang fungsi kognitif terhadap 378 penderita hipertensi dan membandingkan dengan 366 subjek normotensi dan dihubungkan dengan hiperinsulinemia. Hasilnya menunjukkan bahwa fungsi kognitif penderita hipertensi lebih terganggu pada hampir semua item fungsi kognitif yang diperiksa, walaupun hanya 5 dari 19 item perbedaannya tetapi hal ini signifikan secara statistik (Kuusisto, 1993).


(32)

17

Suatu penelitian menyimpulkan bahwa subjek dengan tekanan sistolik > 180 mmHg dibandingkan 141-180 mmHg, ternyata pada tekanan sistolik > 180 mmHg memiliki resiko relatif 1,5 mengalami penyakit Alzheimer (95%, CI = 1,0-2,3 dan p = 0,07) dan terjadinya demensia dengan resiko relatif 1,6 (95%, CI = 1,1-2,2). Tekanan sistolik < 140 mmHg dan tekanan diastolik > 90 mmHg tidak memperlihatkan hubungan dengan terjadinya demensia. Hubungan dengan demensia ini lebih jelas terlihat pada penderita yang tidak menggunakan obat anti hipertensi (Qiu, 2004).

b. Faktor usia

Suatu penelitian yang mengukur kognitif pada lansia menunjukkan skor di bawah cut off skrining adalah sebesar 16% pada kelompok umur 65-69, 21% pada 70-74, 30% pada 75-79, dan 44% pada 80+. Hasil penelitian tersebut menunjukkan adanya hubungan positif antara usia dan penurunan fungsi kognitif (Scanlan, 2007).

c. Status Pendidikan

Kelompok dengan pendidikan rendah tidak pernah lebih baik dibandingkan kelompok dengan pendidikan lebih tinggi (Scanlan, 2007). d. Jenis Kelamin

Wanita lebih beresiko mengalami penurunan kognitif. Hal ini disebabkan adanya peranan level hormon seks endogen dalam perubahan fungsi kognitif. Reseptor estrogen telah ditemukan dalam area otak yang berperan dalam fungsi belajar dan memori, seperti hipokampus. Rendahnya level estradiol dalam tubuh telah dikaitkan dengan penurunan


(33)

fungsi kognitif umum dan memori verbal. Estradiol diperkirakan bersifat neuroprotektif dan dapat membatasi kerusakan akibat stress oksidatif serta terlihat sebagai protektor sel saraf dari toksisitas amiloid pada pasien Alzheimer (Myers, 2008).

e. Perilaku Merokok

Penelitian menunjukkan bahwa merokok pada usia pertengahan berhubungan dengan kejadian gangguan fungsi kognitif pada usia lanjut, sedangkan status masih merokok dihubungkan dengan peningkatan insiden demensia. Penelitian lainnya juga menunjukan adanya pengaruh merokok terhadap penurunan fungsi kognitif pada perokok lama ( >20 tahun).

f. Aktivitas Olah Raga

Pada suatu penelitian ditemukan bahwa ada hubungan antara aktivitas olahraga dengan kemampuan kognitif pada subjek pria dan wanita berusia 55-91 tahun. Orang-orang yang giat berolahraga memiliki kemampuan penalaran, ingatan, dan waktu reaksi lebih baik daripada mereka yang kurang atau tidak pernah olahraga (Clarkson & Hartley, 1989).

Penelitian lain menyetujui bahwa olahraga merupakan faktor penting dalam meningkatkan fungsi-fungsi kognitif pada lansia. Hal yang harus diperhatikan dalam aktivitas olahraga pada lansia adalah pemilihan jenis olahraga yang akan dijalani, harus sesuai dengan usia dan kondisi fisik lansia (Stones & Kozman, 1989).


(34)

19

D. MMSE (Mini Mental Status Examination) 1. Tujuan

MMSE awalnya dirancang sebagai media pemeriksaan status mental singkat serta terstandardisasi yang memungkinkan untuk membedakan antara gangguan organik dan fungsional pada pasien psikiatri. Sejalan dengan banyaknya penggunaan tes ini selama bertahun-tahun, kegunaan utama MMSE berubah menjadi suatu media untuk mendeteksi dan mengikuti perkembangan gangguan kognitif yang berkaitan dengan kelainan neurodegeneratif, misalnya penyakit Alzheimer (Lezak, 2004).

2. Gambaran

MMSE merupakan suatu skala terstruktur yang terdiri dari 30 poin yang dikelompokkan menjadi tujuh kategori : orientasi terhadap tempat (negara, provinsi, kota, gedung, dan lantai), orientasi terhadap waktu (tahun, musim, bulan, hari, dan tanggal), registrasi (mengulang dengan cepat 3 kata), atensi dan konsentrasi (secara berurutan mengurangi 7, dimulai dari angka 100, atau mengeja kata WAHYU secara terbalik), mengingat kembali (mengingat kembali 3 kata yang telah diulang sebelumnya), bahasa (memberi nama 2 benda, mengulang kalimat, membaca dengan keras dan memahami suatu kalimat, menulis kalimat, dan mengikuti perintah 3 langkah), dan kontruksi visual (menyalin gambar) (Potter, 2006).

Skor MMSE diberikan berdasarkan jumlah item yang benar, skor yang makin rendah mengindikasikan performance yang buruk dan gangguan kognitif yang makin parah. Skor total berkisar antara 0-30 (performance


(35)

sempurna). Skor ambang MMSE yang pertama kali direkomendasikan adalah 24 atau 25, memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang baik untuk mendeteksi demensia; bagaimanapun, beberapa studi sekarang ini menyatakan bahwa skor ini terlalu rendah, terutama terhadap seseorang dengan status pendidikan tinggi. Studi-studi ini menunjukkan bahwa demensia dapat didiagnosis dengan keakuratan baik pada beberapa orang dengan skor MMSE antara 24-27. Gambaran ini terfokus pada keakuratan dalam populasi. Untuk tujuan klinis, bahkan skor 27 tidak sensitif untuk mendeteksi demensia pada orang dengan status pendidikan tinggi, dimana skor ambang 24 tidak spesifik pada orang dengan status pendidikan rendah (Lezak, 2004).

3. Pelaksanaan

MMSE dapat dilaksanakan selama kurang lebih 5-10 menit. Tes ini dirancang agar dapat dilaksanakan dengan mudah oleh semua profesi kesehatan atau tenaga terlatih manapun yang telah menerima instruksi untuk penggunaannya.

4. Validitas

Performance pada MMSE menunjukkan kesesuaian dengan berbagai tes lain yang menilai kecerdasan, memori dan aspek-aspek lain fungsi kognitif pada berbagai populasi. Contohnya, skor MMSE sesuai dengan keseluruhan, kecerdasan performance ataupun verbal dari Wechsler Adult Intellligence Scale (WAIS) (Wechsler 1958) atau revisinya (WAIS-R) (Wechsler 1981) pada pasien demensia, stroke, skizofrenia atau depresi, dan lansia-lansia sehat.


(36)

21

Skor MMSE juga memiliki kesesuaian dengan skor pada tes Clock Drawing

pada pasien lansia dan pasien dengan penyakit Alzheimer, dengan skor pada

Alzheimer’s Disease Assessment Scale-Cognitive (ADAS-COG) dan juga pada

tes-tes lain seperti Information-Memory-Concentration (IMC), Wechsler Memory Scale (Wechsler 1945), tes composite neuropsychological dan Brief Cognitive Rating Scale (BCRS).

Skor 23 pada MMSE pertama kali diajukan sebagai ambang skor yang mengindikasikan disfungsi kognitif. Dalam 13 studi berurutan yang menilai keefektifan ambang skor MMSE <23 untuk mendeteksi demensia, sensitivitas berkisar antara 63%-100% dan spesifisitas berkisar antara 52%-99%.

5. Reliabilitas

Dua studi yang menilai konsistensi internal MMSE mendapatkan nilai alfa Cronbach sebesar 0,82 dan 0,84 pada pasien lansia yang dirawat di layanan medis (N=372) dan lansia di panti jompo (N=34). Reliabilitas MMSE lain telah ditemukan sebesar 0,827 dalam suatu studi pada pasien demensia (N=19), 0,95 dalam studi pada pasien dengan berbagai gangguan neurologis (N=15), dan 0,84-0,99 dalam dua studi pada lansia di panti jompo (N=35 dan 70). Koefisien korelasi intrakelas berkisar antara 0,69-0,78 didapatkan dalam studi di panti jompo lainnya (N=48). Rata-rata nilai kappa sebesar 0,97 didapatkan dari 5 peneliti skor performance MMSE secara terpisah pada 10 pasien neurologis.


(37)

6. Penggunaan Klinis

MMSE merupakan pemeriksaan status mental singkat dan mudah diaplikasikan yang telah dibuktikan sebagai instrumen yang dapat dipercaya serta valid untuk mendeteksi dan mengikuti perkembangan gangguan kognitif yang berkaitan dengan penyakit neurodegeneratif. Hasilnya, MMSE menjadi suatu metode pemeriksaan status mental yang digunakan paling banyak di dunia. Tes ini telah diterjemahkan ke beberapa bahasa dan telah digunakan sebagai instrument skrining kognitif primer pada beberapa studi epidemiologi skala besar demensia. Tes ini juga digunakan secara luas pada praktik klinis dan kecermelangannya sebagai instrumen skrining kognitif telah dibuktikan dengan pencatuman bersama dengan Diagnostic Interview Schedule (DIS), dalam studi National Institute of Mental Health ECA dan oleh daftarnya yang menyebutkan MMSE sebagai penilai fungsi kognitif yang direkomendasikan untuk kriteria diagnosis penyakit Alzheimer dikembangkan oleh konsorsium

National Institute of Neurological and Communication Disorders and Stroke

and the Alzheimer’s Disease and Related Disorders Association (McKhann,

1984).

Salah satu penelitian yang menggunakan MMSE yaitu penelitian yang berjudul Functional Status of Centenarians in Tokyo, Japan: Developing Better Phenotypes of Exceptional Longevity. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2005, menggunakan desain Cohort, sampel 304 orang lansia berusia >100 tahun (65 laki-laki dan 239 perempuan). Hasil penelitian didapatkan 61 orang lansia (20%) memiliki fungsi kognitif yang baik, 167 lansia (55%)


(38)

23

menunjukkan penurunan fungsi kognitif, dan 76 lansia (25%) menunjukkan kerusakan fungsi kognitif. (Gondo, 2005)

Data psikometri luas MMSE menunjukkkan bahwa tes ini memiliki tes retest dan reliabilitas serta validitas sangat baik berdasarkan diagnosis klinis independen demensia dan penyakit Alzheimer. Karena performance pada MMSE dapat dibiaskan oleh pengaruh status pendidikan rendah pada pasien yang sehat, beberapa pemeriksa merekomendasikan untuk menggunakan ambang skor berdasarkan umur dan status pendidikan untuk mendeteksi demensia.

Kelemahan terbesar MMSE yang banyak disebutkan ialah batasannya atau ketidakmampuannya untuk menilai beberapa kemampuan kognitif yang terganggu di awal penyakit Alzheimer atau gangguan demensia lain (misalnya terbatasnya item verbal dan memori dan tidak adanya penyelesaian masalah atau judgment), MMSE juga relatif tak sensitif terhadap penurunan kognitif yang sangat ringan (terutama pada individual dengan status pendidikan tinggi). Walaupun batasan-batasan ini mengurangi manfaat MMSE, tes ini tetap menjadi instrumen yang sangat berharga untuk penilaian penurunan kognitif (Rush, 2000).

7. Interpretasi MMSE

Interpretasi MMSE didasarkan pada skor yang diperoleh pada saat pemeriksaan :

a) Skor 24-30 diinterpretasikan sebagai fungsi kognitif normal b) Skor <24 berarti definite gangguan kognitif (Folstein, 1975).


(39)

E. Kerangka Teori

: Pengukur fungsi kognitif

Bagan 2.1 Kerangka Teori Karakteristik Lansia

1. Hipertensi 2. Usia 3. Pendidikan 4. Jenis Kelamin 5. Perilaku Merokok 6. Aktivitas Olahraga

Myers (2008), Scanlan (2007), Stones & Kozman (1989), Qiu (2004)

Kognitif Nehlig (2010)

MMSE

Folstein (1975), Lezak (2004) Lanjut Usia

Makhfudli (2009), WHO

Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Kognitif 1. Perkembangan Organik dan Kematangan Sistem Syaraf

2. Latihan dan Pengalaman 3. Interaksi Sosial

4. Ekuilibrasi Djaali (2011)


(40)

25 BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

:Variabel yang diteliti

Bagan 3.1 Kerangka konsep

B. Definisi Operasional Tabel Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

Hipertensi Tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg

Kuesioner data responden

1. Hipertensi (Tekanan Darah Lebih Dari 140/90 mmHg) 2. Tidak

Hipertensi (Dibawah 140/90

Ordinal Fungsi Kognitif Lansia


(41)

mmHg) Usia Usia Responden sejak

tanggal lahir sampai pada waktu menjadi responden. Kuesioner data responden Dinyatakan dalam tahun Rasio

Pendidikan Tingkat sekolah terakhir yang diikuti oleh responden.

Kuesioner data responden

1. SD/ setara 2. SMP/ setara 3. SMA/ setara 4. Diploma/ Sarjana Ordinal Jenis Kelamin Jenis kelamin responden sesuai dengan kartu identitas

Kuesioner data responden 1. Pria 2. Wanita Nominal Perilaku Merokok Kegiatan merokok responden dalam sebulan terakhir Kuesioner data responden 1. Merokok 2. Tidak merokok Nominal Aktivitas Olahraga Aktitifitas olahraga responden dalam sebulan terakhir Kuesiner data responden 1. Olahraga 2. Tidak olahraga Nominal Fungsi Kognitif Kemampuan orientasi, registrasi, atensi dan kalkulasi, serta bahasa dan pemahaman

Kuesioner MMSE

1. Fungsi kognitif normal skor 24-30

2. Definite


(42)

27

gangguan kognitif skor <24


(43)

28 A. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan desain cross sectional, dimana kegiatan pengumpulan data dilakukan dari satu responden untuk satu waktu saja, dengan jenis penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif. Metode kuantitatif digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran fungsi kognitif klien usia lanjut di wilayah kerja posbindu Rosella Legoso Ciputat dengan cara mengkaji fungsi kognitif klien usia lanjut beserta karakteristiknya.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Posbindu Rosella Legoso Ciputat Tangerang Selatan, waktu penelitian ini dilakukan pada bulan Desember tahun 2013.

C. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling 1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Hidayat 2008). Populasi dalam penelitian ini adalah semua klien lanjut usia yang berumur


(44)

29

≥60 tahun yang berada di wilayah kerja posbindu Rosella Legoso Ciputat. Klien lanjut usia yang berumur ≥60 tahun yang ada di wilayah kerja posbindu Rosella Legoso Ciputat sebanyak 119 orang lansia.

2. Sampel Penelitian

Sampel merupakan bagian dari populasi yang akan diteliti atau sebagian dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2008). Sampel dalam penelitian ini adalah klien lanjut usia yang berumur ≥60 tahun, berpendidikan minimal setara Sekolah Dasar, tidak mengalami kecacatan mental maupun fisik di wilayah kerja posbindu Rosella Legoso Ciputat.

Sampel yang diambil harus memiliki kriteria sebagai berikut: Kriteria Inklusi

a) Merupakan klien lanjut usia yang berumur 60 tahun atau lebih di wilayah kerja posbindu Rosella Legoso Ciputat

b) Klien lanjut usia yang tidak mengalami kecacatan mental maupun fisik c) Klien lanjut usia yang memiliki pendidikan minimal SD / setara

3. Besar Sampel

Sampling adalah suatu cara yang ditempuh dengan pengambilan sampel yang benar-benar sesuai dengan keseluruhan obyek penelitian (Nursalam, 2008). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total sampling. Total sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan populasi (Sugiyono, 2007).

Jadi total sampel berdasarkan kriteria inklusi yang digunakan adalah 72 orang dari 119 lansia.


(45)

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ini menggunakan kuesioner data diri responden dan kuesiner yang mengacu pada kuesioner MMSE. Instrumen ini tidak dilakukan uji validitas dan reabilitas karena telah banyak digunakan untuk meneliti tentang fungsi kognitif lansia.

E. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer. Pengumpulan data primer dilakukan dengan menggunakan pedoman kuesioner yang dijawab oleh responden. Data primer yang dibutuhkan yaitu status fungsi kognitif lansia dan karakteristik lansia.

Pedoman kuesioner ini mengacu pada kuesioner MMSE. Waktu yang dibutuhkan untuk menjawab pertanyaan kurang lebih 15-20 menit.

F. Prosedur Pengumpulan Data

Proses-proses dalam pengumpulan data penelitian ini melalui beberapa tahap, yaitu:

a) Menyelesaikan kelengkapan administrasi seperti surat izin penelitian dari Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. b) Mendapatkan izin penelitian dari Ketua Posbindu Rosella Legoso Ciputat

untuk meneliti lansia di wilayah kerja Posbindu Rosella Legoso Ciputat c) Melakukan pendataan kepada calon responden dengan memperkenalkan


(46)

31

d) Memberikan lembar persetujuan (informed consent) untuk ditandatangani oleh calon responden apabila bersedia menjadi subjek penelitian.

e) Memberikan pertanyaan sesuai dengan lembar kuesioner.

f) Memberikan kesempatan kepada responden untuk bertanya kepada peneliti apabila ada yang kurang jelas dengan pertanyaan peneliti.

G. Etika Penelitian

Etika penelitian bertujuan untuk menjamin kerahasiaan identitas responden, melindungi dan menghormati hak responden untuk menolak penelitian yang diajukan pernyataan persetujuan (informed consent) mengikuti penelitian seperti terlampir. Sebelum melakukan pengumpulan data, peneliti meminta izin kepada petugas Posbindu Rosella. Kemudian mendatangi calon responden dan memperkenalkan diri lalu memberikan penjelasan tentang tujuan dan manfaat penelitian, menjelaskan partisipasi responden, serta kerahasiaan data yang diperoleh. Setelah diberikan penjelasan, peneliti kemudian memastikan bahwa responden benar-benar mengerti tentang penelitian yang akan dilakukan termasuk dengan keuntungan menjadi subjek penelitian. Responden akan diberi lembar persetujuan dan diminta untuk menandatanganinya. Jika responden tidak bersedia menjadi subjek penelitian maka responden berhak untuk mengundurkan diri dari penelitian. Kerahasiaan data dari responden akan dijaga oleh peneliti. Lembar kuesioner yang telah diisi akan di simpan ditempat yang hanya diketahui oleh peneliti dan pihak yang berkepentingan membaca kuesioner tersebut. Peneliti juga akan segera menghapus data-data responden yang telah di analisis.


(47)

H. Pengolahan Data

Teknik pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan penghitungan komputasi program Microsoft Excel, dengan menggunakan menu AVERAGE untuk mendapatkan nilai rata-rata (mean) dan STDEV untuk mendapatkan nilai standar deviasi.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengolahan data yang terdiri dari:

1. Editing

Editing adalah upaya pemeriksaan kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul.

2. Coding

Coding adalah pemberian kode-kode pada tiap-tiap data yang termasuk dalam katagori yang sama. Kode adalah isyarat yang dibuat dalam bentuk angka atau huruf yang memberikan petunjuk atau identitas pada suatu informasi atau data yang akan dianalisis.

3. Entri Data

Data entri adalah kegiatan memasukan data yang telah dikumpulkan ke dalam master table atau database komputer, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana.

4. Analisa Data

Dalam melakukan analisis, khususnya terhadap data penelitian akan menggunakan ilmu statistik terapan yang disesuaikan dengan tujuan yang akan dianalisis.


(48)

(49)

(50)

35 BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Posbindu Rosella

Posbindu Rosela terletak di RW 07 Legoso Ciputat wilayah kerja Puskesmas Ciputat Timur, Posbindu Rosella didirikan oleh ibu Rosyida selaku ketua Posbindu Rosella Legoso pada tanggal 30 Mei 2012 yang memiliki tujuan untuk meningkatkan usia harapan hidup lansia, mendeteksi dini penyakit-penyakit lansia, meningkatkan kemandirian lansia, dan menjalin tali silahturahmi antar lansia. Posbindu Rosella memiliki lansia binaan sebanyak 377 orang yang terdiri dari usia pra lansia, usia lansia, dan usia tua.

Posbindu Rosella memiliki gedung seluas 90m2 yang dibangun oleh PNPM Mandiri yang diresmikan pada tanggal 13 Februari 2010, gedung ini juga digunakan untuk kegiatan Posyandu Kenanga dan Posyandu Melati.

Program pelayanan kesehatan yang dilakukan di Posbindu Rosella antara lain: 1. Pemeriksaan kesehatan

2. Penyuluhan kesehatan 3. Deteksi dini penyakit 4. Pemberian obat

Program tambahan Posbindu Rosella antara lain:

1. Senam lansia setiap hari Rabu dan Minggu pukul 06.00 WIB 2. Pengajian rutin setiap hari Rabu pukul 10.00 WIB


(51)

B. Gambaran Karakteristik Lansia

Pada bab ini peneliti akan menyajikan data hasil penelitian mengenai karakteristik hipertensi, jenis kelamin, usia, pendidikan, perilaku merokok, dan aktivitas olahraga pada lansia yang memenuhi kriteria inklusi di Posbindu Rosella yang berjumlah 72 orang. Penelitian ini dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada responden. Hasil penelitian dari pengumpulan data disajikan dalam bentuk tabel yang dilakukan untuk mendeskripsikan masing-masing variabel dengan menggunakan distribusi frekuensi dengan ukuran presentase.

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi lansia berdasarkan penyakit hipertensi, jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, kebiasaan merokok, dan olahraga

Variabel Karakteristik Frekuensi %

Hipertensi Ya 33 45,83

Tidak 39 54,17

Jenis kelamin Laki-laki 22 30,56

Perempuan 50 69,44

Usia elderly (60-74 tahun)

old (75-90 tahun)

very old (>90 tahun)

59 12 1

81,94 16,67 1,39

Pendidikan SD/ setara 53 73,61

SMP/ setara 12 16,67

SMA/ setara 5 6,94

Diploma/ sarjana 2 2,78


(52)

37

Tidak merokok 47 65,28

Aktivitas olahraga Olahraga 18 25,00

Tidak olahraga 54 75,00

Dari tabel 5.2 dapat diketahui bahwa berdasarkan penyakit hipertensi pada lansia, 54,17 % tidak menderita penyakit hipertensi. Berdasarkan Jenis kelamin lansia, 69,44 % berjenis kelamin perempuan. Berdasarkan usia lansia, 81,94 % berusia elderly. Berdasarkan tingkat pendidikan, 76,39 % lansia berpendidikan SD/ setara. Berdasarkan kebiasaan merokok, 65,28 % lansia mengaku tidak merokok. Berdasarkan kebiasaan olahraga, 75,00 % lansia mengaku tidak berolahraga.

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi fungsi kognitif lansia berusia ≥60 tahun di Posbindu Rosella

Keadaan fungsi kognitif Frekuensi %

Fungsi kognitif normal 23 31,94

Fungsi kognitif terganggu 49 68,06

Dari tabel 5.3 dapat diketahui bahwa lansia berusia di atas 60 tahun di Posbindu Rosella yang mengalami gangguan fungsi kognitif (68,06 %) lebih banyak dibandingkan lansia yang memiliki fungsi kognitif normal (31,94 %).


(53)

Tabel 5.3 Tabel standar deviasi lansia berdasarkan aspek-aspek kognitif pada MMSE

Aspek Kognitif Mean Standar Deviasi Nilai Maksimum

Orientasi 7,167 1,322 10

Registrasi 2,292 0,846 5

Atensi dan Kalkulasi 1,958 1,811 5

Mengingat Kembali 1 0,751 3

Bahasa dan Pemahaman 5,736 1,353 9

Dari data diatas diketahui bahwa lansia lebih banyak terganggu pada aspek atensi dan kalkulasi, dengan standar deviasi 1,811, kemudian aspek bahasa dan pemahaman 1,353, dan orientasi dengan standar deviasi 1,322.

Tabel 5.4 Distribusi frekuensi fungsi kognitif dengan penyakit hipertensi

pada lansia berusia ≥60 tahun di Posbindu Rosella

Hipertensi Fungsi kognitif normal Fungsi kognitif terganggu Total

Frekuensi % Frekuensi %

Ya 7 21,21 26 78,79 33

Tidak 16 41,03 23 58,97 39

Tabel 5.4 menunjukan bahwa lansia berusia ≥60 tahun di Posbindu Rosella dengan penyakit hipertensi yang memiliki fungsi kognitif normal sebanyak 21,21 %, dan yang memiliki fungsi kognitif terganggu sebanyak 78,79 %. Sedangkan lansia berusia ≥60 tahun di Posbindu Rosella tanpa penyakit hipertensi yang


(54)

39

memiliki fungsi kognitif normal sebanyak 41,03 %, dan yang memiliki fungsi kognitif terganggu sebanyak 58,97 %.

Tabel 5.5 Distribusi frekuensi fungsi kognitif dengan jenis kelamin lansia

berusia ≥60 tahun di Posbindu Rosella

Jenis kelamin Fungsi kognitif normal Fungsi kognitif terganggu Total

Frekuensi % Frekuensi %

Laki-laki 12 54,55 10 45,45 22

Perempuan 11 22,00 39 78,00 50

Tabel 5.5 menunjukan bahwa lansia laki-laki yang berusia ≥60 tahun di Posbindu Rosella memiliki fungsi kognitif normal sebanyak 54,55 %, dan yang memiliki fungsi kognitif terganggu sebanyak 45,45 %. Sedangkan lansia perempuan berusia ≥60 tahun di Posbindu Rosella yang memiliki fungsi kognitif normal sebanyak 22,00 %, dan yang memiliki fungsi kognitif terganggu sebanyak 78,00 %.

Tabel 5.6 Distribusi frekuensi fungsi kognitif dengan usia lansia di Posbindu Rosella

Usia Fungsi kognitif normal Fungsi kognitif terganggu Total

Frekuensi % Frekuensi %

Elderly (60-74 tahun)

22 37,29 37 62,71 59


(55)

Very Old (>90 tahun)

0 0,00 1 100,00 1

Tabel 5.6 menunjukan bahwa lansia berusia Elderly (60-74 tahun) di Posbindu Rosella yang memiliki fungsi kognitif normal sebanyak 37,29 %, dan yang memiliki fungsi kognitif terganggu sebanyak 62,71 %. Lansia berusia Old

(75-90 tahun) di Posbindu Rosella yang memiliki fungsi kognitif normal sebanyak 8,33 %, dan yang memiliki fungsi kognitif terganggu sebanyak 91,67 %. Sedangkan lansia berusia Very Old (>90 tahun) di Posbindu Rosella yang memiliki fungsi kognitif normal sebanyak 0,00 %, dan yang memiliki fungsi kognitif terganggu sebanyak 100,00 %.

Tabel 5.7 Distribusi frekuensi fungsi kognitif dengan tingkat pendidikan

pada lansia berusia ≥60 tahun di Posbindu Rosella

Tingkat pendidikan

Fungsi kognitif normal Fungsi kognitif terganggu Total

Frekuensi % Frekuensi %

SD/ setara 10 18,87 43 81,13 53

SMP/ setara 7 58,33 5 41,67 12

SMA/ setara 4 80,00 1 20,00 5

Diploma/ sarjana 2 100,00 0 0,00 2

Tabel 5.7 menunjukan bahwa lansia berusia ≥60 tahun di Posbindu Rosella dengan tingkat pendidikan SD/ setara yang memiliki fungsi kognitif normal sebanyak 18,87 %, dan yang memiliki fungsi kognitif terganggu sebanyak 81,13


(56)

41

%. Lansia berusia ≥60 tahun di Posbindu Rosella dengan tingkat pendidikan SMP/ setara yang memiliki fungsi kognitif normal sebanyak 58,33 %, dan yang memiliki fungsi kognitif terganggu sebanyak 41,67 %. Lansia berusia ≥60 tahun di Posbindu Rosella dengan tingkat pendidikan SMA/ setara yang memiliki fungsi kognitif normal sebanyak 80,00 %, dan yang memiliki fungsi kognitif terganggu sebanyak 20,00 %. Sedangkan Lansia berusia ≥60 tahun di Posbindu Rosella dengan tingkat pendidikan Diploma/ Sarjana yang memiliki fungsi kognitif normal sebanyak 100,00 %, dan yang memiliki fungsi kognitif terganggu sebanyak 0,00 %.

Tabel 5.8 Distribusi frekuensi fungsi kognitif dengan perilaku merokok pada

lansia berusia ≥60 tahun di Posbindu Rosella

Perilaku merokok Fungsi kognitif normal Fungsi kognitif terganggu Total

Frekuensi % Frekuensi %

Merokok 7 28,00 18 72,00 25

Tidak merokok 16 34,04 31 65,96 47

Tabel 5.8 menunjukan bahwa lansia berusia ≥60 tahun di Posbindu Rosella yang mengaku merokok memiliki fungsi kognitif normal sebanyak 28,00 %, dan yang memiliki fungsi kognitif terganggu sebanyak 72,00 %. Sedangkan lansia berusia ≥60 tahun di Posbindu Rosella yang mengaku tidak merokok memiliki fungsi kognitif normal sebanyak 34,04 %, dan yang memiliki fungsi kognitif terganggu sebanyak 65,96 %.


(57)

Tabel 5.9 Distribusi frekuensi fungsi kognitif dengan aktivitas olahraga pada

lansia berusia ≥60 tahun di Posbindu Rosella

Aktivitas olahraga Fungsi kognitif normal Fungsi kognitif terganggu Total

Frekuensi % Frekuensi %

Olahraga 13 72,22 5 27,78 18

Tidak olahraga 10 18,52 44 81,48 54

Tabel 5.9 menunjukan bahwa lansia berusia ≥60 tahun di Posbindu Rosella yang mengaku berolahraga memiliki fungsi kognitif normal sebanyak 72,22 %, dan yang memiliki fungsi kognitif terganggu sebanyak 27,78 %. Sedangkan lansia berusia ≥60 tahun di Posbindu Rosella yang mengaku tidak berolahraga memiliki fungsi kognitif normal sebanyak 18,52 %, dan yang memiliki fungsi kognitif terganggu sebanyak 81,48 %.


(58)

43 BAB VI PEMBAHASAN

A. Pembahasan

1. Gambaran Fungsi Kognitif Dengan Penyakit Hipertensi

Hasil penelitian berdasarkan penyakit hipertensi yaitu didapatkan bahwa lansia berusia ≥60 tahun di Posbindu Rosella dengan penyakit hipertensi sebanyak 33 orang dan tanpa penyakit hipertensi sebanyak 39 orang. Dari penelitian yang dilakukan didapatkan hasil dengan frekuensi paling banyak adalah lansia dengan penyakit hipertensi yang memiliki fungsi kognitif terganggu yaitu sebanyak 58,97 %.

Nilai tersebut sesuai dengan hasil dari suatu penelitian yang menyimpulkan bahwa subjek dengan tekanan sistolik >180 mmHg dibandingkan 141-180 mmHg, memiliki resiko relatif 1,5 mengalami penyakit Alzheimer dan terjadinya demensia dengan resiko relatif 1,6. Tekanan sistolik <140 mmHg dan tekanan diastolik >90 mmHg tidak memperlihatkan hubungan dengan terjadinya demensia. Hubungan dengan demensia ini lebih jelas terlihat pada penderita yang tidak menggunakan obat anti hipertensi (Qiu, 2004).

2. Gambaran Fungsi Kognitif Dengan Jenis Kelamin

Berdasarkan jenis kelamin didapatkan jumlah lansia laki-laki yang memenuhi kriteria inklusi sebagai responden adalah 22 orang dan perempuan 50 orang. Dari penelitian yang dilakukan didapatkan hasil


(59)

dengan frekuensi paling banyak adalah lansia dengan jenis kelamin perempuan yang memiliki fungsi kognitif terganggu yaitu sebanyak 78,00 %.

Nilai tersebut sesuai dengan suatu penelitian yang menyatakan bahwa wanita lebih beresiko mengalami penurunan kognitif yang disebabkan adanya peranan level hormon seks endogen dalam perubahan fungsi kognitif. Rendahnya level estradiol dalam tubuh telah dikaitkan dengan penurunan fungsi kognitif umum dan memori verbal. E (Myers, 2008).

3. Gambaran Fungsi Kognitif Dengan Usia

Usia lansia dibagi menjadi tiga kelompok yaitu kelompok usia

Elderly (60-74 tahun) sebanyak 59 orang, Old (75-90 tahun) sebanyak 12 orang, dan Very Old (>90 tahun) sebanyak satu orang, hasil menunjukan bahwa lansia berusia Elderly (60-74 tahun). Dari penelitian yang dilakukan didapatkan hasil dengan frekuensi paling banyak adalah lansia dengan usia Very Old (>90 tahun) yang memiliki fungsi kognitif terganggu yaitu sebanyak 100,00 %, diikuti dengan lansia berusia Old (75-90 tahun) di Posbindu Rosella yang memiliki fungsi kognitif terganggu sebanyak 91,67 %, artinya penurunan fungsi kognitif sejalan dengan penambahan usia pada lansia.

Nilai tersebut sesuai dengan suatu penelitian dengan hasil penelitian yang menunjukkan adanya hubungan positif antara usia dan penurunan fungsi kognitif (Scanlan, 2007).


(60)

45

4. Gambaran Fungsi Kognitif Dengan Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan dibagi menjadi SD/ setara dengan jumlah lansia 53 orang, SMP/ setara 12 orang, SMA/ setara sebanyak lima orang, dan Diploma/ sarjana sebanyak dua orang lansia. Dari penelitian yang dilakukan didapatkan hasil dengan frekuensi paling banyak adalah lansia dengan tingkat pendidikan SD/ setara yang memiliki fungsi kognitif terganggu yaitu sebanyak 81,13 %.

Nilai tersebut sesuai dengan suatu penelitian yang menyatakan bahwa kelompok dengan pendidikan rendah tidak pernah lebih baik dibandingkan kelompok dengan pendidikan lebih tinggi (Scanlan 2007).

5. Gambaran Fungsi Kognitif Dengan Perilaku Merokok

Berdasarkan perilaku merokok lansia didapatkan lansia yang mengaku merokok sebanyak 25 orang dan yang tidak merokok sebanyak 47 orang. Dari penelitian yang dilakukan didapatkan hasil dengan frekuensi paling banyak adalah lansia yang mengaku merokok dan memiliki fungsi kognitif terganggu yaitu sebanyak 72,00 %.

Nilai tersebut sesuai dengan suatu penelitian menunjukkan bahwa merokok pada usia pertengahan berhubungan dengan kejadian gangguan fungsi kognitif pada usia lanjut, sedangkan status masih merokok dihubungkan dengan peningkatan insiden demensia.


(61)

6. Gambaran Fungsi Kognitif Dengan Aktivitas Olahraga

Berdasarkan aktivitas olahraga lansia didapatkan lansia yang mengaku berolahraga sebanyak 18 orang dan yang tidak berolahraga sebanyak 54 orang. Dari penelitian yang dilakukan didapatkan hasil dengan frekuensi paling banyak adalah lansia yang tidak berolahraga dan memiliki fungsi kognitif terganggu yaitu sebanyak 81,48 %.

Nilai tersebut sesuai dengan suatu penelitian yang menemukan bahwa ada hubungan antara aktivitas olahraga dengan kemampuan kognitif pada subjek pria dan wanita berusia 55-91 tahun. Orang-orang yang giat berolahraga memiliki kemampuan penalaran, ingatan, dan waktu reaksi lebih baik daripada mereka yang kurang atau tidak pernah olahraga (Clarkson & Hartley, 1989). Penelitian lain menyetujui bahwa olahraga merupakan faktor penting dalam meningkatkan fungsi-fungsi kognitif pada lansia. Hal yang harus diperhatikan dalam aktivitas olahraga pada lansia adalah pemilihan jenis olahraga yang akan dijalani, harus sesuai dengan usia dan kondisi fisik lansia (Stones & Kozman, 1989).

B. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki keterbatasan-keterbatasan yang dapat mempengaruhi hasil penelitian, beberapa keterbatasan dalam penelitian ini yaitu:

1. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional yaitu penelitian yang hanya memotret dan menganalisis suatu keadaan dalam suatu saat tertentu saja, pengukuran semua variabel yang diteliti dilakukan pada saat bersamaan.


(62)

47

2. Adanya kemungkinan terjadi bias karena faktor kesalahan interpretasi responden dalam memahami maksud dari pertanyaan yang sebenarnya. Jawaban responden tergantung pada pemahaman responden terhadap pertanyaan pada kuesioner.

3. Penelitian ini hanya menggunakan kuesioner dan tidak menggunakan observasi pada lansia di Posbindu Rosella Legoso.


(63)

48

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang gambaran fungsi kognitif lanjut usia di Posbindu Rosella Legoso wilayah kerja Puskesmas Ciputat Timur dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Lansia lebih banyak terganggu pada aspek atensi dan kalkulasi, dengan standar deviasi 1,811

2. Dari hasil penelitian berdasarkan penyakit hipertensi yaitu jumlah lansia yang menderita penyakit hipertensi (78,79 %) lebih banyak mengalami gangguan fungsi kognitif. Berdasarkan jenis kelamin yaitu jumlah lansia dengan jenis kelamin perempuan (78,00 %) lebih banyak mengalami gangguan fungsi kognitif. Berdasarkan usia yaitu lansia dengan usia Very Old (>90 tahun) (100,00 %) lebih banyak mengalami gangguan fungsi kognitif. Berdasarkan tingkat pendidikan yaitu lansia dengan pendidikan SD/ setara (81,13 %) lebih banyak mengalami gangguan fungsi kognitif. Berdasarkan perilaku merokok yaitu lansia yang mengaku merokok (72,00 %) lebih banyak mengalami gangguan kognitif. Bardasarkan aktivitas olahraga yaitu lansia yang tidak pernah olahraga (81,48 %) lebih banyak mengalami gangguan kognitif.

3. Fungsi kognitif pada lansia berusia ≥60 tahun di Posbindu Rosella yang paling banyak muncul adalah lansia dengan gangguan fungsi kognitif (68,06 %)


(64)

49

4. Rata-rata setengah dari sampel penelitian, lansia berusia ≥60 tahun di Posbindu Rosella mengalami gangguan kognitif.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian serta permasalahan yang diangkat sebagai penelitian, beberapa hal dapat disarankan:

1. Bagi praktisi kesehatan khususnya perawat dapat lebih baik lagi dalam melakukan asuhan keperawatan terhadap lansia dengan melihat karakteristik lansia seperti penyakit hipertensi, jenis kelamin, usia lansia, tingkat pendidikan, perilaku merokok, dan aktivitas olahraga dalam upaya penanganan dan pencegahan penurunan fungsi kognitif serta fungsi kognitif terganggu.

2. Bagi keluarga dapat memberikan dukungan emosional dan perhatian khusus bagi lansia dengan penurunan fungsi kognitif, khususnya lansia dengan fungsi kognitif terganggu karena keluarga mempunyai peranan penting dalam mempertahankan fungsi kognitif lansia.

3. Bagi penelitian selanjutnya, penelitian dapat dilakukan dengan jumlah sampel yang lebih besar serta perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang fungsi kognitif lansia dengan desain studi yang berbeda dan variabel-variabel yang belum diteliti dalam penelitian ini namun diduga berhubungan dengan kejadian ini.


(65)

Azi, Kiat Panjang Umur Dengan Gerak dan Latih Otak. Universitas Indonesia. 2008.

Badan Pusat Statistik. DataStatistik Indonesia: Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur, Jenis Kelamin, Provinsi, dan Kabupaten/ Kota. 2010. Beckett NS, Peters R, Fletcher AE, Staessen JA, Liu L, Dumitrascu D, et.al.

Treatment of Hypertension in Patients 80 Years of Age or Older. N Engl J Med. 2008.

Clarkson-Smith, L. & Hartley, A.A. Relationship Between Physical Exercise and Cognitive Abilities in Older Adults. Psychology and Aging, 4, 183-189. 1989.

Dahlan, Sopiyudin. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan: Deskriptif Bivariat, dan Multivariat Dilengkapi Aplikasi Dengan Menggunakan

SPSS, Edisi 4. Jakarta: Salemba Medika. 2009

Denisson P, Denisson G. Buku Panduan Brain Gym. Jakarta, PT Gramedia. 2006. Dikot, Y., & Ong, PA. Diagnosa Dini dan Penatalaksanaan Demensia di

Pelayanan Medis Primer. Asosiasi Alzheimer Indonesia (AAzI) Cab. Jawa Barat & Asna Dementia Standing Commiitee. 2007.

Direktorat Jendral Pelayanan Dan Rehabilitasi Sosial, Departemen Sosial RI.

Keputusan Direktur Jendral Pelayanan Dan Rehabilitasi Sosial.

No28a/PRS-3/KEP/2009. Jakarta. 2009.


(66)

Dorland, W. A Newman. Kamus Kedokteran Dorland Edisi 29. Jakarta: EGC, 2002.

Fakultas Ilmu Kesehatan, Pedoman Penyusunan Tugas Akhir (Karya Tulis Ilmiah/ Skripsi). Surabaya. 2009.

Folstein, M., Folstein, S.E., McHugh, P.R. “Mini Mental State” a Practical Method for Grading the Cognitive State of Patients for the Clinician.

Journal of Psychiatric Research, 12(3); 189-198. 1975.

Gondo, Yasuyuki et al. Functional Status of Centenarians in Tokyo, Japan: Developing Better Phenotypes of Exceptional Longevity. Tokyo Metropolitan Institute of Gerontology. 2005. Diakses melalui Http://biomedgerontology.oxfordjournals.org/content/61/3/305.abstract Hasan, Iqbal. Pokok-Pokok Materi Statistik 1 (Statistik Deskriptif). Jakarta: Bumi

Aksara. 2005.

Hidayat.. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika. 2008

Mifflin, Houghton. The American Heritage “Stedman's Medical Dictionary, Second Edition”. 2002.

Nazir, Moh. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia. 2005 Kumar R, Research Methodology. Malaysia: Sage Publication. 1999

Kuusisto J, Koivisto K, Mykkanen L, Helkala EL, Vanhanen M, Hanninnen T et al., Essential Hypertension and Cognitive Function. The Role of Hyperinsulinemia. Hypertension. 1993.


(67)

2004.

Makhfudli., & Effendi, Ferry. Keperawatan Kesehatan Komunitas : Teori Dan Praktik Dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. 2009.

Maryam, R Siti Dkk. Mengenal Usia Lanjut Dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika. 2008.

Myers, Jamie S. Factors Associated With Changing Cognitive Function in Older Adults: Implications for Nursing Rehabilitation. 2008.

Nehlig, A. Is Caffeine a Cognitive Enhancer?. Journal of Alzheimer Disease 20:S85-S94. 2010

Papalia E., Diane., Olds Wendkos., Sally., Feldman Duskin., Ruth. Human Development Eleventh Edition. New York: The McGraw-Hill Companies. 2008

Qiu C, Strauss EV, Winblad B, Fratiglion L. Decline in Blood Pressure Over Time and Risk of Dementia. 2004.

Ridwan. Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Alfabeta: Bandung. 2008.

Soejono Heriawan dkk. Pedoman Pengelolaan Kesehatan Geriatri Untuk Dokter dan Perawat. Jakarta: Pusat Informasi Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI. 2006.

Sri Surini P, Budi Utomo. Fisioterapi Pada Lansia. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. 2003.


(68)

Stones, M.J. & Kozma, A. Multidimensional Assessment of The Elderly Via a Microcomputer: The SENOTS Program and Battery. Psychology and Aging, 4, 113-118. 1989.

Turana,Y., Mayza, A., Lumempouw, S. F. Pemeriksaan Status Mental Mini pada Usia Lanjut di Jakarta. Medika. Vol.XXX, September. 2004.

United Nation. Population Aging. Department of Economic and Social Affairs Population Division. 2006.


(69)

GAMBARAN FUNGSI KOGNITIF KLIEN USIA LANJUT DI POSBINDU ROSELLA LEGOSO WILAYAH KERJA

PUSKESMAS CIPUTAT TIMUR TANGERANG SELATAN TAHUN 2013

Assalamualaikum WR. WB.

Nama : Rizhsky Dayamaes NIM : 108104000040 Angkatan : 2008

Saya mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program Studi Ilmu Keperawatan sedang melaksanakan penelitian untuk penulisan skripsi sebagai tugas akhir menyelesaikan pendidikan Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Dalam lampiran ini terdapat beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan penelitian, untuk itu saya harap bapak/ ibu bersedia meluangkan waktunya untuk mengisi kuesioner yang telah disediakan. Kerahasiaan jawaban bapak/ ibu akan di jaga dan hanya diketahui oleh peneliti.

Kuesioner ini saya harap diisi dengan sejujur-jujurnya sesuai dengan apa yang dipertanyakan, sehingga hasilnya dapat memberikan gambaran yang baik untuk penelitian ini.

Saya ucapkan terima kasih atas bantuan dan partisipasi bapak/ ibu dalam pengisian kuesioner ini.

Apakah bapak/ ibu bersedia menjadi responden? YA/ TIDAK

Tangerang, 2013 TTD


(70)

LAMPIRAN 2

FORMULIR IDENTITAS RESPONDEN

1 Nama

2 Jenis kelamin Laki-laki/ Perempuan

3 Tempat, tanggal lahir, umur 4 Alamat

4 Status perkawinan Belum menikah/ menikah/ janda/ duda 5 Pendidikan dan pekerjaan

Penyakit Hipertensi

6 Hipertensi Ya/ Tidak

………….mmHg 7 Apakah anda mengkonsumsi obat anti

hipertensi saat ini?

Apakah pernah mengkonsumsi obat-obatan anti hipertensi pada waktu yang lalu?

Ya/ Tidak

Ya/ Tidak

Pola Hidup

8 Apakah anda mengkonsumsi rokok? Berapa banyak dalam sehari?

Ya/ Tidak ………x Sehari 9 Apakah anda rutin berolahraga?

Berapa kali dalam seminggu

Ya/ Tidak ………x Seminggu


(71)

MINI MENTAL STATUS EXAMINATION (MMSE)

Tanggal pemeriksaan:

No Tes Nilai max Nilai

ORIENTASI

1 Sekarang (tahun), (musim), (bulan), (tanggal), (hari) apa? 5 2 Kita berada dimana? (Negara), (provinsi), (kota),

(kabupaten/ kecamatan), (lantai/kamar)

5

REGISTRASI

3 Sebutkan 3 buah nama benda (apel, meja, koin) tiap benda 1 detik, responden diminta mengulangi ketiga nama benda tersebut dengan benar dan catat jumlah pengulangan

3

ATENSI DAN KALKULASI

4 Hitung mundur dari 100 ke bawah dengan pengurangan 5. Hentikan setelah 5 jawaban benar.

5

MENGINGAT KEMBALI

5 Tanyakan kembali 3 nama benda yang tadi telah di sebutkan di atas

3

BAHASA DAN PEMAHAMAN

6 Responden diminta menyebutkan nama benda yang ditunjuk (pensil, buku)

2


(72)

“tanpa”, “bila”

8 Responden diminta melakukan perintah: “ambil kertas ini

dengan tangan anda, lipatlah menjadi dua kemudian letakan di lantai”

3

9 Responden diminta membaca dan melakukan perintah “PEJAMKAN MATA ANDA”

1

10 Responden dimita menulis satu kalimat 1

11 Responden diminta menggambar bentuk berikut: 1

TOTAL NILAI 30

Interpretasi hasil :

Skor 24-30 = fungsi kognitif normal

Skor <24 = definite gangguan kognitif


(1)

Lezak, M. D., Howieson, D. B., & Loring, D. W. Neuropsychological Assessment, 4th ed. NY: Oxford University Press. Evidence Level VI: Exert Opinion. 2004.

Makhfudli., & Effendi, Ferry. Keperawatan Kesehatan Komunitas : Teori Dan Praktik Dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. 2009.

Maryam, R Siti Dkk. Mengenal Usia Lanjut Dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika. 2008.

Myers, Jamie S. Factors Associated With Changing Cognitive Function in Older Adults: Implications for Nursing Rehabilitation. 2008.

Nehlig, A. Is Caffeine a Cognitive Enhancer?. Journal of Alzheimer Disease 20:S85-S94. 2010

Papalia E., Diane., Olds Wendkos., Sally., Feldman Duskin., Ruth. Human Development Eleventh Edition. New York: The McGraw-Hill Companies. 2008

Qiu C, Strauss EV, Winblad B, Fratiglion L. Decline in Blood Pressure Over Time and Risk of Dementia. 2004.

Ridwan. Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Alfabeta: Bandung. 2008.

Soejono Heriawan dkk. Pedoman Pengelolaan Kesehatan Geriatri Untuk Dokter dan Perawat. Jakarta: Pusat Informasi Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI. 2006.

Sri Surini P, Budi Utomo. Fisioterapi Pada Lansia. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. 2003.


(2)

Microcomputer: The SENOTS Program and Battery. Psychology and Aging, 4, 113-118. 1989.

Turana,Y., Mayza, A., Lumempouw, S. F. Pemeriksaan Status Mental Mini pada Usia Lanjut di Jakarta. Medika. Vol.XXX, September. 2004.

United Nation. Population Aging. Department of Economic and Social Affairs Population Division. 2006.


(3)

LAMPIRAN 1

PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN GAMBARAN FUNGSI KOGNITIF KLIEN USIA LANJUT

DI POSBINDU ROSELLA LEGOSO WILAYAH KERJA

PUSKESMAS CIPUTAT TIMUR TANGERANG SELATAN TAHUN 2013

Assalamualaikum WR. WB.

Nama : Rizhsky Dayamaes NIM : 108104000040 Angkatan : 2008

Saya mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program Studi Ilmu Keperawatan sedang melaksanakan penelitian untuk penulisan skripsi sebagai tugas akhir menyelesaikan pendidikan Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Dalam lampiran ini terdapat beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan penelitian, untuk itu saya harap bapak/ ibu bersedia meluangkan waktunya untuk mengisi kuesioner yang telah disediakan. Kerahasiaan jawaban bapak/ ibu akan di jaga dan hanya diketahui oleh peneliti.

Kuesioner ini saya harap diisi dengan sejujur-jujurnya sesuai dengan apa yang dipertanyakan, sehingga hasilnya dapat memberikan gambaran yang baik untuk penelitian ini.

Saya ucapkan terima kasih atas bantuan dan partisipasi bapak/ ibu dalam pengisian kuesioner ini.

Apakah bapak/ ibu bersedia menjadi responden? YA/ TIDAK

Tangerang, 2013 TTD


(4)

FORMULIR IDENTITAS RESPONDEN

1 Nama

2 Jenis kelamin Laki-laki/ Perempuan

3 Tempat, tanggal lahir, umur 4 Alamat

4 Status perkawinan Belum menikah/ menikah/ janda/ duda 5 Pendidikan dan pekerjaan

Penyakit Hipertensi

6 Hipertensi Ya/ Tidak

………….mmHg 7 Apakah anda mengkonsumsi obat anti

hipertensi saat ini?

Apakah pernah mengkonsumsi obat-obatan anti hipertensi pada waktu yang lalu?

Ya/ Tidak

Ya/ Tidak

Pola Hidup

8 Apakah anda mengkonsumsi rokok? Berapa banyak dalam sehari?

Ya/ Tidak ………x Sehari 9 Apakah anda rutin berolahraga?

Berapa kali dalam seminggu

Ya/ Tidak ………x Seminggu


(5)

LAMPIRAN 3

MINI MENTAL STATUS EXAMINATION (MMSE)

Tanggal pemeriksaan:

No Tes Nilai max Nilai

ORIENTASI

1 Sekarang (tahun), (musim), (bulan), (tanggal), (hari) apa? 5 2 Kita berada dimana? (Negara), (provinsi), (kota),

(kabupaten/ kecamatan), (lantai/kamar)

5

REGISTRASI

3 Sebutkan 3 buah nama benda (apel, meja, koin) tiap benda 1 detik, responden diminta mengulangi ketiga nama benda tersebut dengan benar dan catat jumlah pengulangan

3

ATENSI DAN KALKULASI

4 Hitung mundur dari 100 ke bawah dengan pengurangan 5. Hentikan setelah 5 jawaban benar.

5

MENGINGAT KEMBALI

5 Tanyakan kembali 3 nama benda yang tadi telah di sebutkan di atas

3

BAHASA DAN PEMAHAMAN

6 Responden diminta menyebutkan nama benda yang ditunjuk (pensil, buku)

2


(6)

8 Responden diminta melakukan perintah: “ambil kertas ini dengan tangan anda, lipatlah menjadi dua kemudian letakan di lantai”

3

9 Responden diminta membaca dan melakukan perintah “PEJAMKAN MATA ANDA”

1

10 Responden dimita menulis satu kalimat 1

11 Responden diminta menggambar bentuk berikut: 1

TOTAL NILAI 30

Interpretasi hasil :

Skor 24-30 = fungsi kognitif normal

Skor <24 = definite gangguan kognitif