Gaya – Gaya Pada Sudu Tiap Tingkat Turbin Pemeriksaan kekuatan sudu

• Tegangan geser yang timbul pada poros selama beroperasi τ s τ s = 3 1 , 5 S d T × τ s = 3 6 500 10 . 5208 , 154 1 , 5 × τ s = 6,304 kgmm 2 Dari perhitungan diatas dapat dilihat bahwa tegangan geser yang timbul pada poros selama beropersi τ s = 6,304 kgmm 2 jauh lebih kecil dari tegangan geser izin poros τ a = 12,22 kgmm 2 . Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa poros aman untuk digunakan.

5.2. Gaya – Gaya Pada Sudu Tiap Tingkat Turbin

Adapun gaya –gaya yang dialami oleh sudu turbin adalah terdiri dari gaya tangensial dan gaya aksial. Untuk perencanaan ini gaya-gaya tersebut dihitung pada tengah-tengah sudu pada tinggi rata-rata sudu. Gambar 5.2 berikut adalah gaya-gaya yang terjadi pada sudu : Gambar 5.2. Gaya-gaya pada sudu turbin Gaya-gaya yang timbul pada sudu-sudu tingkat 1 sesuai gambar 5.2 diatas dapat dihitung sebagai berikut : • Gaya tangensial sudu Ft = P 2 – P 3 . C x,r . h R . Z … Lit 2, Hal 281 Dimana : P 2 = Tekanan masuk sudu gerak Nm 2 Universitas Sumatera Utara P 3 = Tekanan keluar sudu gerak Nm 2 C x,r = Panjang chord sudu arah aksial m h R = Tinggi rata-rata sudu gerak m Z = Jumlah sudu tiap tingkat turbin buah Maka : Ft = 8,127 – 5,619 10 5 . 0,08840 . 0,2652 . 133 = 7,4307 x 10 5 N • Gaya aksial sudu Fa Fa = P 2 – P 3 . 2 π . r m . h R Fa = 8,127 – 5,619 10 5 . 2π . 1,184 . 0,2652 = 4,948 . 10 5 N Untuk tingkat selanjutnya dapat dilakukan dengan cara yang sama dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 5.1 berikut : Tabel 5.1 Gaya-gaya pada sudu gerak turbin TINGKAT 1 2 3 P 2 10 5 Nm 2 8,127 3,758 1,666 P 3 10 5 Nm 2 5,619 2,415 1,016127 C x,r m 0,0840 0,1539 0,2992 h R m 0,2652 0,4968 0,9533 Z buah 133 71 37 r m m 1,184 1,184 1,184 Ft 10 5 kN 7,4307 7,2904 6,858 Fa 10 5 kN 4,948 4,9635 4,607

5.3. Tegangan yang timbul pada sudu turbin

Akibat adanya gaya sentrifugal dan tekanan gas yang terjadi pada sudu- sudu turbin menimbulkan terjadinya tegangan pada sudu-sudu tersebut. Tegangan- tegangan yang timbul tersebut yaitu : A. Tegangan tarik sentrifugal B. Tegangan lentur Universitas Sumatera Utara Gambar 5.3 Tegangan yang terjadi pada sudu turbin Tegangan tarik dan tegangan lentur yang besarnya konstan dikenal sebagai tegangan statis tegangan yang timbul akibat gaya sentrifugal dan tegangan dinamis tegangan akibat tekanan gas. Sudu-sudu didesain berdasarkan pengaruh total tegangan statis dan dinamis karena sudu ini dibebani oleh keduanya secara serentak.

5.3.1. Tegangan tarik akibat gaya sentrifugal σ

ct Penampang yang paling berbahaya pada sudu dengan penampang yang konstan adalah penampang pada bagian root dasar sudu. Karena beban sentrifugal merupakan beban utama yang diterima secara kontinu oleh sudu, terutama pada dasar sudu yang menerima beban paling besar. Harga tegangan tarik sentrifugal maksimum yang muncul pada root dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut: ∫ = t r r b maks ct ardr a 2 . ω σ σ … Lit 2, Hal 272 Dimana : b σ = Kerapatan bahan sudu ω = Kecepatan sudu a = Luas penampang sudu r a = Jari-jari root Universitas Sumatera Utara Dengan menggunakan bahwa luas penampang sudu sama dari tip puncak sampai root dasar sudu, dari [Lit 2, Hal 272] diperoleh : A N b maks ct . . . 2 2 ρ π σ = Sudu rotor biasanya dipertajam dengan membentuk radius pada chord dan tebal pada root sampai ke tip sedemikian, a t a r antara 14 -13. Untuk perhitungan desain awal sisi yang aman diasumsikan bahwa penajam sudu taper mereduksi tegangan menjadi 23 dari harga sudu yang tidak ditaper, sehingga rumus diatas menjadi : A N b maks ct . . . . 3 4 2 ρ π σ = Dimana : 3 2 2 1 A A A + = 2656 , 2 69 , 1 2 1 + = A 2 9778 , 1 m A = Dengan N = 3000 rpm = 50 rps, maka : Mpa maks ct 308 , 96 9778 , 1 . 4650 . 50 . . 3 4 2 = = π σ 5 .3.2. Tegangan lentur akibat tekanan gas σ gb Gaya yang muncul dan perubahan momentum sudut dari gas dalam arah tangensial menghasilkan torka yang berguna, yang juga menghasilkan momen bending gas pada sekitar arah aksial M ω gambar. Karena adanya kemungkinan akan terjadi perubahan momentum dalam arah aksial Ca 3 = Ca 2 , maka kemungkianan akan terjadi momen bending gas dalam arah tangensial. Tegangan maksimum dapat dihitung dengan metode yang sesuai dengan bagian yang tidak simetris. Universitas Sumatera Utara Gambar 5.4 Momen lentur pada sudu Tegangan bending gas σ gb akan menjadi tegangan tarik pada ujung traling dan leading dan tegangan tekan pada belakang sudu, bahkan dengan sudut puntir yang bertaper untuk harga maksimum terjadi pada keduanya leading dan trailing. Karena M ω merupakan bending yang lebih besar maka sumbu principal tidak berdeviasi dengan lebar dari arah aksial sudut Ф kecil. Maka perkiraan yang berguna diberikan pada persamaan berikut : 3 3 2 1 2 ZC h z C C m r m m maks ct × − = ω ω σ … Lit 2, Hal 273 Dimana : z’ = Jumlah sudu Z = Fungsi dari sudut chamber sudu dan thicknesschord ratio tc Z = 1B 10 tc n …… diperoleh dari gambar 5.3 3 2 ω ω C C − = Kecepatan tangensial dihitung pada diameter rata-rata Universitas Sumatera Utara Gambar 5.5 Grafik hubungan z dan sudut chamber sudu Sumber : Gas Turbine Theory, Cohen. H Menurut [2] profil sudu C7 mempunyai harga tc sebesar 10. Dari gambar 5.5 untuk sudu t chamber sudu υ m = 106,168 diperoleh harga – harga sebagai berikut : n = 1,156 B = 412,5 Z = 1412,5 10.0,1 1,15 = 2,424.10 -3 Sehingga : 3 3 0884 , 10 . 242 , 2 1 2 2652 , 133 67 , 106 38 , 537 326 , 619 − × × − = maks gb σ Mpa maks gb 363 , 148 = σ Untuk tingkat selanjutnya dilakukan dengan cara yang sama dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 5.2 berikut : Tabel 5.2 Tegangan yang timbul pada sudu gerak TINGKAT 1 2 3 M kgs 619,326 629,326 639,326 z’ buah 133 71 37 Universitas Sumatera Utara υ m 8 104,76 107,32 114,37 Z 2,424.10 -3 2,424.10 -3 2,424.10 -3 c m 0,0884 0,1656 0,3177 h r m 0,2652 0,4968 0,9533 A m 2 1,9778 3,781 7,117 Mpa maks ct σ 96,308 184,1214 346,57289 Mpa maks gb σ 158,804 85,4997 43,509

5.4. Pemeriksaan kekuatan sudu

Tegangan-tegangan yang timbul pada sudu gerak turbin dapat diilustrasikan sebagai berikut : Gambar 5.6 Ilustrasi tegangan pada sudu Tegangan-tegangan utama yang timbul pada sudu gerak tingkat 1 turbin adalah sebagai berikut : 2 2 2 , 1 2 2 xy y x y x τ σ σ σ σ σ +       − ± + = … Lit 12, Hal 27 Dengan mengabaikan tegangan geser τ xy = 0 maka : 2 2 , 1 2 3119 , 96 804 , 158 2 3119 , 96 804 , 158       − ± + = σ Universitas Sumatera Utara Maka : MPa MPa 3119 , 96 804 , 158 2 1 = = σ σ Sehingga tegangan ekivalen yang terjadi σ ek adalah : MPa ek ek ek 949 , 149 2 3119 , 96 804 , 158 3119 , 96 804 , 158 2 2 2 2 2 2 1 2 1 = + + − = + + − = σ σ σ σ σ σ σ Bahan sudu gerak turbin direncanakan dari Titanium alloy ASTM B265- 58T dengan sifat-sifat menurut [Lit 12, Hal 170-176] sebagai berikut : Kekuatan tarik σ gb : 1188,27 Mpa Kekuatan mulur S y : 1118,62 Mpa Kerapatan ρ : 4650 kgm 3 Komposisi : V = 16,0 ; Al = 2,5 ; Ti = 82,5 Temperatur lebur : 1610 ˚C Syarat perencanaan : Sf Sy ek ≤ σ Dimana : Sy = 1118,62 Mpa Sf = faktor keamanan direncanakan = 2 Maka : 3 62 , 1118 ≤ ek σ ≤ ek σ 559,31 Mpa Karena terbukti harga Sf Sy ek ≤ σ , maka konstruksi aman untuk digunakan . Untuk pemeriksaan kekuatan sudu tingkat selanjutnya dengan cara yang sama dilakukan hasilnya dapat dilihat pada tabel 5.3 berikut ini : Universitas Sumatera Utara Tabel 5.3 Tegangan pada sudu gerak turbin TINGKAT 1 2 3 σ 1 Mpa 158,804 184,1214 346,57289 σ 2 Mpa 96,3119 85,4997 43,509 σ ek Mpa 149,949 143,7176 274,294 Dari tabel dan data-data perhitungan diatas dapat dilihat bahwa bahan sudu cukup aman untuk digunakan dalam perencanaan ini.

5.5. Perencanaan Turbin Disk