Hanya  saja  ada  beberapa  hal  yang  harus  kita  pahami  bahwa  keempat persoalan  diatas  adalah  saling  terkait  dan  proses  desain  antena  terdiri  dari
kompromikompromi  agar  antena  yang  sudah  didesain  dapat  memenuhi  kriteria
yang sebelumnya sudah ditetapkan [3].
2.5  Karakteristik Antena
Berdasarkan  Gambar  2.7,  fisik  antena  dimulai  dari  transmission  line sebagai  dua  elemen  sirkuit  terminal  yang  memiliki  impedansi  Z  dengan
komponen resistive yang disebut Radiation Resistance  , ketika diudara, antena dikarakteristikkan berdasarkan pola radiasinya[1].
Gambar 2.7 Antena memancarkan gelombang
. 2.5.1 Gain Antena
Gain  penguatan dari sebuah antena adalah kualitas nyala  yang besarnya lebih kecil daripada penguatan antena tersebut.
23
Muhammad Teddy Yudhanto : Rancang Bangun Antena Eksternal Payungbolik 2,4 GHZ Untuk Komunikasi Wireless LAn WLAN, 2009. USU Repository © 2009
D  adalah  pengarahan  dari  sebuah  antena,  merupakan  perbandingan kecepatan daya maksimum terhadap daya ratarata yang menembus seluruh kulit
bola yang diawali pada daerah medan jauh .
24 Gain maksimal yang bisa dicapai oleh sebuah reflektor antena adalah :
25 Dimana
adalah  luas permukaan  aperture dari  reflector parabola atau dengan D adalah diameter parabola reflektor parabola. Gain maksimal
ini hanya akan terjadi bila : a.  Amplitude  dan  phasa  medan  listrik  magnet  yang  diiluminasikan
sepanjang reflector konstan, dan b.  Tidak ada spillover.
Karena  iluminasi  yang  ideal  tidak  akan  pernah  tercapai,  gain  maksimal diatas  juga  tidak  akan  pernah  tercapai.  Dengan  menggunakan  efisiensi  aperture
maka: 26
Gain  suatu  antena  juga  dapat  diukur  dengan  membandingkan  kerapatan daya  maksimum  antena  yang  diuji  atau  diukur  terhadap  kerapatan  daya  antena
yang diukur dengan pembanding. 27
Reference antena merupakan antena yang telah diketahui parameternya [4].
Muhammad Teddy Yudhanto : Rancang Bangun Antena Eksternal Payungbolik 2,4 GHZ Untuk Komunikasi Wireless LAn WLAN, 2009. USU Repository © 2009
Untuk mengetahui gain dari antena parabolic juga dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan berikut [5].
G = 10 Log Eff + 20 Log f + 20 Log D + 9,94 dB 28
dimana:      G : Gain dB
Eff : Effisiensi parabolic dish
f : Frekuensi GHz
D : Diameter parabolic dish m
2.5.2 Pola Radiasi Antena
Pola  radiasi  antena  pada  umunya  terdiri  dari  sebuah  lobe  utama  main lobe  dan  beberapa  lobe  kecil  minor  lobe.  Lobe  utama  merupakan  gambaran
kualitas  antena  yang  menunjukkan  energi  yang  tersalurkan  sesuai  dengan  yang diinginkan  Gambar  2.8.  Diagram  arah  sebenarnya  tiga  dimensi,  tetapi  biasa
digambarkan  sebagai  dua  dimensi,  yaitu  dua  penampangnya  saja  yang  saling tegak lurus berpotongan pada poros main lobe [5].
Gambar 2.8 Pola radiasi antena directional
Muhammad Teddy Yudhanto : Rancang Bangun Antena Eksternal Payungbolik 2,4 GHZ Untuk Komunikasi Wireless LAn WLAN, 2009. USU Repository © 2009
2.5.3 Directivitas Antena
Directivitas,  pengarahan  dari  sebuah  antena  adalah  perbandingan kerapatan daya maksimum terhadap daya ratarata  yang menembus seluruh kulit
bola yang diamati pada medan jauh. Nilai D diperoleh melalui persamaan : 29
atau 210
Semakin kecil sudut pancar maka semakin bagus directivitasnya [1].
2.5.4 Aperture Antena
Merupakan  antena  sebagai  luas  bidang  yang  menerima  daya  dari gelombang radio melaluinya. Misalkan gelombang melalui sebuah antena corong,
rapat  daya  pada  permukaan  corong jika  mulut  corong  dapat
menerima  daya  seluruhnya  ,  maka  daya  yang  dapat  diserap  dari  gelombang elektromagnetik adalah :
211 Corong dapat dianggap sebagai luas bidang atau aperture, maka daya dapat
diambil  dari  gelombang  radio  dan  besarnya  berbanding  lurus  dengan  luasnya. Sehubungan  dengan  terbaginya  daya  yang  berasal  dari  gelombang
elektromagnetik  menjadi  bagian  yang  hilang  sebagai  panas  yang  dipancarkan kembali  dan  lainlain.,  maka  ada  beberapa  jenis  aperture,  yaitu  aperture  efektif,
aperture  rugirugi,  aperture  pengumpul,  aperture  hambur.  Jika  antena  menerima
Muhammad Teddy Yudhanto : Rancang Bangun Antena Eksternal Payungbolik 2,4 GHZ Untuk Komunikasi Wireless LAn WLAN, 2009. USU Repository © 2009
daya  maka  dapat  dibayangkan  antena  seolah  mempunyai  bidang  atau  aperture yang  luasnya  sama  dengan  daya  tersebut  dibagi  dengan  rapat  daya  pada  antena
tersebut. Jika antena diorientasikan untuk penerimaan maksimum dan impedansi terminasi kompleks conjugate dengan
serta maka daya yang diterima
antena sama dengan energy yang diterima antena [4].
2.5.5 Beamwidth
Beamwidth  adalah  besarnya  sudut  pancaran  lobe  utama  antena  parabolic yang dirumuskan :
212 Dimana :
dan Satuan  beamwidth  adalah  derajat,  Semakin  kecil  beamwidth  semakin
fokus  sebuah  antena  dalam  memancarkan  powernya.  Semakin  banyak  power
dalam main lobe, semakin jauh antena dapat berkomunikasi.
2.6  Pengenalan Reflektor Antena