BAB III RANCANG BANGUN ANTENA PAYUNGBOLIK
3.1 Pendahuluan
Didalam dunia wireless, antena merupakan elemen yang sangat penting karena dengan antenalah sinyalsinyal yang berada diudara bisa diperoleh. Pada
saat ini berbagai jenis antena telah banyak beredar dipasaran namun antena tersebut dijual dengan harga yang relative mahal. Pada Tugas Akhir ini penulis
mencoba untuk merancang sebuah antena parabolic yang terbuat dari barang seharihari. Perancangan antena ini menggunakan payung sebagai kerangka
penopang reflektor, karena itu disebut antena Payungbolik. Fungsi antena Payungbolik adalah memperpanjang penangkapan sinyal wireless.
Prinsip kerja antena Payungbolik seperti antena parabola lainnya, yaitu menempatkan bagian sensitif antena pada titik fokus parabola sehingga semua
gelombang elektromagnet yang mengenai reflektor akan terkumpul dan diterima oleh bagian sensitif tersebut. Pada bagian sensitif ini akan diletakkan sebuah
tabung yang berisi USB wireless.
Muhammad Teddy Yudhanto : Rancang Bangun Antena Eksternal Payungbolik 2,4 GHZ Untuk Komunikasi Wireless LAn WLAN, 2009. USU Repository © 2009
Perancangan antena payungbolik antena payungbolik dapat digambarkan sesuai dengan diagram alur pada Gambar 3.1.
Gambar 3.1 Diagram alur desain antena
Muhammad Teddy Yudhanto : Rancang Bangun Antena Eksternal Payungbolik 2,4 GHZ Untuk Komunikasi Wireless LAn WLAN, 2009. USU Repository © 2009
3.2 Bagian Utama Antena
Antena Payungbolik yang akan dibangun memiliki beberapa bagian yang menjadi penyusun utamanya, yaitu :
1. Feeder antena 2. Reflektor antena
3. Kabel Konektor 3.2.1 Feeder
Feeder adalah bagian dari antena payungbolik yang berfungsi untuk mengumpankan energi kepada reflector untuk kemudian dipantulkan menuju
kesuatu arah. Feeder ini akan diletakkan pada bagian sensitive reflektor atau biasa disebut titik focus reflektor. Feeder terdiri dari tabung sensitive dan USB wireless
adapter. Bahan yang digunakan untuk membuat tabung sensitif bisa dari banyak bahan, contohnya kaleng susu, pipa PVC dll. Didalam tabung sensitif inilah
nantinya akan diletakkan USB wireless adapter. 3.2.1.1 USB Wireless Adapter
Pada dasarnya USB wireless adapter adalah antena eksternal. Antena ini dibutuhkan saat kita ingin mengakses sebuah wireless accesspoint WAP tetapi
komputer yang kita gunakan tidak memiliki Antena wireless internal. Proses koneksi ke komputer juga sangat mudah, tidak perlu sampai membongkar
komputer. Cukup dengan mencolokkan port USB adapter ke port USB female yang ada di komputer. Pada perancangan ini penulis menggunakan USB wireless
adapter dengan merek ZD WLAN. Spesifikasi USB wireless dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Muhammad Teddy Yudhanto : Rancang Bangun Antena Eksternal Payungbolik 2,4 GHZ Untuk Komunikasi Wireless LAn WLAN, 2009. USU Repository © 2009
Tabel 3.1 Spesifikasi USB wireless adapter Standar
IEEE 802.11bg Bus type
Mini USB Frequency Band
2,400~2,483 GHz Modulation
OFDM with BPSK, QPSK, 16QAM, 64QAM 11g BPSK, QPSK, CCK 11g
Data rate 54 48 36 24 18 12 11 9 6 5,5 2 1 Mbps auto
fallback
Security 64 128 256 bit WEP data encryption, WPA IEEE
802.1x with TKIP and AES Antena
Internal Antena Drivers
Windows 98SEME2000XP2003 server LEDs
Power, Link Transmit Power
20 dBm typical Signal Range
outdoor : up to 300 meter Dimension
120 H x 75 W x 87 D mm Temperatur
Humidity Max 95 non condensing
3.2.1.1.a Standar IEEE 802.11
IEEE Institute of Electrical anda Electronics Engineer adalah sebuah organisasi nonprofit yang mendedikasikan kerja kerasnya demi kemajuan
teknologi. Organisasi ini mencoba membantu banyak bidang teknologi seperti teknologi penerbangan, elektronik, biomedical dan tentu saja computer. IEEE
sendiri memiliki banyak unit kerja yang mengurusi bidang tertentu. Kode 802 digunakan oleh bidang yang mengurusi standarisasi LAN Local Area Network
dan MAN Metropolitan Area Network. Karena luasnya bidang yang ditangani
Muhammad Teddy Yudhanto : Rancang Bangun Antena Eksternal Payungbolik 2,4 GHZ Untuk Komunikasi Wireless LAn WLAN, 2009. USU Repository © 2009
oleh 802, maka bagian ini dibagi lagi menjadi beberapa bagian yang lebih kecil untuk mengurusi tugas yang lebih spesifik. unit kerja dan bidang yang mereka
tangani dapat dilihat pada Tabel 3.2. Tabel 3.2 Unit Kerja 802
Unit kerja Bidang yang ditangani 802.1
Higher Layer LAN protocols working groups 802.3
Ethernet Working Group 802.11
Wireless LAN Working Group 802.15
Wireless Personal Area Network WPAN Working Group 802.16
Broadband Wireless Access Working Group 802.17
Resilient Packet Ring Working Group 802.18
Radio Regulatory TAG 802.19
Coexistence TAG 802.20
Mobile Broadband Wireless Access WBMA Working Group
802.21 Media Independent Handoff Working Group
802.22 Wireless Regional Area Network
USB wireless menggunakan standarisasi yang dikeluarkan 802.11. Untuk sebuah teknologi yang bersifat massal, sebuah standarisasi sangatlah dibutuhkan.
Standarisasi memiliki beberapa manfaat diantaranya : a. Pembuat hardware yang berbeda bisa saling bekerja sama.
b. Pembuat hardware tambahan bisa membuat peralatan yang berlaku berdasarkan informasi dari standarisasi yang telah baku.
c. Penghematan dan perkembangan teknologi yang jauh lebih cepat.
Muhammad Teddy Yudhanto : Rancang Bangun Antena Eksternal Payungbolik 2,4 GHZ Untuk Komunikasi Wireless LAn WLAN, 2009. USU Repository © 2009
3.2.1.1.b Pita Frekuensi 2,4 GHz
Frekuensi 2.4 GHz dapat digolongkan sebagai gelombang mikro Microwave yang memiliki karakteristik merambat sejajar garis lurus sehingga
kualitas transmisi yang terbaik akan diperoleh apabila kedua piranti yang menggunakan frekuensi ini berada pada jangkauan jarak pandang line of sight
dan tidak terdapat halangan diantaranya, meskipun begitu sebenarnya gelombang 2.4 GHz juga relatif dapat memantul dan menembus bendabenda yang tidak
solid, namun ini dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain kualitas medium interferensi, propagasi sinyal, deraunoise, tenaga atau daya yang digunakan
oleh peranti, dan medium penghalangnya sendiri. Pita frekuensi 2.4 GHz merupakan pita frekuensi yang dibebaskan lisensi
penggunaannya untuk pemakaian pribadi. Meskipun begitu peralatan yang bekerja pada frekuensi ini tetap harus mengikuti peraturan mengenai konsumsi tenaga
yang diperbolehkan, karena pada kondisi dunia nyata penggunaan frekuensi dan daya yang tidak terkontrol dapat menyebabkan 21 interferensi dan berpotensi
untuk menurunkan kualitas transmisi. Frekuensi 2.4 GHz ini memiliki beberapa keuntungan. Pertama,
frekuensinya yang relatif masih dapat digolongkan sebagai frekuensi rendah membuatnya sangat sesuai untuk komunikasi bergerak. Kedua, tersedianya pita
frekuensi ini di seluruh dunia menawarkan kesempatan luas bagi pembuat piranti untuk menekan biaya produksi serta kemudahan beroperasi dan dipasarkan di
seluruh dunia. Berdasarkan sifat alami aplikasi pengguna frekuensi ini dan karakteristik teknik penggunaan spektrum yang ada maka pengguna pita frekuensi
Muhammad Teddy Yudhanto : Rancang Bangun Antena Eksternal Payungbolik 2,4 GHZ Untuk Komunikasi Wireless LAn WLAN, 2009. USU Repository © 2009
ini dapat digolongkan menjadi enam kelompok utama yang tampak pada Tabel 3.3. dimana hanya tiga diantaranya yang membayar lisensi penggunaan frekuensi
ini [3].
Tabel 3.3 Kategori pengguna pita frekuensi 2,4 GHz Tipe pengguna
Lisensi Frek. Militer
membayar Pengumpulan berita elektronis dan penyebar informasi
televisi membayar
Penggunaan umum untuk akses nirkabel tetap membayar
Jaringan nirkabel : •
Radio LAN dibebaskan
• Bluetooth
dibebaskan •
SOHO dan Jaringan rumah dibebaskan
Peralatan jarak pendek lainnya •
Peralatan identifikasi RF dibebaskan
Aplikasi VideoClosed circuit television CCTV dibebaskan
Aplikasi ISM •
Oven Microwave dibebaskan
• Penyinaran Plasma Sulfur
dibebaskan 3.2.1.1.c Transmit Power
Energi maksimum yang boleh dikeluarkan oleh peralatan radio diatur oleh badan di masingmasing negara tempatnya beroperasi, seperti terlihat pada Tabel
3.4. Tabel 3.4 Energi transmisi
max. energi keluaran lokasi
dokumen yang mengatur 1000 mwatt
USA FCC 15.247
100 mwatt EIRP EROPA
ETS 300.328 10 mwattMHz
JEPANG MPT Ordinance for regulating Radio equipment, article 4920
Muhammad Teddy Yudhanto : Rancang Bangun Antena Eksternal Payungbolik 2,4 GHZ Untuk Komunikasi Wireless LAn WLAN, 2009. USU Repository © 2009
Pengontrolan tenaga harus dilakukan untuk peralatan yang tenaga transmisinya lebih besar dari 100 mW, yaitu maksimum empat tingkatan
pengaturan tenaga harus disediakan. Sedangkan minimumnya, radio dengan transmisi melebihi 100 mW harus mampu mengubah energi transmisinya kembali
ke 100 mW atau kurang. 3.2.1.2 Tabung Sensitif
Pada perancangan antena payungbolik, feedernya dibuat dari sebatang pipa PVC ukuran 3 inchi. Pipa PVC yang akan digunakan sebagai feeder harus ditest
didalam oven microwave selama ± 2 menit, kalau pipa PVC menjadi panas maka bahan pipa tidak baik untuk dijadikan feeder karena akan mengambil energi radio.
Untuk mendapatkan antena yang bekerja pada suatu frekuensi, maka diperlukan suatu perhitungan terhadap feeder antena. Beberapa nilai yang ingin didapatkan
L4, 34Lg, Lg4 seperti Gambar 3.2, dimana : Lg4 = posisi penempatan USB wireless adapter eksternal
34Lg = panjang feeder pipa PVC 4
= ketinggian USB wireless ketika diletakkan didalam feeder.
Gambar 3.2 Feeder PVC
f Lg
Lg
Lapisan aluminium
USB wiereless adapter
Muhammad Teddy Yudhanto : Rancang Bangun Antena Eksternal Payungbolik 2,4 GHZ Untuk Komunikasi Wireless LAn WLAN, 2009. USU Repository © 2009
Secara teori, jika kita mengetahui jarijari lingkaran r penampang circular waveguide tabung sensitif maka panjang gelombang terbesar frekuensi
paling rendah yang dapat dilewatkan dapat dihitung dengan rumus : 31
Maka frekuensi terendah yang bisa dilewatkan oleh circular waveguide adalah 32
Dengan mengetahui panjang gelombang terbesar yang dapat dilewatkan oleh tabung sensitif dan panjang gelombang Operasional , maka panjang
tabung sensitif Lg bisa didapat dengan menggunakan persamaan :
33 3.2.2 Parabolic Reflektor
Seperti dijelaskan pada bab 2, reflector Gambar 3.3 digunakan secara luas untuk memodifikasi pola radiasi antena. Sebagai contoh radiasi backward antena
akan dihilangkan dengan menggunakan reflector lempengan datar yang memiliki dimensi cukup lebar.
Dalam kasus yang lebih umum, tembakan radiasi beam merupakan karakteristik yang dihasilkan oleh lebar reflector, kesesuaian bentuk dan
permukaan.
Muhammad Teddy Yudhanto : Rancang Bangun Antena Eksternal Payungbolik 2,4 GHZ Untuk Komunikasi Wireless LAn WLAN, 2009. USU Repository © 2009
Gambar 3.3 Parabolic reflektor Pada parabolic antena reflektor, feed sumber pemancar primer diletakkan
pada titik focus dan pancarannya diarahkan pada reflector parabola, sehingga jika berkas sinyal mengenainya, berkas ini akan direfleksikan sesuai dengan hukum
Snellius : Sudut datang = Sudut Pantul
34 Jadi berkas yang dipancarkan oleh feed akan mengenai suatu titik di
reflector Gambar 3.4, berkas ini akan direfleksikan sesuai dengan hukum refleksi ke posisi tertentu dengan nilai x yang sama dengan titik refleksi atau
dengan kata lain berkas ini akan direfleksikan secara parallel, sehingga setelah berkasberkas pancaran ini direfleksikan oleh reflector parabola didapatkan
pancaran energy yang paralel atau didapatkan phasa gelombang yang datar [4].
Muhammad Teddy Yudhanto : Rancang Bangun Antena Eksternal Payungbolik 2,4 GHZ Untuk Komunikasi Wireless LAn WLAN, 2009. USU Repository © 2009
Gambar 3.4 Pantulan sinyal pada reflektor Energi yang dipancarkan oleh feed primer dititik focus tanpa keberadaan
reflector parabola akan berdivergensi, terbagi kedalam ruang dengan bentuk phasa seperti bola. Tetapi dengan keberadaan reflector, energy pancaran bisa lebih
dikonsentrasikan menuju ke suatu arah. Karena berkas sinyal akan parallel dan tidak menyebar diruang. Untuk mencapai gain maksimal diperlukan luas aperture
35 atau diameter
36 Setelah mendapatkan nilai diameter yang dibutuhkan maka titik focus antena
dapat dicari dengan persamaan : 37
dimana F = Titik focus, D = Diameter parabola, dan d = kedalaman parabola.
Muhammad Teddy Yudhanto : Rancang Bangun Antena Eksternal Payungbolik 2,4 GHZ Untuk Komunikasi Wireless LAn WLAN, 2009. USU Repository © 2009
3.2.3 Kabel Konektor
Kebanyakan antena menggunakan konektor yang berupa pigtail. Pigtail adalah kabel pendek penghubung antara AP dengan antena Gambar 3.5a.
Namun antena payungbolik tidak menggunakan pigtail sebagai power sourcenya, Pigtail digantikan oleh USB Wireless adapter Gambar 3.5b. Untuk
menghubungkan Antena Payungbolic yang dipasang di outdoor ke PC diperlukan kabel USB yang panjang. Kabel USB bawaan USB adapter biasanya hanya 1 m.
Untuk memperpanjang kabel USB caranya antara lain Menggunakan Kabel USB Active Extension atau dikenal sebagai USB Repeater.
a b
Gambar 3.5. Kabel, a Pigtail dan b Kabel USB repeater Kabel USB Repeater di pasaran panjang per segmennya 5m dan menurut
rekomendasi pabrik dapat disambung sampai dengan 5 segmen sehingga total 25m. Alternatif untuk memperpanjang kabel USB yang lebih ekonomis adalah
dengan membuat kabel USB extender menggunakan kabel UTP [7].
Muhammad Teddy Yudhanto : Rancang Bangun Antena Eksternal Payungbolik 2,4 GHZ Untuk Komunikasi Wireless LAn WLAN, 2009. USU Repository © 2009
3.3 Menpersiapkan KomponenPeralatan Yang Dibutuhkan.
Peralatan yang diperlukan dalam pekerjaan mekanik pada pembuatan antena dapat dilihat pada Tabel 3.5 :
Tabel 3.5 Peralatan yang dibutuhkan Peralatan yang dibutuhkan
Gergaji besi Cutter
kabel ekstender listrik Mesin bor
Kunci Inggris spidol
Kikir tang
palu penggaris
Solder dan timah gunting
Sedangkan bahanbahan yang dibutuhkan untuk membuat antena payung bolik dapat dilihat pada Tabel 3.6 :
Tabel 3.6 Bahan yang dibutuhkan Bahanbahan yang dibutuhkan
No Bahan Fungsi
1 Payung
Sebagai kerangka dasar antena parabola 2
Jaring Parabola 1x1 meter
Reflector antena 3
Pipa PVC d= 3 inch 1 m Feeder 4
Tutup pipa d=3 inch 2 bh Bagian feeder 5
Rubber tape Isolasi dan perekat
6 Kawat tipis
Pengikat Jaring 7
Mur kecil 2 bh Mounting antena
8 Kabel UTP 4 meter
Ekstensi kabel USB 9
Kabel USB ekstension Penghubung antara USB wireless dengan
PC 10 Allumunium foil
Melapisi pipa PVC 11 USB wireless adapter
Sebagai power source
Muhammad Teddy Yudhanto : Rancang Bangun Antena Eksternal Payungbolik 2,4 GHZ Untuk Komunikasi Wireless LAn WLAN, 2009. USU Repository © 2009
3.4 Parameter Antena Yang Ingin Dicapai