Uji Daya Pembeda Tes Taraf Kesukaran Tes

Mulyana Tursupriana, 2013 EFEKTIFITAS MODEL PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X PADA KOMPETENSI DASAR MENGGAMBAR SKETSA DI SMKN 12 BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu reliabilitas instrumen. ⁄ ⁄ yang disebutkan sebagai indeks korelasi antara dua belahan instrumen. Bila koefisien reliabilitas telah dihitung, maka untuk menentukan keeratan hubungan bisa digunakan kriteria Guilford 1956, yaitu pada Tabel 3.3 berikut ini: Tabel 3.3 Kriteria Reliabilitas Koefisien Korelasi r 11 Kriteria 0,80 r 11 ≤ 1,00 Reliabilitas sangat tinggi 0,60 r 11 ≤ 0,80 Reliabilitas tinggi 0,40 r 11 ≤ 0,60 Reliabilitas sedang 0,20 r 11 ≤ 0,40 Reliabilitas rendah r 11 ≤ 0,20 Reliabilitas sangat rendah Sumber: Guilford, 1956

3. Uji Daya Pembeda Tes

Perhitungan daya pembeda dilakukan untuk mengukur sejauh mana suatu butir soal mampu membedakan siswa yang pandai dan siswa yang kurang pandai berdasarkan kriteria tertentu, sebagaimana diungkapkan Arikunto 2002:211 bahwa “daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan siswa yang pandai berkemampuan tinggi dengan siswa yang bodoh berkemampuan rendah”. Untuk kelompok kecil kurang dari 100 orang, kelompok atas dan kelompok bawah diklasifikasikan dengan cara membagi seluruh peserta test menjadi 27 kelompok atas dan 27 kelompok bawah Karno To, 1996:9. Mulyana Tursupriana, 2013 EFEKTIFITAS MODEL PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X PADA KOMPETENSI DASAR MENGGAMBAR SKETSA DI SMKN 12 BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu Untuk menghitung daya pembeda setiap item dapat menggunakan rumus berikut: Karno To, 1996:10 Keterangan: = indeks daya pembeda satu butir soal tertentu = jumlah jawaban benar pada kelompok atas = jumlah jawaban benar pada kelompok bawah = jumlah siswa pada salah satu kelompok Tabel 3.4 Klasifikasi Daya Pembeda Rentang Daya Pembeda Kategori Sangat buruk, harus dibuang Buruk, sebaiknya dibuang agak baik, kemungkinan perlu direvisi Baik Sangat baik Sumber: Karno To, 1996:10

4. Taraf Kesukaran Tes

Tingkat kesukaran TK adalah suatu parameter untuk menyatakan bahwa item soal adalah mudah, sedang dan sukar. Arikunto 2006: 207 menyatakan bahwa “soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar”. Taraf kesukaran butir soal pada dasarnya adalah peluang responden atau Mulyana Tursupriana, 2013 EFEKTIFITAS MODEL PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X PADA KOMPETENSI DASAR MENGGAMBAR SKETSA DI SMKN 12 BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu peserta tes untuk menjawab benar pada suatu butir soal. Untuk menghitung taraf kesukaran butir soal dapat digunkan rumus sebagai berikut: Karno To, 1996:11 Keterangan: Taraf kesukaran satu butir soal tertentu Jumlah siswa yang menjawab benar pada butir itu Jumlah seluruh peserta tes Kriteria tingkat kesukaran dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Tabel 3.5 Taraf Kesukaran Rentang Taraf Kesukaran Kategori Sangat sukar, sebaiknya dibuang Sukar Sedang Mudah Sangat mudah, sebaiknya dibuang Sumber: Karno To, 1996:11 Sedangkan menurut Ali 1992: 86 menjelaskan bahwa soal dengan kesukaran 0.20 – 0.80 dianggap baik untuk kepentingan penelitian.

J. Tahapan Penelitian

Tahapan penelitian yang menjadi acuan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.2 berikut ini:

Dokumen yang terkait

EFEKTIFITAS PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA BERBANTUAN MEDIA MODUL KOMIK TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KOMPETENSI DASAR MENYUSUN LAPORAN KEUANGAN KELAS X AKUNTANSI SMK NEGERI 1 PATI

0 3 182

PERBEDAAN HASIL BELAJAR MENGGAMBAR TEKNIK YANG DIAJARKAN DENGAN PENGGUNAAN MODUL DAN MODEL PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA PADA SISWA KELAS X TKR SMK PAB 12 SAENTIS.

0 2 24

EFEKTIFITAS PENDEKATAN PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA EFEKTIFITAS PENDEKATAN PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 TULUNG KLATEN TAHUN AJARAN 2006/2007.

0 1 15

PENERAPAN MEDIA PEMBELAJARAN PLC BERBASIS KONVEYOR UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DI SMKN 12 BANDUNG.

0 0 51

Penggunaan Lectora Inspire Sebagai Media Pembelajaran untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Standar Kompetensi Menerapkan Dasar-Dasar Elektronika di SMKN 7 Baleendah Kabupaten Bandung.

0 1 51

PENERAPAN MODEL LEVELS OF INQUIRY BERBANTUAN TUTOR SEBAYA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SMA PADA PEMBELAJARAN FISIKA.

0 2 40

MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING MENGGUNAKAN LKS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X DI SMKN 1 CIDAUN.

0 2 24

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MENGGAMBAR KONSTRUKSI BANGUNAN SMK NEGERI 5 BANDUNG.

0 0 30

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MENGGAMBAR BUSANA DI SMK MA’ARIF 2 SLEMAN.

1 10 262

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PEER TEACHING (TUTOR SEBAYA) PADA MATA PELAJARAN DASAR KEPARIWISATAAN KELAS X JB 3 DI SMKN 3 MAGELANG.

4 15 146