Analisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesadaran kewajiban perpajakan pada sektor usaha kecil dan menengah (UKM)

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KESADARAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN

PADA SEKTOR USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM)

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi

Diajukan oleh:

Mufti Rahmatika 106082002637

JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

(3)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KESADARAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN PADA SEKTOR USAHA

KECIL DAN MENENGAH (UKM)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh :

Mufti Rahmatika NIM: 106082002637

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Prof.Dr.Amilin,SE,Ak,M.Si Afif Sulfa, SE, M.Si, Ak. NIP:197306150 200501 1 009

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1431 H/2010 M


(4)

vi

ABSTRACT

The purpose of this research is to analyze the influences of person knowledge about taxes, self assessment system comprehension, income level tax payers and easiness pay taxes system on awarness responsibility of taxation for enterpreneurship. The sample of this research came from of fivety correspondences who are all enterpreneur in South of Jakarta.

Data collected through questionnaires are processed and analyze by using multiple regression analysis. The sampling method is convenience sampling. The test for quality are using validity of test to use is pearson correlation and reliability test of the research to use is cronbach alpha. For hypotesis test, we are using Adjusted R square, F test and t test.

The results of this research showed that understand about self assessment system level and income level tax payers variable do not have significant influences towards awarness responsibility of taxation for enterpreneurship with significant value 0,082 and 0,276. The other variables such as the person knowledge about taxes, easiness pay taxes system influences towards the awarness responsibility of taxation for enterpreneurship with each significantly value is 0,019, 0,00. But all variables together such as the person knowledge about taxes, understand about self assessment system, income level tax payers and easiness pay taxes system on awarness responsibility of taxation for enterpreneurship with significantly value 0,000.

Keyword: the person knowledge about taxes, understand about self assessment system, income level tax payers and easiness pay taxes system on awarness responsibility of taxation for enterpreneurship


(5)

vii

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pengetahuan wajib pajak, pemahaman sistem self assessment, tingkat penghasilan wajib pajak dan kemudahan dalam melakukan sistem pembayaran perpajakan terhadap kesadaran kewajiban perpajakan pada sektor usaha kecil dan menengah. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 50 orang responden yang merupakan pemilik usaha kecil dan menengah yang berada di wilayah Jakarta Selatan

Hasil dalam penelitian ini dikumpulkan melalui kuesioner yang diproses dan dianalisis dengan menggunakan analisis regresi berganda. Metode yang digunakan dalam penentuan sampel dalam penelitian ini adalah Convenience Sampling. Uji kualitas data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji validitas Pearson Correlation dan uji reliabilitas menggunakan Cronbach Alpha. Untuk uji hipotesis dalam penelitian ini, peneliti menggunakan uji R2 yang sudah disesuaikan, uji F, dan uji t.

Hasil data penelitian ini menunjukkan bahwa pemahaman sistem self assessment dan tingkat penghasilan wajib pajak yang tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kesadaran kewajiban perpajakan pada sektor usaha kecil dan menengah dengan nilai signifikansi 0,082 dan 0,276. Sedangkan variabel yang lain seperti pengetahuan wajib pajak dan tingkat kemudahan dalam melakukan sistem pembayaran perpajakan berpengaruh terhadap kesadaran kewajiban perpajakan pada sektor usaha kecil dan menengah dengan nilai signifikansi masing-masing sebesar 0,019, 0,000, Akan tetapi ketika dilakukan pengujian secara bersama-sama, semua variabel berpengaruh secara signifikan dengan nilai signifikansi sebesar 0,000.

Kata kunci: Pengetahuan wajib pajak, pemahaman sistem self assessment, tingkat penghasilan wajib pajak, kemudahan dalam melakukan sistem pembayaran perpajakan, kesadaran kewajiban perpajakan.


(6)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas berkat Rahmat dan Karunia-Nyalah skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Shalawat beserta salam tak lupa penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari zaman kemusyrikan ke zaman ketauhidan dan ilmu pengetahuan seperti sekarang ini. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar sarjana ekonomi.

Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya atas bantuan, bimbingan, dan doa, baik langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian skripsi ini, kepada: 1. Kedua orang tuaku, yang senantiasa selalu memberi semangat baik doa

maupun kasih sayang yang tak terhingga kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Semoga Allah membalas semua kebaikan yang telah kalian berikan kepada penulis selama ini. Amin Ya Rabbal’alamin.

2. Kepada kakak saya Yunawan Kurnia serta adik saya Hamdi, terimakasih atas semua dukungan dan doa sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

3. Kepada Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis.

4. Yang Terhormat Bapak Prof. Dr. Amilin SE, M.Si, Ak selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bantuan baik waktu, saran maupun ilmu yang bermanfaat kepada penulis selama proses penulisan skripsi ini. Terimakasih juga atas dorongan dan motivasi yang bapak berikan kepada saya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

5. Yang Terhormat Bapak Afif Sulfa SE, M.Si, Ak selaku Ketua Jurusan Akuntansi dan Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bantuan baik waktu, saran, maupun ilmu yang bermanfaat kepada penulis selama proses penulisan skripsi ini sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.


(7)

ix

6. Ibu Yessi Fitri SE,Ak,Msi selaku sekretaris jurusan yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat kepada penulis, semoga ALLAH membalas semua kebaikan ibu kepada saya.

7. Kepada kak Wilda Farah, SE, Ak, M.Si yang telah memberi saran dan motivasi kepada penulis dalam penulisan skripsi ini. Terimakasih untuk semuanya kak, termasuk saran atas pemberian judul skripsi.

8. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis.

9. Kepada Eka Prihamdhani dan keluarganya, terimakasih atas bantuan doa dan semangat yang selalu kalian berikan kepada penulis.

10. Anak-anak jurusan akuntansi angkatan 2006.

11. Buat seluruh anak SUNTUK, Fajar, Guntur, Menez, Jamal, Hatya, Fuad, Reza, Heri, Yudo, Dayat, Febby, Taufan, Tommy Riyadi, Zulfikri.

12. Buat sahabat-sahabat terbaik yang selalu memberikan saran, motivasi dan kritikan, Iqbal, Maulida, Fenti, Herty, Izumi, Fery, Istihayu, Mega Ayu. 13. Semua pihak-pihak yang telah membantu dalam dalam penyelesaian skripsi

ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk tercapainya penulisan skripsi yang lebih baik lagi.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Jakarta, Agustus 2010


(8)

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan Skripsi. ... i

Lembar Pengesahan Ujian Kompre... ii

Lembar Pengesahan Ujian Skripsi ... iii

Daftar Riwayat Hidup. ... iv

Abstract... vi

Abstrak... vii

Kata Pengantar. ... viii

Daftar Isi . ... x

Daftar Tabel. ... xiv

Daftar Gambar...xv

Daftar Lampiran. ...xvi

BAB I PENDAHULUAN . ...1

A. Latar Belakang . ... 1

B. Rumusan Masalah ... .6

C. Tujuan Penelitian ... .7

D. Manfaat Penelitian ... .8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ... 10

A. Konsep Dasar Perpajakan ... .10

1. Pengertian Pajak ... .10

2. Fungsi Pajak ... .11

3. Teori Pemungutan Pajak ... .13


(9)

4. Jenis Pajak ... .16

5. Sistem Pemungutan Pajak ... .18

6. Hak dan Kewajiban Wajib Pajak ... .20

7. Wajib Pajak ... .24

8. Kesadaran Wajib Pajak ... .24

B. Industri Usaha Kecil dan Menengah ... .25

1. Pengertian Industri Usaha Kecil dan Menengah ... .25

2. Kriteria Industri Usaha Kecil dan menengah ... 26

C. Faktor-Faktor yang Melatar Belakangi Kesadaran Pelaporan Perpajakan Pada Industri Usaha Kecil dan Menengah . ... 26

D. Keterkaitan Antara Variabel . ... 28

1. Pengetahuan Wajib Pajak Terhadap Kesadaran Kewajiban Perpajakan Pada Usaha Kecil dan Menengah... 28

2. Pemahaman Sistem Self Assessment Terhadap kesadaran kewajiban Perpajakan Pada Usaha Kecil dan Menengah . ... 29

3. Tingkat Penghasilan Wajib Pajak Terhadap Kesadaran Kewajiban Perpajakan Pada Usaha Kecil dan Menengah... 30

4. Pengaruh Kemudahan Dalam Melakukan Sistem Pembayaran Perpajakan Pada Usaha Kecil dan Menengah ... 31

E. Penelitian Terdahulu . ... 32

F. Kerangka Pemikiran ... 34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. ... 36


(10)

A. Ruang Lingkup Penelitian ... 36

B. Metoda Penentuan Sampel ... 37

C. Metoda Pengumpulan Data ... 37

1. Data Primer ... 37

2. Data Sekunder . ... 38

D. Metoda Analisis Data ... 38

1. Statistik Deskriptif . ... 38

2. Uji Kualitas Data ... 39

3. Uji Asumsi Klasik ... 40

4. Uji Hipotesis . ... 42

E. Operasional Variabel Penelitian... 45

1. Pengetahuan Wajib Pajak ... 45

2. Pemahaman Sistem Self Assessment . ... 45

3. Tingkat Penghasilan Wajib Pajak ... 46

4. Kemudahan Dalam Melakukan Sistem Pembayaran Perpajakan . ... 46

5. Kesadaran Kewajiban Perpajakan Pada Sektor Usaha Kecil dan Menengah . ... 47

BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN ... 49

A. Gambaran Umum Obyek Penelitian . ... 49

1. Tempat dan Waktu Penelitian . ... 49

2. Karakteristik Profil Responden . ... 50

B. Hasil Uji Instrumen Penelitian . ... 55


(11)

1. Hasil Uji Statistik Deskriptif ... 55

2. Hasil Uji Kualitas Data . ... 56

3. Hasil Uji Asumsi Klasik . ... 59

4. Hasil Uji Hipotesis . ... 62

C. Pembahasan ... 68

1. Pengaruh Pengetahuan Wajib Pajak ... 68

2. Pengaruh Pemahaman Sistem Self Assessment . ... 68

3. Pengaruh Tingkat Penghasilan Wajib Pajak . ... 69

4. Pengaruh Kemudahan Dalam Melakukan Sistem Pembayaran . ... 69

5. Pengaruh Pengetahuan Wajib Pajak, Pemahaman Sistem Self Assessment, tingkat penghasilan Wajib Pajak, Kemudahan Dalam Melakukan Sistem Pembayaran Perpajakan Terhadap Kesadaran Kewajiban Perpajakan Pada Sektor Usaha Kecil dan Menengah ... 70

BAB V PENUTUP ... 71

A. Kesimpulan . ... 72

B. Implikasi ... 73

C. Saran ... 74

DAFTAR PUSTAKA... 76


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Pertumbuhan Usaha Kecil dan Menengah... 3

Tabel 2.1 Penggolongan Pajak... 18

Tabel 2.2 Kriteria Industri Usaha Kecil dan Menengah. ... 26

Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu. ... 33

Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel. ... 47

Tabel 4.1 Data Deskriptif Penyebaran Kuisioner. ... 49

Tabel 4.2 Data Sampel Penelitian . ... 50

Tabel 4.3 Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Umur . ... 51

Tabel 4.4 Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 52

Tabel 4.5 Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan . ... 52

Tabel 4.6 Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Lama Usaha . ... 53

Tabel 4.7 Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Laba Usaha . ... 54

Tabel 4.8 Uji Statistik Deskriptif . ... 55

Tabel 4.9 Uji Validitas . ... 57

Tabel 4.10 Uji Reliabilitas . ... 58

Tabel 4.11 Hasil Uji Multikolonieritas . ... 59

Tabel 4.12 Hasil Uji Koefisien Determinasi ... 62

Tabel 4.13 Hasil Uji t Statistik ... 63

Tabel 4.14 Hasil Uji Signifikasi Simultan . ... 67


(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran... 35 Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas . ... 60 Gambar 4.2 Hasil Uji Heteroskedastisitas. ... 61


(14)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Surat Riset Penelitian . ... 80

Lampiran II Kuisioner Penelitian . ... 81

Lampiran III Skor Jawaban Penelitian ... 88

Lampiran IV Hasil Uji Validitas . ... 92

Lampiran V Hasil Uji Reliabilitas . ... 95


(15)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA DIRI

Nama : Mufti Rahmatika

Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta/22 November 1987

Alamat : Jl. Taman Kedaung Raya Blok A6 No.11 01/07, Pamulang, Tangerang

Anak ke : Dua (2) dari tiga bersaudara Jenis Kelamin : Laki-Laki

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Kewarganegaraan : WNI

Hobi : Membaca dan Mendengarkan Musik

RIWAYAT PENDIDIKAN

1. Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan IAIN Jakarta : 1994-2000

2. SMPN 87 Jakarta : 2000-2003

3. SMAN 74 Jakarta : 2003-2006

4. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta : 2006-2010

ORGANISASI

1. Merpati Putih SMAN 74 Jakarta : 2003-2006

2. Rohis SMAN 74 Jakarta : 2003-2006

3. Koperasi Mahasiswa UIN Jakarta : 2006-2007

PELATIHAN

1. Lembaga Bahasa dan Pendidikan LIA : 2008-2010

2. Pelatihan Enterpeneurship : 2008

3. Pelatihan SPSS : 2008

4. Training Sertifikasi ISO 9000:2008 : 2009

5. Pelatihan Brevet Pajak : 2009


(16)

v

DATA ORANG TUA 1. Ayah

Nama : Sjafri Edy S.Kom

Tempat/Tanggal Lahir : Payakumbuh/12 November 1952

Alamat : Jl. Taman Kedaung Raya Blok A6 No.11 Pamulang, Tangerang

Agama : Islam

Pekerjaan : Pegawai Swasta Kewarganegaraan : WNI

2. Ibu

Nama : Dra. Hermawati MA

Tempat/Tanggal Lahir : Padang/26 Desember 1954

Alamat : Jl. Taman Kedaung Raya Blok A6 No.11

Pamulang, Tangerang

Agama : Islam

Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil Kewarganegaraan : WNI


(17)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pajak menurut pasal 1 Undang-Undang No.28 tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah kontribusi wajib kepada negara yang terhutang oleh pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapat timbal balik secara langsung dan digunakan untuk kepentingan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Selain itu, pajak adalah kewajiban penduduk kepada negara dan dapat dipaksakan untuk membiayai administrasi negara dan kemakmuran rakyatnya (Suparman, 2007). Menurut Soemitro (2010), pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara yang berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapat jasa timbal balik yang langsung dapat ditunjukan dan yang digunakan untuk membiayai pengeluaran umum.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, maka pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara yang dapat dipaksakan berdasarkan undang-undang dan tidak mendapatkan timbal balik secara langsung. Salah satu peran pajak bagi negara Indonesia berfungsi sebagai alat penerimaan kas negara dan berfungsi sebagai alat pengatur kegiatan ekonomi pada masa yang akan datang. Selain itu, peran pajak juga bertujuan untuk menumbuhkan dan membina kesadaran serta tanggung jawab warga negara, karena pada dasarnya pajak membiayai pembangunan negara. Pemungutan pajak bukan hal yang


(18)

mudah, dikarenakan perlunya peran aktif dari fiskus dan kesadaran dari wajib pajak. Menurut Kitab Undang-Undang Perpajakan, Indonesia menganut sistem self assessment yang memberi kepercayaan kepada wajib pajak untuk menghitung, menyetor dan melaporkan sendiri pajaknya, sehingga kebenaran pembayaran pajak tergantung kepada kejujuran dari wajib pajak dalam pelaporan perpajakannya. Pajak yang dipungut oleh pemerintah digunakan untuk membiayai pengeluaran yang dilakukan oleh pemerintah.

Pemerintah melakukan berbagai macam sosialisasi mengenai pajak, seperti pemberian diskon 50% dari tarif pajak badan bagi Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Pemberian fasilitas penurunan tarif diskon 50% juga diberikan dengan batasan atau persyaratan tertentu, pertama pihak yang dapat menggunakan fasilitas ini adalah hanya wajib pajak badan dalam negeri, kedua wajib pajak badan tersebut memiliki peredaran bruto sampai dengan Rp.50 Miliar. Jadi wajib pajak badan yang tidak mempunyai peredaran bruto sampai dengan Rp 50 Miliar tetap dikenakan tarif umum (Indonesian Tax Review, anonim, 2010:22).

Usaha kecil dan menengah (UKM) merupakan salah satu bagian terpenting dalam perekonomian kerakyatan di suatu wilayah maupun suatu negara. Usaha kecil dan menengah sangat berperan dalam perekonomian Indonesia, sebagai contoh usaha kecil dan menengah sangat berperan penting pada saat terjadinya krisis moneter tahun 1998 dan dipandang sebagai suatu penyelamat dalam proses perekonomian Indonesia, mendorong laju pertumbuhan ekonomi maupun penyerapan tenaga kerja.


(19)

Apabila diperhatikan dengan lebih seksama, selama ini perekonomian dalam negeri secara umum masih buruk, tetapi harus kita akui bahwa beberapa sektor usaha (terutama sektor swasta), masih menunjukkan kinerja yang cukup bagus. Usaha yang bisa dikatakan bertahan hidup dalam segala situasi dan kondisi tersebut kebanyakan adalah usaha kecil menengah.

Banyaknya usaha-usaha tersebut, baik yang berskala kecil maupun menengah dengan sungguh-sungguh merupakan sumber pajak yang dapat dipergunakan untuk menambah pendapatan negara. Salah satu faktor yang mendasari negara berkembang memandang pentingnya keberadaan usaha kecil dan menengah, dikarenakan usaha kecil dan menengah mampu menyerap banyak tenaga kerja. Berikut ini, merupakan persentase laju pertumbuhan Product Domestik Bruto (PDB) usaha kecil dan menengah tahun 2005-2007 (Badan Pusat Statistik, 2008).

Tabel 1.1

Pertumbuhan PDB UKM tahun 2005-2007

Skala Usaha Tahun 2005 Tahun 2006 Tahun 2007

Usaha Kecil 5,82 % 5,50 % 6,18 %

Usaha Menengah 6,25 % 6,27 % 6,84 %

UKM 5,955 % 5,73 % 6,38 %

Besar 5,37 % 5,23 % 6,24 %

Total 5,69 % 5,51 % 6,32 %

Sumber: (Badan Pusat Statistik, 2008)

Dalam melakukan suatu usaha, perkembangan usaha dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor internal maupun faktor eksternal, salah satu faktor internal yang sangat berperan besar dalam mempengaruhi perkembangan usaha kecil dan menengah adalah modal untuk investasi


(20)

maupun untuk modal kerja, dikarenakan modal merupakan faktor kendala utama yang selalu menjadi masalah klasik dalam membangun usaha khususnya usaha kecil dan menengah. Tidak sedikit pemilik usaha kecil dan menengah yang belum sadar dan belum mematuhi dalam melakukan pembayaran pajak, khususnya pendaftaran untuk mempunyai Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) sampai kedalam pembayaran Pajak terhutang.

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi rendahnya kesadaran kewajiban perpajakan oleh pemilik usaha kecil dan menengah diantaranya adalah rendahnya pendidikan para pemilik usaha kecil dan menengah, kurangnya sosialisasi peraturan oleh pihak aparatur pajak dan tingkat kesadaran yang masih rendah dalam melakukan pembayaran pajak. Ketidaktaatan dalam membayar pajak tidak hanya terjadi pada lapisan pengusaha saja tetapi pihak fiskus juga tidak taat untuk membayar pajak. Pemungutan pajak memang bukan suatu pekerjaan yang mudah di samping peran serta aktif dari petugas perpajakan, juga dituntut kesadaran dari para wajib pajak itu sendiri.

Indonesia menerapkan sistem self assessment yang memberi kepercayaan terhadap wajib pajak untuk menghitung, menyetor dan melapor sendiri pajaknya, menyebabkan kebenaran pembayaran pajak tergantung pada kejujuran wajib pajak sendiri dalam pelaporan kewajiban perpajakannya (Tarjo, 2005:119). Keinginan pemerintah untuk meningkatkan jumlah wajib pajak dengan tujuan akhir untuk meningkatkan jumlah penerimaan negara dari pajak, bukanlah pekerjaan yang ringan. Upaya pendidikan, penyuluhan


(21)

dan sebagainya, tidak akan berarti banyak dalam membangun kesadaran wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya, jika masyarakat tidak merasakan manfaat dari kepatuhan membayar pajak. Di sisi lain, ancaman hukuman yang kurang keras terhadap wajib pajak yang lalai juga menyebabkan wajib pajak cenderung untuk mengabaikan kewajiban perpajakannya.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang berpengaruh dalam meningkatkan kesadaran kewajiban perpajakan pada usaha kecil dan menengah. Selain itu, masih banyak usaha kecil dan menengah yang tingkat kesadaran dalam melakukan pembayaran pajak masih rendah, khususnya pendaftaran untuk mempunyai Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Berdasarkan hal tersebut, maka penulis termotivasi untuk melakukan penelitian dengan mengambil judul “Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Kesadaran Kewajiban Perpajakan Pada Sektor Usaha Kecil dan Menengah (UKM).

Penelitian ini merupakan replikasi dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Fery Dwi Prasetyo (2006)

.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah sebagai berikut:

1. Ada penambahan dua variabel independen yaitu berupa tingkat penghasilan wajib pajak dan kemudahan dalam melakukan sistem pembayaran. Penambahan dua variabel tersebut selain disarankan oleh peneliti terdahulu, variabel tersebut juga merupakan faktor-faktor yang


(22)

berpengaruh terhadap tingkat kesadaran pembayaran pajak oleh usaha kecil dan menengah. Pada penelitian sebelumnya hanya menguji pengetahuan wajib pajak dan pemahaman sistem self assessment.

2. Obyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah beberapa jenis usaha kecil dan menengah, berbeda pada penelitian sebelumnya yang hanya mengambil satu jenis usaha yang sama yaitu usaha coffeshop. Penambahan beberapa jenis usaha untuk mengetahui tingkat kesadaran kewajiban perpajakan.

3. Tempat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah di wilayah Jakarta Selatan, sedangkan pada penelitian sebelumnya adalah jenis usaha coffeeshop yang terletak di daerah Yogykarta.

Obyek penelitian ini adalah kesadaran kewajiban perpajakan pada sektor usaha kecil dan menengah. Penambahan variabel selain disarankan oleh peneliti terdahulu, variabel ini juga untuk membuktikan apakah tingkat penghasilan wajib pajak dan pengaruh kemudahan dalam melakukan sistem pembayaran perpajakan berkaitan dengan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesadaran kewajiban perpajakan pada sektor usaha kecil dan menengah.

B. Rumusan Masalah.

Berdasarkan latar belakang masalah, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:


(23)

1. Apakah pengetahuan wajib pajak berpengaruh terhadap kesadaran kewajiban perpajakan pada sektor usaha kecil dan menengah?

2. Apakah pemahaman sistem self assessment berpengaruh terhadap kesadaran kewajiban perpajakan pada sektor usaha kecil dan menengah? 3. Apakah tingkat penghasilan wajib pajak berpengaruh terhadap kesadaran

kewajiban perpajakan pada sektor usaha kecil dan menengah?

4. Apakah kemudahan dalam melakukan sistem pembayaran perpajakan berpengaruh terhadap kesadaran kewajiban perpajakan pada sektor usaha kecil dan menengah?

5. Apakah pengetahuan wajib pajak, pemahaman sistem self assessment, tingkat penghasilan wajib pajak dan kemudahan dalam melakukan sistem pembayaran perpajakan, berpengaruh secara simultan dan signifikan terhadap kesadaran kewajiban perpajakan pada sektor usaha kecil dan menengah?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti empiris atas hal-hal sebagai berikut:

1. Pengaruh pengetahuan wajib pajak terhadap kesadaran kewajiban perpajakan pada sektor usaha kecil dan menengah.

2. Pengaruh pemahaman sistem self assessment terhadap kesadaran kewajiban perpajakan pada sektor usaha kecil dan menengah.


(24)

3. Pengaruh tingkat penghasilan wajib pajak terhadap kesadaran kewajiban perpajakan pada sektor usaha kecil dan menengah.

4. Pengaruh tingkat kemudahan dalam melakukan sistem pembayaran perpajakan terhadap kesadaran kewajiban perpajakan pada sektor usaha kecil dan menengah.

5. Pengaruh pengetahuan wajib pajak, pemahaman sistem self assessment, tingkat penghasilan WP, tingkat kemudahan dalam melakukan sistem pembayaran perpajakan terhadap kesadaran kewajiban perpajakan pada sektor usaha kecil dan menengah

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi:

1. Usaha Kecil dan Menengah

Untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya pembayaran pajak oleh usaha kecil dan menengah, sehingga akan menambah kas negara dari sektor usaha kecil dan menengah.

2. Masyarakat

Sebagai sarana informasi tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesadaran kewajiban perpajakan pada sektor usaha kecil dan menengah.


(25)

9 3. Pemerintah

Agar pemerintah dapat meningkatkan jumlah wajib pajak dengan tujuan akhir untuk meningkatkan jumlah penerimaan negara dari pajak, khususnya penerimaan pajak dari sektor usaha kecil dan menengah.

4. Peneliti

Untuk menambah wawasan dan menambah referensi mengenai kesadaran kewajiban perpajakan pada sektor usaha kecil dan menengah serta memperoleh hasil yang bermanfaat bagi peneliti dimasa yang akan datang.


(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Perpajakan 1. Pengertian Pajak

Salah satu sumber penerimaan negara yang terbesar pada saat ini adalah bersumber dari pajak. Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara, khususnya di dalam pelaksanaan pembangunan karena pajak merupakan sumber pendapatan negara untuk membiayai semua pengeluaran termasuk pengeluaran pembangunan negara. Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang perpajakan yang dapat dipaksakan dengan tidak mendapatkan imbalan jasa timbal balik yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membiayai pengeluaran umum (Mardiasmo, 2006:1).

Pajak yaitu iuran masyarakat kepada negara yang dapat dipaksakan dan terhutang oleh wajib pajak untuk membayarnya menurut peraturan perpajakan, dengan tidak mendapatkan prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan (Adriani, 2010:3). Undang-undang perpajakan terbaru nomor 36 tahun 2008 dalam pasal 1 mendenifisikan pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terhutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan


(27)

secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (Primandita Fitriandi, 2008:4).

Berdasarkan definisi di atas, pajak adalah pungutan yang dilakukan pemerintah terhadap wajib pajak tertentu berdasarkan undang-undang perpajakan yang berlaku tanpa harus memberikan imbalan secara langsung. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pajak mempunyai unsur-unsur, meliputi:

a. Kontribusi dari rakyat kepada negara.

b. Pajak dapat dipaksakan berdasarkan undang-undang perpajakan, artinya pajak dapat dipungut dengan kekuatan undang-undang dan aturan pelaksanaannya.

c. Pajak diperuntukkan sebagai pencapaian tujuan pembangunan yang dapat memberikan kesejahteraan kepada rakyat.

d. Pajak dapat memberikan manfaat tidak langsung kepada wajib pajak dan rakyat.

2. Fungsi Pajak

Fungsi pajak dalam masyarakat terbagi kepada dua fungsi, yaitu fungsi utility dan fungsi regulerend (Erly Suandi, 2005:14).

a. Fungsi Utility (Sumber Keuangan Negara)

Fungsi ini bertujuan untuk memasukkan penerimaan uang untuk kas negara sebanyak-banyaknya, antara lain untuk mengisi Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) sesuai dengan target penerimaan pajak yang telah ditetapkan, sehingga posisi anggaran pendapatan dan


(28)

pengeluaran yang berimbang tercapai. Sebagai sumber keuangan negara, pemerintah berupaya memasukkan uang sebanyak-banyaknya ke kas negara. Upaya tersebut ditempuh dengan cara ekstensifikasi maupun intensifikasi pemungutan pajak melalui penyempurnaan peraturan berbagai jenis pajak.

b. Fungsi Regulerend (Mengatur)

Fungsi pajak yang secara tidak langsung dapat mengatur dan menggerakkan perkembangan sarana perekonomian nasional yang produktif. Adanya pertumbuhan perekonomian yang demikian maka akan dapat menumbuhkan obyek pajak dan subyek pajak yang baru yang lebih banyak lagi, sehingga penerimaan pajak lebih meningkat lagi. Dengan kata lain, pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi, serta mencapai tujuan-tujuan tertentu diluar bidang keuangan.

Fungsi pajak selain fungsi utility dan fungsi regulerend, terdapat juga fungsi distribusi kekayaan. Fungsi distribusi kekayaan yaitu fungsi dimana kelompok yang lebih mampu akan membayar pajak lebih banyak dibandingkan dengan pajak yang dia bayar (Dudi, 2008). Berdasarkan hal ini, pajak mempunyai beberapa fungsi kepada masyarakat yaitu fungsi utility, regulerend dan fungsi distribusi. Dengan adanya fungsi-fungsi tersebut, maka diharapkan pajak dapat lebih berperan lagi khusunya dalam membiayai pelaksanaan pembangunan dan membiayai pengeluaran.


(29)

3. Teori Pemungutan Pajak

Teori pemungutan pajak terbagi menjadi lima yaitu: teori asuransi, teori kepentingan, teori gaya pikul, teori kewajiban mutlak dan teori daya beli. Uraian teori-teori tersebut adalah sebagai berikut (Erly Suandi, 2005:24):

a. Teori Asuransi

Teori asuransi, adalah tugas negara untuk melindungi rakyat dan segala kepentingannya. Teori ini untuk memberi dasar hukum kepada pemungut pajak, namun beberapa ahli menentangnya karena perbandingan antara pajak dan perusahaan asuransi tidak tepat, karena dalam hal kerugian tidak ada penggantian secara langsung dari negara, selain itu pembayaran jumlah pajak dengan jasa yang diberikan oleh negara tidak terdapat hubungan secara langsung.

b. Teori Kepentingan

Teori yang hanya memperhatikan pembagian beban pajak yang harus dipungut oleh semua penduduk. Pembagian beban ini harus didasarkan atas kepentingan masing-masing dalam tugas pemerintah.

c. Teori Gaya Pikul

Teori ini mengandung kesimpulan bahwa dasar keadilan pemungutan pajak terletak pada jasa-jasa yang diberikan oleh negara kepada rakyatnya, yaitu perlindungan atas jiwa dan harta bendanya. Teori ini menekankan pada asas keadilan, bahwa pajak harus sama bebannya untuk setiap orang. Pajak harus dibayar menurut daya pikul seseorang.


(30)

d. Teori Bakti

Teori yang menjelaskan bahwa rakyat adalah bagian dari negara, oleh karena itu setiap rakyat wajib membayar pajak kepada negara dalam berbakti kepada negara.

e. Teori Asas Daya Beli

Teori yang menjelaskan mengenai pajak yang dipungut negara dari rakyat akan menimbulkan dampak yang baik untuk negara maupun rakyat. Negara menerima pajak dari rakyat dan negara menyalurkan kembali uang pajak tersebut kepada rakyat secara tidak langsung.

Terdapat beberapa teori yang mendukung negara dalam melakukan pemungutan pajak, yaitu teori asuransi,teori kepentingan, teori, gaya pikul, teori bakti dan teori asas daya beli (Mardiasmo, 2006:3):

a. Teori Asuransi

Teori ini menjelaskan mengenai dimana negara melindungi keselamatan jiwa setiap warga negaranya, oleh karena itu rakyat harus membayar pajak kepada negara karena memperoleh jaminan perlindungan tersebut.

b. Teori Kepentingan

Teori menjelaskan mengenai pembagian beban pajak kepada rakyat didasarkan kepada kepentingan masing-masing individu. Berarti, semakin tinggi kepentingan individu tersebut maka semakin tinggi pajak yang harus dibayar.


(31)

c. Teori Gaya Pikul

Teori ini menceritakan mengenai beban pajak untuk semua individu harus sama beratnya, dimana pajak harus dibayar dengan sesuai dengan daya pikul masing-masing individu tersebut. Teori daya pikul menggunakan dua unsur, yaitu unsur objektif dan unsur subjektif. d. Teori Bakti

Teori ini menjelaskan mengenai kewajiban seorang warga negara yang baik, harus selalu menyadari bahwa pembayaran pajak adalah suatu kewajiban.

e. Teori Asas Daya Beli

Teori ini menggambarkan mengenai akibat dari pemungutan pajak, maka negara yang menerima pajak dari warga negara akan menyalurkannya kembali ke masyarakat dalam bentuk kesejahteraan masyarakat.

Berdasarkan hal tersebut diatas maka negara sebagai tempat pemungut pajak, akan menyalurkan kembali pajak tersebut ke masyarakat dalam bentuk pemeliharaan kesejahteraan masyarakat dan untuk membiayai setiap pengeluaran negara. Dengan adanya teori pemungutan pajak ini, maka setiap warga akan menyadari mengenai alasan dilakukannya pemungutan pajak.


(32)

4. Jenis Pajak

Pajak dapat digolongkan kedalam tiga kelompok, yaitu berdasarkan golongan, berdasarkan wewenang pemungut dan berdasarkan sifat (Erly Suandi, 2005:37).

a. Berdasarkan Golongan

Pembagian pajak berdasarkan golongan terbagi menjadi dua, yaitu pajak langsung dan pajak tidak langsung.

1). Pajak langsung

Pajak langsung adalah pajak yang bebannya harus ditanggung sendiri oleh wajib pajak yang bersangkutan dan tidak dapat dilimpahkan ke pihak lain. Contoh: Pajak Penghasilan.

2) Pajak tidak langsung

Pajak tidak langsung adalah pajak yang bebannya dapat dialihkan atau digeserkan ke pihak lain. Contoh: Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.

b. Berdasarkan Wewenang

Berdasarkan wewenang pemungut pajak dapat dibagi dua, yaitu pajak pusat dan pajak daerah.

1). Pajak pusat

Pajak pusat adalah pajak yang wewenang pemungutannya ada pada pemerintah pusat dan pelaksanaannya dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak, misalnya: pajak penghasilan, pajak pertambahan nilai, pajak bumi dan bangunan, dan bea materai


(33)

2). Pajak daerah

Pajak daerah adalah pajak yang wewenang pemungutannya ada pada pemerintah daerah dan pelaksanaannya dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah, seperti: pajak kendaraan bermotor, pajak hotel dan pajak reklame.

c. Berdasarkan Sifatnya

Berdasarkan sifatnya, pajak dapat dibagi menjadi dua, yaitu pajak subjektif dan pajak objektif (Erly Suandi, 2005:40).

1). Pajak subjektif

Pajak subjektif adalah pajak yang memperhatikan kondisi atau keadaan wajib pajak, seperti pajak penghasilan.

2). Pajak objektif

Pajak objektif adalah pajak yang memperhitungkan objek yang menyebabkan timbulnya kewajiban membayar, jadi pajak objektif adalah pengenaan pajak yang hanya memperhatikan kondisi objeknya saja, seperti pajak pertambahan nilai.

Menurut Siti Resmi (2005:6), Pembagian pajak terbagi menjadi tiga golongan yaitu berdasarkan golongan, berdasarkan wewenang pemungut dan berdasarkan sifat. Pembagian pajak tersebut dijelaskan dalam tabel 2.1 sebagai berikut.


(34)

Tabel 2.1 Pembagian Pajak Berdasarkan

Golongan

Berdasarkan Wewenang Pemungut

Berdasarkan Sifat Pajak langsung Pajak pusat Pajak subjektif Pajak tidak langsung Pajak daerah Pajak objektif

Sumber: (Siti Resmi, 2005:6)

Secara umum, jenis pajak yang diterapkan di Indonesia terbagi menjadi tiga, yaitu berdasarkan golongan, berdasarkan pihak yang memungut dan berdasarkan sifatnya. Dengan adanya pembagian pajak tersebut, maka wajib pajak dapat mengetahui jenis pajak berdasarkan golongannya dan menambah pengetahuan tentang pajak.

5. Sistem Pemungutan Pajak

Terdapat tiga sistem pemungutan perpajakan yang berlaku di Indonesia, yaitu Official Assessment System, Self Assessment System dan Witholding Assessment System (Siti Resmi, 2005:10).

a. Official Assessment System

Official assessment system adalah sistem pemungutan pajak dimana jumlah pajak yang harus dilunasi atau terhutang oleh wajib pajak, dihitung dan ditetapkan oleh fiskus, ciri-cirinya:

1) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terhutang terletak pada fiskus

2) Wajib Pajak bersifat pasif

3) Utang pajak timbul setelah dikeluarkan Surat Ketetapan Pajak


(35)

b. Self Assesment System

Self assessment system adalah sistem pemungutan pajak dimana wajib pajak harus menghitung, menyetor dan melaporkan jumlah pajak yang terhutang, ciri-cirinya:

1) Mempunyai wewenang untuk menetukan besarnya pajak yang terhutang terletak pada wajib pajak sendiri.

2) Wajib pajak aktif mulai dari menghitung, menyetor, dan melaporkan sendiri pajak yang terhutang

3) Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi c. Witholding Assessment System

Witholding assessment system adalah sistem pemungutan pajak yang besar pajak terhutangnya dihitung dan dipotong oleh pihak ketiga. Pihak ketiga yang dimaksud disini diantaranya adalah pemberi kerja, bendaharawan pemerintah. Ciri-cirinya yaitu wewenang untuk menentukan besarnya pajak yang terhutang ada pada pihak ketiga.

Menurut Antari Fawzia (2009), di Indonesia menganut 3 sistem dalam pemungutan pajak, yaitu self assesment system, official assessment system dan witholding assesment system. Self assessment system diterapkan dalam penyampaian surat pemberitahuan (SPT) tahunan PPh baik untuk PPh wajib pajak badan, PPh wajib pajak pribadi dan SPT masa PPN. Official assessment system diterapkan dalam pelunasan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), dimana KPP akan mengeluarkan surat ketetapan pajak mengenai besarnya PBB yang terhutang setiap tahun. Witholding


(36)

assesment system diterapkan dalam mekanisme pemotongan/pemungutan sesuai PPh Pasal 21, PPh Pasal 22, PPh Pasal 23, PPh Pasal 26, PPh Final Pasal 4 Ayat (2) dan PPh Pasal 15.

Pada saat ini, Indonesia menggunakan self assessment system dalam melakukan pembayaran pajak. Dalam self assestment system ini, wajib pajak sendirilah yang berwenang menghitung, menyetorkan dan melaporkan pajak yang terhutang melalui media formulir surat pemberitahuan (SPT) pajak bulanan (masa) ataupun tahunan. Fiskus atau petugas pajak hanya bertugas untuk melakukan penelitian apakah SPT tersebut telah diisi dengan lengkap, meneliti kebenaran penghitungan. 6. Hak dan Kewajiban Wajib Pajak

Undang-undang mengatur dengan tegas hak dan kewajiban wajib pajak dalam satu hukum pajak formal secara jelas. Dinas Pelayanan Pajak menjelaskan mengenai hak dan kewajiban Wajib Pajak, antara lain (Dinas Pelayanan Pajak, 2007):

a. Hak Wajib Pajak

1) Dapat memperpanjang jangka waktu penyampaian SPTD paling lama dua bulan (pasal 8)

2) Dapat membetulkan SPTD dalam jangka waktu paling lama 2 tahun sesudah berakhirnya masa pajak, sepanjang belum dilakukan pemeriksaan (pasal 9/1)


(37)

3) Menghilangkan sanksi administrasi berupa kenaikan pajak sebesar 100%, apabila wajib pajak melaporkan sendiri sebelum pemeriksaan (Pasal 11/5)

4) Mengajukan keberatan paling lama 3 bulan sejak tanggal diterimanya SKP (Pasal 33/1,4)

5) Mengajukan keputusan keberatan apabila lewat jangka waktu yang ditetapkan paling lama 12 bulan (Pasal 34/3)

6) Dapat mengajukan permohonan banding kepada pengadilan pajak dalam jangka waktu 3 bulan

7) Dapat mengajukan permohonan pengembalian atas kelebihan pembayaran pajak berdasarkan surat keputusan keberatan dan keputusan banding (Pasal 42/1)

8) Mengajukan permohonan untuk tidak melegalisasi bon penjualan/bill (Pasal 25/5)

9) Mengajukan permohonan keberatan (Pasal 35/1) 10)Mengajukan gugatan (kurang dari 14 hari) atas:

a) Surat teguran sejak diterima wajib pajak

b) Surat paksa sejak surat pemberitahuan diterima wajib pajak c) Pelaksanaan sita sejak BAP dibuat

d) Lelang, sejak pengumuman lelang dibuat

11)Mengajukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran (Pasal 41/1)


(38)

b. Kewajiban Wajib Pajak

1) Melaksanakan pendaftaran diri atau melaporkan usahanya untuk memperoleh NPWP (Pasal 6/1,3)

2) Menghitung, membayar dan melaporkan jumlah pajak yang terhutang (Pasal 10/1,2)

3) Melegalisasi bon penjualan

4) Membayar pajak yang terhutang paling lambat 15 hari kerja (Pasal 15/1)

5) Membayar kekurangan pajak dalam DPP kurang dari 30 hari (Pasal 15/2)

6) Membuktikan ketidak-benaran atas ketetapan pajak (Pasal 33/3) 7) Mengajukan keberatan dan tidak menunda kewajiban membayar

(Pasal 33/6)

8) Memberikan keterangan atau meminjamkan buku pada saat pemeriksaan (pasal 46/2)

9) Membayar 50% dari jumlah pajak yang terhutang pada saat mengajukan banding (pasal 37/1,7)

10)Menyelenggarakan pembukuan bagi wajib pajak dengan pendapatan bruto lebih dari Rp. 300.000.000 (Pasal 45/1)

11)Melakukan pencatatan pendapatan bruto untuk wajib pajak dengan peredaran pendapatan bruto lebih dari Rp. 300.000.000


(39)

Menurut Chairudin (2010), hak-hak wajib pajak antara lain:

a. Wajib Pajak mempunyai hak untuk mendapat perlindungan kerahasiaan atas segala sesuatu informasi yang telah disampaikannya kepada Direktorat Jenderal Pajak dalam rangka menjalankan ketentuan perpajakan.

b. Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan menunda pembayaran pajak.

c. Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan mengangsur pembayaran pajak.

d. Wajib Pajak yang telah memenuhi kriteria tertentu sebagai Wajib Pajak Patuh dapat diberikan pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak dalam jangka waktu paling lambat 1 bulan untuk PPN dan 3 bulan untuk PPhsejak tanggal permohonan

e. Wajib Pajak dalam rangka pelaksanaan proyek pemerintah yang dibiayai dengan hibah atau dana pinjaman luar negeri, PPh yang terutang atas penghasilan yang diterima oleh kontraktor, konsultan dan supplier utama ditanggung oleh pemerintah.

f. Wajib Pajak pribadi atau badan karena kondisi tertentu objek pajak yang ada hubungannya dengan subjek pajak atau karena sebab-sebab tertentu misalnya karena bencana alam dapat mengajukan permohonan pengurangan atas pajak terutang.


(40)

Menurut Chairudin (2010), kewajiban wajib pajak antara lain:

a. Memperlihatkan dan meminjamkan buku-buku, catatan-catatan, dokumen-dokumen lainnya yang berkaitan dengan usaha yang diperlukan oleh fiskus.

b. Memberi kesempatan kepada fiskus untuk memasuki tempat yang dipandang perlu oleh pemeriksa dan memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan.

c. Memberi keterangan lisan dan tertulis yang diminta fiskus. 7. Wajib Pajak

Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan (Primandita Fitriandi, 2008:3). Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan, yang menurut peraturan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan, termasuk pemungut pajak (Erly Suandi, 2005:109). Berdasarkan pendapat para ahli di atas maka pengertian wajib pajak adalah orang pribadi atau badan yang diwajibkan untuk membayar jumlah pajak yang terhutang berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan dan tidak mendapatkan timbal balik secara langsung dari pembayaran pajak tersebut.

8. Kesadaran Wajib Pajak

Kesadaran adalah kemauan disertai dengan tindakan dari refleksi terhadap kenyataan (Paulo Freira, 2010). Kesadaran merupakan suatu


(41)

proses belajar dari pengalaman dan pengumpulan informasi yang diterima untuk mendapatkan keyakinan diri yang mendorong dilakukannya suatu tindakan (Padila dan Prior, 2010). Jadi, kesadaran wajib pajak adalah suatu upaya atau tindakan yang disertai dengan kemauan dan dorongan dari diri sendiri dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Tapi pada dasarnya, kesadaran wajib pajak masih rendah dalam melaksanakan pembayaran pajaknya, hal ini dikarenakan pembayaran pajak di Indonesia menggunakan self assesment system, dimana wajib pajak diberi kepercayaan untuk menghitung, membayar, dan melaporkan pajak terutangnya. Sehingga sistem ini membuka peluang bagi wajib pajak untuk melaporkan data yang tidak sebenarnya untuk menghindari jumlah pajak yang besar.

B. Industri Usaha Kecil dan Menengah

1. Pengertian Industri Usaha Kecil dan Menengah

Industri usaha kecil dan menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar, dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-undang (Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, 2008). Jadi usaha kecil dan menengah merupakan suatu usaha ekonomi produktif


(42)

yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh perorangan atau badan usaha dan memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp.50.000.000 sampai dengan Rp.500.000.000.

2. Kriteria Industri Usaha Kecil dan Menengah

Industri usaha kecil dan menengah terbagi menjadi tiga golongan, yaitu usaha mikro, usaha kecil dan usaha menengah. Kriteria industri usaha kecil dan menengah akan dijelaskan dalam tabel 2.2 sebagai berikut:

Tabel 2.2

Kriteria Industri Usaha Kecil dan Menengah

No Uraian Aset Omset

1 Usaha Mikro 50 Juta 300 Juta

2 Usaha Kecil > 50 Juta-500 Juta > 300 Juta-2,5 Miliar 3 Usaha Menengah > 500 Juta-10 Miliar 2,5 Miliar-50 Miliar Sumber: (Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, 2008)

C. Faktor-Faktor yang Melatar Belakangi Kesadaran Pelaporan Perpajakan Pada Industri Usaha Kecil dan Menengah

Faktor adalah hal atau peristiwa yang menyebabkan atau mempengaruhi terjadinya sesuatu peristiwa. Dari penjelasan tersebut, kita dapat mengetahui faktor - faktor yang mempengaruhi wajib pajak terhadap kesadaran dalam melakukan pelaporan perpajakan, sehinga dapat mencari solusi dalam mengatasi kendala dan hambatan dalam melakukan pembayaran pajak pada usaha kecil dan menengah (Tatiana Vanessa Rantung, 2009): 1. Pengetahuan Wajib Pajak

Pengetahuan wajib pajak merupakan salah satu faktor penting dalam meningkatkan kesadaran pelaporan perpajakan pada usaha kecil dan


(43)

menengah. Pengetahuan wajib pajak tentang pajak adalah suatu proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang wajib pajak mengenai manfaat dari pembayaran pajak. Semakin tingginya pengetahuan wajib pajak, maka semakin tinggi pula tingkat kesadaran wajib pajak dalam membayar pajak. 2. Pengaruh Pemahaman Sistem Self Assessment

Di Indonesia, sistem pemungutan pajak menggunakan sistem self assessment yaitu sistem pemungutan pajak dimana wajib pajak harus menghitung, menyetor dan melaporkan jumlah pajak yang terhutang. Keuntungan dari sistem self assessment adalah wajib pajak diberikan kepercayaan oleh fiskus untuk menghitung, membayar dan melaporkan sendiri pajak yang terhutang sesuai dengan peraturan pajak yang berlaku. Wajib pajak harus memahami mengenai sistem self assessment, karena semakin tinggi tingkat pemahaman mengenai sistem tersebut maka wajib pajak akan lebih mudah memahami dalam mengisi surat pemberitahuan (Tarjo dan Indra Kusumawati, 2005:101).

3. Tingkat Penghasilan Wajib Pajak

Tingkat penghasilan seseorang berpengaruh terhadap kesadaran dalam melakukan pembayaran perpajakan pada sektor usaha kecil dan menengah, semakin tinggi tingkat penghasilan seseorang yang diterima maka tentu saja semakin tinggi pula pajak yang harus dibayar.

4. Pengaruh kemudahan dalam melakukan sistem pembayaran perpajakan. Pemerintah dan Ditjen Pajak harus senantiasa memberikan inovasi baru mengenai sistem pembayaran pajak yang lebih efektif dan efisien serta


(44)

memberi kemudahan bagi wajib pajak dalam menunaikan kewajibannya. Pada saat ini pemerintah maupun Ditjen Pajak melakukan inovasi terbaru dengan mendirikan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) untuk orang kaya dan pembayaran pajak melalui elektronik atau yang lebih dikenal dengan E-SPT. Selain itu, Ditjen Pajak juga memberikan kemudahan pembayaran perpajakan kepada usaha kecil dan menengah dengan menerapkan tarif tunggal sebesar 14%.

D. Keterkaitan antara variabel

1. Pengetahuan Wajib Pajak Terhadap Kesadaran Kewajiban Perpajakan Pada Sektor Usaha Kecil dan Menengah

Penelitian Nurseto (2002) mengenai “Pengaruh Persepsi Tentang Pajak dan Tingkat Pendidikan Terhadap Kesadaran Wajib Pajak”, menunjukkan bahwa persepsi tentang pajak dan tingkat pendidikan dapat memberikan sumbangan efektif terhadap kesadaran wajib pajak sebesar 37,15%. Ini berarti semakin tinggi tingkat persepsi pajak dan tingkat pendidikan maka pengaruh terhadap kesadaran wajib pajak semakin signnifikan. Penelitian lain yang dilakukan oleh Siti Qomaria tahun 2008 dengan judul “Analisis Pengaruh Pengetahuan Tentang Pajak dan Tingkat Pendidikan Wajib Pajak Terhadap Kesadaran Membayar Pajak”, hasil dari penelitian ini adalah hasil uji regresi yang ditemukan nilai koefisien determinasi sebesar 0,604. Hal ini menunjukkan bahwa variabel pengetahuan dan tingkat pendidikan mempengaruhi kesadaran kewajiban


(45)

pajak sebesar 60,4% sedangkan sisanya 39,6% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam analisis ini.

Jadi, pengetahuan dan tingkat pendidikan wajib pajak mempengaruhi kesadaran wajib pajak dalam kesadaran kewajiban perpajakan pada sektor usaha kecil dan menengah. Berdasarkan hasil tersebut, maka keterkaitan antara pengetahuan wajib pajak terhadap kesadaran kewajiban perpajakan pada sektor usaha kecil dan menengah dapat dirumuskan dengan hipotesis sebagai berikut:

Ha1: Pengetahuan wajib pajak berpengaruh terhadap kesadaran kewajiban perpajakan pada sektor usaha kecil dan menengah.

2. Pemahaman Sistem Self Assessment Terhadap Kesadaran Kewajiban Perpajakan Pada Sektor Usaha Kecil dan Menengah.

Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Maria Ulfa Malik (2007) dengan judul “Pengaruh Persepsi Wajib Pajak Badan Terhadap Pelaksanaan Sistem Self Assessment Dalam Memenuhi Kewajiban Perpajakan”, hasil penelitian menyimpulkan bahwa persepsi wajib pajak badan berpengaruh terhadap pelaksanaan sistem self assessment dengan persentase pengaruh sebesar 31,2%.

Jadi pemahaman sistem self assessment berpengaruh terhadap kesadaran kewajiban perpajakan pada sektor usaha kecil dan menengah. Berdasarkan hasil tersebut, maka keterkaitan antara pemahaman sistem self assessment terhadap kesadaran kewajiban perpajakan oleh usaha kecil dan menengah dapat dirumuskan dengan hipotesis sebagai berikut:


(46)

Ha2: Pemahaman sistem self assessment berpengaruh terhadap kesadaran kewajiban perpajakan pada sektor usaha kecil dan menengah.

3. Tingkat Penghasilan Wajib Pajak Terhadap Kesadaran Kewajiban Perpajakan Pada Sektor Usaha Kecil dan Menengah

Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Yusrinillah (2006) dengan judul “Analisis Pengaruh Tingkat Pendidikan dan Jenis Pekerjaan Wajib Pajak terhadap Motivasi Memenuhi Kewajiban Pajak”. Hasilnya menunjukkan bahwa jenis pekerjaan wajib pajak tidak berpengaruh terhadap motivasi memenuhi kewajiban pajak dengan menunjukkan hasil signifikansi di atas 5%.

Jadi tingkat penghasilan wajib pajak tidak terlalu berpengaruh terhadap kesadaran kewajiban perpajakan pada sektor usaha kecil dan menengah. Berdasarkan hasil tersebut, maka keterkaitan antara tingkat penghasilan wajib pajak terhadap kesadaran kewajiban perpajakan pada sektor usaha kecil dan menengah dapat dirumuskan dengan hipotesis sebagai berikut:

Ha3: Tingkat penghasilan wajib pajak berpengaruh terhadap kesadaran kewajiban perpajakan pada sektor usaha kecil dan menengah.


(47)

4. Pengaruh Kemudahan Dalam Melakukan Sistem Pembayaran Perpajakan Terhadap Kesadaran Kewajiban Perpajakan Pada Sektor Usaha Kecil dan Menengah

Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Leli Agesti (2007) mengenai “Analisis Kepatuhan Wajib Pajak Sebelum dan Sesudah Modernisasi Kantor Pelayanan Pajak”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kepatuhan wajib pajak sebelum dan sesudah modernisasi kantor pelayanan pajak. Hasil dari penelitian ini menunjukan terdapat perbedaan kepatuhan wajib pajak antara sebelum dan sesudah adanya modernisasi kantor pelayanan pajak dilihat dari jumlah wajib pajak PPh badan yang terdaftar. Menurut penelitian ini, modernisasi kantor pelayanan pajak dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam hal peningkatan jumlah wajib pajak PPh badan terdaftar.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Agus Sigit Nugroho (2005) yaitu melakukan penelitian terhadap “Sosialisasi Perpajakan di Kantor Pelayanan Pajak Klaten”. Penelitan ini ingin menguji sejauh mana pengaruh sosialisasi perpajakan terhadap tingkat kesadaran dan kepatuhan wajib pajak di Klaten. Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara sosialisasi perpajakan dengan tingkat kesadaran dan kepatuhan wajib pajak orang pribadi di KPP Klaten, yang berarti semakin baik sosialisasi perpajakan maka semakin baik pula kesadaran dan kepatuhan wajib pajak. Besarnya pengaruh sosialisasi perpajakan terhadap tingkat kesadaran wajib pajak adalah sebesar 33,2%


(48)

dan sebesar 26 % terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh sosialisasi perpajakan terhadap tingkat kesadaran wajib pajak lebih dominan dibanding pengaruhnya terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak.

Jadi, terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dengan adanya kemudahan dalam melakukan sistem pembayaran pajak. Sehingga diperlukan adanya modernisasi dalam melakukan pembayaran perpajakan, guna untuk meningkatkan kesadaran pembayaran pajak oleh wajib pajak. Berdasarkan hasil tersebut, maka keterkaitan antara tingkat penghasilan wajib pajak terhadap kesadaran kewajiban perpajakan pada sektor usaha kecil dan menengah dapat dirumuskan dengan hipotesis sebagai berikut: Ha4: Tingkat kemudahan dalam melakukan sistem pembayaran

perpajakan berpengaruh terhadap kesadaran kewajiban perpajakan pada sektor usaha kecil dan menengah.

E. Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesadaran kewajiban perpajakan telah banyak dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya. Penelitian-penelitian tersebut banyak memberikan masukan serta kontribusi tambahan dalam melengkapi penelitian selanjutnya. Tabel 2.3 menunjukkan hasil-hasil penelitian terdahulu mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesadaran membayar pajak.


(49)

Tabel 2.3

Tabel Penelitian Terdahulu Peneliti (Tahun) Judul Penelitian Variabel Yang Diteliti Hasil Penelitian (Kesimpulan) Nurseto (2002) Siti Qomaria (2008) Pengaruh persepsi tentang pajak dan tingkat pendidikan terhadap kesadaran wajib pajak Analisis pengaruh pengetahuan tentang pajak dan tingkat pendidikan wajib pajak terhadap kesadaran membayar pajak

1.Persepsi tentang pajak (X1)

2.Tingkat pendidikan (X2)

3.Kesadran wajib pajak (Y)

1. Pengetahuan tentang pajak (X1)

2.Tingkat pendidikan wajib pajak (X2)

3. Kesadaran membayar pajak (Y)

Semakin tinggi tingkat persepsi pajak dan tingkat pendidikan maka akan berpengaruh terhadap tingkat kesadaran wajib pajak. Pengetahuan dan pendidikan wajib pajak mempengaruhi kesadaran kewajiban pajak. Maria Ulfa Malik (2007) Pengaruh persepsi wajib pajak badan terhadap pelaksanaan sistem self assessment dalam memenuhi kewajiban perpajakan

1.Persepsi wajib pajak badan (X1)

2.Sistem self assessment (X2)

3.Kewajiban perpajakan (Y) Pemahaman sistem self assessment berpengaruh terhadap kewajiban perpajakan. Leli Agesti (2007) Analisis kepatuhan wajib pajak sebelum dan sesudah modernisasi kantor pelayanan pajak 1. Modernisasi kantor pelayanan pajak (X) 2. Kepatuhan wajib

pajak (Y) Modernisasi kantor pelayanan pajak dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak.

Bersambung ke halaman selanjutnya


(50)

Tabel 2.3 (Lanjutan) Peneliti (Tahun) Judul Penelitian Variabel Yang Diteliti Hasil Penelitian (Kesimpulan) Yusrinillah (2006) Analisis pengaruh tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan wajib pajak terhadap motivasi memenuhi kewajiban pajak

1. Tingkat pendidikan(X1) 2. Jenis

pekerjaan(X2) 3. Motivasi

memenuhi kewajiban pajak (Y)

Tingkat

penghasilan wajib pajak tidak terlalu berpengaruh terhadap motivasi memenuhi kewajiban pajak. Fery Dwi Prasetyo (2006) Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pemilik usaha kecil menengah dalam melaporkan kewajiban perpajakan di daerah Jogjakarta

1.Pengetahuan wajib pajak tentang pajak (X1)

2.Pemahaman wajib pajak tentang pajak (X2) 3.Manfaat yang

dirasakan wajib pajak dari pajak (X3)

4.Kesadaran wajib pajak dalam pelaporan perpajakan (Y)

Pengetahuan wajib pajak, pemahaman wajib pajak tentang pajak dan manfaat yang dirasakan wajib pajak berpengaruh terhadap kesadaran kewajiban perpajakan..

Sumber diolah dari berbagai referensi

F. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran merupakan sintesa dari serangkaian teori yang tertuang dalam tinjauan pustaka, pada dasarnya merupakan gambar sistematis dari kinerja teori dalam memberikan solusi atau alternatif solusi dari serangkaian masalah yang diterapkan (Abdul Hamid, 2007:26). Gambar di bawah ini menjelaskan mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesadaran kewajiban perpajakan pada sektor usaha kecil dan menengah yang merupakan kerangka konseptual dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


(51)

Variabel Independen Variabel Dependen Pengetahuan WP (X1)

(Abdul Djawad (2003))

Pemahaman sistem self assessment (X2)

(Rosita (2008))

Tingkat penghasilan WP (X3)

(Ratni Zulaicha (1993))

Kesadaran kewajiban perpajakan pada UKM

(Y)

(Tarjo (2003) dan Tatiana Vanessa Rantung, 2009

Kemudahan dalam melakukan sistem pembayaran perpajakan

(X4)

(Chaizi Nasuha (2004))

Gambar 2.1

Skema Kerangka Pemikiran


(52)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini mencakup dalam bidang analisis perpajakan, yaitu mengumpulkan data mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kesadaran kewajiban perpajakan dikaitkan dengan usaha kecil dan menengah, yaitu dengan mengumpulkan jurnal-jurnal, buku-buku yang berkaitan serta melalui situs internet (studi pustaka) dan data primer dari usaha kecil dan menengah yang bersangkutan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa adanya faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesadaran kewajiban perpajakan pada sektor usaha kecil dan menengah, diantaranya adalah pengetahuan wajib pajak, pemahaman mengenai sistem self assessment, tingkat penghasilan wajib pajak dan pengaruh kemudahan dalam melakukan sistem pembayaran perpajakan. Penelitian dilakukan terhadap beberapa usaha kecil dan menengah yang berada di wilayah Jakarta Selatan.

Penelitian ini menguji dan memberikan bukti empiris mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesadaran kewajiban perpajakan pada sektor usaha kecil dan menengah. Populasi dari penelitian ini adalah usaha kecil dan menengah yang berada di wilayah Jakarta Selatan.


(53)

B. Metoda Penentuan Sampel

Sampel adalah sebagian dari junlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Adapun tekhnik sampling yang digunakan adalah Convenience Sampling. Convenience Sampling adalah metode pemilihan sampel berdasarkan kemudahan, dimana metode ini memilih sampel dari elemen populasi yang datanya mudah diperoleh peneliti. Elemen populasi yang dipilih sebagai subyek sampel adalah tidak terbatas sehingga peneliti memiliki kebebasan untuk memilih sampel dengan cepat (Nur Indriantoro dan Bambang Supomo, 2004:130).

C. Metoda Pengumpulan Data

Abdul Hamid (2007:33) dalam bukunya Pedoman Penulisan Skripsi, jika dilihat dari sumber datanya maka pengumpulan data dapat menggunakan sumber data primer dan sumber data sekunder. Adapun metode yang digunakan penulis dalam proses pengumpulan data berupa:

1. Data Primer

Pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran kuisioner dan melaksanakan interview atau tanya jawab kepada pemilik usaha kecil dan menengah, sehingga dapat memperoleh informasi mengenai kesadaran perpajakan oleh pemilik usaha kecil menengah tersebut.

2. Data Sekunder

Pengumpulan data sekunder meggunakan sumber bacaan atau kepustakaan. Kepustakaan merupakan bahan utama dalam penelitian data


(54)

sekunder (Nur Indiriantoro dan Bambang Supomo, 2004:150). Data sekunder diperoleh peneliti tidak secara langsung yaitu melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak luar) dengan menggunakan: a. Riset pustaka yaitu penelitian jurnal, literatur dan bahan bacaan.

b. Riset Dokumentasi data mengutip langsung data yang berhubungan dengan penelitian terhadap usaha kecil dan menengah. Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda dan sebagainya.

D. Metode Analisis data 1. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif adalah statistik yang berfungsi untuk mendiskripsikan atau memberi gambaran terhadap obyek yang diteliti, melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum (Sugiyono, 2009:29). Statistik deskriptif juga memberikan gambaran suatu data yang dilihat dari mean, standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis dan skewness (Imam Ghozali, 2009:19).

2. Uji Kualitas Data

Untuk melakukan uji kualitas data atas data primer, maka peneliti melakukan uji reliabilitas dan validitas.


(55)

a. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuisioner yang merupakan indikator dari variabel. Suatu kuisioner dikatakan reliabel atau handal jika seseorang terhadap pernyataan tersebut konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur bahwa variabel yang digunakan benar-benar bebas dari kesalahan sehingga menghasilkan hasil yang konsisten meskipun diuji berkali-kali.

b. Uji Validitas

Suatu alat ukur dikatakan valid apabila dapat menjawab secara cermat tentang variabel yang diukur. Suatu kuisioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuisioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuisioner tersebut. Pengujian validitas ini menggunakan Pearson Correlation yaitu dengan cara menghitung korelasi antara nilai yang diperoleh dari pertanyaan-pertanyaan. Apabila Pearson Correlation yang didapat memiliki nilai di bawah 0,05 berarti data yang diperoleh adalah valid (Imam Ghozali, 2009:45).

3. Uji Asumsi Klasik

Untuk melakukan uji asumsi klasik atas data primer, maka peneliti melakukan uji multikoloneritas, uji normalitas dan uji heteroskedastisitas.


(56)

a. Uji Multikolonieritas

Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan terdapat problem (multiko). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Untuk mendeteksi adanya problem multiko, maka dapat dilakukan dengan melihat nilai Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF) serta besaran korelasi antar variabel independen.

Suatu model regresi dapat dikatakan bebas multiko jika mempunyai nilai VIF di sekitar angka 1 dan mempunyai angka tolerance mendekati 1, sedangkan jika dilihat dengan besaran korelasi antar variabel independen, maka suatu model regresi dapat dikatakan bebas multiko jika koefisien antar variabel independen haruslah lemah (dibawah 0,5). Jika korelasinya kuat, maka terjadi problem multiko (Nur Indriantoro dan Bambang Supomo, 2004:120).

b. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel dependen dan variabel independen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal. Cara mendetekesinya yaitu dengan penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi


(57)

normalitas. Sedangkan jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas (Nur Indriantoro dan Bambang Supomo, 2004:212-214).

c. Uji Heteroskedastisitas

Pengujian heteroskedastisitas ini bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas. Jika varians berbeda, disebut heteroskedastisitas. Cara mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas yaitu dengan melihat ada atau tidaknya pola tertentu pada grafik, dimana sumbu X adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi-Y sesungguhnya) yang telah di stundentized. Jika pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka telah terjadi heteroskedastisitas.

4. Uji Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan regresi berganda. Model regresi berganda bertujuan untuk memprediksi besar variabel dependen dengan menggunakan data variabel independen yang sudah diketahui besarnya (Sugiyono, 2009). Model ini digunakan untuk menguji pengaruh dua atau lebih variabel independen terhadap variabel


(58)

dependen dengan skala pengukuran interval atau rasio dalam suatu persamaan linier (Nur Indriantoro dan Bambang Supomo, 2004:72). Variabel independen terdiri dari pengetahuan wajib pajak, pemahaman sistem self assessment, tingkat penghasilan wajib pajak, tingkat kemudahan dalam melakukan sistem pembayaran perpajakan. Sedangkan variabel dependennya adalah kesadaran kewajiban perpajakan pada sektor usaha kecil dan menengah.

Untuk menguji hipotesis tersebut, maka rumus persamaan regresi yang digunakan adalah sebagai berikut:

Keterangan:

Y = kesadaran kewajiban perpajakan pada sektor usaha kecil dan menengah

a = konstanta b1-b4 = koefisien regresi X1 = pengetahuan WP

X2 = pemahaman sistem self assessment X3 = tingkat penghasilan WP

X4 = kemudahan dalam melakukan sistem pembayaran e = error

Y = a + b1x1 + b2x2 + b3x3 + b4x4 + e


(59)

Dalam uji hipotesis ini dilakukan melalui: a. Koefisien Determinasi

Koefisien Determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara 0 dan 1. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen sangat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Imam Ghozali, 2009:83).

b. Uji Statistik t

Uji statisitik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh suatu variabel penjelas atau independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen dan digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh masing-masing variabel independen secara individual terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikansi 0,05 (Imam Ghozali, 2009:84). Dasar pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut:

1) Jika nilai probabilitas lebih besar dari 0,05, maka H0 diterima atau Ha ditolak, ini berarti menyatakan bahwa variabel independen atau bebas tidak mempunyai pengaruh secara individual terhadap variabel dependen atau terikat.


(60)

2) Jika nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05, maka H0 ditolak atau Ha diterima, ini berarti menyatakan bahwa variabel independen atau bebas mempunyai pengaruh secara individual terhadap variabel dependen atau terikat.

c. Uji Statistik F

Uji Statisitk F menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat. Uji statisitik F digunakan untuk mengetahui pengaruh semua variabel independen yang dimasukkan dalam model regresi secara bersama-sama terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikan 0,05 (Imam Ghozali, 2009:84).

Dasar pengambil keputusan adalah sebagai berikut:

1) Jika nilai probabilitas lebih besar dari 0,05, maka H0 diterima atau Ha ditolak, ini berarti menyatakan bahwa semua variabel independen atau bebas tidak mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat.

2) Jika nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05, maka H0 ditolak atau Ha diterima, ini berarti menyatakan bahwa semua variabel independen atau bebas mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat.


(61)

E. Operasionalisasi Variabel Penelitian

Pada bagian ini, peneliti akan menjelaskan definisi dari masing-masing variabel yang digunakan berikut dengan operasional dan cara pengukurannya.

1. Pengetahuan Wajib Pajak (X1)

Pengetahuan wajib pajak adalah persepsi atau pendapat wajib pajak mengenai perpajakan. Dalam penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Siti Qomaria (2008), hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel pengetahuan dan tingkat pendidikan mempengaruhi kesadaran kewajiban pajak. Instrumen pengukuran variabel ini diukur dengan menggunakan skala interval 5 poin dari sangat tidak setuju (1), tidak setuju (2), kurang setuju (3), setuju (4), sampai sangat setuju (5).

2. Pemahaman Sistem Self Assessment(X2)

Seberapa besar tingkat pemahaman wajib pajak mengenai sistem pemungutan pajak di Indonesia yang menganut sistem self assessment. Self assessment adalah sistem pemungutan pajak dimana wajib pajak harus menghitung, menyetor dan melaporkan jumlah pajak yang terhutang. Dalam penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Maria Ulfa Malik (2007), hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi wajib pajak terhadap pelaksanaan sistem self assessment berpengaruh terhadap pembayaran perpajakan. Variabel ini diukur dengan menggunakan skala interval 5 poin dari sangat tidak setuju (1), tidak setuju (2), kurang setuju (3), setuju (4), sampai sangat setuju (5).


(62)

3. Tingkat Penghasilan Wajib Pajak (X3)

Tingkat penghasilan adalah jumlah pendapatan atau jumlah yang diterima oleh wajib pajak dalam kurun waktu tertentu. Semakin tinggi tingkat penghasilan seseorang, maka tentu saja semakin besar pula jumlah pajak terhutang yang harus dilaporkan oleh wajib pajak. Dalam penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Yusrinillah (2006), hasilnya menunjukkan bahwa jenis pekerjaan wajib pajak tidak berpengaruh terhadap motivasi memenuhi kewajiban perpajakan. Variabel ini diukur dengan menggunakan skala interval 5 poin dari sangat tidak setuju (1), tidak setuju (2), kurang setuju (3), setuju (4), sampai sangat setuju (5).

4. Kemudahan Dalam Melakukan Sistem Pembayaran Perpajakan (X4)

Dalam melakukan sistem pembayaran perpajakan, kemudahan dalam melakukan pembayaran juga mempengaruhi tingkat pembayaran pajak oleh wajib pajak. Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Leli Agesti (2007). Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya tingkat perbedaan kepatuhan wajib pajak antara sebelum dan sesudah modernisasi adanya modernisasi kantor pelayanan pajak, modernisasi kantor pelayanan pajak dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam hal peningkatan jumlah wajib pajak. Variabel ini diukur dengan menggunakan skala interval 5 poin dari sangat tidak setuju (1), tidak setuju (2), kurang setuju (3), setuju (4), sampai sangat setuju (5).


(63)

5. Kesadaran Kewajiban Perpajakan Pada Sektor Usaha Kecil dan Menengah (Y)

Kesadaran merupakan suatu dorongan dari dalam diri sendiri berdasarkan pertimbangan dan perasaan serta seluruh pribadi seseorang yang menimbulkan kegiatan yang terarah untuk tercapainya tujuan tertentu yang berhubungan dengan pribadinya. Kesadaran kewajiban perpajakan pada sektor usaha kecil dan menengah yaitu adanya dorongan atau sikap dari industri usaha kecil dan menengah untuk melakukan kewajiban perpajakan tanpa adanya dorongan dari pihak luar dan tanpa paksaan. Variabel ini diukur dengan menggunakan skala interval 5 poin dari sangat tidak setuju (1), tidak setuju (2), kurang setuju (3), setuju (4), sampai sangat setuju (5).

Tabel 3.1

Tabel Operasionalisasi Variabel

Variabel Dimensi Indikator No.

Pertanyaan Skala Pengetahuan wajib pajak (Sumber:Siti Qomaria, 2008)

Pengetahuan a. Pengetahuan mengenai pajak

b. Pengetahuan mengenai peraturan pajak yang berlaku

a. 1, 2 b. 3, 4, 5

Skala interval

Pemahaman sistem self assessment (Sumber: Maria Ulfa Malik, 2007) Pemahaman wajib pajak terhadap self assessment

a. Pengisian SPT dengan benar

b.Ketepatan dalam memberikan data dan informasi yang dapat dipertanggung

jawabkan

a. 6, 7, 8, 9, 10, 11 b. 12, 13, 14

Skala interval

Bersambung ke halaman selanjutnya


(64)

48 Tabel 3.1 (lanjutan)

Variabel Dimensi Indikator No.

Pertanyaan Skala Tingkat penghasilan wajib pajak (Sumber: Yusrinillah, 2006) Penghasilan yang diterima oleh wajib pajak

a. Pembayaran perpajakan b.Melaporkan

penghasilan yang diterima

a. 15, 16 b. 17, 18

Skala interval Kemudahan dalam melakukan sistem pembayaran perpajakan (Sumber: Leli Agesti, 2004) Kemudahan wajib pajak dalam membayar pajak terhutang

a. Saat ada peraturan baru b.Pelayanan

c. Seminar dan penyuluhan

a. 19, 20 b. 21, 22, 23 c. 24, 25, 26

Skala interval Kesadaran kewajiban perpajakan (Sumber: Tarjo (2003) dan Tatiana Vanessa Rantung (2009) Kesadaran wajib pajak dalam melaporkan pajaknya

a. Menjalankan hak dan kewajiban perpajakan sebagai warga negara yang baik

b.Melaksanakan

kewajiban perpajakan tanpa adanya paksaan

a. 27, 28, 29, 30, 31

b. 32, 33, 34, 35, 36

Skala interval


(65)

BAB IV

PENEMUAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan terhadap industri usaha kecil dan menengah (UKM) yang berada di wilayah Jakarta Selatan. Usaha kecil dan menengah yang ikut berpartisipasi dalam penelitian ini meliputi usaha kecil dan menengah di bidang elektronik, furniture, galeri, toko buku, percetakan, bengkel mobil, bengkel motor, makanan, tekstil dan travel. Pengumpulan data dilaksanakan melalui penyebaran kuisioner secara langsung kepada pemilik usaha kecil dan menengah yang berada di wilayah Jakarta Selatan.

Penyebaran kuisioner dilaksanakan mulai tanggal 1 Mei 2010 hingga 29 Mei 2010. Peneliti mengambil sampel sebanyak 10 tempat usaha kecil dan menengah yang berada di wilayah Jakarta Selatan, dengan peta distribusi yang terlihat dalam tabel 4.1.

Tabel 4.1

Jenis Usaha Kecil dan Menengah

No Jenis Usaha Kuisioner Disebar Kuisioner Dikembalikan

1 Toko buku 25 buah 25 buah

2. Bengkel motor 5 buah 5 buah

3. Bengkel mobil 5 buah 3 buah

4. Percetakan 2 buah 2 buah

5. Travel 2 buah 2 buah

6. Furniture 2 buah 2 buah

Bersambung pada halaman selanjutnya


(66)

Tabel 4.1 (Lanjutan)

No Jenis Usaha Kuisioner Disebar Kuisioner Dikembalikan

7. Galeri 2 buah 2 buah

8. Makanan 2 buah 2 buah

9. Tekstil 5 buah 5 buah

10. Elektronik 5 buah 2 buah

Total 55 buah 50 buah

Sumber: Data primer

Kuisioner yang disebarkan berjumlah 55 buah dan jumlah kuisioner yang kembali adalah sebanyak 50 atau 90,9%, kuisioner yang tidak kembali sebanyak 5 buah atau 9,1%. Gambaran mengenai data sampel ini dapat dilihat pada tabel 4.2

Tabel 4.2

Data Sampel Penelitian

No. Keterangan Jumlah UKM

Persentase 1. Jumlah kuesioner yang disebar 55 buah 100% 2. Jumlah kuesioner yang kembali 50 buah 90,9% 3. Jumlah kuesioner yang tidak kembali 5 buah 9,1% 4. Jumlah kuesioner yang dapat diolah 50 buah 100% Sumber: Data primer yang diolah

2. Karakterisitik Profil Responden

Responden dalam penelitian ini adalah usaha kecil dan menengah yang berada di wilayah Jakarta Selatan. Berikut ini adalah deskripsi mengenai identitas responden penelitian yang terdiri dari umur, jenis kelamin, pendidikan terakhir, lama usaha yang dijalani, dan keuntungan yang diterima sebulan.

a. Deskripsi responden berdasarkan umur

Tabel dibawah ini menjelaskan mengenai gambaran responden berdasarkan pembagian umur. Pembagian responden berdasarkan umur terbagi menjadi lima, yaitu kurang dari 30 tahun, 30


(67)

tahun sampai dengan 35 tahun, 35 tahun sampai dengan 40 tahun, 40 tahun sampai dengan 45 tahun dan lebih dari 45 tahun. Deskripsi responden berdasarkan jenis kelamin akan dijelaskan dalam tabel 4.3.

Tabel 4.3

Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Umur Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

<30 thn 2 4.0 4.0 4.0

30 thn-35 thn 6 12.0 12.0 16.0

35 thn-40 thn 23 46.0 46.0 62.0

40 thn- 45 thn 14 28.0 28.0 90.0

>45 thn 5 10.0 10.0 100.0

Valid

Total 50 100.0 100.0

Sumber: Data primer yang diolah

Dari tabel 4.3, diperoleh informasi bahwa mayoritas responden sebanyak 46% atau 23 responden yang berumur 35 tahun sampai 40 tahun, kemudian 28% atau 14 responden yang berumur 40 sampai 45 tahun, 12% atau 6 responden yang berumur 30 tahun sampai 35 tahun, 10% atau 5 responden yang berumur lebih dari 45 tahun dan sisanya 4% atau 2 responden yang berumur lebih dari 45 tahun.

b. Deskripsi responden berdasarkan jenis kelamin

Tabel dibawah ini menjelaskan mengenai pembagian responden berdasarkan jenis kelamin, diperoleh informasi bahwa mayoritas responden sekitar 39 responden berjenis kelamin pria atau 78%, dan sisanya 22% atau 11 responden berjenis kelamin wanita.


(68)

Deskripsi responden berdasarkan jenis kelamin akan dijelaskan dalam tabel 4.4.

Tabel 4.4

Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Pria 39 78.0 78.0 78.0

Wanita 11 22.0 22.0 100.0

Valid

Total 50 100.0 100.0

Sumber: Data primer yang diolah

c. Deskripsi responden berdasarkan pendidikan terakhir

Tabel di bawah ini menjelaskan mengenai pembagian responden berdasarkan latar belakang pendidikan terakhir. Pembagian responden berdasarkan latar belakang pendidikan terakhir dibagi menjadi lima, yaitu sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas, strata satu, dan lainnya seperti D3 atau sekolah menengah kejuruan.

Tabel 4.5

Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

SD 1 2.0 2.0 2.0

SMP 2 4.0 4.0 6.0

SMA 28 56.0 56.0 62.0

S1 16 32.0 32.0 94.0

Lainnya 3 6.0 6.0 100.0

Valid

Total 50 100.0 100.0

Sumber: Data primer yang diolah


(69)

Dari tabel 4.5, diperoleh informasi bahwa mayoritas responden sebanyak 56% atau 28 responden berpendidikan terakhir sekolah menengah atas (SMA), kemudian 32% atau 16 responden yang berpendidikan terakhir Strata 1 (S1), 6% atau 3 responden yang berpendidikan terakhir selain yang disebutkan diatas seperti D3 dan sekolah menengah kejuruan, 4% atau 2 responden yang berpendidikan terakhir sekolah menengah pertama (SMP) dan sisanya 2% atau 1 responden berpendidikan terakhir sekolah dasar (SD).

d. Deskripsi Responden Berdasarkan Lama Usaha yang Dilakukan

Tabel di bawah ini menjelaskan mengenai pembagian responden berdasarkan lama usaha yang sedang dilakukan. Pembagian responden berdasarkan lama usaha yang sedang dilakukan terbagi menjadi lima, yaitu kurang dari 2 tahun, 2 tahun sampai 4 tahun, 4 sampai 6 tahun, 6 tahun sampai 8 tahun, dan lebih dari 8 tahun.

Tabel 4.6

Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Lama Usaha

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

<2 thn 4 8.0 10.0 10.0

2-4 thn 21 42.0 34.0 44.0

4-6 thn 11 22.0 26.0 70.0

6-8 thn 7 14.0 14.0 84.0

> 8 thn 7 14.0 16.0 100.0

Valid

Total 50 100.0 100.0

Sumber: Data primer yang diolah


(1)

Karakteristik Responden :

Berilah tanda silang (X) sesuai dengan jawaban yang dipilih.

Nama Responden : ………..

Umur Responden : ………..

Jenis Kelamin : ( ) Laki-laki

( ) Perempuan

Pendidikan Terakhir : ( ) SD ( ) SMP ( ) SMA ( ) S1 ( ) Lainnya Lama Usaha yang dijalani : ( ) <2 tahun

( ) 2-4 tahun

( ) 4-6 tahun

( ) 6-8 tahun

( ) >8 tahun

Laba Bersih Sebulan ( ) < Rp. 5.000.000

( ) Rp. 5.000.000- Rp. 10.000.000 ( ) Rp. 10.000.000- Rp 15.000.000 ( ) Rp. 15.000.000- Rp. 20.000.000 ( ) > Rp. 20.000.000

Petunjuk Pengisian

Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang Bapak/Ibu/Sdr/I pilih di lembar jawaban yang telah disediakan. Pilihlah jawaban yang sesuai dengan pendapat Bapak/Ibu/Sdr/I yang sebenarnya.

Point Penilaian:

Sangat Tidak Setuju (STS) : 1 Tidak Setuju (TS) : 2 Kurang Setuju (KS) : 3

Setuju (S) : 4

Sangat Setuju (SS) : 5


(2)

1. Pengetahuan wajib pajak

No Pertanyaan STS TS KS S SS

1. Wajib pajak harus mempunyai pengetahuan mengenai peraturan perpajakan.

2. Wajib pajak sebagai penghitung jumlah pajak yang terhutang. 3. Wajib pajak menggunakan tarif

pajak yang sesuai dengan peraturan pajak yang berlaku. 4. Wajib pajak harus mengetahui

informasi terbaru tentang pajak. 5. Semakin tinggi tingkat

pendidikan Wajib pajak semakin luas pengetahuan Wajib pajak mengenai peraturan yang berlaku.

2. Tingkat pemahaman tentang sistem self assessment

No Pertanyaan STS TS KS S SS

6. Wajib pajak harus mempunyai pengetahuan mengenai sistem perpajakan.

7. Wajib pajak memiliki kemampuan menghitung pajak yang terhutang dengan benar. 8. Wajib pajak harus mempunyai

kemampuan untuk mengisi Surat Pemberitahuan (SPT).

9. SPT merupakan alat untuk melaporkan pajak dan perhitungan pajak terhutang.


(3)

No Pertanyaan STS TS KS S SS 10. Wajib pajak harus melaporkan

pajak yang terhutang ke KPP. 11. SPT merupakan alat untuk

menghitung dan melaporkan jumlah pajak terhutang. 12. Wajib Pajak diwajibkan

melunasi pajaknya dalam tahun berjalan.

13. Berhasil atau tidaknya

pelaksanaan pemungutan pajak tergantung pada wajib pajak sendiri.

14. Wajib Pajak harus

mempertanggungjawabkan atas jumlah pajak yang terhutang.

3. Tingkat penghasilan wajib pajak

No Pertanyaan STS TS KS S SS

15. Wajib Pajak membayar pajak sesuai dengan jumlah pajak terhutangnya.

16. Semakin lama Wajib Pajak bekerja, maka penghasilan yang diterima semakin besar.

17. Semakin besar penghasilan wajib pajak maka semakin besar pula jumlah pajak terhutang yang harus dibayarkan.

18. Wajib pajak harus transparansi dalam melaporkan jumlah pajak yang terhutang.


(4)

4. Pengaruh kemudahan dalam melakukan sistem pembayaran

No Pertanyaan STS TS KS S SS

19. Peraturan baru mengenai pajak saya dapatkan dari media iklan, koran maupun dari Kantor Pelayanan Pajak.

20. Fiskus berkewajiban

memberitahukan peraturan baru kepada wajib pajak apabila ada peraturan baru perpajakan.

21. KPP memberikan pelayanan kepada wajib pajak secara profesional.

22 Wajib pajak melakukan pembayaran pajak terhutang di tempat yang telah ditunjuk oleh Dirjen Pajak.

23. Semakin mudah proses pembayaran pajak, semakin tinggi tingkat kesadaran seseorang dalam membayar pajaknya.

24. Penyuluhan pajak akan bermanfaat terhadap peningkatan kepatuhan wajib pajak.

25. Pemberian informasi tentang pajak sangat penting hal ini dikarenakan banyak masyarakat yang belum mengetahui fungsi dari pajak tersebut.

26. Dengan adanya penyuluhan oleh ditjen pajak, akan meningkatkan kesadaran wajib pajak


(5)

5. Kesadaran Kewajiban Perpajakan

No Pertanyaan STS TS KS S SS

27. Wajib pajak telah menggunakan tarif pajak yang sesuai dengan peraturan pajak yang berlaku. 28. Setiap pengusaha wajib

mempunyai Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

29. Wajib Pajak mempunyai hak dalam membetulkan SPT. 30. Wajib pajak mempunyai

kewajiban dalam melaporkan jumlah pajak terhutang.

31. Wajib pajak berhak mengajukan permohonan pengembalian (restitusi pajak) atas kelebihan pembayaran pajak berdasarkan peraturan yang berlaku.

32. Setiap pengusaha harus melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak.

33. Pemberian Reward dan Punishment diperlukan guna meningkatkan kesadaran pembayaran perpajakan oleh pengusaha.

34. Setiap wajib pajak harus mendaftarkan diri ke Kantor Pelayanan Pajak yang berada diwilayah kerjanya.


(6)

87

No Pertanyaan STS TS KS S SS

35. Membayar pajak merupakan dorongan hati nurani saya. 36. Tingkat kepercayaan yang tinggi

terhadap fiskus dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pajak.