mengendalikan diri terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati. Kemampuan ini meliputi: pengendalian dorongan hati, kekuatan berpikir positif dan optimis.
4. Membina hubungan, yaitu keterampilan individu dalam mengelola emosi orang lain, meliputi
kemampuan sosial yang menunjang popularitas, kepemimpinan dan keberhasilan hubungan antar pribadi.
5. Mengenal emosi orang lain, kemampuan ini disebut empati, kemampuan ini merupakan
kemampuan dasar dalam bersosial. Orang yang berempati cenderung mampu merasakan dan menangkap sinyal-sinyalsosial tersembunyi yang menandakan apa yang dibutuhkan atau
dikehendaki orang lain. Pendapat lain tentang komponen kecerdasan emosional juga di sampaikan oleh
Tridhonanto 2009, menurut Tridhonanto aspek kecerdasan emosional terdiri dari empat komponen yaitu:
1. Kecakapan pribadi, yakni kemampuan mengelola diri sendiri.
2. Kecakapan sosial, kemampuan menangani sosial.
3. Keterampilan sosial, merupakan kemampuan menggugah pendapat yang diinginkan
orang lain Dari uraian tentang komponen-komponen kecerdasan emosional diatas, peneliti lebih
memilih menggunakan teori dari Goleman yaitu: mengenal emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, membina hubungan dan mengenal emosi orang lain, karena mencakup
keseluruhan dan lebih terperinci
2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosional
Kecerdasan yang dimiliki setiap individu tidak dimiliki sejak lahir, melainkan terbentuk melalui proses pembelajaran. Goleman 2009 menyebutkan ada beberapa faktor yang
mempengaruhi kecerdasan emosional setiap individu antara lain: 1.
Lingkungan keluarga Peristiwa emosi pada saat anak-anak akan melekat dan menetap secara permanen sampai
dewasa. Orang tua memegang peranan penting sebagai subyek yang perilakunya diidentifikasi, diinternalisai dan akhirnya menjadi bagian dari kepribadian seorang anak.
Kehidupan emosianal yang dipupuk baik dalam keluarga akan mempengaruhi bagaimana perilaku anak dikemudian hari, sebagai contoh : melatih disiplin, rasa tanggung jawab,
kemampuan berempati, kepedulian dan sebagainya. Hal ini memudahkan anak dalam menangani dan menghadapi masalah yang dihadapinya kelak, dan menjauhkan anak dari
perilaku kasar dan negatif. 2.
Lingkungan non keluarga Dalam hal ini adalah lingkungan diluar keluarga seperti lingkungan penduduk, lingkungan
masyarakat, teman sekolah, lingkungan tempat kerja dan sebagainya. Kecerdasan emosional cenderung berjalan sejalan dengan perkembangan fisik anak, pembelajaran biasanya muncul
melelui aktivitas bermain pada anak seperti bermain peran. Anak mulai berperan sebagai orang lain disertai emosi yang mengikutinya, disinilah anak belajar memahami keadaan
orang lain. Pelatihan mengenai kecerdasan emosi dapat dilakukan melalui pelatihan asertivitas, pengembangan empati dan pelatihan yang kecerdasan emosional yang lain.
2.1.4 Ciri-ciri Individu Yang Memiliki Kecerdasan Emosional Tinggi
Kecerdasan emosional dapat dikategorikan seperti halnya kecerdasan intelektual. Namun untuk mengetahui kategori kecerdasan emosional seseorang hanya dapat diketahui setelah
melakukan tes kecerdasan emosional. Goleman 2009 mengemukakan ciri-ciri individu yang memiliki kecerdasan emosional tinggi adalah :
1. Memiliki kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan dapat bertahan dalam
menghadapi frustasi. 2.
Dapat mengendalikan dorongan-dorongan hati, sehingga tidak berlebihan dalam menghadapi suatu kesenangan.
3. Mampu mengatur suasana hati dan dapat menjaganya agar beban stress tidak
melumpuhkan kemampuan berpikir seseorang. 4.
Mampu berempati terhadap orang lain dan tidak lupa berdoa. Kecerdasan emosi mempengaruhi semua aspek yang berhubungan dengan pelayanan.
Aapek-aspek kecerdasan emosional secara praktis disajikan dalam perilaku yang meliputi : kerajinan, kedisiplinan, tanggungjawab, perasaan percaya diri, kesadaran diri, optimis,
pengendalian diri, tidak menunda pekerjaan, kerendahan hati, berani menerima kenyataan, kerja sama, komunikasi, dan seterusnya yang sangat berpengaruh terhadap kesuksesan seseorang
dalam menjalani kehidupannya Mulyadi, 2005
2.1.5 Kecerdasan Emosional Perawat di Tempat Kerja