untuk melindungi pasien dari kesalahan tata laksana maupun cedera akibat intervensi, sehingga akan mempengaruhi keyakinan dan tindakan individu dalam
memberikan pelayanan. Kohn 2006 mengemukakan bila tenaga kesehatan dapat menciptakan lingkungan yang aman bagi pasien, berarti tercipta juga lingkungan
yang aman bagi pekerja, karena keduanya terikat satu sama lain.
2.1.2 Dimensi Budaya Patient Safety
Beragam pengertian terkait budaya patient safety mencakup beberapa dimensi umum dalam pelayanan kesehatan yang mengacu pada peningkatan
kepercayaan dan perilaku dari staf dalam mengidentifikasi dan belajar dari kesalahan Hellings et al, 2007. Dalam National Healthcare Quality Report,
budaya patient safety dinilai dalam 12 aspek AHRQ, 2013: 1
Supervisor manager action promoting safety – pelaksanaan dari pimpinan 2
Organizational learning – perbaikan yang berkelanjutan 3
Kerja sama dalam unit di pelayanan kesehatan 4
Komunikasi yang terbuka 5
Umpan balik dalam komunikasi mengenai kesalahan 6
Respon tidak saling menyalahkan terhadap kesalahan 7
Staffing Staf 8
Dukungan manajemen terhadap budaya patient safety 9
Kerja sama antar unit 10 Perpindahan dan transisi pasien
11 Persepsi keseluruhan staf terkait budaya patient safety 12 Frekuensi pelaporan kejadian
Copper 2000 menyebutkan ada tiga dimensi yang mempengaruhi budaya patient safety, yaitu:
1 Personal, dimensi yang cenderung dari orang manusia yang bekerja dalam
suatu organisasi kesehatan. Dimensi personal biasanya mencakup pengetahuan, sikap, motivasi, kompetensi dan kepribadian.
2 Perilaku organisasi, dimensi yang mengukur kondisi lingkungan kerja dari
segi organisasi pelayanan kesehatan secara umum. Dimensi ini mencakup kepemimpinan, kewaspadaan situasi, komunikasi, kerja tim, stress,
kelelahan, kepemimpinan tim dan pengambilan keputusan. 3
Lingkungan, dimensi pendukung proses pelayanan dalam organisasi kesehatan yang meliputi perlengkapan, peralatan, mesin, kebersihan,
teknik dan standar prosedural operasional.
2.1.3 Variabel yang Mempengaruhi Budaya Patient Safety
Rathert dan May 2007 mengungkapkan dalam hasil penelitiannya bahwa beberapa faktor yang dapat mempengaruhi budaya patient safety dari
perspektif komperehensif adalah lingkungan kerja work environments dan kepuasan kerja tenaga kesehatan. McFadden et al. 2009 dalam studinya pada
tenaga kesehatan rumah sakit mengatakan bahwa beberapa faktor yang berpengaruh secara langsung pada budaya patient safety adalah kepemimpinan
transformasional dan secara tidak langsung dipengaruhi oleh kepuasan kerja tenaga kesehatan melalui adanya penghargaan rewards. Tarcan et al. 2013
yang melakukan studi pada para tenaga kesehatan di beberapa rumah sakit swasta di Turki, menyatakan bahwa kepuasan kerja dan komitmen mereka
dalam melaksanakan budaya patient safety sangat dipengaruhi oleh bagaimana pelaksanaan kepemimpinan transformasional di rumah sakit masing-masing.
Gershon et al. 2004 dalam penelitiannya menyatakan bahwa dengan durasi waktu kerja dan tingkat stress yang tinggi di pelayanan kesehatan, tentunya
tenaga kesehatan memerlukan sistem kepemimpinan yang efektif serta efisien dan motivasi kerja yang sesuai, sehingga tercapai kepuasan optimal dan
pekerjaan dapat terlaksana dengan sempurna. Kunzle et al. 2012 menyatakan bahwa suatu sistem kepemimpinan yang efektif sangatlah diperlukan dalam
mewujudkan budaya patient safety yang optimal, sehingga kepemimpinan transformasional adalah sistem yang paling sesuai dengan para tenaga
kesehatan karena paling adaptif dan fleksibel.
2.2 Kepuasan Kerja 2.2.1 Pengertian Kepuasan Kerja