Perbedaan antara jual beli salam dengan jual beli biasa Perbedaan bai’ al-salam dengan ijon

Menurut Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah Pasal 101 sampai dengan 103, syarat bai’ al-salam adalah sebagai berikut: 25 a Jual beli salam dapat dilakukan dengan syarat kuantitas dan kualitas barang yang sudah jelas. b Kuantitas barang dapat diukur dengan takaran atau timbangan dan meteran. c Spesifikasi barang yang dipesan harus diketahui secara sempurna oleh para pihak. d Bai’ al-salam harus memenuhi syarat bahwa barang yang dijual, waktu dan tempat penyerahan dinyatakan dengan jelas. e Pembayaran barang dalam bai’ al-salam dapat dilakukan pada waktu dan tempat yang disepakati.

5. Perbedaan antara jual beli salam dengan jual beli biasa

Semua syarat-syarat dasar suatu akad jual beli biasa masih tetap ada pada jual beli salam. Namun ada beberapa perbedaan antara keduanya. Misalnya: 26 a. Dalam jual beli salam, perlu ditetapkan periode pengiriman barang, yang dalam jual beli biasa tidak perlu. b. Dalam jual beli salam, komoditas yang tidak dimiliki oleh penjual dapat dijual, yang mana dalam jual beli biasa tidak boleh dijual. c. Dalam jual beli salam, hanya komoditas yang secara tepat dapat ditentukan kualitas dan kuantitasnya dapat dijual, yang dalam jual 25 KHES, pasal 101-103 26 Mardani, Op.Cit, h. 116 beli biasa, segala komoditas yang dapat dimiliki bisa dijual, kecuali yang dilarang oleh Al-Quran dan hadist. d. Dalam jual beli salam, pembayaran harus dilakukan ketika membuat kontrak, yang mana dalam jual beli biasa pembayaran dapat ditunda atau dapat dilakukan ketika pengiriman barang berlangsung.

6. Perbedaan bai’ al-salam dengan ijon

Banyak orang yang menamakan bai’ al-salam dengan ijon, padahal terdapat perbedaan besar di antara keduanya. Dalam ijon, barang yang dibeli tidak diukur atau ditimbang secara jelas dan spesifik. Demikian juga penetapan harga beli, sangat bergantung pada keputusan sepihak si tengkulak yang seringkali sangat dominan dan menekan petani yang posisinya lebih lemah. Adapun transaksi bai’ al-salam mengharuskan adanya dua hal berikut: 27 a. Pengukuran dan spesifikasi barang yang jelas. Hal ini tercermin dari Hadits Rasulullah yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas, “barangsiapa melakukan transaksi salaf salam, hendaklah ia melakukan dengan takaran yang jelas, timbangan yang jelas, untuk jangka waktu yang jelas pula.” b. Adanya keridhaan yang utuh antara kedua belah pihak. Hal ini terutama dalam kesekapakatan harga. Allah SWT berfirman, “Hai 27 Muhammad Syafii Antonio, Op.Cit., h. 111 orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama- suka di antara kalian...” QS. Al- Nisa’: 29. 28

B. Khiyar