maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang ...”.
14
Ulama Hambali dan syafii dalam arti akad, menjadikan materi barang sebagai jaminan utang, yang
dapat dijadikan pembayar utang apabila orang yang berhutang tidak bisa membayar hutangnya itu.
15
Dalam hal Pinjam meminjam dalam ketentuan syariat islam serupa dengan pinjam pakai yang dijumpai
dalam ketentuan pasal 1740 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
16
Dalam pasal tersebut, dinyatakan bahwa pinjam pakai adalah sesuatu perjanjian dengan memberikan sesuatu
barang kepada pihak lain untuk dipakai dengan cuma- cuma.
17
Syaratnya setelah menerima dan memakai barang, dalam jangka waktu tertentu harus mengembalikannya.
Artinya pihak peminjam boleh menggunakan dan memanfaatkan barang yang dipinjamnya dengan cuma-
cuma.
Ketentuan pinjaman dengan jaminan atau
al-Rahn
syarat yang terkait dengan barang yang dijadikan jaminan
al-marhun
menurut ulama
fiqih
salah satunya adalah barang tersebut milik sah orang yang berutang.
18
Dalam ketentuan pengajuan pinjaman telah disyaratkan bahwa
kepemilikan barang milik sendiri KUH Perdata 1977.
19
Artinya seseorang yang hendak bertindak menjaminkan suatu barang haruslah jelas status kepemilikan barang
14
Departemen Agama RI,
Al-Quran dan Terjemahnya,
Bandung: Penerbit Diponegoro , 2000, h. 71
15
Ruslan Abd Ghofur N
, Op. Cit
., h. 25
16
Subekti R Tjitrosudibio R,
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata,
Jakarta: Pradya Paramita, 2009, h. 448
17
Suhrawardi K. Lubis dkk,
Hukum Ekonomi syariah,
Jakarta: sinar Grafika, 2012, h. 137
18
Abdul Rahman Ghazaly,. dkk,
Fiqih Muamalat,
jakarta: Fajar Interpratama Offset, 2010, h.268
19
Ruslan Abd Ghofur N
, Op. Cit.,
h. 54
tersebut yaitu barang tersebut merupakan milik sah orang yang akan berhutang. Ketentuan tersebut tentunya tidak
sesuai dengan praktik yang terjadi pada masyarakat Desa Mincang Sawo Kec. Talang Padang Kab. Tanggamus yang
menggunakan barang milik orang lain yaitu dengan cara meminjamnya untuk dijadikan jaminan, yang pada
hakikatnya barang pinjaman tersebut belum jelas status penguasaan kepemilikannya dan batasan-batasan dalam
memanfaatkannya. Meskipun barang pinjaman memang diperuntukkan untuk dimanfaatkan, namun barang pinjaman
bukanlah hak milik sah yang sempurna, karena ada hak orang lain yang lebih sempurna yang akan membatasi
ketentuan dalam pemanfaatan barang yang telah kita pinjam. di Dusun Mincang Sawo Kec. Talang Padang Kab.
Tanggamus tidak jarang pihak peminjam bertindak semaunya dan seolah-olah merasa bahwa apa yang dipinjam
adalah miliknya, yaitu dengan menjaminkan barang berharga yang dipinjamnya. Resiko terdapat pada barang
yang sudah dijadikan jaminan yang apabila pada waktu pembayaran yang telah ditentukan orang yang berutang
belum membayar utangnya maka pemberi piutang boleh menjual barang yang sudah dijaminkan.
20
Dalam hal ini artinya pihak yang lain yang dirugikan yaitu pihak yang mempunyai hak milik secara
sah dan sempurna atas barang berharga yang telah dijaminkan.
Masalah tersebut
sudah sering
terjadi dilingkungan masyarakat di Dusun Mincang Sawo
Kec.Talang Padang Kab. Tanggamus, maka penulis menganggap hal ini sangat penting sekali untuk dibahas
agar menambah pemahaman kepada kita mengenai upaya yang dilakukan dalam melakukankegiatan utang
20
Hendi Suhendi,
Fiqh Muamalah,
Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013, h. 110
piutang dengan menggunakan barang pinjaman sebagai jaminannya.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka hal yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini
yaitu: 1.
Bagaimana praktik barang pinjaman yang dijadikan jaminan hutang di Dusun Mincang Sawo kec. Talang
Padang? 2.
Bagaimana tinjauan hukum Islam tentang barang pinjaman yang dijadikan jaminan hutang?.
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui praktik peminjaman barang yang
dijadikan jaminan di Desa Mincang Sawo Kec. Talang Padang
b. Untuk mengetahui Tinjauan Hukum Islam tentang
Barang Pinjaman yang dijadikan Jaminan Utang. 2.
Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah: a.
Secara teoritis, bagi masyarakat penelitian ini diharapkan
mampu memberikan
pemahaman mengenai Tinjauan Hukum islam tentang Barang
Pinjaman yang dijadikan Jaminan yang dapat dijadikan pedoman dalam melakukan praktik utang
piutang dalam masyarakat dan untuk memberikan sumbangsih secara spesifik mengenai teori-teori yang
berkenaan dengan barang pinjaman yang dijadikan jaminan utang dalam hukum islam. Selain itu
diharapkan dapat memperkaya khazanah pemikiran Keislaman pada umumnya civitas akademik Fakultas
Syari’ah Jurusan Muamalah pada khusunya serta menambah wawasan bagi penulis dengan harapan
menjadi stimulus bagi penelitian selanjutnya sehingga proses pengkajian akan terus berlangsung dan akan
memperoleh hasil yang maksimal.
b. Secara praktis, penelitian ini dimaksudkan sebagai
suatu syarat memenuhi tugas akhir guna memperoleh gelar S.H.
pada Fakultas Syari’ah IAIN Raden Intan Lampung.
F. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah tata cara bagaimana suatu penelitian itu dilaksanakan.
21
Penelitian dilaksanakan secara langsung oleh peneliti dan untuk mencapai pengetahuan yang
benar, maka diperlukan metode yang mampu mengantarkan penelitian mendapatkan data yang valid dan otentik. Maka,
penulis menentukan carametode yang dianggap penulis paling baik untuk digunakan, yaitu sebagai berikut :
1. Jenis Penelitian dan Sifat Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Alasannya dalam mengkaji barang
pinjaman yang dijadikan jaminan utang dalam akad
rahn,
yang tergolong tidak umum dalam masyarakat, dengan konsep hukum Islam untuk melahirkan tinjauan hukum
Islam. Dimana akan muncul suatu temuan yang terfokus pada barang pinjaman yang dijadikan jaminan utang pada akad
rahn
membutuhkan metode yang dimaksud. Penelitian ini termasuk jenis penelitian lapangan
field Reseach
yaitu suatu penelitian yang dilakukan dilingkungan masyarakat tertentu,
baik di lembaga-lembaga organisasi masyarakat
social
22
, maupun lembaga pemerintah. Dalam penelitian ini penulis
21
Susiadi,
Metodologi Penelitian,
Bandarlampung: Pusat Penelitian dan Penerbitan LP2M IAIN Raden Intan Lampung, 2015, h. 21
22
Suryabrata Sumardi,
Metode Penelitian,
Cet. Ke II, Jakarta: Raja Grafindo Persada 1998, hal. 22
melakukan penelitian dengan berkunjung langsung ke Desa Mincang Sawo sebagai tempat yang dijadikan penelitian.
Selain penelitian lapangan, penelitian ini juga menggunakan penelitian kepustakaan
library Research
sebagai pendukung dalam melakukan penelitian, dengan menggunakan berbagai literatur yang ada diperpustakaan
yang relevan dengan masalah yang akan diangkat untuk diteliti.
Penelitian ini bersifat deskriptif analitis, yaitu suatu metode dalam meneliti suatu objek yang bertujuan membuat
deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis dan objektif mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, ciri-ciri, serta
hubungan diantara unsur-unsur yang ada dan fenomena tertentu.
23
Dalam penelitian ini akan dideskripsikan tentang bagaimana praktik dari barang pinjaman yang dijadikan
jaminan utang ditinjau dari hukum Islam.
2. Data dan Sumber Data
Fokus penelitian ini lebih pada persoalan penentuan hukum dari barang pinjaman yang dijadikan jaminan utang
yang terkait tentang masalah gadai. Oleh karena itu sumber data yang digunakan dalam penelitian ini, adalah sebagai
beriukut :
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber pertama.
24
Adapun yang menjadi sumber data primer dalam penelitian ini adalah data yang didapat
dari tempat yang menjadi obyek penelitian, yaitu : masyarakat
Dusun Mincang
Sawo, Kabupaten
23
Kaelan M.S.,
Metode Penelitian Kualitatif Bidang Filsafat,
Yogyakarta: Paradigma, 2005, h.58
24
Amirudin dan Zainal Asikin,
Pengantar Metode dan Penelitian Hukum
, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003, h. 30