seorang diantara keduanya. Dalam keadaan seperti ini, lebih baik barang meminta jaminan kepada pihak kedua
karena dialah yang memegang ketika barang itu rusak.
54
B.
Al-Rahn
1. Pengertian
Al-Rahn
Rahn
secara etimologis, berarti
tsubut
tetap
55
dan
dawam
kekal, terus menerus. Dikatakan ma‟rahin artinya
air diam tenang, ni‟mah rahinah, artinya nikmat yang terus
meneruskekal. Ada yang mengatakan bahwa rahn adalah
habs
menahan berdasarkan firman Allah QS. Al-Mudatsir 74:
38: “
Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang
diperbuatnya.” Maksudnya, setiap diri itu tertahan. Makna ini lebih dekat dengan makna yang pertama yakni tetap,
karena suatu tertahan itu bersifat tetap ditempatnya.
56
Menurut terminologi syara’,
rahn
berarti
ُ ْ ِم ُهُو َفِتْ ِا ُنِكُْْ ٍقَِ ٍء ْيَ ُ ْبَ .
57
Artinya: “penahanan terhadap suatu barang dengan hak
sehingga dapat dijadikan sebagai pembayaran dari barang tersebut.”
a. Menurut ulama Syafi’iyah : arab
َفَوِر ُدَعََت َدْ ِع َهَْ ِم ََ ْ ََتْسَي ٍنْيَدِب ًةَقَْ ِ َو ٍَْْع ُلْعَج ِ ِ
.
58
54
Abu Bakar al-Jazairi,
Ensiklopedia Muslim,
Bab 5: Muamalah, Jakarta: Rajagrafindi, 2004, h.551
55
Muhammad Sholihul Hadi,
pegadaian Syariah
, Jakarta: Salemba Diniyah, 2003, h. 50
56
Mardani,
Fiqih Ekonomi Sya riah
, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012, h.289
57
Rahmat Syafe’i
, Ibid.,
h.159
58
Rahmat Syafe’i,
Loc. Cit.,
h.159
Artinya : “Menjadikan suatu benda sebagai jaminan utang
yang dapat dijadikan pembayar ketika berhalangan dalam membayar utang”.
b. Menurut ulama Hanabilah :
ْ ِا ِ ِ َََ ْنِم ََْ ََتْسَ ِل ِنْيِذَل ِب ً َقَْ ِ َو ُلَعََْ ْيِذَلا ُ َ ْلَا ُ َلَ ُ ْنَِ ُهُؤ َفَْ ِتْ ِاَرَدَعََت
.
59
Artinya: “ Harta yang dijadikan jaminan utang sebagai
pembayar harga nilai utang ketika yang berhutang
berhalangan tak
mampu membayar
utangnya kepada
pemberi pinjaman.”
Makna yang hampir mirip tentang
rahn
ini dikemukakan oleh Ibn Qodumah. Dengan mengutip
pendapat ulama hanabilah, Ibn Qodumah mengartikan
rahn
dengan harta yang dijadikan sebagai jaminan utang untuk dijadikan sebagai harta yang dijadikan sebagai harta
pembayar apabila pihak yang berhutang tidak dapat membayar utangnya kepada pihak pemberi pinjaman. Hal ini
berarti bahwa
rahn
dapat dijadikan sebagai alat tukar atau bahkan pengganti bagi pihak yang meminjam uang atau
barang.
60
2. Dasar Hukum
Rahn
Dasar hukum diperbolehkannya
rahn
atas dasar firman Allah, sunnah Rasul dan Ijma, antara lain sebagai
berikut : a.
Al-Qur’an Diperbolehkannya rahn dalam bermuamalah
berdasarkan pada firman Allah SWT dalam QS. Al- Baqarah : 283 yaitu:
59
Ibid.,
h. 160
60
Yadi janwari,
Fiqih Lembaga Keuangan Sya riah,
Bandung: Remaja Rosdakarya, 2015, h. 102