Hubungan Antar Variabel LANDASAN TEORI

Keterbukaan terhadap hal-hal baru, longgarnya peraturan di masyarakat, lebih mudah mengemukakan emosi dan keinginan yang dirasakan serta hierarki dalam masyarakat yang cenderung dikesampingkan membuat seseorang lebih mudah melakukan berbagai hal yang sesuai dengan keinginan mereka. Salah satu kelonggaran norma yang terdapat pada budaya power distance rendah yaitu norma seksual dimana pandangan terhadap perilaku seksual pranikah dianggap sebagai sesuatu yang biasa. Keadaan ini membuat perilaku seksual pranikah pada remaja dengan power distance rendah cenderung tinggi. Di sisi lain, individu dengan power distance tinggi akan cenderung kaku terutama terkait perubahan yang ada di sekitarnya, mengutamakan hirarki yang ada pada masyarakat dan kurang mampu mengungkapkan emosi yang dirasakan. Individu dengan power distance cenderung tinggi tinggal pada budaya masyarakat yang ketat dan kuat serta masih menjunjung norma masyarakat. Perilaku yang dilakukan pada masyarakat dengan power distance tinggi juga berpedoman pada norma yang ada pada masyarakat dimana salah satu norma yang cukup ketat adalah norma seksual. Hal ini membuat perilaku pada masyarakat dengan power distance tinggi akan cenderung normatif terutama perilaku terkait seksual yang cenderung membatasi perilaku seksual dan perilaku yang dapat mendorong perilaku seksual dalam bentuk apapun seperti memperlihatkan bagian tubuh tertentu Ounjit, 2014. Ketatnya norma dan kuatnya hierarki yang ada di masyarakat membuat mereka yang tinggal dengan budaya power distance yang tinggi cenderung berperilaku kaku dan normatif serta mnegikuti norma yang ada di masyarakat. Hal ini juga diperkuat adanya sangsi yang tegas ketika mereka melanggar norma yang berlaku. Perilaku yang kaku dan normatif umumnya terlihat pada perilaku seksual dimana masyarakat dengan power distance tinggi cenderung memiliki bentuk perilaku seksual pranikah yang cenderung rendah.

E. Skema

Gambar 2.1 POWER DISTANCE POWER DISTANCE TINGGI POWER DISTANCE RENDAH SIKAP DAN PERILAKU:  Kaku  Tertutup pada sekitar  Mengutamakan hirarki  Kurang mampu mengekspresikan emosi dan keinginan  Menjunjung tinggi norma masyarakat  SIKAP DAN PERILAKU :  Fleksibel  Terbuka pada sekitar  Mengutamakan kebersamaan dan kesepakatan  Mampu mengekspresikan emosi dan keinginan  Cenderung terpengaruh budaya lain Kecenderungan bentuk perilaku seksual dan intensitas perilaku seksual rendah Kecenderungan bentuk perilaku seksual dan intensitas perilaku seksual tinggi

F. Hipotesis

Berdasarkan penjabaran diatas, peneliti menarik hipotesis yaitu : Terdapat hubungan negatif antara power distance dan bentuk serta intensitas perilaku seksual pranikah pada remaja di Indonesia 41

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif yaitu suatu metode yang menggunakan data penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian korelasional yaitu metode statistik yang sifatnya menanyakan atau melihat hubungan antara dua variabel Sugiyono, 2013. Metode kuantitatif korelasional dalam penelitian ini digunakan untuk melihat ada tidaknya hubungan antara power distance dan perilaku seksual yang terjadi pada remaja di Indonesia.

B. Identifikasi Variabel

1. Variabel bebas : Power distance 2. Variabel tergantung : Bentuk dan Intensitas Perilaku seksual

C. Definisi Operasional

1. Variabel bebas Power distance adalah tindakan yang dilakukan individu dimana tindakan tersebut menggambarkan kecenderungan tinggi rendahnya ketergantungan pada individu, bentuk komunikasi yang dilakukan, serta tinggi rendahnya kecenderungan individu untuk mengatur individu lain dan patuh terhadap individu lain untuk mengurangi silang pendapat. 2. Variabel tergantung Perilaku Seksual adalah tindakan yang dilakukan individu terkait dengan seks atau jenis kelamin yang dilakukan dengan orang lain baik secara langsung maupun tidak langsung melalui media online.

D. Subyek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah remaja yang berada pada usia 19 sampai 24 tahun, baik laki-laki maupun perempuan, sedang menjalin relasi romantis dan belum menikah. Penelitian ini menggunakan remaja sebagai subjek dalam penelitian karena masa remaja merupakan masa transisi perkembangan dari kanak-kanak menuju dewasa yang mengandung perubahan besar secara fisik, kognitif, dan psikososial yang saling berkaitan Papalia, Olds, dan Feldman, 2009. Adapaun remaja dalam penelitian ini adalah remaja kahir dengan pertimbangan kematangan cara berpikir dalam mengisi angket perilaku seksual yang cenderung vulgar. engetahuan yang memadahi terkait perilaku seksual. Selain itu, peneliti memilih karakteristik remaja yang memiliki relasi romantis karena dalam menjalin relasi romantis seorang remaja kerap melakukan aktivitas seksual sebagai salah satu bentuk ekspresi dari perasaan yang ia miliki terhadap pasangannya yaitu rasa cinta Hurlock, 2003. Metode sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah non probabilitas sampling dengan teknik convenience. Non probabilitas sampling adalah metode dimana setiap unsur dalam populasi tidak memiliki kesempatan atau peluang yang sama untuk dipilih sebagai sampel bahkan kemungkinan anggota tertentu untuk terpilih tidak diketahui Teknik convenience adalah teknik yang digunakan dalam pemilihan subjek penelitian dimana peneliti memiliki kemudahan dalam menjangkau subjek. Penarikan sampel dilakukan pada siapa saja yang dianggap sesuai dengan kriteria sumber data Riadi, 2016

E. Prosedur Penelitian

Penelitian ini menggunakan angket yang diberikan kepada subyek yang sudah ditentukan kriterianya yaitu remaja yang berada dalam rentang usia 19 - 24 tahun atau yang sedang berada pada bangku kuliah di Kota Yogyakarta dan bersedia untuk mengisi angket. Peneliti menggunakan survey online sebagai salah satu cara memperoleh data secara lebih mudah dan luas. Peneliti mengunggah angket penelitian ke dalam situs survey online yang kemudian diunggah dan disebarkan melalui beberapa media sosial seperti path, facebook, line, whatsapp, dan instagram. Melalui media online, subyek dapat mengisi kuesioner melalui smartphone atau PC kapan saja dan dimana saja sesuai dengan keadaan dirinya yang dirasa aman sehingga subyek tidak merasa malu atau takut mengisi angket tersebut. Selain itu, peneliti berharap subjek akan merasa aman terkait dengan identitasnya sehingga dapat mengisi angket lebih jujur sesuai keadaan diri.