dengan kondisi fisiknya, namun di daerah penelitian terdapat lahan tererosi seluas 2511 ha BPN 2002 yang diduga dipengaruhi oleh penggunaan lahan yang tidak
sesuai, kemudian terjadinya penurunan produktivitas lahan yang tampak pada penurunan produksi beberapa komoditas pertanian, misalnya untuk tanaman padi rata-
rata produksinya turun 3,79 yaitu dari 9,88 tonha 2000 menjadi 6,09 tonha 2002, begitu pula pada tanaman palawija rata-rata produksi turun dari 29,472 tonha 2000
menjadi 27, 324 tonha 2002. Walaupun penurunan ini dapat disebabkan oleh banyak faktor namun penurunan produktivitas lahan berupa produksi per satuan luas yang
rendah dapat dijadikan indikator tingkat keberhasilan dan kesesuaian suatu pola penggunaan lahan
Sektor pertanian sebagai salah satu sektor ekonomi dominan wilayah perdesaan dapat dilakukan dengan menentukan prioritas-prioritas sektor pertanian
yang kemudian dapat dirinci lagi berdasarkan komoditas. Lokasi studi sebagai wilayah pertanian dengan topografis berbukit membutuhkan pemanfaatan lahan yang tepat dan
dapat tetap menjaga keseimbangan ekologis setempat. Dengan demikian, produktivitas masyarakat Cibugel dapat meningkat, tetapi juga diiringi kelestarian tanah
dan air secara berkelanjutan.
3.2. REALISASI PEMECAHAN MASALAH
Berdasarkan kerangka permasalahan, kondisi lokasi kegiatan dan ketersediaan dana yang ada. Pelaksanan kegiatan dilakukan dilakukan diawali dengan mengadakan
berbagai pertemuan dengan aparat desa dan pihak-pihak kunci di masyarakat Desa Jayamekar Cibugel untuk mendapatkan gambaran kondisi dan kemungkinan
implementasi kegiatan di lapangan. Berdasarkan tahapan kegiatan di atas, disimpulkan bahwa kegiatan sosialisasi
implementasi penggunaan lahan berbasis zona agroekologi dapat dilakukan melalui tahapan yang berkelanjutan. Hal ini disebabkan kondisi masyarakat yang sebagian
besar adalah petani dengan berbagai keterbatasan pengetahuan dan pemahaman yang terkait dengan pemanfaatan lahan yang berkelanjutan. Pada tahap awal ini,
masyarakat diupayakan untuk dikenalkan dengan kegiatan pertanian dengan berbagai pola kegiatan dan hasil-hasilnya ataupun dampak dari kegiatan tersebut.
Sebagaimana umumnya petani di Indonesia, petani di desa ini juga melakukan kegiatan pertanian dengan kemampuan seadaanya. Dalam pemupukan dan
pengendalian hama dilakukan dengan pengetahuan dan dana yang terbatas. Akhirnya, produktivitas pertaniannya kurang optimal. Untuk itu perlu adanya cara lain dengan
memanfaatkan sumberdaya yang ada agar kebutuhan bagi produktivitas pertanian petani dapat lebih optimal. Salah satu yang dapat diterapkan adalah dengan
memanfaatkan lahan pertanian sesuai dengan karakteristik zona agroekologi setempat.
Selama ini, petani sudah mengusahakan lahan pertanian secara intensif baik bagi tanaman pangan, perkebunan, maupun buah-buahan. Namun demikian,
pertimbangan pilihan jenis tanaman belum memperhatikan karakteristik wilayah khususnya kriteria zona agroklimatologi, seperti lereng, drainase, suhu dan
kelembaban. Lokasi kegiatan mempunyai klasifikasi Ibx1 dan Iibx1 yang berarti pemanfaatan lahan harus diarahkan ke tanaman buah-buahan, tahunan dan
kehutanan. Pilihan petani saat ini cenderung lebih banyak dipengaruhi oleh trend penanaman jenis tanaman di wilayah lain yang terletak di sebelah hilir lokasi kegiatan
Darmaraja yang memberikan hasil yang baik. Namum demikian, karakteristik agroekologi wilayah tersebut sanat berbeda karena berada di dataran rendah
sedangkan lokasi kegiatan PKM terletak di dataran tinggi. Perbedaan karakteritik agroekologi ini ternyata terbukti memberikan dampak yang berbea pada masing-
masing wilayah. Di wilayah yan menjadi lokasi kegiatan PKM, hasil usaha tani khususnya tanaman pangan memberikan hasil kurang menguntungkan. Lain halnya
dengan wilayah Darmaraja, hasil usaha tani tanaman pangan memberikan hasil yang baik dan menguntungkan.
Pertemuan-pertemuan yang telah dilakukan berjalan secara interaktif dengan ditunjang ilustrasi visual dan kasus yang seringkali terjadi di wilayah kerja petani. Hal
ini membuka peluang masyarakat untuk bertanya jawab ataupun mengeluarkan pendapat dan permasalahan dalam kegiatan berusaha taninya. Masyarakat secara
antusias mengikuti kegiatan ini dengan diskusi dan tanya jawab. Dari hasil pertemuan- pertemuan tersebut dapat diketahui bahwa masyarakat sudah memahami pentingnya
kegiatan ini dan menggugah minat untuk dapat melaksanakannya. Sosialisasi penggunaan lahan tegalan dankebun campuran berbasis zona
agroekologi terbukti memberkan pencerahan bagi petani berupa pengetahuan dan pemahaman baru tentang upaya meningkatkan produktivitas usaha taninya agar bisa
lebih optimal dan berkelanjutan. Hal ini tentunya sudah merupakan suatu kemajuan yang berarti, tetapi perlu ditindak lanjuti oleh tahapan berikutnya secara berkelanjutan.
Untuk itu, melalui aparat terkait diharapkan kegiatan ini dapat ditindaklanjuti melalui kegiatan-kegiatan demontrasi lainnya secara langsung di masyarakat dan pembinaan
ke depannya.
3.3. KHLAYAK SASARAN ANTARA YANG STRATEGIS