Kajian pengelolaan lahan tegalan dan kualitas tanah di kecamatan ngargoyoso kabupaten karanganyar

KAJIAN PENGELOLAAN LAHAN TEGALAN DAN KUALITAS TANAH DI KECAMATAN NGARGOYOSO KABUPATEN KARANGANYAR

Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Program Studi Ilmu Tanah Jurusan Ilmu Tanah

Disusun oleh : ELISA HAPSARI

H 0206038

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan mencapai gelar sarjana di Fakultas Pertanian UNS. Dalam penyusunan skripsi ini tentunya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karenanya, penyusun ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Ir. Sri Hartati, MP selaku Ketua Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Ir. Suwarto, MP selaku pembimbing utama atas segala bimbingan dan ilmu yang ditularkan kepada penulis, sifat jujur, santun, dan religius beliau tidak dapat penulis lupakan.

4. Dr. Sc. Agr. Rahayu, SP., MP selaku pembimbing pendamping I atas segala ilmu, bimbingan, arahan, kesabaran, keikhlasan, dan keramahan beliau sehingga penulis termotivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.

5. Ir. Noorhadi, Msi selaku pembimbing pendamping II, terima kasih atas ilmu, saran dan masukan yang diberikan selama penyusunan skripsi.

6. Keluargaku tercinta : ayah, ibu dan adik-ku terima kasih atas segala bimbingan, kasih sayang, dan doa yang tidak akan pernah bisa dinilai dengan apapun.

7. Tim “Ngargoyoso”, terima kasih untuk selama ini, tidak ada kata selain kata maaf apabila selama perjuangan kita bersama banyak kesalahan, kekhilafan yang penulis lakukan.

8. Teman-teman MATAENAM, terima kasih atas kasih sayang, kekompakan, perhatian dan kekeluargaan selama ini.

Penyusun menyadari bahwa dalam pembuatan skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan agar dapat lebih baik. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Surakarta, Juli 2012

Penyusun

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

4.1

4.2

4.3

4.4

4.5

4.6

4.7

4.8

4.9

4.10

4.11

Karakteristik Pengelolaan Lahan Masing-Masing SPL ................................ Hasil Penskoran Indikator Kualitas Tanah SUPL 1-22 di Kecamatan Ngargoyoso, Karanganyar ................................ Indeks Kualitas Tanah dengan Indikator C organik ................................ Indeks Kualitas Tanah dengan Indikator P Tersedia Tanah ................................................................................................ Indeks Kualitas Tanah dengan Indikator K Tersedia Tanah ................................................................................................ Indeks Kualitas Tanah dengan Indikator N Total Tanah ................................ Indeks Kualitas Tanah dengan Indikator pH Tanah ................................ Indeks Kualitas Tanah dengan Indikator KPK Tanah ................................ Indeks Kualitas Tanah dengan Indikator Porositas Tanah ............................... Indeks Kualitas Tanah dengan Indikator Tekstur Tanah ................................ Indeks Kualitas Tanah dengan Indikator Berat Volume ................................

21

26

29

32

35

37

41

43

46

49

53

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

Histogram Indeks Kualitas Tanah Lahan Tegalan setiap

SUPL ................................................................................................ Histogram Hubungan Indikator C Organik dengan

KualitasTanah ................................................................................................ Histogram Hubungan Indikator P tersedia dengan

KualitasTanah ................................................................................................ Histogram Hubungan Indikator K Tersedia dengan

Kualitas Tanah ................................................................................................ Histogram Hubungan Indikator N Total dengan

KualitasTanah ................................................................................................ Histogram Hubungan Indikator pH dengan Kualitas

Tanah ................................................................................................ Histogram Hubungan Indikator KPK dengan

KualitasTanah ................................................................................................ Histogram Hubungan Indikator Porositas dengan

Kualitas Tanah ................................................................................................ Histogram Hubungan Indikator Tekstur Tanah dengan

Kualitas Tanah...................................................... Histogram Hubungan Indikator BV dengan Kualitas

Tanah ................................................................................................

A. Latar Belakang

Lahan adalah suatu lingkungan fisik terdiri atas tanah, iklim, relief, hidrologi, vegetasi, dan benda-benda yang ada di atasnya yang selanjutnya semua faktor-faktor tersebut mempengaruhi penggunaan lahan. Termasuk di dalamnya juga hasil kegiatan manusia, baik masa lampau maupun sekarang. Penggunaan lahan (land use) dapat diartikan sebagai campur tangan manusia terhadap lahan, baik secara menetap maupun berkala untuk memenuhi kebutuhan hidup baik material maupun spiritual. Penggunaan lahan dapat dikelompokkan ke dalam dua golongan besar, yaitu penggunaan lahan pertanian dan penggunaan lahan bukan pertanian. Penggunaan lahan pertanian seperti sawah, tegalan, kebun, kebun campuran, ladang, perkebunan dan hutan. Penggunaan lahan bukan pertanian dapat dibedakan ke dalam penggunaan kota atau desa (pemukiman), industri, rekreasi dan sebagainya (Arsyad, 2006).

Erosi merupakan penyebab utama penurunan produktivitas lahan kering, terutama yang ditanami tanaman semusim. Erosi bukan hanya mengangkut lapisan tanah, namun juga mengangkut hara dan bahan organik, baik yang terkandung di dalam tanah maupun yang berupa input pertanian. Kerusakan sifat fisik tanah, baik yang diakibatkan oleh proses erosi maupun pengolahan tanah yang intensif, juga seringkali menjadi penyebab penurunan produktivitas lahan tegalan. Oleh karena itu berbagai tindakan yang dapat menekan erosi, mempertahankan/meningkatkan kadar bahan organik tanah, dan mengurangi dampak negatif dari pengolahan tanah, merupakan usaha yang diperlukan dalam pelestarian lahan tegalan sebagai salah satu sumberdaya lahan (Dariah, 2011).

Penggunaan tanah yang tidak diikuti teknik pengelolaan yang tepat dapat menyebabkan kerusakan tanah. Kerusakan tanah atau degradasi tanah menurut Barrow (1991) cit Widjajanto (2009) adalah hilangnya atau Penggunaan tanah yang tidak diikuti teknik pengelolaan yang tepat dapat menyebabkan kerusakan tanah. Kerusakan tanah atau degradasi tanah menurut Barrow (1991) cit Widjajanto (2009) adalah hilangnya atau

6) ketidakstabilan politik dan masalah administrasi, 7) kondisi sosial ekonomi, 8) masalah kesehatan, 9) praktek pertanian yang tidak tepat, 10) aktifitas pertambangan dan industri. Kerusakan tanah yang semakin parah dapat menurunkan kualitas tanah, karena kualitas tanah merupakan gambaran kemampuan tanah untuk melakukan fungsi-fungsinya.

Kondisi fisik, kimia dan biologi tanah dijadikan indikator untuk menentukan kualitas tanah (Suriadi dan Nazam, 2011). Kualitas tanah adalah kemampuan suatu tanah untuk berfungsi dalam berbagai batas ekosistem untuk mendukung produktivitas biologi, mempertahankan kualitas lingkungan. Pengelolaan lahan yang benar dapat meningkatkan nilai kualitas tanah. Pengelolaan lahan dapat dibagi dalam 3 kelompok, yaitu pengelolaan lahan secara vegetatif, mekanik (sipil teknis), dan pengelolaan lahan secara kimiawi. Pengelolaan lahan secara vegetatif merupakan semua tindakan pengelolaan yang menggunakan tumbuh-tumbuhan (vegetasi), baik tanaman legum yang menjalar, semak perdu atau pohon, maupun rumput-rumputan dan tumbuh-tumbuhan lainnya, serta sisa-sisa tanaman yang ditujukan untuk mengendalikan erosi dan aliran permukaan. Manfaat lain dari metode vegetatif adalah dapat mendukung sistem pengelolaan bahan organik, karena semua tindakan pengelolaan vegetatif dapat berperan sebagai penghasil bahan organik. Metode sipil teknis (mekanik) semua perlakuan fisik mekanis yang diberikan terhadap tanah, dan pembuatan bangunan yang ditujukan untuk mengurangi aliran permukaan dan erosi serta meningatkan kelas kemampuan tanah disebut sebagai pengelolaan lahan secara sipil teknis/mekanik. Beberapa contoh metode pengelolaan mekanik adalah berbagai macam teras (bangku, gulud, kebun, individu), rorak, pembuatan berbagai macam saluran pembuangan air, dan saluran drainase Kondisi fisik, kimia dan biologi tanah dijadikan indikator untuk menentukan kualitas tanah (Suriadi dan Nazam, 2011). Kualitas tanah adalah kemampuan suatu tanah untuk berfungsi dalam berbagai batas ekosistem untuk mendukung produktivitas biologi, mempertahankan kualitas lingkungan. Pengelolaan lahan yang benar dapat meningkatkan nilai kualitas tanah. Pengelolaan lahan dapat dibagi dalam 3 kelompok, yaitu pengelolaan lahan secara vegetatif, mekanik (sipil teknis), dan pengelolaan lahan secara kimiawi. Pengelolaan lahan secara vegetatif merupakan semua tindakan pengelolaan yang menggunakan tumbuh-tumbuhan (vegetasi), baik tanaman legum yang menjalar, semak perdu atau pohon, maupun rumput-rumputan dan tumbuh-tumbuhan lainnya, serta sisa-sisa tanaman yang ditujukan untuk mengendalikan erosi dan aliran permukaan. Manfaat lain dari metode vegetatif adalah dapat mendukung sistem pengelolaan bahan organik, karena semua tindakan pengelolaan vegetatif dapat berperan sebagai penghasil bahan organik. Metode sipil teknis (mekanik) semua perlakuan fisik mekanis yang diberikan terhadap tanah, dan pembuatan bangunan yang ditujukan untuk mengurangi aliran permukaan dan erosi serta meningatkan kelas kemampuan tanah disebut sebagai pengelolaan lahan secara sipil teknis/mekanik. Beberapa contoh metode pengelolaan mekanik adalah berbagai macam teras (bangku, gulud, kebun, individu), rorak, pembuatan berbagai macam saluran pembuangan air, dan saluran drainase

B. Rumusan Masalah

Pengelolaan lahan tegalan di kecamatan Ngargoyoso di lakukan secara intensif. Pengelolaan demikian diduga dapat menurunkan kualitas tanah. Oleh karena itu perlu di kaji pengelolaan lahan yang tepat untuk menjaga kualitas tanah tetap tinggi.

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan mengkaji pengelolaan lahan tegalan untuk menjaga kualitas tanah di Kecamatan Ngargoyoso Kabupaten Karanganyar.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan tentang cara pengelolaan lahan tegalan untuk menjaga nilai kulaitas tanah di Kecamatan Ngargoyoso Kabupaten Karanganyar, sehingga dapat meningkatkan produksi dan pendapatan petani.

A. Pengelolaan Lahan

Penentuan kualitas tanah ditentukan dengan cara mengumpulkan data- data indikator yang telah terpilih atau Minimum Data Set (MDS). Setelah data- data indikator terkumpul maka informasi tersebut kemudian dipadukan untuk menentukan Indeks Kualitas Tanah. Indeks Kualitas Tanah ini dapat digunakan untuk memantau dan menaksir dampak sistem pertanian dan praktik-praktik pengelolaan terhadap kualitas tanah secara kuantitatif yaitu dengan mengukur atau menganalisa indikator-indikator yang digunakan (Seybold et al., 1996).

Pengelolaan lahan meliputi kegiatan penyusunan rencana penggunaan tanah, konservasi tanah, dan pemupukan, dimulai di lapangan dengan pembukaan atau pembersihan hutan semak atau padang alang-alang atau rumput-rumput lainnya. Tindakan tersebut berlangsung selama tanah tersebut masih dipergunakan untuk pertanian (Arsyad, 2006).

Pengelolaan lahan yang tidak tepat dapat mengakibatkan penurunan kualitas tanah, untuk mengetahui seberapa besar kerusakan tanah maka dapat dibandingkan dengan tanah hutan. Tanah hutan dijadikan base reference karena dianggap mempunyai nilai kestabilan tanah yang lebih baik daripada pengunaan tanah tegal maupun sawah. Hal ini disebabkan karena pada hutan merupakan suatu ekosistem dengan siklus yang hampir tertutup. Siklus yang hampir tertutup yaitu kondisi tanah yang mempunyai gangguan dari ekosistem

lain yang rendah, sehingga kestabilan kondisi tanah tetap terjaga (Primadani, 2008). Pengelolaan lahan adalah tindakan atau seni menggunakan tanah untuk produksi tanaman yang seimbang dan menguntungkan. Produksi tersebut melibatkan segala tindakan mengolah dan menggarap tanah serta budidaya tanaman berupa pemeliharaan dan perbaikan keadaan fisik, bahan organik tanah, hara tersedia, kegiatan biologi tanah, dan konservasi tanah dan air

2006). Menurut Arsyad (2006) dalam konservasi digunakan metode konservasi tanah yang merupakan tindakan atau perlakuan atau fasilitas yang dapat digunakan untuk mencegah kerusakan tanah atau untuk memperbaiki tanah- tanah yang telah rusak. Metode ini pada dasarnya dibagi dalam dua golongan, yaitu : 1) metode vegetatif dan 2) metode mekanik.

Metode vegetatif adalah penggunaan tumbuhan atau tanaman dan sisa- sisanya. Termasuk dalam metode ini adalah penanaman pohon, penanaman rumput, pergiliran tanaman atau tumbuhan seperti mulsa dan pupuk hijau. Fungsi metode vegetatif adalah mencegah butir hujan yang jatuh sehingga mengurangi pukulan terhadap permukaan tanah, mengurangi jumlah air yang sampai dipermukaan tanah, mengurangi dan menghambat kecepatan serta daya rusak aliran permukaan dan memperbesar kapasitas infiltrasi.

Metode mekanik adalah pembuatan bangunan-bangunan pencegahan erosi dan manipulasi mekanik tanah dan permukaan tanah. Termasuk dalam metode ini adalah pengolahan tanah menurut kontur, penanaman dan pengolahan menurut kontur (contour farming), pananaman dalam strip, pembuatan guludan, teras, saluran pengalih, saluran pembuangan, rorak, dan sebagainya. Fungsi metode mekanik adalah memperlambat aliran permukaan dan mengalirkannya dengan kecepatan yang tidak merusak serta memperbesar infiltrasi air, kedalam tanah (Arsyad, 2006).

Selain dengan dua metode diatas, ada metode lain yang belum dimanfaatkan secara luas ialah penggunaan bahan atau preparat kimia untuk memantapkan struktur tanah, sehingga lebih tahan terhadap erosi, memperbaiki sifat-sifat hidrologi tanah dan merubah sifat-sifat kapasitas tukar kation tanah.

Definisi yang diberikan oleh Soil Survey Staff (1998 ) cit. Haryati (2002), lahan kering adalah hamparan lahan yang tidak pernah tergenang atau digenangi air selama periode sebagian besar waktu dalam setahun. Lahan kering ini dapat dijumpai dari dataran rendah (0-700 m dpl) hingga dataran tinggi (> 700m dpl).

Tanaman semusim pada lahan kering idealnya ditanam pada lereng <8%. Untuk lereng antara 8-15% hanya layak ditanami tanaman semusim bila kondisi tanahnya cukup baik. Pada tanah bersolum dangkal atau lapisan bawah permukaannya terlalu padat, sebaiknya penanaman tanaman semusim dibatasi hanya pada lereng <8%. Lahan dengan tanah bersolum sedang-dalam dengan lereng 15-40%, penanaman tanaman semusim masih dapat dilakukan, namun harus dikombinasikan dengan tanaman tahunan. Proporsi tanaman tahunan harus semakin besar dengan semakin tingginya kemiringan lahan. Selain proporsi tanaman, penerapan teknik konservasi tanah juga harus dilakukan ( Dariah, 2011) .

Lahan kering umumnya terdapat di dataran tinggi (daerah pegunungan) yang ditandai dengan topografinya yang bergelombang dan merupakan daerah penerima dan peresap air hujan yang kemudian dialirkan ke dataran rendah, baik melalui permukaan tanah (sungai) maupun melalui jaringan air tanah. Wilayah penelitian memiliki ketinggian tempat 500 mdpl – 2500 mdpl, dengan topografi secara umum bergelombang sampai pegunungan. Hasil pengukuran kemiringan lereng di lapang menunjukkan bahwa wilayah penelitian ini memiliki kemiringan antara agak miring – sampai sangat curam (8 – 65%). Lahan kering atau tegal didefinisikan sebagai dataran tinggi yang lahan pertaniannya lebih banyak menggantungkan diri pada curah hujan. Lahan kering diterjemahkan dari kata “upland” yang menunjukkan kepada gambaran “daerah atas” (Hasnudi dan Saleh, 2006 cit. Haryati 2002).

Lahan kering atau tegal dapat didefinisikan sebagai hamparan lahan yang tidak tergenang atau digenangi air pada sebagian besar waktu dalam Lahan kering atau tegal dapat didefinisikan sebagai hamparan lahan yang tidak tergenang atau digenangi air pada sebagian besar waktu dalam

1. Tanah Sawah

a. Irigasi teknis

= 217,00 Ha

b. Irigasi non teknis

= 473,30 Ha

2. Tanah Kering

a. Pekarangan atau bangunan

= 841,82 Ha

b. Tegal atau Kebun

= 1266,79 Ha

c. Ladang Penggembalaan

= 16,79 Ha

d. Tambak atau Kolam

= 0,50 Ha

e. Hutan Negara

= 2.775,98 Ha

f. Perkebunan

= 784,68 Ha

g. Lain-lain

= 157,08 Ha

(Anonim, 2010).

C. Kualitas Tanah

Kualitas tanah adalah kemampuan suatu tanah untuk berfungsi dalam berbagai batas ekosistem untuk mendukung produktivitas biologi, mempertahankan kualitas lingkungan dan meningkatkan kesehatan tanaman, hewan dan manusia. Secara umum, terdapat tiga makna pokok dari definisi tersebut yaitu produksi berkelanjutan yaitu kemampuan tanah untuk meningkatkan produksi dan tahan terhadap erosi, mutu lingkungan yaitu tanah diharapkan mampu untuk mengurangi pencemaran air tanah, udara, penyakit dan kerusakan sekitarnya dan ketiga kesehatan makhluk hidup (Suriadi dan Muhammad, 2005 ).

Kualitas Tanah dikembangkan sebagai alat penilaian atau alat evaluasi Kualitas Tanah dikembangkan sebagai alat penilaian atau alat evaluasi

Evanylo dan McGuinn (2000) dan Knoepp et al. (2000) menyatakan bahwa kualitas tanah dibuat untuk mendeskripsikan kombinasi sifat-sifat fisik, kimia, dan biologi, yang memfungsikan tanah untuk melakukan berbagai fungsinya. Pendapat tersebut didukung oleh Karlen dan Mausbach (2001), yang menyatakan bahwa penentuan kualitas tanah harus mempertimbangkan sifat-sifat fisik, kimia, dan biologi, serta proses-proses yang terjadi di dalam tubuh tanah yang hidup dan dinamis.

Kualitas tanah merupakan hasil interaksi antara sifat fisika, kimia dan biologi tanah dan dalam menggambarkan kebugaran suatu tanah dalam melaksanakan fungsinya dalam ekosistem (Karlen et al., 2001). Sebagai suatu ekosistem maka tanah mempunyai fungsi pelayanan :

1. Menerima, menahan dan melepaskan unsur hara serta kimia lain.

2. Menerima, menahan, dan melepaskan air kepada tanaman, dan air tanah.

3. Meningkatkan dan memelihara keberlanjutan pertumbuhan akar.

4. Memelihara habitat yang sesuai bagi biota tanah, dan

5. Menanggapi beragam upaya pengelolaan dan ketahanannya terhadap kerusakan (Larson dan Pierce, 1996 ).

D. Jenis Tanah

Alfisols dapat terbentuk dari pelapukan batuan induk yang mengandung kapur yang tersementasi, batuan beku volkanik, atau hasil pelapukan batuan sedimen. Tanah ini mempunyai sifat fisik, morfologi dan kimia tanah relatif cukup baik, mengandung sejumlah basa-basa Ca, Mg, K, dan Na. Tergantung pada keadaan topografi, tanah ini berpotensi untuk pengembangan tanaman pangan lahan kering dan/ tanaman tahunan (Anonim, 2008).

Alfisols cenderung mengalami perkembangan tanah yang belum stabil, karena pada Alfisols masih mengandung sejumlah mineral primer yang mudah Alfisols cenderung mengalami perkembangan tanah yang belum stabil, karena pada Alfisols masih mengandung sejumlah mineral primer yang mudah

Inceptisol adalah tanah-tanah yang dapat memiliki epipedon okhrik dan horison albik seperti yang dimiliki tanah entisol juga yang menpunyai beberapa sifat penciri lain ( misalnya horison kambik) tetapi belum memenuhi syarat bagi ordo tanah yang lain. Inceptisol adalah tanah yang belum matang (immature) yang perkembangan profil yang lebih lemah dibanding dengan tanah matang dan masih banyak menyerupai sifat bahan induknya (Hardjowigeno,2007)

Inceptisol mempunyai karakteristik dari kombinasi sifat-sifat tersedianya air untuk tanaman lebih dari setengah tahun atau lebih dari 3 bulan berturut-turut dalam musim-musim kemarau, satu atau lebih horison pedogenik dengan sedikit akumulasi bahan selain karbonat atau silikat amorf, tekstur lebih halus dari pasir geluhan dengan beberapa mineral lapuk dan kemampuan manahan kation fraksi lempung ke dalam tanah tidak dapat di ukur. Kisaran kadar C organik dan Kpk dalam tanah inceptisol sangat lebar dan demikian juga kejenuhan basa. Inceptisol dapat terbentuk hampir di semua tempat kecuali daerah kering mulai dari kutup sampai tropika (Darmawijaya, 1997).

Andisol merupakan tanah yang berwarna hitam dengan epipidon mollik atau umbrik atau ochrik atau kambik,bulk density kurang dari 0,85 g/cm.banyak mengandung bahan amorf,atau lebih dari 60% terdiri dari abu vulkanik vitrik,cindes atau bahan pyroklastik lain (Hardjowigeno.2003).

Andisol mempunyai beberapa sifat kimia yang peting.Liat memiliki muatan permanen yang rendah dan mautan tergantung PH yang tinggi.keracunan Al jarang terjadi.Andisol mempunyai kemampuan untuk memfiksasi fosfat dan mengikat air lebih tinggi persentasi karboncendrung

Menurut Prasetyo E (2010) Secara alami, sebenarnya unsur hara makro sudah tersedia dalam tanah, namun dalam keadaan tertentu perlu campur tangan manusia agar ketersediaanya menjadi cukup. Dalam bahasa sederhananya, perlu adanya pemupukan pada tanaman. Saat ini, pupuk yang beredar sangatlah banyak. Namun, secara garis besar dapat dibagi menjadi dua, yaitu pupuk alami dan pupuk buatan.

Macam-macam unsur hara makro:

1. Nitrogen (N) Nitrogen memiliki peran utama bagi tanaman ialah untuk merangsang pertumbuhan tanaman secara keseluruhan, terutama batang, cabang, dan daun. Nitrogen juga berperan penting dalam hal pembentukan hijau daun, yang berperan penting dalam proses fotosintesis. Nitrogen dapat membentuk protein, lemak, dan berbagai persenyawaan organik yang lain.

2. Posfor (P) Posfor berguna untuk merangsang pertumbuhan akar, khususnya akar benih dan tanaman muda. Posfor digunakan sebagai bahan mentah untuk pembentukan sejumlah protein, membantu asimilasi dan pernapasan sekaligus mempercepat pembungaan, pemasakan biji, dan buah.

3. Kalium (K) Kalium membantu pembentukan protein dan karbohidrat, memperkuat tubuh tanaman, sehingga daun, bunga, dan buah tidak mudah gugur. Kalium berperan sebagai sumber kekuatan dalam menghadapi kekeringan dan penyakit yang menyerang.

4. Kalsium (Ca) Kalsium berfungsi merangsang pembentukan bulu-bulu akar, mengeraskan batang tanaman sekaligus merangsang pembentukan biji.

5. Magnesium (Mg) Magnesium memiliki peran untuk mewujudkan hijau daun yang sempurna dan terbentuk karbohidrat, lemak dan minyak-minyak.

Sulfur atau dikenal juga dengan nama belerang. berperan dalam pembentukan bintil-bintil akar serta membantu pertumbuhan anakan.

Unsur hara mikro merupakan unsur-unsur kimia alam yang juga berperan dalam proses pertumbuhan tanaman. Unsur ini memang hanya di perlukan tanaman dalam jumlah yang sedikit tetapi kekurangan unsur ini tidak bisa digantikan oleh unsur lainnya. Unsur hara mikro di antaranya adalah klor yang bermanfaat untuk membentu meningkatkan atau memperbaiki kualitas dan kuantitas produksi tanaman. Selain itu ada juga besi atau ferum yang berperan dalam proses fisiologi tanaman seperti proses pernapasan dan pembentukan zat hijau daun (klorofil). Unsur mikro lainnya adalah mangan, boron, kobal, iodium, seng, srlenium, molibdenum, flour dan tembaga (Anonim, 2011).

1. Pengelolaan lahan vegetatif

2. Pengelolaan lahan mekanik

3. Pengelolaan lahan kimiawi

Kecamatan Ngargoyoso (penggunaan lahan tegalan)

Satuan Peta Lahan Tegalan

Indikator Kualitas Tanah Sifat kimia tanah (pH, BO, KPK, N total tanah, P tersedia, K tersedia) Sifat fisika (tekstur, BV, Porositas)

Unit Pengelolaan Lahan Tegalan

Pengelolaan lahan tegalan yang berbeda

Analisis Data Indikator Kualitas Tanah

Overlay peta kemiringan lahan, peta tanah, peta penggunaan lahan

Kajian Pengelolaan Lahan dan kualitas tanah

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, Propinsi Jawa Tengah pada bulan November 2011 sampai selesai. Secara geografis Kecamatan Ngargoyoso terletak pada 7 o 34’42,4’’LS dan 111 o 6’3,4’’BT. Analisis tanah dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

B. Alat dan Bahan Penelitian

1. Peta

a. Peta Rupa Bumi Kabupaten Karanganyar

b. Peta Administrasi Kecamatan Ngargoyoso

c. Peta Penggunaan Lahan Kecamatan Ngargoyoso

d. Peta Geologi Kecamatan Ngargoyoso

e. Peta Kemiringan Kecamatan Ngargoyoso

f. Peta Satuan Peta Lahan Kecamatan Ngargoyoso

g. Peta Satuan Unit Pengelolaan Lahan Kecamatan Ngargoyoso

2. Bahan

a. Sampel Tanah

Sampel tanah untuk analisis Laboratorium meliputi sampel tanah terusik dan sampel tanah tidak terusik.

b. Data pendukung dalam penelitian ini

1) Data sifat dan karakteristik morfologi lahan dan lingkungannya

2) Data kesuburan tanah (analisis fisika dan kimia tanah)

3) Data iklim

4) Hasil wawancara dengan petani (aspek-aspek yang dilakukan

petani dalam pengelolaan lahan)

Bahan kimia yang digunakan untuk analisis laboratorium meliputi H 2 O 2 10%, HCl 2 N, KCNS, K 4 Fe(CN) 6 ,H 2 O, KCl, K 2 Cr 2 O 7 ,

H 2 SO 4 , FeSO 4 , indikator methylen blue (untuk C-organik tanah),

NaOH, H 3 PO 4 , HNO 3 -HClO 4 .

Bahan kimia untuk analisis lapang meliputi NaF dan H 2 O (untuk analisis pH), H 2 O 2 10% (untuk analisis kandungan bahan organik), HCl 2 N (untuk menentukan kandungan kapur); KCNS 1 N; K 4 Fe(CN) 6 1 N (untuk analisis aerasi dan drainase), H 2 O 2 3% (untuk

analisis kandungan konkresi).

3. Alat

a. Meteran saku

b. Munsel Soil Color Chart (MSCC)

c. Global Position System (GPS)

d. Klinometer

e. Altimeter

f. Kompas

g. Bor tanah

h. Lup/ kaca pembesar

i. Cangkul j. pH meter k. Flakon

l. Pipet m. Kamera

n. Pisau belati o. Plastik transparan p. Kertas label q. Spidol permanent r. White board s. Alat tulis t. Komputer u. Software arc view GIS 3.3 v. Alat-alat analisis fisika dan kimia

tanah

C. Desain Penelitian dan Teknik Penentuan Sampel

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif eksploratif fungsional yaitu mendeskripsikan keadaan di tempat penelitian dengan pendekatan variabelnya adalah survei langsung di lapangan dan didukung dengan analisis tanah di laboratorium. Penelitian ini dilakukan melalui pendekatan Satuan Peta Lahan (SPL). Satuan Peta Lahan (SPL) ditentukan dengan menggabungkan (overlay) peta-peta yang telah ada seperti kemiringan lahan, peta tanah, dan peta penggunaan lahan dengan mendasarkan bentang lahan Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif eksploratif fungsional yaitu mendeskripsikan keadaan di tempat penelitian dengan pendekatan variabelnya adalah survei langsung di lapangan dan didukung dengan analisis tanah di laboratorium. Penelitian ini dilakukan melalui pendekatan Satuan Peta Lahan (SPL). Satuan Peta Lahan (SPL) ditentukan dengan menggabungkan (overlay) peta-peta yang telah ada seperti kemiringan lahan, peta tanah, dan peta penggunaan lahan dengan mendasarkan bentang lahan

D. Tata Laksana Penelitian

1. Tahap persiapan

a) Studi pustaka

Tahap persiapan pertama yang akan dilakukan adalah studi pustaka, dengan tujuan untuk mengetahui masalah di lokasi survei. Dalam studi pustaka juga dilakukan kegiatan meliputi pengumpulan informasi tentang daerah survei, seperti keadaan iklim, geologi, topografi, penggunaan lahan, dan keadaan sosial ekonomi daerah survei. Data-data sekunder tersebut dikumpulkan dari laporan- laporan dan peta-peta yang ada, maupun langsung pada instansi terkait.

b) Penyiapan peta rupa bumi, peta administrasi, peta satuan peta lahan (SPL), peta geologi, peta topografi, peta kontur, peta penggunaan lahan, dan peta kerja Kecamatan Ngargoyoso Kabupatan Karanganyar. Persiapan peta-peta tersebut diatas digunakan dalam pelaksanaan survei utama. Peta rupa bumi merupakan sumber pembuatan peta lainnya.

c) Mencari perijinan dan base camp.

d) Persiapan khemikalia dan peralatan untuk analisis lapang.

2. Tahap pra survei

a) Survei pendahuluan meliputi pengecekan batas wilayah survei, serta

membandingkannya dengan peta rupa bumi,

b) Penentuan awal jalur dan titik pengambilan sampel tanah dengan

metode purposive.

3. Tahap survei utama

a) Mengambil sampel tanah pada titik-titik sampel yang telah ditentukan sebelumnya dengan cara pembuatan profil.

b) Mencatat fisiografi dan karakteristik lahan beserta sifat tanah seperti pH, tekstur, warna, jeluk, struktur dan konsistensi (soil attribute).

4. Analisis kimia dan fisika tanah Analisis mengenai variabel yang digunakan dalam penelitian, dilakukan di Laboratorium sesuai dengan metode yang telah ditentukan atau sesuai baku analisis tanah.

a Tanah, meliputi :

No. Variabel Pengamatan Satuan

Sifat Fisika Tanah

a) Tekstur

- Pasir - Debu - Liat

b) Struktur

- BeratVolume - Porositas

Sifat Kimia Tanah

a) pH Tanah

b) Bahan Organik

c) KPK

d) N total tanah

e) P tersedia

f) K tersedia

gr/cm 3

% me/100gr

%P 2 O 5

me 100 g

tanah -1

Metode Gravimetri*

Metode Core *

pH meter* Walkey and Black* Penjenuhan Amonuium Asetat pH 7* Metode Kjeldahl* Metode Bray I* Metode Ekstrak Amonium Asetat*

Keterangan : *) Menurut Balai Penelitan Tanah 2005.

b Lingkungan

1. Fisiografi lahan

a. Topografi

b. Erosi

c. Bentuk lahan (landform)

d. Kemiringan lereng

2. Pola pemupukan

1) Cara pemberian pupuk

2) Teknik Konservasi

3. Iklim

1) Rata-rata curah hujan

2) Rata-rata kelembaban udara

1. Pengelolaan Lahan tegalan Setelah diperoleh data mengenai pengelolaan lahan di wilayah penelitian kemudian dikelompokkan menjadi beberapa unit pengelolaan lahan, berdasarkan pengelolaan yang telah ada yaitu meliputi metode pengelolaan sebagai berikut:

a. Metode Mekanik

- Pembuatan jalur-jalur bagi pengaliran air dari tempat- tempat

tertentu ketempat pembuangan. - Pembuatan teras- teras atau sengkedan- sengkedan agar aliran air dapat terhambat sehingga daya angkut/ daya hanyutnya berkurang. - Pembuatan selokan- selokan dan parit pada tempat- tempat

tertentu. - Melakukan pengolahan tanah sedemikian rupa yang sejajar dengan

garis kontur.

b. Metode vegetatif - Penghutanan kembali (Reboisasi) dan penghijauan. - Penanaman tanaman penutup tanah. - Penanaman tanaman secara garis kontur. - Penanaman tanaman dalam strip. - Penanaman tanaman secara bergilir. - Pemanfaatan seresah tanaman.

c. Cara Kimiawi

Cara kimiawi dalam usaha pengelolaan lahan yaitu dengan pemanfaatan bahan-bahan pemantap tanah. Seperti pemberian mulsa, pupuk kandang.

Kemudian masing-masing SPL ditentukan unit pengelolaan lahannya. Dalam 1 SPL mungkin mempunyai lebih dari 1 unit pengelolaan lahan.

Indeks Kualitas Tanah (IKT) dapat diperoleh dengan cara menjumlahkan skor dari masing-masing indikator kulitas tanah (MDS) Minimum Data Set kemudian dibagi dengan banyaknya indikator yang digunakan. Skor yang diperoleh berdasarkan pengharkatan pada umumnya, dengan memodifikasi menjadi 5 tingkat (rendah, agak rendah, sedang, agak tinggi, dan tinggi). Tabel 3.1 Skoring Indikator Kualitas Tanah

Skor

Indikator Sumber 12 3 4 5

Tektur

Balai Penelitian Tanah, 2005 Porositas (%)

SiC, CL, SCL

SiCL, SC, C

Wander et all., 2002 Berat Volume

< 15

15-20

20-30 atau 70-80

30-40atau 60-70

40 - 60

Wander et all., 2002 C Organik (%)

(gr/cm 3 )

Balai Penelitian Tanah, 2005 N total (%)

Balai Penelitian Tanah, 2005

Balai Penelitian Tanah, 2005 %K 2 O

Balai Penelitian Tanah, 2005 KPK (me/100gr)

Balai Penelitian Tanah, 2005 pH

4-5 atau 8-9

5-6 atau 7-8

6-7

Wander et all., 2002

Perhitungan kualitas tanah dapat dituliskan SQI = ⎜ ∑ SI ⎟ ⎜ i : 1 (Primadani, 2008).

A. Kondisi Wilayah Penelitian

Kecamatan Ngargoyoso merupakan salah satu wilayah yang terletak di Kabupaten Karanganyar. Ditinjau dari segi administratif, di sebelah utara, Kecamatan Ngargoyoso berbatasan dengan Kecamatan Jenawi; di sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Tawangmangu; di sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Karangpandan; dan di sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Magetan (Jawa Timur). Letak geografis Kecamatan Ngargoyoso berada pada koordinat 111°3’42”BT-111°11’40”BT dan 7°33’59”LS-7°38’45”LS , luas wilayah 6.533,94 ha dengan tinggi tempat antara 750-1.000 mdpl. Kecamatan Ngargoyoso ini terdiri dari 9 desa yaitu desa Nglegok, Dukuh, Jatirejo, Ngargoyoso, Kemuning, Puntukrejo, Berjo, Girimulyo dan Segorogunung.

Berdasarkan hasil penelitian Kecamatan Ngargoyoso yang penggunaan lahannya digunakan untuk tegalan terbagi menjadi 18 satuan peta lahan (SPL) yang terdiri dari 3 ordo tanah, yaitu Inceptisols, Alfisols, dan Andisols. Gambaran masing-masing SPL disajikan pada tabel sebagai berikut:

Tegal campuran (ketela pohon, jagung, pisang, jahe, rumput gajah, sengon, cengkeh, nangka, mahoni, jati) 11 Inceptisols Pola tanam : tumpang sari antara jagung dengan ketela pohon. Pengolahan tanah : dicangkul

Usaha pengawetan tanah : pembuatan teras, belum ada penanaman tanaman penguat, rumput dibiarkan tumbuh. Tegal campuran (ketela pohon, pisang, talas, jati, kelapa, petai) Pola tanam : tumpang sari antara ketela pohon dengan talas. 22 Alfisols Pengolahan tanah : dicangkul

26-45%

Usaha pengawetan tanah : pembuatan teras tradisional, rumput penguat teras, rumput dibiarkan tumbuh. Tegal campuran (ketela pohon, jagung, rumput, pisang, jati) Pola tanam : tumpang sari antara ketela pohon dengan jagung. 33 Inceptisols Pengolahan tanah : dicangkul

16-25%

Usaha pengawetan tanah : pembuatan teras, penanaman rumput penguat teras, rumput dibiarkan tumbuh. Tegal campuran (ketela pohon, jagung, pisang, sengon) Pola tanam : tumpang sari antara jagung dengan ketela pohon. 4a 4 Inceptisols Pengolahan tanah : dicangkul

26-45%

Usaha pengawetan tanah : pembuatan teras, belum ada penanaman, rumput dibiarkan tumbuh. Tegal campuran (sengon, wortel, labu siam, pisang) Pola tanam : tumpang sari antara wortel dengan labu siam. 4b 5 Inceptisols Pengolahan tanah : dicangkul

26-45%

Usaha pengawetan tanah : pembuatan teras bangku, belum ada penanaman, rumput dibiarkan tumbuh.

5 6 Andisols

Hutan (Rumput Gajah, akasia, pinus)

26-45%

Tegal campuran (Lengkuas, cengkeh, ketela pohon, jagung)

Pola tanam : tumpang sari antara wortel dengan jagung. 67 Andisols Pengolahan tanah : dicangkul

Usaha pengawetan tanah : pembuatan teras bangku, penanaman rumput penguat teras, rumput dibiarkan tumbuh.

78 Inceptisols Tegal campuran (wortel, labu siam, pisang, kapri, bawang merah, tales, sawi)

9-15%

Pola tanam : kebun campuran antara jagung, bawang merah, labu siam, tales, sawi.

Tegal campuran (pisang, ketela pohon, jagung, wortel, kapri) Pola tanam : kebun campuran antara ketela pohon, jagung, wortel, kapri. 89 Andisols Pengolahan tanah : dicangkul

26-45% Usaha pengawetan tanah : pembuatan teras, tanaman cengkeh sebagai tanaman konservasi. Tegal campuran (ketela pohon, pisang) Pola tanam : tumpang sari antara ketela pohon dengan pisang. 9a 10 Inceptisols Pengolahan tanah : dicangkul

9-15% Usaha pengawetan tanah : pembuatan teras, tanaman rumput sebagai tanaman penguat teras, rumput dibiarkan tumbuh. Tegal campuran (ketela pohon, pisang, alpukat, cabai, kapri) Pola tanam : kebun campuran antara ketela pohon, pisang, alpukat, cabai, kapri. 9b 11 Inceptisols Pengolahan tanah : dicangkul

9-15% Usaha pengawetan tanah : pembuatan teras tradisional, belum ada tanaman penguat teras, rumput dibersihkan. Tegal campuran (sengon dan durian) Pola tanam : -- 10 12 Inceptisols Pengolahan tanah : --

26-45% Usaha pengawetan tanah : pembuatan teras tradisional, belum ada tanaman penguat teras Tegal campuran (lengkuas, cengkeh, ketela pohon, jagung, pisang) Pola tanam : kebun campuran antara lengkuas, cengkeh, ketela pohon, jagung, pisang.

11 13 Alfisols 26-45% Pengolahan tanah : dicangkul

Usaha pengawetan tanah : pembuatan teras, tanaman cengkeh sebagai tanaman konservasi, rumput dibersihkan.

Tegal campuran (wortel dan kacang panjang) Pola tanam : tumpang sari antara wortel dan kacang panjang. 12 14 Inceptisols Pengolahan tanah : dicangkul

9-15% Usaha pengawetan tanah : pembuatan teras tradisional, tanaman rumput sebagai tanaman penguat teras, rumput dibiarkan tumbuh.

Tegal campuran (nangka, bambu, sengon, jati) Pola tanam : --

13 15 Alfisols 16-25% Pengolahan tanah : -- Usaha pengawetan tanah : pembuatan teras tradisional, belum ada tanaman

14 16 Alfisols Pengolahan tanah : dicangkul

16-25%

Usaha pengawetan tanah : pembuatan teras tradisional, belum ada tanaman penguat teras, rumput dibersihkan. Tegal campuran (jagung dan ketela pohon) Pola tanam : tumpang sari antara ketela pohon dan jagung. 15 17 Alfisols Pengolahan tanah : dicangkul

≥ 45%

Usaha pengawetan tanah : pembuatan teras tradisional, tanaman rumput sebagai tanaman penguat teras, rumput dibiarkan tumbuh. Tegal campuran (jagung dan ketela pohon) Pola tanam : tumpang sari antara ketela pohon dan jagung, jati. 16a 18 Alfisols Pengolahan tanah : dicangkul

26-45%

Usaha pengawetan tanah : pembuatan teras tradisional, tanaman jati sebagai tanaman konservasi. Tegal campuran (ketela pohon, sengon, mahoni, nangka) Pola tanam : monokultur ketela pohon. 16b 19 Alfisols Pengolahan tanah : --

26-45%

Usaha pengawetan tanah : pembuatan teras tradisional, belum ada penanaman rumput penguat teras, rumput dibiarkan tumbuh. Tegal campuran (jagung, pisang, ketela pohon, sengon, jati) Pola tanam : kebun campuran antara jagung, pisang, ketela pohon, sengon, jati. 17 20 Inceptisols Pengolahan tanah : dicangkul

16-25%

Usaha pengawetan tanah : pembuatan teras tradisional, tanaman jati dan sengon sebagai tanaman konservasi. Tegal campuran (ketela pohon, pisang, sengon) Pola tanam : monokultur tanaman ketela pohon. 18a 21 Inceptisols Pengolahan tanah : --

26-45%

Usaha pengawetan tanah : pembuatan teras, tanaman sengon sebagai tanaman konservasi. Tegal campuran (sawi, tomat, ketela pohon) Pola tanam : kebun campuran antara sawi, tomat, ketela pohon. 18b 22 Inceptisols Pengolahan tanah : dicangkul

26-45%

Usaha pengawetan tanah : pembuatan teras tradisional, penanaman rumput sebagai tanaman penguat teras, rumput dibiarkan tumbuh.

Sumber : Hasil Pengamatan di Lapang

di Kecamatan Ngargoyoso adalah Alfisol, Inceptisol, dan Andisol. Menurut Munir (1996) Alfisol umumnya banyak diusahakan untuk pertanian walaupun masih banyak dijumpai kendala-kendala. Kendala-kendala tersebut adalah pada beberapa tempat dijumpai kondisi tanah yang berlereng dan berbatu. Horison B argilik dapat mencegah distribusi akar yang baik pada tanah dengan horison argilik B tekstur berat, pengelolaan yang intensif dapat menimbulkan penurunan bahan organik pada lapisan atas tanah, kemungkinan terjadi erosi untuk daerah yang berlereng, kemungkinan fiksasi kalium dan amonium mungkin terjadi karena adanya mineral illit, dan kandungan P dan K rendah. Inceptisol (Munir, 1996) umumnya banyak digunakan untuk penanaman padi sawah, tetapi pada tanah berlereng sesuai dengan tanaman tahunan. Inceptisol dapat berkembang dari bahan induk batuan beku, sedimen, dan metamorf. Karena Inceptisol merupakan tanah yang baru berkembang maka mempunyai tekstur yang beragam dari kasar hingga halus. Andisol merupakan tanah yang berwarna hitam kelam, mengandung bahan organik. Tanah Andisol di Indonesia umumnya berkembang di daerah pegunungan yang berlereng curam maka pengelolaan tanahnya sesuai dengan prinsip-pronsip konservasi tanah dan air sangat diperlukan (Munir, 1996).

B. Indeks Kualitas Tanah pada Lahan Tegal di Kecamatan Ngargoyoso, Kabupeten Karanganyar.

Daerah Ngargoyoso, sebagian besar tanahnya dimanfaatkan sebagai lahan tegal. Daerah penelitian ini terbagi menjadi 22 Unit Pengelolaan Lahan (UPL). Masing-masing UPL mempunyai nilai kualitas tanah yang berbeda satu sama lain. Pada tahun 1994 Soil Science Society of America (SSSA) cit. Winarso (2005) mendefinisikan kualitas tanah sebagai kemampuan tanah untuk menampilkan fungsi-fungsinya dalam, penggunaan tanah dan ekosistem, untuk menopang produktifitas biologi, mempertahankan kualitas lingkungan, dan meningkatkan kesehatan tanaman, binatang, dan manusia. IKT antara tanah yang satu dengan yang lainya akan berbeda.

menjumlahkan skor dari masing-masing indikator kualitas tanah (MDS) Minimum Data Set kemudian dibagi dengan banyaknya indikator yang digunakan. Skor yang diperoleh berdasarkan pengharkatan pada umumnya, dengan memodifikasi menjadi 5 tingkat (rendah, agak rendah, sedang, agak tinggi, dan tinggi). Untuk mengetahui skor masing-masing indikator dapat dilihat pada tabel 4.2 sebagai berikut :

Tabel 4.2 Hasil Penskoran dan Pembobotan Indikator Kualitas SUPL 1-22 di

Kecamatan Ngargoyoso, Karanganyar.

UPL

C Organik

KPK

N Total

P tersedia

K tersedia

BV Tekstur Porositas pH IKT 1 13 21 5 5 3 55 3,44

Sumber : Analisis hasil pengamatan Keterangan : UPL : Unit Pengelolaan Lahan.

ini adalah bahan organik, N total, P tersedia, K tersedia, KPK, kadar debu, kadar pasir, kadar lempung, berat volume (BV), porositas dan pH tanah. Indeks Kualitas Tanah masing-masing UPL dapat disajikan dalam gambar 4.1 sebagai berikut :

Gambar 4.1 Histogram Indeks Kualitas Tanah Lahan Tegal Setiap UPL

Berdasarkan gambar 4.1 dapat diketahui bahwa Indeks Kualitas Tanah setiap UPL sebagai berikut : UPL yang mempunyai Indeks Kualitas Tanah (IKT) sangat tinggi adalah pada UPL 14, 16, dan 22 pada UPL ini umumnya ditanami tanaman tumpangsari dengan 2 jenis tanaman. UPL ini menggunakan teknik konservasi yaitu pembuatan terasering, fungsi teras untuk mengurangi laju run off. Jenis teras yang digunakan adalah teras tradisional dengan rumput sebagai tanaman penguat. Pernyataan ini didukung oleh Amir (2009) yang menyatakan bahwa efektivitas teras sebagai pengendali erosi akan meningkat bila ditanami dengan tanaman penguat teras di bibir dan tampingan teras. Rumput dan legum pohon merupakan tanaman yang baik digunakan sebagai penguat teras. Ditinjau dari segi cara pemupukan yang dilakukan, pada UPL ini pemupukan dilakukan dengan dibenam pada larikan,

3.44

3.78

4.22

3.89

4.00

4.33

4.33

4.78

4.56 4.67 4.56 4.44 4.56

5.56

4.89

5.56 5.44 5.33 5.11 5.44 5.22

6.11

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22

IKT

sehingga hara lebih cepat tersedia bagi tanaman. UPL yang mempunyai Indeks Kualitas Tanah yang agak tinggi adalah pada UPL 17, 18, 19, 20, 21. Pada UPL ini umumnya mempunyai pola tanam tumpangsari dengan 2 tanaman. UPL 17, 18 dan 20 mempunyai tanaman pokok jagung dengan talas dan ketela pohon sebagai tanaman sela. UPL 19 dan 21 mempunyai tanaman pokok ketela pohon. Jenis teras yang ada di UPL ini adalah jenis teras tradisional. Teras menurut Amir (2009) adalah teras yang dibuat dengan bidang olah miring ke arah lereng asli. Pada teras juga banyak ditanaman rumput gajah sebagai tanaman penguat teras meskipun tanaman ini juga dimanfaatkan sebagai makanan ternak. Cara pemupukan yang dilakukan pada UPL ini adalah dengan dibenam pada larikan sehingga hara tersedia bagi tanaman.

Indeks Kualitas Tanah yang mempunyai nilai cukup pada UPL 8, 9,

10, 11, 13, 15. UPL ini juga yang dihasilkan seresah dari tanaman tahunan yang memberikan sumbangan hara melalui dekomposisi seresah tersebut, sehingga pada UPL ini terjadi peningkatan bahan organik. Tingginya bahan organik pada UPL ini mempengaruhi ketersediaan N total tanah karena bahan organik merupakan salah satu sumber hara makro dan unsur hara mikro. Hal ini sesuai dengan pendapat Hadisudarmo (2009) yaitu unsur hara tersebut terikat dalam ikatan kovalen atau dalam kompleks pertukaran organik tanah. Kurang lebih 95% nitrogen (N) tanah, 40% fosfor (P) tanah, dan 90% belerang (S) tanah terdapat dalam bentuk asosiasi dengan kadar bahan organik. Dekomposisi bahan organik akan memasok sebagian besar unsur hara makro yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman.

UPL yang mempunyai nilai indeks kualitas tanah agak rendah adalah UPL 3, 5, 6, 7, dan 12. UPL ini mempunyai IKT agak tendah karena pada UPL 5 dan 7 digunakan untuk kebun campuran tanpa adanya tanaman tahunan, tidak adanya tanaman tahunan sehingga kandungan bahan organik tanah rendah yang terdapat pada tanah ini, kurang menyumbangkan seresah. Bahan organik memiliki peran penting dalam menentukan kemampuan tanah UPL yang mempunyai nilai indeks kualitas tanah agak rendah adalah UPL 3, 5, 6, 7, dan 12. UPL ini mempunyai IKT agak tendah karena pada UPL 5 dan 7 digunakan untuk kebun campuran tanpa adanya tanaman tahunan, tidak adanya tanaman tahunan sehingga kandungan bahan organik tanah rendah yang terdapat pada tanah ini, kurang menyumbangkan seresah. Bahan organik memiliki peran penting dalam menentukan kemampuan tanah

UPL dengan nilai IKT terendah adalah UPL 1, 2 dan 4. Pada UPL 1,

2 dan 4 belum terdapat pengelolaan tanah yang tepat sehingga kandungan unsur hara yang dibutuhkan tanaman juga kurang. Pada UPL ini faktor lingkungan yang lain seperti pola tanam yang dilakukan disana yaitu monokultur (ketela pohon). Pola tanam seperti itu, menyebabkan tanah miskin unsur hara, karena penyerapan unsur hara yang sama oleh tanaman, serta terjadi persaingan antara tanaman dalam memenuhi kebutuhan hara untuk pertumbuhannya.

1. C Organik Tanah

Berdasarkan hasil analisis data pengamatan didapatkan hubungan antara indikator C organik dengan Indeks Kualitas Tanah (IKT) pada tanah tegal, yang dinyatakan sebagai berikut : Tabel 4. 3. Indeks Kualitas Tanah dengan Indikator C Organik

SUPL IKT

C Organik

Sumber : Analisa Perhitungan dan Pengamatan Laboratorium. Keterangan : SUPL : Unit Pengelolaan Lahan. IKT : Indikator Kualitas Tanah.

Gambar 4.2 Histogram Hubungan C Organik dengan Indeks Kualitas

Tanah.

C organik tinggi maka kandungan bahan organik juga tinggi, untuk mengetahui besarnya bahan organik maka nilai C organik dikalilkan dengan 1,72. Bahan organik mempengaruhi Indeks Kualitas Tanah (IKT) karena bahan organik menjalankan berbagai fungsi penting. Bahan Organik (BO) mempengaruhi pertumbuhan tanaman lewat daya pengaruhnya atas sifat fisik, kimia dan biologi tanah. BO memperbaiki struktur dan konsitensi tanah, dan juga memperbaiki keterolahan tanah, aerasi, permeabilitas dan daya tanah menyimpan air. Menurut Stevenson, (1994) cit. Rosmarkam dan Yuwono (2002) BOT dapat menambah air sampai 20 kali lipat bobotnya sendiri. Selain itu fungsi kimia BOT mencakup kesanggupannya mengkelasi logam serta oksidasi dan hidroksida logam yang berguna meringankan keracunan logam, berikatan dengan mineral lempung yang berguna melancarkan pembentukan agregat tanah, bertindak selaku penukar ion dan penyangga kimia (dalam tanah 20-70% KTK adalah sumbangan BOT), dan berkombinasi dengan xenobiotik yang mempengaruhi bioaktivitas, dan biodegradabilitas pestisida. Sedangkan fungsi hayati BOT terdiri atas fungsinya sebagai

Kadar C (%)

ALFISOLS ANDISOLS

tanah gampingan dan Fe serta Al dalam tanah masam, penyedia C sebagai energi bagi flora dan fauna tanah, mendorong pertumbuhan tanaman, pemunculan akar dan perkecambahan biji (BOT mengandung auxsin), dan meningkatkan pengambilan hara (Notohadiprawiro, 1998).

Pengaruh bahan organik terhadap indikator kualitas tanah yang lain adalah semakin tinggi bahan organik maka kandungan N total tanah akan meningkat, porositas tanah meningkat, tekstur tanah menjadi remah sehingga baik untuk pertumbuhan tanaman, KTK tanah meningkat, pH tanah meningkat, mikrobia tanah meningkat. Meningkatnya bahan organik akan meningkatkan porositas tanah dan juga memperbaiki struktur tanah. Pernyataan ini sesuai dengan pendapat Wigati et all., (2006) yang berpendapat bahwa bahan organik dapat meningkatkan ketersediaan hara di dalam tanah dan merupakan zat perekat yang dapat memperbaiki struktur tanah sehingga dapat mengurangi permeabilitas tanah pasir. Pada penguraian bahan organik selain dihasilkan humus, juga dihasilkan karbondioksida, air dan unsur hara. Penguraian bahan organik menjadi senyawa-senyawa anorganik disebut mineralisasi, dimana selama proses juga dihasilkan unsur hara yang langsung dapat dipergunakan tanaman dan sebagian bahan organik meningkatkan pembentukan agregat dan granulasi tanah. Perbaikan agregasi tanah akan memperbaiki permeabilitas dan peredaran udara tanah lempungan. Granulasi butir-butir tanah memperbaiki daya pegang hara dan air tanah pasiran.

Kesimpulan dari uraian diatas dapat dijelaskan bahwa bahan organik memegang peranan penting dalam kehidupan flora dan fauna tanah. Dengan semakin tinggi bahan organik tanah akan meningkatkan kualitas tanah, karena ketersedian unsur hara bagi tanaman tercukupi sehingga produksi tanaman meningkat, selain itu bahan organik tanah juga dapat memperbaiki sifat fisika, kimia dan biologi tanah sehingga diharapkan sesuai dengan kondisi tanaman.

2. P Tersedia tanah

Berdasarkan hasil analisis data pengamatan didapatkan hubungan antara indikator P tersedia Tanah dengan Indeks Kualitas Tanah (IKT) pada tanah tegal, yang dinyatakan sebagai berikut : Tabel 4.4. Indeks Kualitas Tanah dengan Indikator P Tersedia Tanah

SUPL

IKT

P tersedia (ppm)

Sumber : Analisa Perhitungan dan Pengamatan Laboratorium. Keterangan : SUPL : Unit Pengelolaan Lahan. IKT : Indikator Kualitas Tanah.

Gambar 4.3. Histogram Pengaruh P tersedia tanah dengan Indeks

Kualitas Tanah.