BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Berdasarkan uraian pendahuluan pada bab sebelumnya, pada bab ini akan diuraikan tinjauan pustaka pengunaan lahan pada lahan tegalan dan kebun campuran
berdasarkan kriteria zona agroekologi di Kecamatan Cibugel Kabupaten Sumedang.
2.1. Peruntukan Lahan Berbasis Zona Agroekologi
Sektor pertanian merupakan salah satu sektor di bidang ekonomi yang memiliki arti dan kedudukan penting dalam pembangunan nasional. Sektor ini berperan sebagai
sumber penghasil bahan makan, sumber bahan baku bagi industri, mata pencaharian sebagian besar penduduk, penghasil devisa negara dari ekspor komoditinya bahkan
berpengaruh besar terhadap stabilitas dan keamanan nasional. Namun keberadaan sumberdaya lahan yang terbatas tidak mampu mengimbangi kebutuhan lahan yang
sangat pesat baik dari sektor pertanian maupun non pertanian, akibatnya timbul persaingan penggunaan lahan yang saling tumpang tindih dan tidak memperhatikan
aspek kelestarian lingkungan Djaenuddin, 1996. Hal ini dapat menjadi kendala bagi proses pembangunan nasional, khususnya di sektor pertanian. Perencanaan yang
tepat dan informasi yang aktual sangat dibutuhkan oleh para pengguna lahan dan pihak-pihak yang terkait agar penggunaan lahan tersebut dapat optimal sesuai dengan
kemampuannya dan dapat digunakan secara berkelanjutan. Usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut,
diantaranya dengan membuat suatu perencanaan yang tepat dan rasional baik melalui aspek teknis maupun non teknis. Aspek teknis dapat dilakukan diantaranya dengan
menentukan potensi wilayah sedangkan aspek non teknis dapat dilakukan dengan pendekatan kebijaksanaan bagi pengembangan wilayah tersebut. Kedua aspek ini
akan saling berkaitan erat terhadap keberhasilan proses dan hasil pembangunan suatu wilayah. Aspek teknis merupakan salah satu cara yang tepat dan mendasar bagi
perencanaan pembangunan wilayah karena dengan cara ini dapat diketahui potensi dan daya dukung lahan di wilayah tersebut untuk jenis-jenis penggunaan lahan yang
dipertimbangkan Hampir setiap aktivitas manusia berkaitan erat dengan pemanfaatan lahan.
Dalam perspektif ekonomi lahan merupakan faktor produksi yang multi fungsi diperlukan oleh berbagai sektor dan sifatnya terbatas. FAO dalam Arsyad 1989,
mengartikan lahan sebagai lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief, tanah, air, vegetasi, serta benda yang ada di atasnya yang kesemuanya berpengaruh besar
terhadap potensi dalam pemanfaatan dan pengembangannya.
Seiring dengan jumlah penduduk dan aktivitas manusia yang bertambah dengan cepat, persaingan penggunaan lahan di berbagai sektor terutama pergeseran
dari sektor pertanian ke sektor non pertanian, telah menyebabkan lahan pertanian menjadi langka. Namun demikian, lahan untuk usaha pertanian masih menjadi
pemikiran utama mengingat fungsinya sebagai produsen bahan baku untuk berbagai industri dan untuk memenuhi kebutuhan pangan, serat dan sandang untuk manusia
yang jumlah, ragam dan mutunya semakin meningkat. Kebutuhan akan pangan dan serat yang semakin meningkat ini, menuntut hasil
produksi pertanian yang semakin tinggi yang berlanjut pada kebutuhan akan lahan pertanian yang semakin meningkat. Sayangnya dewasa ini kegiatan pertanian tidak
saja telah dilakukan di lahan yang subur tetapi sudah dimulai pada lahan-lahan marjinal dengan sedikit atau bahkan tanpa memperhatikan daya dukung dari lahan itu
sendiri. Hal ini kemudian menyebabkan terjadinya degradasi lahan yang dapat mengancam keberlanjutan penggunaan lahan dan lingkungannya.
Agar lahan dapat terus dipergunakan untuk keperluan pertanian secara berkesinambungan, penggunaan lahan pertanian haruslah ditata sesuai dengan
potensi dan daya dukung lahan. Penataan penggunaan lahan seringkali tidak efisien karena kurangnya informasi mengenai kesesuaian penggunaan lahan, dan tindakan
pengelolaan yang diperlukan bagi setiap areal lahan. Informasi kesesuaian penggunaan lahan akan mempertimbangkan berbagai faktor, baik fisik lingkungannya
maupun sosial ekonomi. Dalam kaitannya dengan faktor fisik, kegiatan evaluasi lahan sangat berperan besar dalam memberikan berbagai alternatif penggunaan lahan yang
sesuai. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan dalam kegiatan evaluasi lahan ini
adalah metode zona agroekologi yang dasar dan landasan metode penetapannya adalah melalui evaluasi kesesuaian lahan untuk penggunaan lahan yang spesifik
untuk sektor pertanian. Menurut Amien 1994 zona agroekologi memiliki pendekatan yang lebih
terpadu dimana faktor-faktor penentu produksi pertanian seperti tanah, hidrologi dan iklim mendapatkan perhatian yang seimbang. Dalam zona agroekologi lahan akan
dicoba dipilah berdasarkan kondisi karakteristik lahan dan iklim untuk kemudian dapat ditentukan alternative penggunaan lahan yang sesuai. Sehingga pada setiap zona
agroekologi akan memiliki karakteristik lahan dan sistem pertanian tertentu yang berbeda dengan zona agroekologi lainnya sehingga kebutuhan pengelolaan dan
teknologi yang dibutuhkan akan berbeda pada setiap zona agroekologi, dengan demikian pertanian yang tangguh berkelanjutan diharapkan dapat tercapai.
2.2. Penetapan Zona Agroekologi