Kajian Narasi Pada Cerita Dan Pendekatan Semiotika Pada Karakter Film Animasi Frozen Produksi Disney Animation

(1)

v Abstract

NARRATIVE ANALYSIS ON THE STORY AND SEMIOTIC ANALYSIS ON CHARACTERS OF FROZEN ANIMATED FILM PRODUCTION OF DISNEY ANIMATION

By: Inekeu Rahayu 51910064

Visual Communication Design Program

Frozen was adapted from fairy tale called The Snow Queen by Hans Christian Andersen. Frozen has some moral messages. After observations, that becomes the main focus is sibling rivaly. Disney convey a message through character Anna and Elsa. Therefore, this study was conducted to determine how the characters in the narrative of Frozen could describe the message of the sisterhood and any condition that affects sibling rivaly is told in Frozen. This research was done using a descriptive qualitative method of research with narration structures nick lacey in analyzing story and semiotic Charles Sanders Pierce in analyzing characters. So that known that the character and his narrative that one another affect how the delivery of the message in the movie. Narrative and character is one whole building story. Character Anna and Elsa appear as a representation sisterhood in human life one in which as a form of human relations with another human being social in scope it was frequently that sisterhood experienced a sibling rivalry problem . `


(2)

iv Abstrak

KAJIAN NARASI PADA CERITA DAN PENDEKATAN SEMIOTIKA PADA KARAKTER FILM ANIMASI FROZEN PRODUKSI DISNEY ANIMATION

Oleh: Inekeu Rahayu 51910064

Program Studi Desain Komunikasi Visual

Disney mengangkat dongeng yang berjudul The Snow Queen karya Hans Christian Andersen kedalam film yang berjudul Frozen pada tahun 2013. Dalam film Frozen, Disney menyimpan beberapa pesan moral dalam film tersebut. Setelah melakukan observasi terhadap film tersebut yang menjadi fokus pesan adalah pesan persaudaraan yakni perselisihan saudara kandung (sibling rivalry) dalam hal ini adalah hubungan adik kakak. Disney menyampaikan pesan melalui karakter utamanya Anna dan Elsa. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana karakter dalam narasi film Frozen bisa menggambarkan pesan persaudaraan tersebut/sibling rivaly ini yang diceritakan pada film Frozen. Penelitian dilakukan menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif dengan analisis struktur narasi Nick Lacey dalam menganalisis cerita dan metode semiotika Charles Sanders Pierce dalam menganalisis karakter. Sehingga diketahui bahwa karakter dan narasinya itu satu sama lain mempengaruhi bagaimana penyampaian pesan dalam film tersebut. Narasi dan karakter adalah satu kesauan yang membangun cerita. Karakter Anna dan Elsa muncul sebagai representasi adik kakak dalam kehidupan manusia yang dimana sebagai wujud hubungan manusia dengan manusia lain dalam lingkup sosialnya tak jarang adik kakak mengalami sibling rivalry ini.


(3)

1 BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Dongeng adalah cerita fantasi sederhana yang tidak benar-benar terjadi berfungsi untuk menyampaikan ajaran moral (mendidik) dan juga menghibur (Triyanto, 2007, h.46). Menceritakan dongeng sudah menjadi tradisi yang dilakukan kebanyakan para orang tua kepada anaknya. Dongeng menjadi favorit anak-anak karena ceritanya penuh dengan fantasi atau imajinasi. Karakter-karakter yang sering mucul dalam dongeng adalah penyihir, peri, pangeran putri, troll, raksasa, kurcaci dan hewan-hewan yang dapat berbicara, juga mahkluk-makhluk yang memiliki kekuatan magis lainnya.

Contoh dongeng-dongeng terkenal yaitu dari Brothers Grimm yang membukukan koleksi dongeng dari negara Jerman, Charles Perrault yang membukukan koleksi dongeng dari Perancis, dan Hans Christian Adersen penulis dongeng dari nergara Denmark. Pada awalnya dongeng dari Brothers Grimm tidak cocok untuk diberikan kepada anak-anak, karena memuat cerita yang cenderung dibumbuhi dengan unsur kekerasan dan akhir kisah yang tidak selalu bahagia. Seperti cerita Cinderella versi Brothers Grimm diceritakan kakak tiri Cinderella rela untuk memotong jari kakinya agar cocok dengan sepatu kaca. Tidak hanya itu di versi selanjutnya, Grimm menceritakan kakak tiri Cinderella menderita kebutaan akibat dipatuk merpati. Melihat fenomena bahwa para orang tua terbiasa menceritakan dongeng-dongeng kepada anak-anaknya, maka Brothers Grimm mengikuti Charles Perrault untuk melakukan sedikit perubahan cerita agar dapat dinikmati oleh anak-anak. Dan pada tahun 1812-1815 mereka mengeluarkan buku koleksi dongeng yang berjudul Kinder-und Hausmärchen (Dongeng Rumah Tangga dan Anak-anak).

Dalam perkembangannya, beberapa dongeng telah diadaptasi kedalam bentuk film animasi. Film adalah salah satu media massa untuk mendongeng. Adaptasi dongeng kedalam bentuk film animasi menjadi hal menarik. Tidak hanya


(4)

anak-2 anak bahkan dewasa pun masih suka menontonnya. Seperti yang dimuat situs boxofficemojo.com dalam daftar All Time Box Office, beberapa film animasi masuk ke dalam daftar tersebut. Dari posisi paling atas, Frozen menduduki peringkat ke-5 worldwide grosses. Hal ini membuktikan bahwa minat masyarakat terhadap film animasi sangatlah besar.

Frozen adalah film animasi yang diproduksi oleh Walt Disney Animation Studios pada tahun 2013. Frozen yang berkisahkan tentang putri sebagai karakter utamanya ini, menambah daftar putri yang telah diproduksi Disney tepatnya dalam deretan film Disney Princess. Disney Princess adalah salah satu franchise film yang dibentuk pada awal tahun 2000. Jajaran film Disney Princess ini memang mengangkat putri sebagai karakter utamanya. Mulai dari Snow White dalam film Snow White and the Seven Dwarfs (1937), Cinderella dalam film Cinderella (1950), Aurora dalam film Sleeping Beauty (1959), Ariel dalam film The Little Mermaid (1989), Belle dalam film Beauty and The Beast (1991), Jasmine dalam film Aladdin (1992), Pocahontas dalam film Pocahontas (1995), Mulan dalam film Mulan (1998), Tiana dalam film The Princess and The Frog (2009), Rapunzel dalam film Tangled (2010), Merida dalam film Brave (2012), dan yang terbaru adalah Anna dan Elsa dalam film Frozen (2013).

Sebagian besar dari film Disney Princess tersebut diangkat dari dongeng klasik. Dongeng adalah bagian dari Disney Animation (Solomon, 2013). Film Frozen yang diangkat dari dongeng klasik berjudul The Snow Queen karya Hans Christian Andersen mempunyai cerita asli tentang bagaimana Gerda menyelamatkan Kai yang terkena sihir dan Snow Queen membawa Kai pergi. Disinilah Gerda melakukan perjalanan untuk menyelamatkannya.

The Snow Queen mulai berubah menjadi Frozen saat Chris Buck (director) bergabung. Cerita belum sempurna sampai tim mendapatkan ide tentang antagonis dan protagonis adalah saudara. Snow Queen adalah antagonis, tetapi mereka menginginkan agar akhirnya kedua saudara ini bersatu. Mereka memutuskan


(5)

3 untuk bagaimana menceritakan perjalanan kedua orang saudara ini untuk saling mengerti satu sama lain dan menguatkan hubungan persaudaraan di akhir cerita.

Setelah melakukan perubahan cerita, Frozen lebih memilih cerita tentang bagaimana hubungan persaudaraan antara putri Anna dan Elsa daripada bagaimana putri-putri biasa menemukan pangerannya. Jika berbicara sebuah dongeng dan film putri, cerita-ceritanya selalu didominasi oleh kisah romantis. Tidak satu pun yang fokus mengangkat cerita tentang persaudaraanya. Tetapi Frozen adalah bagaimana saling menyayangi dan bagaimana mereka memperbaiki hubungan persaudaraan yang rusak.

Yang membuat menarik, film Frozen ini memuat pesan-pesan moral dalam ceritanya. Di dalam sastra, hal ini termasuk kepada fungsi moral yaitu karya sastra memberikan pengetahuan tentang moral yang baik dan buruk (Rokhmansyah, h.10). Melalui karya sastra pembaca dapat mengetahui moral yang patut dicontoh karena baik dan tidak perlu dicontoh karena buruk. Terdapat beberapa pesan moral yang terkandung dalam film Frozen ini, tetapi yang menjadi fokus utama Disney adalah pesan persaudaraan dalam hal sibling rivalry yakni perselisihan adik kakak.

Sibling rivalry dipengaruhi oleh berbagai kondisi yang datang dari beberapa hal. Dijelaskan oleh Hurlock (dalam Lestari, 2011) tentang kondisi apa saja yang mempengaruhi hubungan saudara kandung ini sehingga terjadinya sibling rivalry. Dalam Frozen, sibling rivalry ini menjadi salah satu pesan persaudaraan yang disampaikan. Frozen menggambarkan sibling rivalry ini dalam karakter yang hidup dalam narasinya.

Dalam film animasi, karakter adalah hal yang sangat penting dalam keberhasilan sebuah film. Penonton secara tidak langsung menerima komunikasi dari karakter tersebut. Ekspresi dan gerak tubuh karakter dalam melakukan kegiatan tertentu, akan menjadi ciri khas karakter tersebut. Sesuai prinsip pembuatan karakter, karakter haruslah mempunyai kekuatan personality sehingga penonton tahu betul


(6)

4 sifat-sifat yang dimiliki karakter tersebut. Unsur personality (penjiwaan peran) inilah yang membuat karakter lebih hidup sehingga bisa mempengaruhi emosi penontonnya.

Karakter sangat erat kaitannya dengan narasi. Karakter mempunyai masing-masing fungsi dalam narasi, sehingga narasi menjadi menyatu. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, Disney selalu menyimpan pesan dalam setiap filmnya. Sebagai media bagaimana bisa menggambarkan pesan tersebut, salah satunya Disney menggambarkan pesan tersebut dalam karakternya. Maka dari itu pengkajian terhadap karakter dalam film Frozen ini adalah untuk mengetahui bagaimana karakter dalam narasinya menggambarkan pesan persaudaraan tersebut.

Sebelum sampai kepada pengkajian karakter, terlebih dahulu dilakukan pengkajian terhadap narasinya yaitu untuk mengetahui bagaimana struktur narasi yang membangun film Frozen ini, serta mengetahui fungsi karakter dalam narasinya. Yang berguna untuk menentukan karakter penting dalam film juga menentukan adegan yang dianggap menggambarkan pesan persaudaraan tersebut. Tanda-tanda pada karakter dalam adegan film tersebut yang terlebih dahulu tanda akan diklasifikasikan berdasarkan metode semiotika Charles Sanders Pierce, yang kemudian tanda-tanda tersebut dimaknai dan dihubungkan menjadi satu kesatuan.

I.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, bisa diidentifikasikan ke beberapa masalah, yaitu:

 Dalam film Frozen Disney menyimpan beberapa pesan moral, tetapi yang menjadi fokus utamanya adalah pesan persaudaraannya yaitu tentang sibling rivalry.

Sibling rivalry disebabkan oleh beberapa kondisi yang menimbulkan perselisihan diantara hubungan saudara kandung ini.

 Karakter mempunyai masing-masing fungsi dalam narasi, sehingga narasi menjadi menyatu.


(7)

5 I.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan tersebut, maka masalah dirumuskan menjadi:

 Bagaimanakah keterkaitan antara karakter (terutama Anna dan Elsa) dan narasi Frozen, menggambarkan pesan persaudaraan yaitu sibling rivalry/perselisihan adik kakak.

I.4 Batasan Masalah

Dalam penelitian ini masalah akan dibatasi agar lebih fokus dan tidak melebar, diantaranya yaitu:

 Pesan moral dalam film yang akan diteliti yaitu pesan persaudaraan dalam hal ini adalah ikatan adik kakak yakni sibling rivalry.

 Penelitian difokuskan hanya pada karakter Anna dan Elsa, karena mereka adalah tokoh utama dalam film tersebut dalam menyampaikan pesan persaudaraan tersebut.

 Dalam pengkajian terhadap cerita akan dilakukkan dengan struktur narasi Nick Lacey yaitu keseimbangan, gangguan, kesadaran terjadinya gangguan, upaya mengembalikan keseimbangan dan keseimbangan kembali.

 Dalam pengkajian terhadap karakter khususnya dalam potongan-potongan adegan yang didapatkan dari pengkajian struktur narasinya, dengan menggunakan semiotika Charles Sanders Pierce yaitu dalam hal gestur yaitu ekspresi dan gerak tubuh.

 Selain karakter Anna dan Elsa, karakter Hans akan menjadi materi pendukung bagaimana munculnya pesan persaudaraan ini.

I.5 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif, yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata (Moleong, 2011, h.6). Dalam penelitian ini, teknik pencarian data dilakukan dengan metode observasi, yaitu melakukan pengamatan langsung terhadap karakter Anna dan Elsa dalam film Frozen.


(8)

6 Sebelum menganalisis visual karakter Anna dan Elsa, terlebih dahulu akan membedah bagaimana struktur narasi dari film tersebut. Yang bertujuan untuk memudahkan dalam menentukan adegan yang menunjang analisis karakter. Metode yang akan dipakai untuk membedah struktur narasinya yaitu metode dari Nick Lacey. Dimana terdapat lima tahapan dalam narasi. Yaitu pertama, kondisi keseimbangan dimana jika dalam situasi keluarga diawali dengan kondisi harmonis. Kedua, disruption yaitu adanya tokoh yanag merusak keharmonisan dan menjadi tidak teratur. Ketiga, kesadaran terhadap gangguan keseimbangan yaitu gangguan semakin besar dan terasa dampaknya pada umumnya mencapai klimaks. Keempat, upaya memperbaiki gangguan yaitu hadirnya seseorang yang berupaya memperbaiki kondisi. Kelima, pemulihan menuju keseimbangan yaitu gangguan yang muncul dapat teratasi sehingga mengembalikan keseimbangan.

Kemudian penganalisisan terhadap karakter dalam adegan yaitu terfokus kepada gestur, dilakukan menggunakan metode semiotika yaitu model semiotika Charles Sanders Pierce. Metode semiotika ini diharapkan mampu mengklasifikasikan tanda dalam visual dan kemudian dapat ditemukan kejelasan dari hubungan antara tanda dan pesan. Cara analisisnya menggunakan metode segitiga makna yang terdiri dari tiga elemen utama, yakni Representamen (sign), Object, dan Interpretant. Makna tidak disematkan langsung kepada tanda melainkan dimediasi oleh interaksi antara ketiga komponen tersebut. Selain itu Pierce juga menghubungkan munculnya tanda berdasarkan latar belakang terjadi keberadaannya, yang terbagi atas tiga klasifikasi yaitu firstness, secondness dan thirdness. Pertama, tanda berdasarkan keberadaanya yaitu qualisign, sinsign, legisign. Kedua, tanda ditinjau dari relasinya yaitu ikon, indeks, simbol. Ketiga, tanda dari segi penafsir yaitu rhema, decisign, argument.

Adapun tahapan penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:

Pra-penelitian : Menentukan topik penelitian yaitu pesan moral dalam film Frozen.

Observasi : Mengamati cerita, karakter dan mencatat pesan moral apa saja yang telah didapat setelah menonton film tersebut.


(9)

7 Penentuan Masalah : Setelah mengamati film tersebut, pesan moral disaring

kedalam satu pesan inti yaitu pesan persaudaraan. Studi Pustaka : Mendapatkan literatur acuan-acuan untuk menilai.

Penelitian : Pada tahap ini akan dilakukan analsis terhadap film Frozen seperti menganalisis struktur narasi, fungsi karakter dalam narasi dan juga melakukkan kajian terhadap visual karakter dalam film menggunakan semiotika.

Pasca-penelitian : Dalam tahapan ini akan didapatkan kesimpulan dari rumusan masalah.

I.6 Tujuan Penelitian

a. Mengkaji struktur narasi Frozen.

b. Menganalisis fungsi karakter dalam narasi Frozen.

c. Menganalisis karakter khususnya Anna dan Elsa dalam film Frozen melalui tanda-tanda yang ada.

I.7 Manfaat penelitian

a. Mengetahui bahwa terdapat pesan moral dalam film Frozen. b. Mengetahui pesan persaudaraan dalam film Frozen.

c. Mengetahui struktur narasi yang membangun film Frozen.

d. Penelitian pada tanda-tanda visual, dan kajian narasi pada cerita menjadi data-data yang berguna sebagai referensi penelitian lainnya.

I.8 Sistematika Penulisan

Bab I Pendahuluan. Bab ini menjelaskan tentang bagaimana dongeng mempunyai fungsi moral dan juga menjadi hiburan yang diminati orang. Fenomena dongeng yang diadaptasi ke dalam bentuk film animasi, Walt Disney adalah salah satu produsen film yang mengadaptasi dongeng dalam film-filmnya. Karakter dalam cerita menjadi kunci bagaimana pesan moral yang ingin disampaikan dalam filmnya.


(10)

8 Bab II Pengenalan Disney Princess, Narasi, Karakter, Semiotika. Bab ini berisi menjelaskan tentang Disney, struktur narasi, perbedaan cerita dan alur, prinsip penciptaan desain karakter dan membahas bagaimana semiotika diterapkan dalam penelitian ini.

Bab III Film Animasi Frozen Karya Disney Animation. Bab ini menjelaskan tentang bagaimana perubahan cerita dari dongeng aslinya, cerita dan alur Frozen, karakter Anna dan Elsa, dan membahas pesan moral dalam film Frozen.

Bab IV Kajian Karakter Dan Narasi Film Animasi Frozen. Bab ini berisi tentang pengkajian karakter Anna dan Elsa dalam adegan yang dianalisa menggunakan metode semiotika Charles Sanders Pierce juga pembahasan sibling rivalry yang terdapat pada narasi Frozen yang melibatkan karakter Anna dan Elsa.

Bab V Kesimpulan. Bab ini berisi kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukkan. Yaitu bagaimana peran karakter dalam penyampaian pesan dalam film Frozen ini.


(11)

9 BAB II

PENGENALAN DISNEY PRINCESS, NARASI, KARAKTER, SEMIOTIKA

II.1 Disney dan Disney Princess

Disney dikenal di dunia hiburan dan media. Dalam website The Walt Disney Company, dijelaskan perjalanan Disney bagaimana mereka pertama membangun studio sampai sebesar sekarang ini. Diawali oleh Walter E. Disney begabung dengan M. J. Wrinkle untuk memproduksi kartun seri Alice Comedies pada tahun 1923. Dan pada tahun yang sama tepatnya pada tanggal 16 Oktober 1923 Walter E. Disney bersama dengan Roy O. Disney mendirikan studio yang pertama dikenal dengan The Disney Brothers Studio. Karakter yang mengawali kesuksesan Walt Disney Studio yaitu Mickey Mouse yang muncul petama kali dalam film Steamboat Willie bersama Minnie Mouse pada 18 November 1928.

Dalam film-filmnya Disney tak jarang mengadaptasi cerita-cerita dongeng klasik kedalam filmnya. Dalam Wikipedia berbahasa Inggris, film Snow White and the Seven Dwarfs dari buku dongeng Brother Grimm yang berjudul Snow White menjadi film animasi panjang pertama yang meraih kesuksesan. Selain itu dongeng juga diangkat ke dalam animasi pendek seperti The Ugly Duckling karya Hans Christian Andersen pada tahun 1931 dalam serial Silly Symphony, Redux Riding Hood (1997) dari dongeng Little Red Riding Hood oleh Brothers Grimm, The Little Matchgirl (2006) karya Hans Christian Andersen.

Pada saat itu dongeng berisikan cerita-cerita yang tidak sesuai untuk disampaikan kepada anak-anak. Saat itu dongeng biasa dibaca oleh orang dewasa. Melihat kebiasaan orang dewasa terutama orang tua yang suka mendongeng kepada anak-anaknya, Brother Grimm melakukan revisi-revisi mengikuti Charles Perrault agar dongeng nya bisa dinikmati oleh anak-anak. Meskipun telah dilakukan revisi, Disney selaku pembuat film animasi merasakan bahwa cerita masih kurang cocok untuk dinikmati anak-anak. Sehingga Disney selalu melakukan kembali revisi cerita dari dongeng aslinya. Yang bertujuan disamping untuk menyesuaikan cerita


(12)

10 berdasarkan usia tetapi juga menyesuaikan dengan minat penonton pada masanya (Ratnasari, 2011).

Pada awal tahun 2000-an, Andy Mooney sebagai kepala Disney Consumer Products melihat peluang bisnis besar ketika ia menghadiri acara Disney On Ice, ia melihat anak-anak mengenakan goodies disney non-official sehingga ia menciptakan lini Disney Princess yaitu deretan film yang tokoh utamanya adalah seorang perempuan (The New York Times, 2006). Setelah film diproduksi franchise ini juga memproduksi official goodies dari film-film Disney Princess tersebut.

Berikut ini para putri Disney yang masuk lini Disney Princess:

1. Snow White dalam film Snow White and the Seven Dwarfs (1937) 2. Cinderella dalam film Cinderella (1950)

3. Aurora dalam film Sleeping Beauty (1959) 4. Ariel dalam film The Little Mermaid (1989) 5. Belle dalam film Beauty and The Beast (1991) 6. Jasmine dalam film Aladdin (1992)

7. Pocahontas dalam film Pocahontas (1995) 8. Mulan dalam film Mulan (1998)

9. Tiana dalam film The Princess and The Frog (2009) 10. Rapunzel dalam film Tangled (2010)

11. Merida dalam film Brave (2012)

12. Anna dan Elsa dalam film Frozen (2103)

Dalam penelitian ini menggunakan dua variable, Frozen dipilih setelah menentukan variable I dengan variable II. Film Disney Princess diklasifikasikan berdasarkan variable I yaitu visual variable II yaitu narasi. Terdapat dua topik masalah yang asalnya menjadi topik awal dari penelitian ini yaitu yang petama bagaimana sosok perempuan ditempatkan dalam film dan yang kedua bagaimana true love bisa didapatkan dalam hubungan persaudaraan. Topik pertama perempuan dalam film Disney Princess ditempatkan dalam berbagai keadaan


(13)

11 seperti kepahlawanan yang merujuk kepada putri Merida, Pocahontas, Mulan. Topik kedua tentang persaudaraan yang merujuk kepada putri Anna dan Elsa. Topik kedua dipilih karena cerita putri tentang persaudaraan sangatlah unik dan jarang dibawakan. Dan juga dilihat bagaimana true love yang dalam film-film putri sebelumnya didapatkan dengan sosok pangeran saja, dalam film ini true love didapatkan dalam hubungan persaudaraan.

II.2 Narasi

Narasi sering disamakan dengan cerita atau dongeng. Narasi berasal dari kata Latin narre yang artinya membuat tahu. Dengan demikian, narasi berkaitan dengan upaya memberitahu sesuatu atau peristiwa. Secara garis besar dari pengertian yang diberikan para ahli, narasi adalah representasi dari peristiwa-peristiwa atau rangkaian dari peristiwa-peristiwa-peristiwa-peristiwa (Eriyanto, 2013, h.1). Dengan demikian, sebuah teks baru disebut narasi apabila terdapat berbagai peristiwa atau rangkaian peristiwa-peristiwa.

Ada beberapa syarat narasi yaitu yang pertama, adanya rangkaian peristiwa. Narasi terdiri atas lebih dari dua peristiwa, dimana peristiwa satu dan lainnya dirangkai. Kedua, rangkaian peristiwa tersebut tidaklah acak, tetapi mengikuti logika tertentu. Ketiga, narasi bukanlah memindahkan peristiwa ke dalam sebuah teks cerita.

II.2.1 Cerita dan Alur

Didalam cerita ada alur, adegan, tokoh dan karakter. Ada dua perbedaan yang mendasar antara cerita dan alur. Pertama, berdasarkan keutuhan dari suatu peristiwa. Cerita adalah peristiwa yang utuh, yang sesungguhnya, dari awal hingga akhir. Sementara alur adalah peristiwa yang secara eksplisit ditampilkan dalam suatu teks. Kedua, perbedaan berdasar urutan peristiwa. Cerita menampilkan peristiwa secara berurutan, kronologis dari awal sampai akhir. Sementara alur, urutan peristiwa bisa dibolak balik (Eriyanto, 2013, h.16).


(14)

12 Cerita

Peristiwa utuh yang disimpulkan (inferred events)

Peristiwa yang ditampilkan secara eksplisit

Bahan pendukung (tambahan) lain

Alur

Gambar II.1 Perbedaan cerita dan alur Sumber: Brodwell and Kristin Thompson (2000) II.2.2 Struktur Narasi

Sebuah narasi mempunyai struktur bercerita. Dalam narasi, sebuah peristiwa dilihat tidak datar, sebaliknya terdiri dari atas beberapa bagian. Narasi identik dengan peristiwa aktual yang sebenarnya, karena pembuat narasi bukan memilih peristiwa yang dipandang penting tetapi juga menyusun peristiwa tersebut kedalam babak atau tahapan tertentu. Peristiwa dilihat mempunyai tahapan, mempunyai awal dan akhir. Dalam peristiwa sesungguhnya, tahapan itu tidaklah selalu ditemukan. Tahapan atau struktur narasi tersebut alaha cara pembuat narasi dalam menghadirkan peristiwa kepada khalayak (Eriyanto, 2013, h.45).

Tzvetan Todorov melihat teks mempunyai susunan atau struktur tertentu. Menrut Todorov, suatu narasi mempunyai struktur dari awal hingga akhir. Narasi dimuli dari adanya keseimbangan yang kemudian terganggu oleh adanya kekuatan jahat. Narasi diakhirinya oleh upaya menghentikan gangguan sehingga keseimbangan tercipta kembali.

Dan sejumlah ahli memodifikasi struktur narasi Todorov tersebut, seperti Nick Lacey dan Gillespie. Adapun struktur narasi menurut Nick Lasey (2009, h.29) yaitu:

 Kondisi awal, kondisi keseimbangan, dan keteraturan  Gangguan (disruption) terhadap keseimbangan  Kesadaran terjadi gangguan

 Upaya untuk memperbaiki gangguan Ekuilibrium

(keseimbangan)

Gangguan (disruption)

Ekuilibrium (keseimbangan)


(15)

13  Pemulihan menuju keseimbangan

II.2.3 Karakter dalam Narasi (Vladimir Propp)

Didalam narasi terdapat karakter, yakni orang atau tokoh yang mempunyai sifat atau perilaku tertentu. Karakter-karakter masing-masing mempunyai fungsi dalam narasi, sehingga narasi menjadi menyatu. Karakter disini bisa sesuatu yang dekat atau jauh dari kehidupan sehari-hari khalayak tetapi ia membantu menggambarkan dunia atau realitas.

Vladimir Propp adala seorang peneliti dongeng asal Rusia, ia menyusun karakter-karakter yang hampir selalu ditemukan dalam narasi. Propp melihat karakter-karakter sebagai sebuah fungsi dalam narasi. Fungsi disini dipahami sebagai tindakan dari sebuah karakter, didefinisikan dari sudut pandang signifikasinya sebagai bagian dari tindakannya didalam teks. Fungsi disini dikonseptualisasikan oleh Propp melalui dua aspek. Pertama, tindakan dari karakter tersebut dalam narasi. Kedua, akibat dari tindakan dalam cerita (Eriyanto, 2013, h.65-66).

Karakter dan narasi mempunyai ketertarikan dengan struktur narasi Todorov. Menurut Propp, dalam setiap narasi setidaknya terdapat 31 fungsi. Berikut keterkaitan struktur narasi Todorov dengan fungsi Propp (Eriyanto, 2013, h.77).

Tabel II.1 Keterkaitan Struktur narasi Todorov dan fungsi Propp

No Fungsi Propp Struktur Narasi Todorov

Situasi Awal Keseimbangan

(Ekuilibrium) 1 Ketidakhadiran (Absensi)

2 Pelarangan (Penghalangan) 3 Kekerasan

4 Pengintaian 5 Pengiriman 6 Tipu daya 7 Keterlibatan

8 Kejahatan dan kekurangan Gangguan (distruption) 9 Mediasi

10 Tindakan Disekuilibrium


(16)

14 12 Fungsi pertama seorang penolong

13 Reaksi pahlawan

14 Resep dari dukun/paranormal 15 Pemindahan ruang

16 Perjuangan 17 Cap

18 Kemenangan

19 Pembubaran Keseimbangan

(Ekuilibrium) 20 Kembali

21 Pengejaran 22 Pertolongan

23 Kedatangan tidak dikenal 24 Tidak bisa mengklaim 25 Tugas berat

26 Solusi 27 Pengenalan 28 Pemaparan 29 Perubahan rupa 30 Hukuman 31 Pernikahan

Sumber: Wingston dalam Pieter J.Fourie (2006)

Ke-31 fungsi yang dikemukan Propp adalah cerita yang sempurna, dimana setiap karakter dan fungsi terdapat dalam cerita. Dari ke-31 fungsi yang dikemukakan Propp ini tidak semua pertu ditemukan dan dibuktikan, bisa terjadi dalam sebuah narasi hanya ditemukan beberapa fungsi saja.

Dari ke-31 fungsi tersebut, ada 7 karakter dalam suatu narasi. Masing-masing karakter menjalankan fungsi tertentu dalam cerita. Berikut adalah karakter dalam sebuah narasi (Eriyanto, 2013, h.72).

Tabel II.2 Karakter dalam narasi

Karakter Deskripsi

Penjahat Melawan penjahat

Donor Menolong pahlawan dengan kekuatan sihir

Penolong Membantu pahlawan dalam menyelesaikan tugas berat Putri/pangeran Mengalami perlakuan buruk dari penjahat


(17)

15 Pahlawan Mencari sesuatu dan menjalankan misi

Pahlawan palsu Mengklaim sebagai pahlawan tetapi kedok terbuka. Sumber: Eriyanto (2013)

II.3 Film

Definisi film berbeda di setiap negara. Di Prancis disebut Filmis yang berarti berhubungan dengan film dan dunia sekitarnya, misalnya sosial politik dan kebudayaan. Di Yunani, film dikenal dengan cinema, yang merupakan simngkatan dari cinematography. Cinema (gerak), tho atau phytos adalah cahaya, sedangkan graphy berarti tulisan atau gambar. Jadi, yang dimaksud cinematography yaitu melukis gerak dengan cahaya. Di Inggris disebut dengan movies, berasal dari kata move, artinya gambar bergerak atau gambar hidup (Vera, 2014, h.91).

Dalam film terdapat unsur audio visual dikategorikan ke dalam dua bidang, yaitu sebagai berikut (Vera, 2014):

1. Unsur naratif, yaitu materi atau bahan olahan, dalam film ceria naratif adalah penceritaannya.

2. Unsur sinemaik, yaitu cara atau dengan gaya seperti apa bahan olahan itu digarap.

Unsur sinematik terdiri dari beberapa aspek berikut (Supriadi, 2010):

Mise en scene, segala sesuau yang ada di depan kamera. Elemen-elemen yang ada didalamnya adalah setting, tata cahaya, kostum/make up, akting dan pergerakan pemain.

 Sinematografi, hubungan esensial tentang bagaimana perlakuan terhadap kamera serta bahan baku yang digunakan, juga bagai mana kamera digunaan untuk memenuhi kebutuhannya yang berhubungan dengan objek yang akan direkam.

 Editing, aktivitas dari proses pemilihan, penyambungan gambar-gambar. Melalui editing struktur, ritme serta penekanan dramatik diciptakan.

 Suara, seluruh unsur bunyi yang behubungan dengan gambar. Elemen-elemennya bisa dari dialog, musik ataupun efek.


(18)

16 Film merupakan salah satu media komunikasi massa. Kekuatan dan kemampuan film menjangkau banyak segmen sosial, membuat para ahli berpendapat bahwa film memiliki potensi untuk mempengaruhi khalayaknya. Dikatakan sebagai media komunikasi massa karena merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan kominikator dan komunikan secara massal, dalam arti jumlah banyak, tersebar dimaman-mana, khalayaknya heterogen dan anonim, dan menimbulkan efek tertentu. Film dan televisi memiliki kemiripan terutama sifatnya yang audio visual, tetapi dalam proses penyampaiannya pada khalayak dan proses produksinya agak sedikit berbeda (Tan dan Wright, dalam Ardianto & Erdinaya, 2005, h.3).

Film menjadi media komunikasi massa yang digunakan Disney sebagai penyampai pesan kepada anak-anak. Melalui film Disney princess, anak-anak akan menerima pesan tentang pelajaran moral melalui tokoh yang ditampilkan. karena mereka tidak hanya menonton, namun juga berinteraksi. Untuk itulah Disney tidak semata-mata membuat film saja tetapi bagaimana Disney menyampaikan edukasi kepada penonton melalui karakter-karakter dan cerita-ceritannya yang mengandung pesan-pesan moral yang dapat diambil dan dijadikan contoh bagi penontonnya. Menurut Graeme Turner, film sebagai representasi dari realitas masyarakat (Irwanto,199, h.14). Film membentuk dan “menghadirkan

kembali” realitas berdasarkan kode-kode, konvensi-konvensi, dan ideologi dari

kebudayaannya.

Film merupakan bidang kajian yang amat relevan bagi analisa semiotika. Film dibangun dengan tanda semata-mata (Van Zoest, 1993, h.109). Film umumnya dibangun dengan banyak tanda. Tanda-tanda itu termasuk berbagai sistem tanda yang bekerja sama dengan baik dalam upaya mencapai efek yang diharapkan. Sebuah film pada dasarnya bisa melibatkan bentuk simbol visual dan linguisik untuk mengkodekan pesan yang sedang disampaikan. Sistem semiotika yang lebih penting lagi dalam film adalah digunakannya tanda-tanda ikonis yaitu tanda-tanda yang menggambarkan sesuatu (Sobur, 2013, h.128).


(19)

17 II.4 Animasi

Animasi sendiri berasal dari bahasa latin yaitu “anima” yang berarti jiwa, hidup,

semangat. Menurut Bustaman (2001, h.32-33) animasi adalah suatu proses dalam menciptakan efek gerakan atau perubahan dalam jangka waktu tertentu, dapat juga berupa perubahan warna dari suatu objek dalan jangka waktu tertentu dan bisa juga dikatakan berupa perubahan bentuk dari suatu objek ke objek lainnya dalam jangka waktu tertentu. Secara sederhana, animasi adalah gerakan yang digambarkan. Seperti pernyataan Hallas dan Manvell (196, h.350) animasi adalah seni memberikan gerakan nyata pada objek yang bergerak. Kata ini juga digunakan untuk rangkaian gambar yang dibuat untuk menciptakan gerakan, dan untuk gerakan itu sendiri ketika dilihat dilayar kaca.

Berdasarkan materi atau bahan dasar objek animasi yang dipakai secara umum jenis film animasi digolongkan dua bagian besar, film animasi Flat Animation) dan Object Animation (Reviana, 2011).

1. Flat Animation

Disebut juga jenis film animasi gambar, sebab hampir semua jenis objek animasi melalui runtun kerja gambar. Beberapa jenis film animasi flat animation:

a. Film Animasi “sel” (Cell Technique). Jenis film animasi ini merupakan teknik

dasar dari film animasi kartun. Teknik animasi ini memanfaatkan serangkaian gambar yang dibuat diatas lembaran plastik tembus pandang yang disebut “sel”.

b. Penggambaran Langsung pada film. Jenis film animasi ini menggunakan teknik menggambar objek animasi dibuat langsung pada pita seluloid baik positif ataupun negatif tanpa melalui runtun pemotretan kamera “stop frame”, untuk suatu kebutuhan karya seni yang bersifat pengungkapan. Atau yang bersifat percobaan, mencari sesuatu yang baru.

2. Object Animation

Untuk menggerakkan benda tri marta, walaupun itu mungkin, tetapi cukup sulit untuk melaksanakannya, karena sifat bahan yang dipakai mempunyai ruang gerak


(20)

18 yang terbatas. Tidak seperti jenis film animasi gambar, bebas melakukan berbagai gerakan yang diinginkan. Berdasarkan bentuk dan bahan yang digunakan, termasuk dalam jenis film animasi ini adalah:

a. Film Animasi Boneka (Puppet Animation). Objek animasi yang dipakai dalam jenis film animasi ini adalah boneka dan fitur lainnya, merupakan penyederhanaan dari bentuk alam benda yang ada.

b. Film Animasi Model. Bentuk objek animasi sederhana, penggunaannya pun tidak terlalu rumit dan tidak banyak membutuhkan gerak, bahan yang dipakai terdiri dari kayu, plastik keras dan bahan keras lainnya yang sesuai dengan sifat karakter materi yang dimiliki, tetapi tidak berarti bahan lentur tidak dipakai. c. Film Animasi Potongan (Cut out Animation). Jenis film animasi ini, termasuk

penggunaan teknik yang sederhana dan mudah. Fitur atau objek animasi dirancang, digambar pada lembaran kertas lalu dipotong sesuai dengan bentuk yang telah dibuat, dan di letakkan pada sebuah bidang datar sebagai latar belakangnya.

d. Film Animasi Bayangan (Silhoutte Animation). Jenis film animasi ini menggunakan cara yang hampir sama, fitur dan objek animasi berupa bayangan dengan latar belakang yang terang, karena pencahayaannya berada dibelakang layar.

e. Film Animasi Kolase (Collage Animation). Teknik yang bebas mengembangkan keinginan untuk menggerakkan objek animasi semaunya di meja dudukan kamera. Tekniknya cukup sederhana dan mudah dengan beberapa bahan yang biasa dipakai seperti potongan koran, foto, gambar-gambar, huruf atau gabungan dari semuanya.

Sekarang ini animasi telah berkembang menjadi beberapa jenis, yaitu animasi 2D, animasi 3D dan animasi tanah liat (Reviana, 2011).

1. Animasi 2D (Dua Dimensi). Animasi ini biasa disebut juga dengan film kartun. Kartun sendiri berasal dari kata “cartoon”, yang berarti gambar yang lucu. 2. Animasi 3D (Tiga Dimensi). Perkembangan teknologi dan dunia komputer

membuat teknik pembuatan animasi 3D semakin berkembang dan maju pesat. Animasi 3D adalah perkembangan dari animasi 2D. Dengan animasi 3D,


(21)

19 karakter yang diperlihatkan semakin hidup dan nyata, mendekati wujud aslinya.

3. Animasi Tanah Liat (Clay Animation). Meski namanya Clay (tanah liat), namun yang dipakai bukanlah tanah liat biasa. Animasi ini menggunakan palsticne yang ditemukan pada tahun 1897. Karakter-karakter pada animasi clay dibuat dengan menggunakan rangka yang khusus untuk kerangka tubuhnya.

II.5 Karakter

Terdapat sembilan aspek penting yang menjadikan film sempurna, yaitu komunikasi, waktu, struktur, kredibilitas karakter, realisme, storytelling, ruang, karakter dan suara/musik (Pikkov dalam Ekawardhani dan Rochmawati, 2015, h.7). Berdasarkan sembilan aspek tadi, yang menjadikan film sempurna adalah aspek karakter dan kredibilitas karakter. Kredibilitas karakter mempunyai arti kemampuan karakter dalam menimbulkan kepercayaan. Karakter mempengaruhi keberhasilan dari suatu film. Penonton secara tidak langsung telah menerima komunikasi dari suatu karakter.

Karakter bahasa lain dari tokoh dalam film animasi yaitu perwujudan visual tokoh dalam cerita (Ekawardhani dan Rochmawati, 2015). Tokoh diartikan sebagai orang-orang yang ditampilkan dalam sebuah cerita naratif atau drama, yang oleh pembaca ditampilkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam perbuatan (Abrams dalam Nurgiyantoro, 1995, h.85).

Subandi mengatakan (1978, h.12), karakterisasi merupakan pola pelukisan image seseorang yang dapat dipandang dari segi fisik, psikis dan sosiologi. Segi fisik menggambarkan wajah, raut wajah, rambut, bibir, hidung, bentuk kepala, warna kulit dan lain-lain. Segi psikis berupa pemikikiran, perasaan dan kemauannya dengan melalui ini penonton bisa mengetahui watak tokoh. Segi sosiologis yaitu watak tokoh dapat dilihat dari bagaimana ia berinteraksi dengan


(22)

20 lingkungannya. Satoto (1993, h.45), aspek-aspek itu akan saling berhubungan dalam upaya membentuk dan membangun permasalahan dan konflik.

Dalam film animasi merujuk pada realita keberadaan manusia, karakter adalah representasi makhluk yang dibuat hidup dan berjenis kelamin. Visualisasi karakter dalam film animasi mengalami penyederhanaan yang ditujukan agar visualisasi karakter ini dapat memenuhi aspek-aspek pada model perwatakan yaitu, tingkah laku, ekspresi dan motivasi. Visualisasi karakter menumbuhkan emosi dalam gambar-gambar yang digerakkan itu. Karakter membangun interaksi dengan penontonnya dijelaskan sebagai pertunangan, identifikasi, simpati dan empati (Leslie dalam Ekawardhani dan Rochmawati, 2015, h.9).

Di tahun 1930-an, Walt Disney Studio mengembangkan prinsip-prnsip dasar animasi tradisional. Prinsip-prinsip tersebut telah dikembangkan untuk membuat animasi, terutama karakter animasi, yang lebih realistis dan menghibur. Prinsip-prinsip ini juga diterapkan pada animasi tiga dimensi.

Adapun kedua belas prinsip tersebut antara lain:

1. Pose dan gerakan antara (Pose-To-Pose Action and Inbetween) 2. Pengaturan waktu (Timing)

3. Gerakan sekunder (Secondary Action) 4. Akselerasi gerak (Ease In and Out) 5. Antisipasi (Anticipation)

6. Gerakan penutup dan perbedaan waktu gerak (Follow Through and Overlapping Action)

7. Gerak melengkung (Arcs)

8. Dramatisasi gerakan (Exaggeration) 9. Elastisitas (Squash and Stretch)

10. Penempatan di bidang gambar (Staging) 11. Daya tarik karakter (Appeal)


(23)

21 Dalam jurnal penelitian yang berjudul Prinsip Antropomorfisme dan Personifikasi dalam Karakter Film Animasi Kartun Anak (Ekawardhani dan Rochmawati, 2015, h.16) menyatakan, pada dua belas aspek ini mempunyai keterkaitan dengan perwatakan dan estetika, yaitu daya tarik karakter (Appeal) dan penjiwaan peran (Personality). Dapat diketahui bahwa prinsip penciptaan desain karakter pada film animasi mengacu pada aspek-aspek sebagai berikut:

a. Penyederhanaan objek b. Ekspresi

c. Tingkah laku d. Motivasi

e. Simpati dan empati f. Daya tarik karakter

g. Penjiwaan peran (Personality)

II.6 Gestur

Bahasa tubuh adalah gerakan tubuh yang merupakan perilaku nonverbal disampaikan mlalui simbol komunikasi kepada orang lain (Liliweri, 1994). Melalui bahasa tubuh, seseorang bisa mempelajari emosi, kemauan, dan perasaan orang lain melalui pesan-pesan visual. Pesan nonverbal yang menggunakan gerakan tubuh terdiri dari tiga komponen utama (Rakhmat dalam Ramdhani, 2015, h.6-7):

1. Fasial. Wajah menyampaikan pesan tertentu seperti marah, sedih, muak, takut dan sebagainya.

2. Gestural. Pesan ini berkaitan dengan gerakan-gerakan anggota tubuh yang ternyata dapat mengkomunikasikan berbagai makna.

3. Postural. Postur adalah tubuh, jadi pesan ini berkaian dengan anggota tubuh.

II.6.1 Ekspresi Wajah

Bahasa tubuh yang paling banyak memberi informasi adalah ekspresi wajah. Dalam ilmu psikologi, ada dua jenis ekspresi yang ditunjukkan wajah, yaitu makro dan mikro. Ekspresi makro adalah mimik wajah yang mudah diamati dan


(24)

22 dibedakannya. Sedangkan mikro ekspresi mikro adalah ekspresi yang tidak disadari dan terjadi dalam waktu singkat (Ramdani, 2015, h.27).

Tabel II.3 Ekspresi 1. Senang/ bahagia

Ekspresi singkat yang menunjukkan seseorang sedang senang atau bahagia biasanya ditunjukkan dengan senyuman. Terlitat dari otot pipi bergerak naik dan kedua sisi bibir membentuk senyuman.

Gambar II.2 Ekspresi senang Sumber: http://mario-

bross.com/female-facial-expressions 2. Marah/jengkel

Ekspresi ini muncul karena ketidaknyamanan atau timbul ketidaksesuaian antara apa yang diharapkan dengan kenyataan. Terlihat dari sisi alis bagian dalam menyatu condong kebawah, bibir yang menyempit, dan pandangan mata menajam.

Gambar II.3 Ekspresi marah Sumber: http://mario-bross.com/female-facial-expressions

3. Sedih

Kesedihan muncul dari kekecewaan atau kehilangan atas sesuatu. Terlihat dari mata yang kehilangan fokus, bibir tertari kebawah, dan

kelopak mata terkulai. Gambar II.4 Ekspresi sedih Sumber: http://mario-bross.com/female-facial-expressions


(25)

23 4. Takut

Takut biasanya muncul karena ketidak mampuan mengatasi sesuatu hal. Juga ketika berada pada suasana yang dianggap seram. Ekspresi takut ditunjukkan dengan kedua alis yang naik secara bersamaan, bibir terbuka mementuk horizontal, dan kelopak mata menegang.

Gambar II.5 Ekspresi takut Sumber: http://mario-

bross.com/female-facial-expressions

5. Muak

Timbul karena melihat sesuatu yang tidak pada tempatnya atau mendengar apa yang tidak layak didengar.

Gambar II.6 Ekspresi muak Sumber: http://mario-bross.com/female-facial-expressions 6. Kaget/terkejut

Ditunjukkan dengan alis ata naik, mata terbuka lebar, dan mulut terbuka secara refleks.

Gambar II.7 Ekspresi kaget Sumber: http://mario-bross.com/female-facial-expressions 7. Menganggap remeh

Terlihat dengan gerakkan menaikkan salah satu sudut bibir.

Gambar II.8 Ekspresi menganggap remeh

Sumber:

http://www.infobarrel.com/Womens_E xpressions_The_Unexplored_and_The

_Unexplained_ Sumber : Ramdani (2015)


(26)

24 II.6.2 Gerakan Tubuh

Selain ekspresi, gerakan-gerakan tubuh lain juga memiliki makna tersendiri (Ramdani, 2015, h.69).

Tabel II.4 Gerakan Tubuh 1. Mengepalkan tangan.

Gerakan tangan ini mengisyaratkan bahwa seorang sedang mencoba menahan sikap atau amarah. Ini bisa dikarenakan kegelisahan, putus asa atau

frustasi. Gambar II.9 Gerakan mengepalkan

tangan

Sumber: http://www.indiabix.com/body-language/hand-and-arm-gestures/

2. Kedua tangan menempel di mulut. Gerakan tubuh ini merupakan tanda kaget, kagum, juga terkejut dengan suatu hal. Orang yang menempelkan tangan di sekitar mulut juga bisa dimaknai sebagai menahan diri untuk menerima atau tidak sepakat dengan pendapat orang lain.

Gambar II.10 Gerakan kedua tangan menempel di mulut

Sumber:

http://www.thinkstockphotos.co.uk

/image/stock-photo-no-more-gossiping/492298675 3. Mencengkram tangan.

Kondisi ini merupakan bentuk penyesuian diri terhadap perasaan gelisah.

Gambar II.11 Gerakan mencengkram

tangan

Sumber: http://www.indiabix.com/body-language/hand-and-arm-gestures/


(27)

25 4. Memegang lengan.

Hal ini menandakan bahwa orang sedang menyesuaikan diri dengan kondisi saat itu. Lebih tepatnya, menyesuaikan emosi.

Gambar II.12 Gerakan memegang lengan

Sumber: http://www.indiabix.com/body-language/arm-barriers-gestures/ 5. Melipat dan menyilangkan lengan.

Ada beberapa pesan yang bisa ditangkap dari bahasa tubuh ini. Petrama, wujud dari kepercayaan diri. Kedua, merasa tak nyaman terhadap suatu interaksi. Hal ini merupakan wujud dari perlindungan dan proteksi diri, cenderung tertutup terhadap aktivitas komunikasi. Ketiga, ketidak sepakatan atas suatu keputusan.

Gambar II.13 Gerakan melipat dan menyilangkan lengan

Sumber: http://www.indiabix.com/body-language/arm-barriers-gestures/

6. Mengangkat bahu.

Menandakan ketidaktahuan dengan topik pembicaraan. Selain itu, mengandung arti tidak ingin terlibat dalam aktivitas yang telah direncanakan, dan memilih untuk menghindari serta menolak ajakan yang

diajukkan. Gambar II.14 Sumber: http://www.indiabix.com/body-Gerakan mengangkat bahu language/basic-understanding/


(28)

26 a. Berdiri sambil bertolak pinggang

Bermakna kesiapan untuk bertindak. Selain itu, bisa bermakna agresivitas dan cenderung ingin mendominasi percakapan.

Gambar II.15 Gerakan berdiri sambil bertolak pinggang

Sumber: http://www.indiabix.com/body-language/popular-gestures-and-actions/ Sumber : Ramdani (2015)

II.6.3 Sentuhan

Pada dasarnya, sentuhan adalah bahasa tubuh yang subjektif. Ada lima kategori sentuhan yang merupakan suatu rentang dari yang sangat impersonal hinga sangat personal. Kategori-kategori tersebut adalah sebagai berikut (Ramdani, 2015, h.118):

1. Sentuhan Fungsional (Profesional)

Sentuhan lebih berorientasi kepada pemberian jasa hingga bisnis. Contohnya, seorang dokter melakukan pemeriksaan kepada pasiennya.

2. Sentuhan Sosial (Kesopanan)

Sentuhan ini bersifat membangun atau memperteguh harapan, aturan, serta praktik sosial yang berlaku di lingkungan sekitar. Contohnya, berjabat tangan sebagai bentuk penghormatan.

3. Sentuhan Persahabatan (Kehangatan)

Sentuhan kehangatan meliputi setiap sentuhan yang menandakan hubungan erat atau akrab. Contohnya, kaka beradik yang begandengan tangan saat berjalan.

4. Sentuhan Cinta (Keintiman)

Sentuhan ini mengandung ketertarikan emosional. Contonya, mencium tangan orang tua, memeluk istri.

5. Rangsangan seksual

Sentuhan ini erat kaitannya dengan sentuhan keintiman. Motifnya mengarah kepada pemenuhan hasrat biologis.


(29)

27 II.6.4 Ruang Interaksi

Edward T.Hall (dalan Ramdani, 2015) mengelompokkan ruang komunikasi kedalam empat zona spesial dalam interaksi sosial, diantaranya:

 Zona intim (15-46 cm)

Wilayah ini merupakan tempat untuk orang terdekat. Biasanya merupakan anggota keluarga atau kerabat dekat. Karena memungkinkan kedekatan secara fisik, tetapi tidak terasa keberatan akan terjadinya sentuhan.

 Zona personal (46 cm-2 m)

Wilayah ini cenderung ditempati oleh sahabat atau kawan-kawan akrab. Orang diizinkan untuk memasukinya.

 Zona sosial (2-6 m)

Wilayah ini digunakan dalam kegiatan sosial sehari-hari. Seperti saat bekerja atau bersekolah.

 Zona publik (lebih dari 6 m)

Wilayah ini mencerminkan jarak antara orang-orang yang baru saja atau bahkan tidak dikenal. Misalnya, komunikasi terjadi antara penceramah dan jamaah pendengarnya.

II.7 Moral

Moral dalam bahasa Latin Mos artinya kebiasaan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007, h.754) moral diartikan sebagai ajaran tentang baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan sikap, kewajiban, dan sebagainya; akhlak, budi pekerti; susila. Menurut Bertens (2001, h.7) Moral adalah nilai-nilai yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Dan menurut Kaelan (2008, h.93) moral merupakan ajaran-ajaran ataupun patokan-patokan, kumpulan peraturan baik lisan maupun tertulis tentang bagaimana manusia harus hidup dan bertindak agar menjadi manusia yang baik.

II.7.1 Jenis dan Wujud Moral

Menurut Nurgiantoro (dalam Wicaksono, 2014, h.272) secara garis besar jenis ajaran moral dapat dibedakan menjadi tiga macam:


(30)

28 2. Hubungan manusia dengan manusia lain dalam lingkup sosial.

3. Hubungan manusia dengan Tuhannya.

II.7.2 Pesan Moral dalam Film

Pada dasarnya, studi media massa mencakup pencarian pesan dan makna-makna dalam materinya. Pesan menurut Onong Effendy (1989, h.224), suatu komponen dalam proses komunikasi berupa paduan dari pikiran dan perasaan seseorang dengan menggunakan lambang, bahasa/lambang-lambang lainnya disampaikan kepada orang lain.

Pesan moral dalam film sama halnya dengan pesan moral dalam karya sastra. Nilai moral dalam sastra biasanya mencerminkan pandangan hidup pengarang yang bersangkutan, pandangannya tentantang nilai-nilai kebenaran dan hal itulah yang ingin disampaikan kepada pembaca (Wicaksono, 2014, h.269).

Moral dalam sastra hampir selalu dalam pengertian baik. Dengan demikian, jika sebuah cerita ditampilkan sikap dan tingkah laku tokoh yang terpuji baik mere berlaku sebagai antagonis atau protagonis. Dalam fiksi mengandung penerapan moral dalam sikap dan tingkah laku para tokoh sesuai dengan pandangannya tentang moral. Melalui cerita, sikap, tingkah laku tokoh-tokoh itulah diharapkan pembaca mengambil hikmah dan pesan-pesan moral yang disampaikan dan diamanatkan (Wicaksono, 2014, h.272)

II.9 Pesaingan Adik dan Kakak (Sibling Rivalry)

Sibling rivalry adalah konflik atau perselisihan yang terjadi pada anak atau perselisihan antara kakak adik (Kozier, 2011). Menurut Keyla (2011), persaingan saudara kandung adalah kecemburuan, kompetisi, dan berkelahi antara saudara.

Sibling rivalry ini dapat terjadi bila masing-masing anak berusaha untuk lebih unggul satu dengan yang lain. Selain itu peranan orangtua juga sangat penting dan menentukan akan terjadinya sibling rivalry ini dalam keluarganya. Salah satunya adalah karena salah satu anak merasa terancam dengan terbaginya perhatian pada


(31)

29 anak yang lain, karena mereka masih sangat bergantung pada cinta dan kasih sayang orangtuanya. Pembagian perhatian yang tidak adil juga dapat menyebabkan sibling rivalry, karena salah satu anak cemburu dan merasa tersisih oleh saudara kandungnya. Sementara penyebab lainnya berasal dari diri anak itu sendiri, yaitu saat salah seorang anak menyadari kekurangannya dari saudara kandungnya.

Kondisi yang mempengaruhi hubungan antar-saudara kandung (Hurlock dalam Lestari, 2011):

 Sikap orang tua

Sikap orang tua terhadap anak dipengaruhi oleh sejauh mana anak mendekati keinginan dan harapan orang tua. Bila terdapat rasa persaingan dan permusuhan, sikap orang tua terhadap semua anak kurang menguntungkan dibandingkan bila mereka satu sama lain bergaul cukup baik.

 Urutan dalam posisi

Anak diberi peran menurut urutan kelahiran dan mereka diharapkan memerankan peran tersebut.

 Jenis Kelamin Saudara Kandung

Reaksi antara anak laki-laki dan perempuan berbeda terhadap saudara perempuan dan laki-lakinya. Seorang kakak perempuan kemungkinan lebih cerewet dan suka mengatur terhadap adik perempuannya daripada adik lakinya. Anak laki-laki lebih banyak berkelahi dengan kakak laki-laki daripada dengan kakak perempuannya. Konflik-konflik terjadi tidak ada habis-habisnya antara kakak laki-laki dan kakak perempuan. Hal ini sering dapat mempunyai pengaruh yang sangat buruk pada hubungan keluarga, terutama bila orang tua turut campur dan berusaha mengakhiri perperangan antar jenis tersebut. Orangtua kemudian dituduh pilih kasih, suatu tuduhan yang lebih merusak hubungan keluarga.

 Perbedaan Usia

Orang tua cenderung mengharapkan anak yang lebih tua menjadi model yang baik dan mengecamnya bila ia gagal melakukan itu. Sebaliknya, anak yang lebih muda, diharapkan meniru anak yang lebih tua dan mematuhinya. Harapan orang tua ini ikut memperburuk hubungan antar saudara kandung.


(32)

30  Jumlah Saudara

Jumlah saudara yang kecil cenderung menghasilkan hubungan yang lebih banyak perselisihan daripada jumlah saudara yang besar.

 Jenis Disiplin

Pada sistem demokratis, anak belajar mengapa mereka harus memberi dan menerima atas dasar kerja sama sedangkan pada sistem otoriter, mereka dipaksa melakukannya dan hal ini menimbulkan rasa benci.

 Pengaruh Orang Luar

Orang lain baik anggota keluarga maupun teman orang tua atau guru dapat menimbulkan ataumemperhebat ketegangan yang telah ada antara saudara kandung dengan membandingkan anak yang satu dengan yang lain.

II.8 Semiotika

Dalam sistem semiotika komunikasi visual melekat fungsi „komunikasi‟, yaitu fungsi tanda dalam menyampaikan pesan dari sebuah pengirim pesan kepada penerima yang dimediasi oleh media tertentu. Meskipun fungsi utamanya adalah komunikasi, tetapi bentuk-bentuk komunikasi visual juga mempunyai fungsi signifikasi yaitu fungsi dalam menyampaikan sebuah konsep, isi, atau makna. Fungsi signifikasi adalah fungsi dimana penanda (signifier) yang bersifat konkret dimuati dengan konsep-konsep abstrak, atau makna, yang secara umum disebut petanda (signified). Efektivitas pesan menjadi tujuan utama dari desain komunikasi visual (Tinarbuko, 2013).

Makna sebuah tanda dapat berlaku secara pribadi, sosial, atau bergantung pada konteks tertentu. Tanda tidak dapat mengungkapkan sesuatu, tanda hanya berfungsi menunjukan, sang penafsirlah yang memaknai berdasarkan pengalamannya masing-masing.

II.8.1 Semiotika Charles Sanders Pierce

Bagi Pierce yang ahli filsafat dan logika, penalaran manusia senantiasa dilakukan lewat tanda. Artinya, manusia hanya dapat bernalar lewat tanda. Dalam


(33)

31 pemikirannya, logika sama dengan semiotika dan semiotika dapat ditetapkan pada segala macam tanda (Berger, 2000, h.4).

Model semiotika Pierce dikenal dengan model triadik atau sering disebut juga model segitiga makna. Tanda adalah sesuatu yang dikaitkan pada seseorang untuk sesuatu dalam beberapa hal atau kapasitasnya. Tanda menunjuk pada seseorang, yakni menciptakan dibenak orang tersebut suatu tanda yang setara, atau suatu tanda yang lebih berkembang, tanda yang diciptakannya dinamakan interpretant dari tanda pertama, tanda itu menunjukkan sesuatu, yakni objeknya” (Fiske, 2007, h.63).

Peirce mengeluarkan metode segitiga makna yang terdiri dari tiga elemen utama, yakni Representamen (sign), Object, dan Interpretant.

Gambar II.16 Model segitiga makna Pierce Sumber: Vera (2014)

Representamen, bentuk yang diterima oleh tanda atau berfungsi sebagai tanda. Representamen diistilahkan juga menjadi sign.

 Objek, sesuatu yang merujuk pada tanda. Sesuatu yang diwakili oleh representamen yang berkaitan dengan acuan.

Interpretant, lebih merujuk pada makna tanda.

Berdasarkan keberadaan tanda Pierce mengklasifikasikan tanda menjadi kepertamaan (firstness), yaitu keberadaan seperti apa adanya tanpa harus menunjuk ke sesuatu yang lain. Kemudian keduaan (secondness), yaitu relasi

Interpretant

Representamen


(34)

32 gejala itu dengan dunia di luarnya dirinya yang hadir dalam ruang dan waktu dalam ruang dan waktu. Ketigaan (thirdness), yaitu menggambarkan bagaimana gejala direpresentasi, dimedia, dikomunikasikan, dan ditandai (Zoest, 1993, h.9-10).

Tabel II.5 Trikotomi tanda Pierce

Representamen Objek Interpretant 1 Qualisign

Tanda yang menjadi tanda berdasarkan sifatnya. Misalnya merah menandakan cinta, bahaya atau larangan.

Ikon

Tanda yang menyerupai benda yang diwakilinya atau suatu tanda yang menggunakan kesamaan atau ciri-ciri yang sama dengan apa yang dimaksudkannya. Rhema Tanda yang memungkinkan penafsir menafsirkannya dalam beberapa pilihan. Maksudnya makna tanda tersebut masih bisa

dikembangkan. 2 Sinsign

Tanda yang menjadi tanda berdasarkan bentuk dan rupa didalam kenyataanya. Misalnya jeritan menandakan kesakitan, ketakutan, senang. Indek Hubungan langsung tanda dan objek yang keduanya

dihubungkan.

Decisign

Tanda yang mewakili objek dengan

memperhatikan aktualnya.

3 Legisign

Tanda yang menjadi tanda berdasarkan suatu peraturan umum, suatu konvensi, suatu kode. Misalnya rambu lalu lintas menandakan

hal-Simbol Tanda dimana hubungan tanda dan denotasinya

ditentukan oleh suatu kesepakatan bersama (konvensi).

Argument

Tanda yang langsung memberikan alasan tentang sesuatu.


(35)

33 hal yang boleh dan tidak

dilakukan manusia.


(36)

34 BAB III

FILM ANIMASI FROZEN KARYA DISNEY ANIMATION

III.1 Perubahan The Snow Queen menjadi Frozen

Dongeng The Snow Queen diterbitkan pada tahun 1845, adalah salah satu cerita terpanjang yang dibuat Andersen, meskipun ia tulis dalam waktu lima hari saja. Bercerita tentang bagaimana Gerda menyelamatkan Kai yang terkena sihir magic mirror buatan troll jahat dan membuat lupa akan dirinya. Lalu Snow Queen membawa Kai pergi. Disinilah Gerda melakukan perjalanan untuk menyelamatkannya. Ciuman Gerda pun melelehkan magic mirror dan membebaskan Kai dari Snow Queen.

Ketika chief creative officer Jhon Lasseter, menunjuk Chris Buck (sutradara film Pocahontas, Surf’s Up) untuk bergabung, The Snow Queen berganti nama menjadi Frozen. Kemudian Jenniffer Lee yang sudah sering bekerja sebagai writers & screenplay (Wreck-it-Ralph) untuk menjadi sutradara kedua yang bertugas pada segi cerita. Tim ini menciptakan perubahan drastis dari cerita aslinya, dimana Snow Queen tidak menjadi karakter antagonis, melainkan protagonis.

Gambar III.1 Putri Elsa dan putri Anna

Sumber : https://ristiirawan.wordpress.com/2013/12/04/frozen-2013/

Frozen mempunyai fokus utama dalam ikatan persaudaraan adik kakak antara Anna dan Elsa. Berbeda dengan cerita standar putri menemukan seorang pangeran, film ini menjadi sebuah eksplorasi dari ikatan khusus bagaimana seorang saudara berbagi dan saling memahami kesalah pahaman. Selain Lilo and Stitch (2002), cerita tentang persaudaraan sangat jarang di animasi Amerika. Ariel


(37)

35 di film The little Mermaid dan Merida di film Brave mempunyai sedikit interaksi dengan saudara mereka. Jika berbicara sebuah dongeng dan film putri, cerita-ceritanya selalu didominasi oleh kisah romantis. Tidak satu pun yang fokus mengangkat cerita tentang persaudaraanya. Tetapi Frozen adalah bagaimana saling berbagi dengan sesama dan bagaimana mereka memperbaiki hubungan persaudaraan yang rusak.

Awalnya karakter Elsa adalah seorang antagonis. Tetapi menurut Jennifer Lee yang dikutip dalam buku The Art of Disney Frozen, “Mereka tetap memangil Elsa

penjahat. Tapi ada satu point yang mereka tekankan kembali, „Kita tidak bisa

menggunakan sebutan itu lagi‟. Kita peduli bagaimana seseorang dipaksa untuk menyembunyikan jati dirinya sendiri. Elsa bukan penjahat, dia hanya membuat pilihan yang salah karena dia sedang berada di situasi yang buruk”. Setiap yang dilakukan karakter haruslah dimengerti dan dipahami terlebih dahulu. Barulah dapat disimpulkan mereka baik apa buruk. Jika diibaratkan seperti filosofi Cina “Yin and Yang” yang mempunyai makna perpasang-pasangan atau saling berlawanan, maka Elsa lebih menjadi Yin (negatif) dan Anna menjadi Yang (positif).

III.2 Sinopsis Frozen

Diceritakan di Kerajaan Arendelle, putri Elsa terlahir dengan kekuatan magis. Kerajaan terus berusaha menyembunyikan hal ini. Suatu saat Adik dari putri Elsa yaitu putri Anna terkena sihir putri Elsa secara tidak sengaja ketika mereka berdua sedang bermain. Dan Anna pun tidak sadarkan diri. Kedua orang tuannya lalu meminta bantuan dari para troll yang berada jauh di dalam hutan. Pabbie sesepuh troll mengatakan putri Anna tidak apa-apa dengan sedikit bantuannya. Untung saja sihir es Elsa hanya mengenai kepalanya saja, tidak mengenai jantung Anna. Peristwa ini mengakibatkan sebagian rambut Anna memutih. Pabbie memberitahu jika kekuatan Elsa semakin hari semakin tumbuh indah tetapi sangat berbahaya. Sebagai perlindungan untuk Anna, Pabbie menghapus ingatan saat Elsa mengunakan kekuatan sihirnya. Untuk membantu mencegah kekuatan Elsa, kedua


(38)

36 orang tuanya memberikan sepasang sarung tangan. Dan memerintahkan Elsa untuk menyembunyikan kekuatannya itu.

Suatu hari saat orang tua mereka mengadakan perjalanan. Kapal mereka karam diterjang ombak besar dan membuat Anna dan Elsa menjadi anak yatim piatu. Kini mereka hanya tinggal berdua tetapi hari-hari Elsa ia habiskan didalam kamarnya sendiri. Anna yang sedih hanya bisa duduk di depan pintu kamar Elsa.

Hari Baru di Arendelle setelah tiga tahun kepergian raja Adgar dan ratu Idun. Akhirnya usia Elsa siap untuk memikul tanggung jawab menjadi seorang ratu. Putri Anna sangat bersemangat menyambut hari penobatan tersebut, berbeda dengan putri Elsa yang takut menghadapi orang banyak karena jika masyarakat tahu tentang kekuatannya, maka dia pasti akan dianggap berbahaya.

Di hari yang sama secara kebetulan putri Anna bertemu dengan seorang pangeran yang bernama Hans. Dalam waktu yang singkat mereka pun saling jatuh cinta dan meminta restu pada Elsa untuk menikah. Tentu saja Elsa tidak setuju karena Anna baru mengenal Hans, mereka bertengkar dan pertengkaran itu membuat Elsa terdesak dan secara tidak sengaja Elsa marah dan mengeluarkan kekuatannya di hadapan semua orang. Karena kata-kata Duke dan melihat orang disekitarnya, Elsa berlari ke pegunungan es dan membangun kastil es. Tanpa disadari kekuatan Elsa telah membuat badai salju yang membekukan Arendelle.

Anna menyadari kesalahannya yang membuat Elsa pergi. Anna menyerahkan pimpinan kerajaan sementara kepada Prince Hans agar dapat mengejar Elsa. Dengan bantuan pemuda bernama Kristoff yang lebih memahami seluk-beluk pegunungan, bersama Sven, rusa peliharaannya itu Anna melakukan perjalanan. Mendekati kastil, Anna tekejut menemukan manusia salju Olaf yang dulu Anna dan Elsa buat bersama menjadi hidup, dapat bergerak dan berbicara. Sesampainya di kastil Anna gagal membujuk Elsa untuk kembali, karena Elsa takut tidak dapat mengontrol kekuatannya. Elsa gelisah merasa tertekan oleh Anna untuk kembali bersamanya dan tanpa disadari kekuatan sihirnya mengenai jantung Anna. Lalu


(39)

37 karena Kristoff dan Olaf melihat kejadian itu Elsa panik dan menciptakan makhluk raksasa bernama Marshmallow untuk mengusir mereka.

Kristof membawa Anna yang mulai membeku untuk menemui Pabbie sesepuh troll, dan mengatakan bahwa hanya cinta sejati yang dapat menyembuhkan Anna sebelum ia membeku seluruhnya. Kristof langsung teringat Hans, dan Kristof mengantarkan Anna sampai di gerbang kerajaan, agar Anna dapat masuk dan menemui Hans. Setelah berharap banyak, ternyata Hans tak lebih adalah penipu yang mengharapkan Anna mati membeku dan merencanakan pembunuhan Elsa. Setelah dibantu oleh Olaf. Anna baru menyadari bahwa cinta sejatinya adalah Kristoff dan pada saat bersamaan, Kristof berlari kembali pada Anna.

Sementara itu, Elsa berhasil ditangkap Hans, dan dipenjarakan di Arendelle mengakibatkan badai salju yang besar. Saat Elsa berusaha pergi Hans mengejarnya dan memberitahukan bahwa Anna tewas karena ulahnya dan Elsa langsung sedih menyesal. Ketika Elsa lengah, Hans mencoba membunuh Elsa dengan sebuah pedang. Anna yang tadinya akan bertemu dengan Kristoff tiba-tiba melihat Elsa dan Hans. Anna yang sudah hampir beku, dihadapkan kepada dua pilihan yaitu lari kearah Kristoff agar tidak membeku atau lari kearah Elsa untuk menelamatkannya tetapi dengan arti lain ia harus mati membeku. Akhirnya Anna memilih menyelamatkan Elsa dan menghalangi hunusan pedang Hans dan saat bersamaan ia berubah menjadi patung es. Elsa terkejut dan memeluk Anna yang beku dan menangis tersedu-sedu. Saat itu terjadilah keajaiban yang memulihkan Anna. Dan membuat Elsa sadar bahwa true love yang dimaksud juga dapat berarti cinta tulus saudara yang bisa menghilangkan frozen heart. Dan itulah cara Elsa mengembalikan musim panas di Arendelle.

III.3 Cerita dan Alur Frozen

Bagian penting dalam pengkajian narasi yaitu cerita dan alur. Kedua aspek ini penting dalam memahami suatu narasi, bagaimana narasi bekerja, bagian mana dari suatu peristiwa yang ditampilkan ataupun tidak ditampilkan dalam narasi.


(40)

38 Berikut klasifikasi cerita dan alur Frozen, menampilkan peristiwa yang terjadi dalam film:

1. Arendelle mempunyai dua orang putri 2. Anna dan Elsa bermain bersama 3. Anna terkena sihir Elsa

4. Raja dan ratu meninggal 5. Elsa naik tahta

6. Anna bertemu dengan Hans

7. Elsa tidak merestui hubungan Anna dan Hans 8. Elsa melarikan diri

9. Arendelle membeku

10. Anna melakukan perjalanan

11. Anna bertemu dengan Kristof, Sven dam Olaf 12. Anna bertemu dengan Elsa

13. Anna terkena sihir Elsa 14. Anna menjadi lemah

15. Anna bertemu Hans untuk meminta true love kiss 16. Hans memperlihatkan jati diri sebenarnya

17. Elsa tertangkap

18. Hans berbohong kepada Elsa tentang kematian Anna 19. Anna menyadari true love nya adalah Kristof

20. Hans berusaha membuntuh Elsa 21. Anna melihat Kristof dan Elsa 22. Anna memilih melindungi Elsa 23. Anna membeku

24. Elsa memeluk Anna 25. Anna berubah kembali 26. Elsa mengembalikan summer

A

L

UR

CER


(41)

39 III.4 Struktur Narasi Frozen

Pengkajian struktur narasinya bertujuan untuk memaparkan bagaimana cerita dari film tersebut terbangun. Fungsi dalam penelitian ini adalah sebagai acuan untuk menentukan adegan-adegan mana saja yang akan dipilih.

Tabel III.1 Struktur narasi Frozen

Kondisi awal, kondisi keseimbangan, dan keteraturan

Raja dan ratu Arendelle mempunyai dua orang anak yaitu Anna dan Elsa. Mereka rukun dan selalu bersama. Gangguan (disruption) terhadap

keseimbangan

Anna terkena sihir Elsa secara tidak sengaja. Elsa diperintahkan untuk menyembunyikan kekuatannya. Raja dan ratu meninggal dalam pelayaran. Elsa menjadi Ratu Arendelle. Anna ingin menikahi Hans yang baru ia kenal. Elsa tidak menyetujui hal tersebut. Anna dan Elsa bertengkar. Kesadaran terjadi gangguan Elsa melepaskan sihir es dihadapan

Anna dan rakyat Arendelle. Elsa yang kemudian lari menghindari semua di kastil esnya. Arendelle berubah menjadi musim dingin.

Upaya untuk memperbaiki gangguan Anna melakukan perjalanan untuk membujuk Elsa pulang. Anna bertemu Elsa di istana es dan menbujuknya untuk pulang. Anna rela berkorban untuk Elsa yang mendapat ancaman dari Hans.

Pemulihan menuju keseimbangan Cinta Sejati mereka berdua melelehkan frozen heart. Elsa mengembalikan musim panas di Arendelle. Sumber: Dok. Pribadi


(42)

40 III.5 Karakter dan Fungsinya dalam Narasi

Dalam film Frozen terdapat beberapa karakter yang berperan penting dalam membangun narasinya. Berikut adalah karakter didalam film Frozen beserta fungsinya didalam narasi.

Tabel III.2 Karakter dalam narasi Frozen

Karakter Tokoh Fungsi dalam Narasi

Penjahat Elsa Membuat Arendelle membeku.

Penderma (donor) Pabbie Pabbie menolong Anna dari sihir Elsa

Penolong Kristof, Olaf, Sven Menolong Anna untuk melakukan perjalan ke istana es Elsa.

Putri Anna Terkena sihir es Elsa dan

terancam membeku.

Pengirim - Tidak Ada. Anna melakukan

perjalanan dengan kemauan dan menanggung resikonya sendiri.

Pahlawan Anna Melindungi Elsa.

Mengembalikan Summer di Arendelle

Pahlawan Palsu Hans Calon suami Anna yang

berpura-pura membantu rakyat Arendelle dari kesusahan. Tetapi Hans mempunyai niat jahat untuk merebut Arendelle. Sumber: Dok.Pribadi

III.6 Pesan Moral dalam Film

Berdasarkan wujud dari moral itu sendiri Frozen mengangkat pesan tentang bagaimana hubungan manusia dengan diri sendiri dan hubungan manusia dengan


(43)

41 manusia lain dalam lingkup sosial. Berikut ini pesan moral yang telah didapatkan, yaitu:

a. Hubungan manusia dengan diri sendiri

 Masalah itu harus dihadapi bukan dihindari sampai nantinya akan menemukan jalan keluarnya. Dalam film tersebut diceritakan karakter Elsa yang mempunyai masalah dengan dirinya sendiri. Dia adalah seseorang yang memilih menghindari orang-orang demi menyembunyikan kekuatannya. Bahkan setelah orang-orang mengetahui kekuatannya, Elsa lebih memilih lari mengasingkan diri.

 Kendalikan rasa takut dan belajar melatih potensi yang ada. Elsa ia tidak bisa mengendalikan kekuatannya sendiri. Ia lebih memilih untuk menyembunyikannya dibandingkan mencari tahu bagaimana cara mengendalikan kekuatannya yang sebetulya indah itu. Karena rasa takutnya yang berlebihan itu, potensinya itu tidak tersalurkan dengan baik bahkan kekuatannya itu berbalik menjadi petaka.

b. Hubungan manusia dengan manusia lain dalam lingkup sosial

 Memilih pasangan hidup itu jangan tergesa-gesa, kenali orang tesebut terlebih dahulu. Dalam cerita ini Anna jatuh cinta dengan Hans, sesorang yang baru ia temui. Ia begitu mempercayai Hans tanpa mengetahui latar belakangnya bagaimana. Inilah yang menjadi sumber konflik yang menjadikan Elsa marah dan lari dari kerajaan. Disamping sifat Anna yang menyayangi kakaknya itu, Anna adalah seseorang yang ceroboh.

 Tidak memaksakan kehendak kepada anak, biarkan ia melatih potensinya. Raja dan Ratu memerintahkan Elsa untuk menyembunyikan kekuatan sihirnya dari siapapun. Hal ini membuat Elsa lebih tertekan.

 Dalam hubungan saudara kandung memang sering terjadi perselisihan untuk menyelesaikannya harus ada yang sadar agar keharmonisan kembali terjaga. Anna telah membuat Elsa marah dan pergi dari kerajaan yang telah membeku.


(44)

42 Disinilah Anna melakukan perjalanan demi menemukan Elsa untuk membujuknya pulang bersamanya. Elsa sangat menyayangi adiknya itu, ia tidak mau menyakiti siapa pun karena kekuatannya yang tidak terkendali. Tetapi ketika membujuk Elsa, Anna terkena sihir es Elsa secara tidak sengaja.

 Sayangilah saudara meskipun seperti apapun keadaannya. Anna dan Elsa saling menyayangi. Meskipun terkejut Anna tetap mencari Elsa dan membujuknya untuk pulang. Begitu pula Elsa, sikap ia selalu menghindar adalah untuk menjaga Anna tetap aman dari kekuatannya itu.

 Rela berkorban demi saudara. Elsa merelakan dirinya jauh dari Anna agar tetap membuat Anna aman terhindar dari dampak buruk kekuatannya. Sedangkan Anna rela membeku menjadi es untuk melindungi Elsa dari niat jahat Hans.

Setelah menjabarkan pesan yang terdapat dalam film tersebut, kemudian pesan disaring kembali dengan melihat keseluruhan film tersebut bahwa fokus pesan moral dalam Frozen yaitu pesan persaudaraan antara hubungan adik kakak Anna dan Elsa.


(45)

43 BAB IV

KAJIAN KARAKTER DAN NARASI FILM ANIMASI FROZEN

IV.1 Sistem Pengkajian

Untuk mendapatkan suatu pengkajian secara signifikan, dalam penelitian ini mengacu pada struktur narasi dan karakter dalam film yang telah dibahas dalam BAB sebelumnya. Dan untuk mendukung pengkajian tersebut, digunakan analisa semiotika Charles Sanders Pierce dengan metode segitiga makna yang berfungsi mengungkap tanda-tanda yang muncul berdasarkan klarifikasi tanda dan nantinya akan dideskripsikan antara keterkaitan karakter dengan narasi yang mengandung pesan persaudaraan tepatnya dalam konflik sibling rivalry.

v

Gambar IV.1 Sistem pengkajian Sumber: Dok. Pribadi

Cerita Karakter Semiotika

Representamen: qualisign, sinsign, legisign

Object: icon, index, symbol

Interpretant: rhema, decisign, argument Adegan

Kesimpulan Struktur Narasi


(46)

44 IV.2 Analisis Tanda Berdasarkan Klasifikasi Tanda

Dalam memaknai tanda, terlebih dahulu diklasifikasikan dan nantinya akan saling berkaitan membentuk satu pengertian. Hal tersebut berguna untuk memberikan informasi-informasi yang ada pada tanda visual.

Tabel IV.1 Kualifikasi tanda berdasarkan tingkatan tanda Pierce

1 2 3

Re p re se n ta m

en Qualisign Sinsign Legisign

Keterangan:

Elsa adalah anak dan perempuan yang berambut putih pirang.

Anna adalah anak dan perempuan yang berambut coklat.

Hans adalah laki-laki yang berambut coklat.

Keterangan: Ekspresi:

Anna terlihat sedih dan kecewa terlihat alisnya terangkat keatas dan bibir yang turun kebawah.

Gerakan tubuh:

Elsa terlihat gelisah mendengar keputusan adiknya yang akan menikahi Hans yang baru Anna kenal.

Keterangan:

Ekspresi: Elsa tampak khawatik diperlihatkan melalui ekspresi wajah dengan alis menekuk dan menggigit bibir.

Gerakan tubuh: Elsa yang terlihat sedang menunduk dan seorang sedang memakaikan mahkota kepadanya. Dalam suatu kerajaan adanya penobatan kepada seorang putri untuk menjadi ratu pemimpin dari kerajaan tersebut.


(47)

45 Keterangan:

Ekspresi:

Elsa terlihat kesal menandakan muak menahan amarahnya.

Gerakan tubuh:

Anna terlihat

melakukkan gerakan mengangkat bahu dan tangan terbuka

menandakan


(48)

46

Ob

je

k

Ikon Indek Simbol

Keterangan:

Anna adalah seorang adik dilihat dari postur tubuh yang lebih kecil dibanding Elsa. Dan Elsa adalah seorang kakak dilihat dari postur tubuh yang lebih tinggi.

Keterangan: Ekspresi:

wajah elsa yang sedih terlihat dari mata yang kehilangan fokus sambil menatap langsung ke arah mata Anna, alis ditekuk kebawah, dan bibir tertarik kebawah.

Gerakan tubuh: Anna yang membeku ketika tangan keatas dan pandangannya pun keatas menandakan ia sedang melakukkan pertahanan. Sedangkan Elsa yang memegangi wajah Anna terlihat ia sangat sedih.

Keterangan: Ekspresi: Anna memandang kearah atas. Sedangkan Elsa terlihat melirik Anna sambil tersenyum.

Gerakan tubuh: Elsa yang sedang berbaring ditindih oleh Anna, menandakan adanya kedekatan didalam ruang interaksi antara Anna dan Elsa yang termasuk kedalam zona intim yaitu ketika hubungan orang semakin dekat maka orang tersebut tidak keberatan dengan sentuhan.


(49)

47 In te rp re tant

Rhema Decisign Argument

Keterangan: Ekspresi:

wajah mereka terlihat senang disini

memperlihatkan bagaimana cara mereka

mengungkapkan rasa bersyukur dan bahagia.

Gerakan tubuh: berpelukan termasuk zona intim, untuk seorang adik dan kakak adalah sebuah sentuhan sering terjadi. menandakan rasa bersyukur dan bahagia.

Keterangan: Ekspresi:

Anna dengan wajah yang kaget ketika sesorang menyerang Elsa.

Gerakan tubuh:

Anna terlihat

mengankat tangannya kearah atas melakukkan gerakan menahan, ini menandakan Anna dengan berani

melindungi Elsa yang sedang terancam.

Keterangan:

Gerakan tubuh: tangan Elsa yang terlihat sedang mengumpulkan sesuatu dan kemudian melepaskannya. Dalam film tersebut

diceritakan saat Anna pulih Elsa sadar kekuatan es nya dapat dikendalikan dengan perasaan cinta.

Menandakan manusia diciptakan dengan perasaan. Kemampuan yang dimiliki oleh setiap orang jika dikendalikan dengan menggunakan perasaan maka akan berdampak positif.


(50)

48 IV.3 Perselisihan Adik Kakak/Sibling Rivalry dalam Film Frozen

Dalam film ini diceritakan bagaimana contoh wujud moral yakni hubungan manusia dan manusia lain dalam lingkup sosialnya yang tergambarkan pada sepasang adik kakak.

Gambar IV.2 Adegan kedekatan adik kakak Sumber: Film Frozen

Anna dan Elsa menjadi representasi dari sepasang adik kakak. Anak-anak suka sekali bermain bersama dan hal ini menjadikan kedekatan antara mereka sangat erat. Seiring dengan perkembangan usia perselisihan diantara adik kakak ini lebih sering terjadi.

Gambar IV.3 Adegan pertengkaran adik kakak Sumber: Film Frozen

Dalam film tersebut mencakup 3 faktor penyebab sibling rivalry terjadi yaitu: 1. Jenis kelamin saudara kandung, disini digambarkan adik kakak adalah

perempuan. Seorang kakak perempuan kemungkinan lebih suka mengatur terhadap adik perempuannya. Diceritakan dalam narasinya bahwa seorang kakak perempuan yang menentang keinginan adiknya. Sedangkan adiknya sendiri tidak menerima keputusan kakaknya itu.

2. Jumlah saudara, yaitu lebih sedikit jumlah saudara dalam keluarga maka perselisihan akan lebih besar terjadi. Dalam film ini terdapat dua orang saudara saja yang kemungkinan besar perselisihan tersebut terjadi.

3. Pengaruh orang luar, dalam contoh kasus di film Frozen kehadiran Hans menjadi pengaruh buruk kepada hubungan kedua bersaudara ini. Karena kehadiran Hans lah yang membuat Anna dan Elsa berselisih paham dan akhirnya mengakibatkan pertengkaran.


(51)

49 Gambar IV.4 Adegan Elsa melarikan diri ke pegunungan

Sumber: Film Frozen

Konflik baru disadari ketika salah satu dari adik kakak terluka dan memilih untuk menghindari kontak satu sama lain. Didalam film ini digambarkan ketika Elsa lari dari kerajaan menghindari semua orang dan memilih tinggal sendiri di pegunugan.

Gambar IV.5 Adegan rela berkorban demi saudara Sumber: Film Frozen

Penyelesaian konflik biasanya diawali adanya sikap mengalah dari salah satu adik kakak. Dalam contoh yang digambarkan di film Frozen ini, penyelesaian konflik dilakukkan oleh seorang adik yang rela berkorban untuk kakaknya walaupun ia sebelumnya telah tersakiti. Hal ini menjadi pukulan bagi kakaknya Elsa dan membuatnya tersadar bahwa cinta adalah kekuatan yang bisa memulihkan dan mengendalikan keadaan.

Gambar IV.6 Adegan yang menggambarkan kebahagian Sumber: Film Frozen

Keseimbangan hidup didapatkan ketika adik dan kakak saling mengingatkan dan saling menyayangi walaupun perselisihan telah terjadi sebelumnya, hal ini membuat sadar bahwa perasaan cinta adalah hal penting dalam kehidupan.


(52)

50 BAB V

KESIMPULAN

Dalam film Frozen, sebuah karakter tidak bisa berdiri sendiri tanpa narasinya juga sebaliknya. Keduanya saling bekerja sama dalam penyampaian pesan persaudaraan dalam film tersebut yaitu mengenai sibling rivalry. Narasi tidak hanya menggambarkan isi, tetapi juga didalamnya terdapat karakter-karakter. Karakter mempunyai masing-masing fungsi dalam narasi, sehingga narasi menjadi menyatu. Sehingga narasi dan karakter adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan untuk membangun satu cerita yang mengandung pesan-pesan moral di dalamnya.

Dalam penelitian ini bisa menemukan bahwasanya benar karakter adalah sesuatu yang menggambarkan kehidupan sehari-hari dan juga menggambarkan realitas. Karakter Anna dan Elsa menjadi representasi dari adik kakak di kehidupan manusia dengan kata lain sebagai wujud hubungan manusia dengan manusia lain dalam lingkup sosialnya ini tak jarang sepasang adik kakak mengalami sibling rivalry.

Dalam konflik sibling rivalry atau perselisihan saudara kandung yang digambarkan melalui karakter dan narasinya ini terjadi disebabkan oleh tiga faktor yaitu pertama, faktor jenis kelamin saudara yaitu ketika seorang kakak perempuan lebih suka mengatur dan memeritah kepada adiknya dan adik perempuan yang tidak mau menuruti apa yang dikatakan kakaknya. Kedua, faktor jumlah saudara yaitu saat jumlah saudara sedikit akan lebih sering terjadinya konflik sibling rivalry ini. Dan ketiga, faktor pengaruh orang luar yaitu digambarkan pada film tersebut ketika seorang datang dan merusak hubungan adik dan kakak bahkan memperkeruh suasana.

Penyelesaian sibling rivalry digambarkan dalam film Frozen ini melalui sikap jiwa besar sang adik yang berani berkorban untuk melindungi kakaknya dari bahaya meskipun sudah tersakiti olehnya dan membuat kakaknya pun sadar akan


(53)

51 kekuatan cinta dan kasih sayanglah yang bisa memperbaiki kesalah pahaman dan membuat hubungan adik kakak itu kembali terjaga baik.


(54)

Laporan Skipsi

KAJIAN NARASI PADA CERITA DAN PENDEKATAN SEMIOTIKA PADA KARAKTER FILM ANIMASI FROZEN PRODUKSI DISNEY ANIMATION

DK 38315/Skripsi Semester II 2014-2015

Oleh :

Inekeu Rahayu 51910064

Program Studi Desain Komunikasi Visual

FAKULTAS DESAIN

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(55)

vi DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ...i

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ...ii

KATA PENGANTAR ...iii

ABSTRAK ...iv

ABSTRACT ...v

DAFTAR ISI ...vi

DAFTAR GAMBAR ...viii

DAFTAR TABEL ...ix

DAFTAR LAMPIRAN ...x

BAB I PENDAHULUAN ...1

I.1 Latar Belakang ...1

I.2 Identifikasi Masalah ...4

I.3 Rumusan Masalah ...4

I.4 Batasan Masalah ...4

I.5 Metode Penelitian ...5

I.6 Tujuan Penelitian ...6

I.7 Manfaat Penelitian ...6

I.8 Sistematika Penulisan ...7

BAB II PENGENALAN DISNEY PRINCESS, NARASI, KARAKTER, SEMIOTIKA ...9

II.1 Disney dan Disney Princess ...9

II.2 Narasi ...11

II.2.1 Cerita dan Alur ...11

II.2.2 Struktur Narasi...12

II.2.3 Karakter dalam Narasi (Vladimir Propp) ...13

II.3 Film ...15

II.4 Animasi ...17


(56)

vii

II.6 Gestur ...21

II.6.1 Ekspresi Wajah ...21

II.6.2 Gerakan Tubuh ...24

II.6.3 Sentuhan ...26

II.6.4 Ruang Interaksi ...27

II.7 Moral ...27

II.7.1 Jenis dan Wujud Moral ...27

II.7.2 Pesan Moral dalam Film ...28

II.9 Pesaingan Adik dan Kakak (Sibling Rivalry) ...28

II.8 Semiotika ...30

II.8.1 Semiotika Charles Sanders Pierce ...31

BAB III FILM ANIMASI FROZEN KARYA DISNEY ANIMATION ...34

III.1 Perubahan The Snow Queen menjadi Frozen...34

III.2 Sinopsis Frozen ...35

III.3 Cerita dan Alur Frozen...37

III.4 Struktur Narasi Frozen ...39

III.5 Karakter dan Fungsinya dalam Narasi ...40

III.6 Pesan Moral dalam Film ...40

BAB IV KAJIAN KARAKTER DAN NARASI FILM ANIMASI FROZEN ...43

IV.1 Sistem Pengkajian ...43

IV.2 Analisis Tanda Berdasarkan Klasifikasi Tanda ...44

IV.3 Perselisihan Adik Kakak/Sibling Rivalry dalam Film Frozen ...48

BAB V KESIMPULAN ...50

DAFTAR PUSTAKA ...52


(1)

54 Wikipedia. List of Disney Animated Films Based on Fairy Tales. Diakses pada 26

April 2015 jam 16.05. Tersedia di:

http://en.wikipedia.org/wiki/List_of_Disney_animated_films_based_on _fairy_tales


(2)

59 DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Inekeu Rahayu

Jl. Mengger Hilir 01/04 Ds. Sukapura Kec. Dayeuhkolot Kab. Bandung Telp : 0896-5500-6752

Email : inekeurahayu@gmail.com

DATA PRIBADI

Tempat Tanggal Lahir : Bandung, 23 Januari 1992 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Kewarganegaraan : Indonesia Tinggi, Berat Badan : 148cm, 57kg

Hobi : Ilustrasi dan fotografi

PENDIDIKAN FORMAL

1997 – 2003 SDN Cangkuang VI 2003 – 2006 SMPN 1 Margahayu 2006 – 2010 SMKN 4 Bandung

Program Studi Rekayasa Perangkat Lunak 2010 – 2015 Universitas Komputer Indonesia

Program Studi Desain Komunikasi Visual

KEMAMPUAN

Mampu mengoperasikan software Photoshop CS5, Illustrator CS5, CorelDraw X6, Premiere Pro CS6, Lightroom 4.


(3)

(4)

iii KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas Rahmat dan Karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan laporan penelitian ini dengan baik dan sesuai dengan yang direncanakan. Dengan judul “Kajian Visual Melalui Pendekatan Semiotika Pada Karakter Film Animasi Frozen Karya Disney

Animation”.

Dalam penyusunan laporan ini tak lepas dari dukungan berbagai pihak, baik dalam bentuk moral ataupun materi. Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ambarsih Ekawardhani, M.Sn selaku dosen pembimbing skripsi. Taufan Hidayatullah, M.Ds dan Rini Maulina, M.Sn selaku dosen penguji sidang. Pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang turut membantu menyelesaikan laporan ini.

Akhir kata penulis berharap semoga penelitian ini bisa diterima sebaik-baiknya dan memberikan manfaat bagi semua pihak. Untuk kemajuan penelitian ini, saran dan kritik yang membangun akan senantiasa penulis nantikan. Terimakasih.

Bandung, Agustus 2015 Penulis


(5)

(6)