Pengaruh media film animasi terhadap keterampilan menulis karangan narasi siswa kelas VII MTs Hidayatul Umam Cinere Depok Tahun Pelajaran 2014/2015

(1)

PENGARUH MEDIA FILM ANIMASI TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA KELAS VII

MTS HIDAYATUL UMAM CINERE DEPOK TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

(S. Pd.)

Oleh

PUGUH APRIA RANTAU 1110013000032

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

i

Terhadap Keterampilan Menulis Karangan Narasi Siswa Kelas VII MTs Hidayatul Umam, Cinere, Depok. Penelitian ini merupakan skripsi Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa kelas VII MTs Hidayatul Umam Cinere, Depok dalam menulis karangan narasi dan mengetahui pengaruh media film animasi terhadap keterampilan siswa dalam menulis karangan narasi. Penelitian ini dilakukan selama 6 bulan terhitung sejak September 2014 sampai dengan Februari 2015. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, sedangkan metode yang digunakan adalah metode eksperimen. Sampel penelitian berjumlah 26 siswa kelas VII-5 MTs Hidayatul Umam, Cinere, Depok.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes menulis karangan narasi. Skor penilaian minimal sebesar 40 dan skor tertinggi adalah skor 100. Aspek yang dinilai dari tulisan karangan narasi siswa, yaitu aspek kronologis karangan narasi berbobot 40, alur berbobot 20, isi yang berbobot 20, dan gaya bahasa berbobot 20. Setelah data terkumpul, kemudian skor pra-tes dan pasca-tes kelas VII diolah melalui uji normalitas.

Hasil penelitian ini adalah media film animasi berpengaruh pada keterampilan menulis karangan narasi siswa kelas VII MTs Hidayatul Umam Cinere Depok. Hal tersebut terlihat dari peningkatan perolehan rata-rata skor siswa, yaitu memperoleh skor di 55,85 pada pra-tes yang menggunakan pendekatan konvensional tanpa menggunakan media, dibandingkan dengan rata-rata skor pencapaian pada pasca-tes yang menggunakan media film animasi dalam pembelajaran, yaitu memperoleh skor 80,38.


(6)

ii

ABSTRACT

Puguh Apria Rantau (NIM : 1110013000032). Influence of Animation Film in Writing Narrative Paragraph Skill for Class VII MTs Hidayatul Umam Cinere, Depok. Skripsi of Indonesia Language and Literature Education Department at Faculty of Tarbiyah and Teachers Training of State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta.

The goal of this research is to know the quality of students from class VII MTs Hidayatul Umam, Cinere, Depok in writing a narrative paragraph and to know the effect of animation film to students ability in writing narrative paragraph. This research is held about 6 month from September 2014 until February 2015. This research is a quantitative research, the method use is experiment method. The sample of this research is 26 students from class VII.5 MTs Hidayatul Umam Cinere, Depok.

Instrument of this research is writing test of narrative paragraph. The minimum score is 40 and the highest score is 100. Aspects in scoring are the chronology 40 %, plot 20% , the content 20%, and figure of speech 20%. After all the data collected, the score from pre-test and post-test from class VII-5 will be compared with normative test

The result of this research is animation film media influential to writing narrative text capability of students from class VII MTs Hidayatul Umam. The result can be seen from the average acquisition of students is 55,85 from pre-test that use a conventional method, compared with average acquisition post-test with animation film media is 80,38.


(7)

iii

Puji Syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan karunia dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam kita limpah curahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, yang telah telah membawa dan menyelamatkan kita dari zaman jahiliyah ke zaman islamiyah yang terang benderang dan penuh dengan ilmu pengetahuan.

Selama penulisan skripsi berjudul Pengaruh Media Film Animasi Terhadap Keterampilan Menulis Karangan Narasi Siswa Kelas VII.5 MTs Hidayatul Umam, Cinere, Depok banyak sekali pihak-pihak yang sangat berjasa dalam memotivasi penulis. Oleh karenanya, penulis ingin mengucapkan berjuta terima kasih kepada:

1. Allah SWT, Tuhan semesta alam tempat mengadu dan berlindung.

2. Ibu tersayang Siti Hartinah dan ayah tercinta Drs. Nabrih Binin Saend, MM. Nasihat-nasihat yang diberikan banyak sekali memotivasi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini walaupun tidak sesuai dengan target yang diharapkan.

3. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA, dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.

4. Ibu Dra, Hindun M.Pd, Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

5. Ibu Dra. Mahmudah Fitriyah ZA, M.Pd. selaku dosen penasehat akademik. 6. Bapak Dona Aji Karunia Putra, MA, selaku pembimbing skripsi yang

selalu memberikan pencerahan kepada penulis.

7. Seluruh dosen Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang dengan ikhlas memberikan ilmu dan pengetahuan kepada penulis selama kuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

8. Keluarga besar Pojok Seni Tarbiyah (POSTAR) yang telah memberikan berjuta pengalaman dan pelajaran nilai-nilai kehidupan yang tidak penulis dapatkan di bangku perkuliahan.

9. Sahabat saya, Rizka Muzayyinatul Jannah dan Ari Mulyasari yang selalu menjadi penghias dan penasihat kehidupan.


(8)

iv

teman PPKT yang telah mendukung dan menemani penulis selama kuliah di UIN Syarif Hidayatullah.

11.Seluruh pihak-pihak yang terlibat dalam pembuatan skripsi ini, baik pihak perpustakaan, pihak fotocopy, penjilidan, teman kost dan lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Penulis tidak akan mampu membalas semua jasa-jasa semua pihak yang telah disebutkan di atas. Hanya doa yang dapat penulis hadiahkan semoga Allah SWT memberikan penggantinya. Semoga Allah Swt memberikan Ridho kepada skripsi ini dan semoga skripsi ini bermanfaat, Amiin.

Mohon maaf bila skripsi ini masih banyak kekurangan. Kesempurnaan hanya milik Allah Swt dan kekurangan hanya milik manusia.

Jakarta, 1 April 2015

Penulis Puguh Apria Rantau


(9)

v

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR GRAFIK ... x

DAFTAR SKEMA ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Batasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN TEORETIS ... 7

A. Landasan Teori ... 7

1. Hakikat Media ... 7

a. Pengertian Media Pembelajaran ... 7

b. Ciri-Ciri Media Pembelajaran ... 9

c. Pertimbangan Pemilihan Media ... 10

d. Jenis-Jenis Media ... 12

1) Media Audio ... 12

2) Media Visual ... 14


(10)

vi

f. Film Animasi sebagai Media Pembelajaran... 17

2. Animasi Karakter ... 21

3. Keterampilan ... 22

4. Menulis ... 24

5. Karangan ... 28

6. Karangan Narasi... 32

7. Penelitian yang Relevan ... 36

B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 28

C. Kerangka Berpikir ... 33

D. Hipotesis Penelitian ... 34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 39

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 39

B. Metode dan Desain Penelitian ... 39

C. Populasi dan Sampel ... 40

D. Teknik Pengumpulan Data ... 41

E. Instrumen Penelitian ... 42

F. Teknik Analisis Data... 45

G. Hipotesis Statistik ... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 46

A. Gambaran Umum ... 46

1. Sejarah Singkat Madrasah ... 46

2. Identitas Sekolah ... 47

3. Visi dan Misi ... 48

4. Guru dan Tenaga Kependidikan ... 48

B. Deskripsi Penelitian ... 52

C. Deskripsi Data ... 52


(11)

vii

2. Deskripsi Data ... 59

a. Deskripsi Data Pretest ... 59

b. Deskripsi Data Posttest ... 61

D. Analisis Data ... 63

1.Uji Normalitas ... 63

a. Uji Normalitas Pretest ... 63

b. Uji Normalitas Postest ... 64

2. Uji Hipotesis ... 65

E. Pembahasan Hasil Penelitian ... 66

BAB V PENUTUP ... 68

A. Simpulan ... 68

B. Saran ... 68

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(12)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Desain Penelitian One Group pretest-posttest design ... 40

Tabel 3.2 Instrumen Penelitian ... 40

Tabel 3.3 Pembagian skor masing-masing kriteria ... 42

Tabel 4.1 Daftar Tes Keterampilan Menulis Karangan Narasi Pretest ... 55

Tabel 4.2 Daftar Tes Keterampilan Menulis Karangan Narasi Postest ... 57

Tabel 4.3 Daftar Tes Keterampilan Menulis Karangan Narasi Pretest dan Postest ... 58

Tabel 4.4 Deskripsi Data Tes Keterampilan Menulis Karangan Narasi Pretest ... 60

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Perolehan Tes Keterampilan Menulis Karangan Narasi Pretest ... 52

Tabel 4.6 Deskripsi Data Tes Keterampilan Menulis Karangan Narasi Posttest ... 60

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Perolehan Tes Keterampilan Menulis Karangan Narasi Postestt ... 63

Tabel 4.8 Hasil Uji Normatif Pretest ... 65

Tabel 4.9 Hasil Uji Normatif Posttest ... 65


(13)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Potongan Film Animasi Anak Mandiri ... 20 Gambar 2.2 CD Cerita Anak Mandiri “Aku Senang Sekolah” ... 21 Gambar 2.3 Contoh Animasi Karakter ... 22


(14)

x

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Tes Keterampilan Menulis Karangan Narasi Pretest ... 62 Grafik 4.2 Tes Keterampilan Menulis Karangan Narasi Posttest ... 64


(15)

xi

DAFTAR SKEMA


(16)

xiii Lampiran 1 : Surat izin penelitian

Lampiran 2 : Lembar Penilaian Siswa Menulis Karangan Narasi Lampiran 3 : 1. Hasil Penilaian Menulis Karangan Narasi Pretest

2. Hasil Penilaian Menulis Karangan Narasi Posttest

Lampiran 4 : Uji Referensi Lampiran 5 : Biodata Penulis


(17)

1 A. Latar Belakang Masalah

Berbahasa merupakan salah satu keterampilan yang dimiliki oleh setiap manusia. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan media bahasa sebagai alat komunikasi untuk berinteraksi satu sama lain, mengungkapkan ide dan pikiran-pikiran. Cara seseorang dalam berbahasa dapat menunjukkan tingkat intelektualitas dan kesopanan yang dimiliki orang tersebut. Seseorang yang dapat berbahasa dengan baik akan memiliki penilaian yang baik pula di mata orang-orang di sekitarnya. Keterampilan berbahasa didapat melalui pembelajaran di lembaga-lembaga pendidikan ataupun melalui pengamatan-pengamatan yang dilakukan oleh si penutur bahasa. Kegiatan inilah yang memiliki andil besar dalam menentukan cara seseorang dalam berbahasa. Misalkan di suatu lembaga pendidikan yang sangat memperhatikan peserta didiknya dalam berbahasa maka akan berdampak baik pada cara berbahasa peserta didiknya tersebut. Dapat dikatakan demikian karena peserta didik dapat meniru dan menerapkan kebiasaan baik ini dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini juga berkaitan dengan cara mereka mengamati. Biasanya pengalaman-pengalaman dari pengamatan seseorang terhadap sesuatu akan berdampak pada cara dia mengerjakan sesuatu yang berhubungan dengan yang diamatinya itu, tidak terkecuali bahasa.

Banyak faktor yang mempengaruhi seseorang dalam berbahasa, yaitu faktor lingkungan, faktor latar belakang sosial budaya, faktor keluarga, faktor usia, faktor kebiasaan dan faktor tontonan. Semua faktor tersebut saling berkaitan dan saling menunjang satu sama lain. Faktor lingkungan merupakan faktor yang memiliki andil yang paling besar dalam menentukan cara seseorang dalam berbahasa. Lingkungan yang baik maka akan menghasilkan pribadi yang baik pula dalam berbahasa. Dari lingkungan itu dapat tercipta suatu kontur dan kebiasaan berbahasa yang berkembang di lingkungan tersebut.


(18)

Hakikat manusia yaitu selalu belajar dari apa yang ia lihat, dengar, dan rasakan. Begitupun jika dikaitkan dengan kegiatan berbahasa, bahasa yang ia lihat, dengar, dan rasakan maka itulah bahasa yang akan ia gunakan dalam kehidupannya sehari-hari. Untuk memperoleh kebiasaan berbahasa yang baik maka perlu adanya penyaringan dalam berbahasa. Maksudnya, bahasa yang didengar, dilihat, dan dirasakan perlu dipilah dan dipilih mana yang termasuk ke dalam bahasa yang baik. Kemampuan menyaring bahasa ini bisa didapatkan melalui pendidikan berbahasa yang ada di sekolah ataupun dari orang-orang yang mempunyai kemampuan berbahasa yang baik.

Kegiatan berbahasa Indonesia zaman ini dapat dikatakan berada dalam keadaan memprihatinkan. Bukti dari pernyataan itu adalah mulai pudarnya batasan-batasan berbahasa baik dan benar. Orang-orang mulai mencampuradukkan bahasa, baik itu bahasa Indonesia dengan bahasa daerah asal maupun dengan bahasa asing yang merupakan produk dari

perkembangan globalisasi. Misalkan dalam penyebutan “komputer”, kebanyakan orang Indonesia menyebutnya “kompiuter” yang merupakan

penyebutan dalam bahasa Inggris.

Hal yang dapat memperbaiki dan menanamkan ketatabahasaan yang baik dan benar adalah pendidikan bahasa itu sendiri. Pendidikan bahasa yang baik dan benar harusnya didapat setiap peserta didik di sekolah-sekolah, tetapi kenyataannya banyak sekolah yang kurang memperhatikan hal ini. Mereka terlalu asyik dengan bahasa asingnya, contohnya saja bahasa Inggris. Di sekolah-sekolah internasional (international school)

siswanya diwajibkan untuk bisa berbahasa Inggris dengan fasih tetapi tidak mewajibkan siswanya untuk dapat berbahasa Indonesia yang baik dan benar. Hal inilah yang menyebabkan putra-putri pribumi Indonesia kurang meminati bahasanya sendiri yaitu bahasa Indonesia, bahkan mereka lebih kenal kosakata asing daripada kosakata bahasa Indonesia. Peneliti pernah melakukan penelitian kecil mengenai pemahaman siswa-siswa International school terhadap bahasa Indonesia pada November 2013. Hasilnya sangat mengecewakan. Saat ditanya apa yang


(19)

mereka ketahui tentang kata “merintis”, mereka menggelengkan kepalanya

dan sambil berkata tidak tahu. Mereka berpikiran bahwa bahasa Indonesia itu sulit dan rumit.

Untuk fenomena yang terjadi sekarang memang perlu perubahan serius mengenai sistem kepengajaran bahasa Indonesia di sekolah-sekolah. Seringkali ditemui banyak guru pengajar bahasa Indonesia yang latarbelakang pendidikannya bukan bahasa Indonesia. Mereka menganggap bahasa Indonesia mudah untuk diajarkan sehingga menganggapnya remeh dan akibatnya seringkali memberikan pemahaman yang tidak sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa Indonesia. Dalam keadaan seperti ini yang menjadi korban adalah para peserta didik, mereka mendapatkan pemahaman materi yang kurang benar. Keadaan ini diperparah dengan anggapan bahwa hal yang salah tersebut adalah hal yang benar sehingga terjadi kesalahpahaman secara turun-menurun. Inilah yang dimaksud penulis sudah kaburnya batasan-batasan dalam berbahasa Indonesia yang baik dan benar. Pemerintah seharusnya lebih tegas menyikapi masalah ini. Seleksi mengenai guru yang sesuai dengan bidangnya harus lebih ketat dilaksanakan agar tidak ada lagi korban kesalahpahaman materi yang terjadi pada siswa khususnya pembelajaran bahasa Indonesia.

Guru sebagai fasilitator harus mampu mengarahkan siswanya agar dapat memahami materi yang dibahas. Guru dituntut untuk kreatif dalam pembelajaran. Maksudnya, seorang guru harus pintar membaca situasi dan kondisi siswanya dan menerapkan metode dan media yang tepat untuk mengajarkan suatu materi. Metode dan media yang tepat akan sangat membantu baik bagi guru maupun siswa. Bagi guru, penggunaan metode dan media yang tepat dapat mempermudah proses pengajaran. Bagi siswa, metode dan media yang tepat akan mempermudah mereka dalam proses pemahaman terhadap suatu materi yang diajarkan sehingga tingkat pemahaman terhadap materi tersebut tinggi atau dapat dikatakan fasih. Jika berbicara masalah metode dan media, guru yang kreatif senantiasa dapat menentukan metode dan media yang tepat untuk


(20)

mengajarkan suatu materi di dalam kelas dengan keadaan siswa yang sudah diketahui sebelumnya. Namun, dari sekolah tempat penulis melakukan penelitian ada beberapa guru yang kurang begitu memperhatikan masalah metode dan media ini sehingga mereka terkesan kurang kreatif dalam mengajar. Mereka mengajarkan materi hanya dengan bermodalkan buku mata pelajaran sehingga pembelajaran terkesan monoton dan tidak menarik. Ini akan berdampak kurang baik pada siswa yang diajarkan. Kemungkinan besar siswa akan merasa bosan dan cenderung kurang memperhatikan materi yang diajarkan tersebut.

Peneliti telah melakukan perbandingan sederhana antara sekolah-sekolah yang dapat dikatakan bonafide dengan sekolah-sekolah yang kurang bonafide mengenai metode dan media ini. Di sekolah-sekolah

bonafide, guru dituntut untuk mampu menggunakan metode dan media. Keinginan sekolah ditunjang dengan sarana dan prasarana yang memadai sehingga akan mempermudah guru dalam mengeksplorasi metode dan media yang ada, sedangkan di sekolah-sekolah yang kurang bonafide, guru-gurunya cenderung masih mengandalkan metode usang dan penggunaan media pun dapat dikatakan kurang karena sarana dan prasarana yang kurang begitu memadai.

Karangan narasi merupakan salah satu jenis karangan yang bersifat menarasikan atau menceritakan suatu hal atau kejadian yang diikuti dengan alur dan memungkinkankan adanya dialog. Para siswa seringkali tidak memahami dengan yang dimaksud dengan karangan narasi karena guru yang berkaitan kurang optimal dalam menyampaikan materi atau contoh yang disampaikan kurang dapat dimengerti oleh para siswa tersebut.

Peneliti melakukan penelitian ke salah satu sekolah di pinggiran Jakarta yaitu MTs Hidayatul Umam. Sarana dan prasarana yang ada di sekolah tersebut dapat dikatakan kurang memadai. Guru-guru yang ada pun sebagian besar masih menggunakan metode yang usang, misal CBSH (Catat Buku Sampai Habis) dan ceramah. Penggunaan media pun masih sangat minim. Oleh karena itu peneliti mencoba untuk melakukan


(21)

penelitian yang berjudul “Pengaruh Media Film Animasi terhadap Keterampilan Menulis Karangan Narasi pada Siswa Kelas VII MTs

Hidayatul Umam Cinere Tahun Ajaran 2013/2014”

B. Identifikasi Masalah

1. Media pembelajaran belum dimanfaatkan secara optimal 2. Minimnya pengetahuan guru mengenai media pembelajaran 3. Pengaruh media terhadap pemahaman siswa

4. Siswa kurang memahami materi karangan narasi dari contoh yang diberikan guru tanpa media film animasi

C. Pembatasan Masalah

Batasan masalah difokuskan pada pengaruh media film animasi terhadap keterampilan menulis karangan narasi siswa kelas VII MTs Hidayatul Umam Cinere tahun ajaran 2013/2014.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat dikemukakan rumusan masalah sebagai berikut: “bagaimana pengaruh media film animasi terhadap karangan narasi siswa kelas VII MTs Hidayatul Umam Cinere?”

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: “mendeskripsikan pengaruh penggunaan media film animasi terhadap karangan narasi siswa kelas VII MTs Hidayatul Umam

Cinere”

F. Manfaat penelitian 1. Manfaat Teoretis

a. Untuk guru

1. Memperkaya bahasan dalam kajian media pembelajaran khususnya dalam media audio visual yaitu film animasi.

2. Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya referensi guru dalam memilih media yang tepat untuk pembelajaran khususnya pembelajaran karangan narasi agar terciptamya variasi dalam sebuah pembelajaran.


(22)

b. Untuk Mahasiswa

1. Menambah referensi dalam kajian media pembelajaran

2. Untuk mahasiswa calon guru, penelitian ini bermanfaat untuk memperkaya pengetahuan mengenai media dalam mengajar

3. Memperluas pengetahuan mengenai variasi dalam

pembelajaran khususnya pelajaran karangan narasi

2. Manfaat Praktis

1. Untuk Guru

a. Membantu guru mengetahui tingkat pemahaman siswa mengenai karangan narasi

b. Membantu guru untuk lebih kreatif dan variatif dalam mengajar melalui media film animasi khususnya dalam pembelajaran karangan narasi

2. Untuk Mahasiswa

a. Bagi mahasiswa penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai pengaruh media film animasi terhadap karangan narasi

3. Untuk Siswa

a. Bagi siswa penelitian ini dapat menjadi evaluasi bagi dirinya dalam mempelajari karangan narasi.

b. Mengetahui pengaruh film animasi terhadap pemahaman dirinya terhadap karangan narasi.


(23)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teoretis

1. Hakikat Media

Kegiatan belajar mengajar merupakan proses penyampaian materi ajar yang disampaikan oleh guru dan diterima oleh peserta didik. Kegiatan belajar mengajar ini akan berjalan dengan sukses apabila didukung dengan situasi dan kondisi yang baik. Situasi dan kondisi guru, siswa, sekolah, dan lingkungan adalah yang berkaitan dengan hal tersebut.

Banyak hambatan yang dialami oleh seorang guru dalam menyampaikan materi ajarnya. Mulai dari kurangnya informasi mengenai materi yang akan diajarkan sampai pada kurangnya inovasi dalam menyampaikan materi tersebut. Hambatan bisa hadir juga karena kurangnya sarana dan prasarana sekolah. Di sinilah tantangan yang harus dihadapi sebagai seorang guru.

Seorang guru dituntut untuk kreatif dan inovatif menggunakan metode-metode ajar agar peserta didik dapat lebih memahami dan mendapatkan situasi belajar yang kondusif. Seorang guru juga membutuhkan sesuatu untuk membantu menyampaikan materi yang ia ajarkan. Sesuatu yang bisa menjadi jembatan antara guru dan peserta didik, sesuatu yang dapat mempermudah guru menyampaikan materinya, sesuatu yang dapat menjadi daya tarik kepada peserta didik, dan sesuatu itu adalah media. Media membantu merangsang peserta didik dalam memahami sebuah materi ajar.

a. Pengertian Media Pembelajaran

Media pembelajaran bisa dikatakan sebagai penyalur pikiran guru kepada peserta didik. Seorang guru pasti selalu memakai media dalam menyampaikan materi ajarnya, baik yang paling sederhana yaitu bahasa, sampai kepada media yang lebih kompleks seperti: film, diorama, alam, dan lain-lain.


(24)

Lebih dalam mengenai media, kata media sendiri berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar.1

Menurut Sadiman dkk, media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa.2 Gagne (1970) menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar. Sementara itu Briggs (1970) berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar.3 Jika dilihat lebih seksama, ketiga pendapat ini memilki poin yang sama, yaitu rangsangan atau stimulus untuk belajar. Jika mengacu pada opini tersebut maka media dapat menjadi sarana penarik perhatian peserta didik sekaligus pendorong peserta didik tersebut agar lebih fokus dan kondusif untuk belajar, bahkan bisa sampai pada tahap menyenangkan. Yudhi Munadi berpendapat bahwa “media pembelajaran juga dapat dipahami sebagai segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif di mana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efektif”.4 Pendapat dari Yudhi Munadi mencakup beberapa poin mengenai media yaitu media sebagai penyalur pesan atau informasi, media sebagai pengkondusif pembelajaran dan media sebagai alat untuk mengefisienkan dan mengefektifkan proses pembelajaran.

Penulis menyimpulkan bahwa media pembelajaran adalah perantara yang menyalurkan gagasan-gagasan atau pikiran-pikiran guru yang terkait materi pembelajaran kepada murid agar murid dapat

1 Arief S. Sadiman dkk, Media Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), h. 6

2Ibid., h. 7

3Ibid., h. 6

4 Yudi Munadi, Media Pembelajaran Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru (Jakarta: Gaung Persada (GP) Press, 2012), h. 7-8.


(25)

terstimulus untuk dapat lebih memahami materi yang diajarkan sehingga pembelajaran menjadi kondusif, efektif, dan efisien,

b. Ciri-Ciri Media Pembelajaran

Media pembelajaran harus sejalan dengan nilai-nilai pendidikan yang memang sudah seharusnya diberikan oleh guru. Sebuah media dapat dikatakan sebagai media pembelajaran apabila telah memenuhi unsur-unsur kependidikan yaitu: keteladanan, kebermaknaan, dan keilmuan. Ketika unsur tersebut sudah ada dalam sebuah media maka layaklah media tersebut dipakai dalam sebuah proses pembelajaran.

Ciri-ciri media pendidikan yang dikemukakan oleh Oemar Hamalik yaitu: (a) Media pendidikan identik artinya dengan pengertian

keperagaan yang berasal dari kata “raga”, artinya suatu benda yang

dapat diraba, dilihat, dan didengar, dan yang dapat dinikmati melalui panca indera kita, (b) Tekanan utama terletak pada benda atau hal-hal yang bisa dilihat dan didengar, (c) Media pendidikan digunakan dalam rangka hubungan (komunikasi) dalam pengajaran, antara guru dan siswa, (d) Media pendidikan adalah semacam alat bantu belajar mengajar, baik di luar kelas, (e) Berdasarkan (c) dan (d), maka pada dasarnya media pendidikan

merupakan suatu “perantara” (medium, media) dan digunakan

dalam rangka pendidikan. (f) Media pendidikan mengandung aspek; sebagai alat dan sebagai teknik, yang sangat erat pertaliannya dengan metode mengajar.

c. Pertimbangan Pemilihan Media

Pemilihan media pembelajaran harus sesuai dengan kebutuhan guru dan kaidah kependidikan yang berlaku. Proses pemilihan tentu melalui seleksi yang ketat dari sang guru. Seleksi itu didasarkan pada nilai moral, etika, keagamaan, dan keterkaitan antara media dengan materi yang diajarkan atau dengan faktor keilmuannya. Jika nilai-nilai itu sudah terpenuhi maka layaklah media tersebut dijadikan sebagai media pembelajaran. Guru juga harus menguasai media yang akan ia gunakan.


(26)

Menurut Hamalik memilih dan menggunakan media pendidikan harus sesuai dengan kriteria-kriteria tertentu, yakni: (a)tujuan mengajar, (b)bahan pelajaran, (c)metode mengajar, (d)tersedianya alat yang dibutuhkan, (e) jalan pelajaran, (f) penilaian hasil belajar, (g)pribadi guru, (h)minat dan kemampuan siswa, dan (i)situasi pengajaran yang sedang berlangsung. 5

Jadi, guru haruslah pandai dan cermat dalam memilih sesuatu yang akan ia jadikan media pada proses pembelajaran agar materi ajar bisa tersampaikan dengan baik dan memberikan pemahaman yang melekat kepada siswa.

d. Jenis-jenis Media

Media yang dipakai guru untuk menyampaikan suatu materi ajar tidak terpaku hanya pada satu media tetapi dapat menggunakan beberapa media sehingga dapat tercipta suatu variasi dalam pembelajaran. Secara garis besar, media dikelompokkan menjadi empat kelompok yaitu: 1) audio, 2) visual, 3) audio-visual, dan 4) multimedia.

1) Media audio

Audio merupakan gelombang-gelombang suara yang sering kita sebut dengan bunyi. Media audio sudah tentu berkaitan dengan indera pendengaran. Menurut Munadi, media audio adalah media yang hanya melibatkan indera pendengaran dan hanya mampu memanipulasi kemampuan suara semata.6 Menurut Sadiman dkk. Dengan media audio pesan yang akan disampaikan dituangkan ke dalam lambang-lambang auditif, baik verbal (ke dalam kata/bahasa lisan) maupun non verbal7. Jadi dapat disimpulkan bahwa media audio adalah media yang menyampaikan pesan melalui bunyi. Bunyi yang disampaikan kemudian diolah oleh otak untuk menjadi sebuah informasi.

5 Oemar Hamalik, Media Pendidikan, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1994), h. 6. 6 Munadi, op.cit., h. 55.


(27)

Beberapa contoh media audio yang dapat dipakai dalam proses pembelajaran yaitu: radio, tape recorder, laboratorium bahasa, dan sebagainya.

Bunyi yang ditangkap oleh indera pendengaran yang akan diolah menjadi sebuah pemikiran-pemikiran dan ingatan-ingatan tentu dengan bantuan otak. Menurut Yudhi Munadi, mendengarkan adalah suatu proses yang rumit yang melibatkan empat unsur; (1) Mendengar, (2) Memperhatikan, (3) Memahami, dan (4) Mengingat.8

Unsur pertama yaitu mendengar. Mendengar merupakan proses masuknya getaran-getaran bunyi ke dalam telinga yang kemudian getaran itu disampaikan ke otak. Proses inilah yang menjadi awal terciptanya bunyi yang akan diproses menjadi sebuah informasi.

Unsur kedua yaitu memperhatikan. Memperhatikan dapat berarti memfokuskan pendengaran kita pada suatu titik peristiwa atau informasi. Dari proses inilah kita dapat menyaring informasi bunyi apa yang akan kita fokuskan yang kemudian akan diolah oleh pikiran-pikiran kita melalui bantuan otak.

Unsur ketiga adalah memahami. Menurut Yudhi Munadi memahami biasanya diartikan sebagai proses pemberian makna pada kata yang kita dengar, yang sesuai dengan makna yang dimaksudkan oleh si pengirim pesan.9 Jadi pada unsur ketiga ini si pendengar memaknai apa yang ia dengar sesuai dengan pengalamannya.

Unsur keempat adalah mengingat. Setelah mendapatkan informasi dari apa yang ia dengar maka proses selanjutnya yaitu mengingat. Mengingat merupakan penyimpanan informasi di dalam memori otak yang apabila kemudian hari dibutuhkan dapat diutarakan kembali oleh si pengingat.

8 Munadi, op.cit., h.59 9Ibid., h. 61


(28)

Melalui media audio siswa dapat memperoleh suatu informasi melalui bunyi-bunyi yang ditangkap oleh indera pendengaran yang dapat dikaji dan diingat menjadi sebuah ilmu pengetahuan atau suatu kajian untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan yang peserta didik miliki.

2) Media Visual

Visual jika dilihat dari arti harfiahnya yaitu dapat dilihat dengan indera penglihatan yaitu mata dan memperkuat ingatan. Media visual dapat memperlancar pemahaman (misalnya melalui elaborasi struktur dan organisasi) dan memperkuat ingatan10. Jadi, media visual adalah media yang menggunakan indera penglihatan sebagai fokusnya. Berkaitan dengan penglihatan maka yang terbayang adalah gambar, lukisan, poster, foto, grafik, dan lain-lain.

3) Media Audiovisual

Media audiovisual jika dilihat secara sederhana merupakan penggabungan antara unsur audio (bunyi) dan visual (bentuk). Maka indera yang dimanfaatkan adalah indera pendengaran dan indera penglihatan. Menurut Yudhi Munadi, media audio visual adalah media yang melibatkan indera pendengaran dan penglihatan sekaligus dalam suatu proses.11 Jadi, dalam suatu proses pembelajaran yang menggunakan media audio visual peserta didik memaksimalkan indera pendengaran dan penglihatannya untuk menjalani proses pembelajaran tersebut.

Media audio visual menurut Yudhi Munadi dibagi menjadi dua jenis. Jenis pertama dilengkapi fungsi peralatan suara dan gambar dalam satu unit, dinamakan media audio visual murni, seperti film gerak (movie) bersuara, televisi dan video. Jenis kedua adalah media audio visual tidak murni yakni apa yang

10Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada,2011), h. 91 11 Munadi, op.cit., h.56


(29)

kita kenal dengan slide, opaque, OHP dan peralatan visual lainnya bila diberi unsur suara.12

Media audio visual murni ataupun tidak murni keduanya memadukan unsur bunyi (audio) dan gambaran (visual). Keduanya dapat membantu proses pembelajaran tergantung kebutuhan dari sang guru dalam menyampaikan materinya.

Media audio visual secara sederhana berarti menggabungkan antara unsur audio (bunyi) dan unsur visual (penglihatan). Jadi, media audio visual adalah media yang menggabungkan indera pendengaran dan penglihatan dalam proses menjalankannya.

4) Multimedia

Menurut Yudhi Munadi, multimedia pembelajaran adalah media yang mampu melibatkan banyak indera dan organ tubuh selama proses pembelajaran berlangsung.13 Contoh dari multimedia ini adalah komputer. Komputer dikategorikan sebagai multimedia karena dalam pengoperasiannya menggunakan berbagai indera dan organ yaitu indera penglihatan, indera pendengaran, dan salah satu organ gerak yaitu tangan.

Penggunaan komputer dewasa ini sudah menjadi kebutuhan hidup manusia karena komputer dapat membantu meringankan beban kerja manusia dengan berbagai macam fungsinya, maka dalam pembelajaran pun penggunaan komputer sudah tidak asing lagi. Diharapkan dengan adanya komputer ke dalam sekolah, siswa akan dapat mengikuti perkembangan zaman dan terbantu dengan komputer sebagai media pembelajaran.

e. Manfaat Media Pembelajaran

Media pembelajaran sangat bermanfaat, baik bagi guru ataupun siswa. Pemakaian media diharapkan akan membangkitkan motivasi siswa untuk mengikuti materi yang diajarkan serta menambah tingkat pemahaman siswa terhadap materi tersebut.

12Ibid., h.113 13Ibid., h.148


(30)

Encyclopedia of Educational Research menjabarkan nilai atau manfaat media pendidikan adalah sebagai berikut14:

1) Meletakkan dasar-dasar yang kongkrit untuk berpikir dan oleh

karena itu mengurangi “verbalisme”

2) Memperbesar perhatian para siswa

3) Meletakkan dasar-dasar yang penting untuk perkembangan belajar dan oleh karena itu membuat pelajaran lebih menetap

4) Memberikan pengalaman yang nyata yang dapat

menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri di kalangan siswa 5) Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan berkelanjutan. hal

ini terutama terdapat dalam gambar hidup.

6) Membantu tumbuhnya pengertian dan membantu

perkembangan kemampuan berbahasa

7) Memberikan pengalaman-pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara lain serta membantu berkembangnya efisiensi yang lebih mendalam serta keragaman yang lebih banyak dalam belajar.

Menurut Sadiman, secara umum media pendidikan mempunyai kegunaan-kegunaan sebagai berikut.

1) Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan berkala). 2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera.

3) Penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif anak didik. Dalam hal ini media pendidikan berguna.

4) Dengan sifat yang unik pada tiap siswa ditambah lagi dengan lingkungan dan pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum dan materi pendidkan ditentukan sama untuk setiap


(31)

siswa, maka guru banyak mengalami kesulitan bilamana semuanya itu harus diatasi sendiri.15

f. Film Animasi Sebagai Media Pembelajaran

Film merupakan hal yang sudah tidak asing lagi bagi sebagian besar orang. Film bahkan sudah menjadi bagian dari gaya hidup. Hal ini dapat dilihat dari mudahnya manusia untuk mengakses film baik dari bioskop, televisi, VCD (Visual Compact Disk), maupun dari internet.

Menurut Munadi, film merupakan media audio visual yang dilengkapi fungsi peralatan suara dan gambar dalam satu unit.16 Pengertian film menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah lakon (cerita) gambar hidup. Dari kedua pendapat tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa film adalah perangkat gambar hidup yang memiliki unsur audio dan visual serta memiliki lakon atau cerita.

Animasi dalam arti harfiyahnya menurut Wasito dalam Syafitri yaitu kata animasi sebenarnya penyesuaian dari kata animation yang berasal dari kata dasar to animate dalam kamus umum Inggris – Indonesia berarti menghidupkan. 17

Menurut Soetopo animasi berarti gerakan image atau video, seperti gerakan orang yang sedang melakukan suatu kegiatan, dan lain-lain.18 Animasi dalam multimedia menurut Suyanto merupakan penggunaan komputer untuk menciptakan gerak pada layar.19 Menurut Munir, animasi adalah suatu tampilan yang menggabungkan antara media teks, grafik dan suara dalam suatu aktivitas pergerakan.20

Penulis memahami animasi merupakan hasil penggabungan dari beberapa gambar yang membentuk suatu gerak sehingga menciptakan

15 Sadiman dkk, op.cit., h.17

16Munadi, op. cit., h.113

17 Yunita Syahfitri, Teknik Film Animasi Dalam Dunia Komputer, Jurnal SAINTIKOM, 2011, h. 213

18 Ariesto Hadi Soetopo, Multimedia Interaktif dengan Flash, (Yogyakarta:Graha Ilmu, 2013), h.12

19 M. Suyanto,Multimedia Alat untuk Meningkatkan Keunggulan Bersaing, (Yogyakarta:ANDI Yogyakarta, 2003), h. 287

20Munir, Multimedia Konsep & Aplikasi Dalam Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, CV, 2012), h. 18


(32)

sebuah keutuhan gerak yang diproses oleh komputer. Misalkan untuk membuat animasi orang yang sedang berjalan maka dibutuhkan beberapa gambar orang yang sedang berjalan dengan pose yang berbeda sehingga jika digabungkan akan membentuk sebuah kesatuan gerak orang yang sedang berjalan.

Menurut Suyanto, animasi dibagi menjadi 9 macam, yaitu animasi sel, animasi frame, animasi sprite, animasi lintasan, animasi spline, animasi vektor, animasi karakter, animasi computational, dan

morphing.21

1) Animasi Sel (Cell Animation)

Animasi sel yaitu jenis animasi yang dirangkai dari potongan gambar animasi yang dituangkan ke dalam potongan asetat atau sel. Sel animasi biasanya merupakan lembaran-lembaran yang membentuk sebuah frame animasi tunggal.22 Lembaran-lembaran ini kemudian disatukan sehingga membentuk suatu kesatuan gerak atau periwtiwa dalam sebuah animasi.

2) Animasi Frame (Frame Animation)

Animasi frame merupakan animasi yang memakai media

frame. Frame yang dimaksud adalah sebuah gambar animasi. Untuk membuat sebuah gambar hidup maka dibutuhkan beberapa frame yang memiliki perbedaan gerak secara berurutan dan kemudian frame-frame yang sudah ada akan digerakkan secara berurutan melalui proyektor film.

3) Animasi Sprite (Sprite Animation)

Animasi sprite serupa dengan teknik animasi tradisional, yaitu objek yang diletakkan dan dianimasikan pada bagian puncak grafik dengan latar belakang diam.23

21 Suyanto. loc. cit

22Ibid 23Ibid, h.288


(33)

4) Animasi Lintasan (Path Animation)

Animasi lintasan adalah animasi dari objek yang bergerak sepanjang garis kurva yang anda tentukan sebagai lintasan.24 Contoh dari animasi ini misalkan animasi kereta yang bergerak pada lintasannya.

5) Animasi Spline

Spline adalah representasi matematis dari kurva. Bila objek bergerak biasanya tidak mengikuti garis lurus, misalnya membentuk kurva. 25

6) Animasi Vektor (Vector Animation)

Animasi vektor serupa dengan animasi sprite. Animasi

sprite menggunakan bitmap untuk sprite, animasi vektor menggunakan rumus matematika untuk menggambarkan

sprite.26

7) Computational Animation

Dengan computational animation, untuk menggerakkan objek di layar kita cukup memvariasikan koordinat x dan y-nya. Koordinat x merupakan posisi horizontal objek, koordinat y merupakan posisi vertikal objek.27

8) Morphing

Morphing artinya mengubah satu bentuk menjadi bentuk lain dengan menampilkan serangkaian frame yang menciptakan gerakan halus begitu bentuk pertama mengubah dirinya menjadi bentuk lain.28

Animasi dapat digolongkan ke dalam media audiovisual karena animasi dapat dirasakan oleh indera penglihatan dan pendengaran. Berdasarkan pengertian film dan animasi maka dapat ditarik kesimpulan bahwa penggabungan antara keduanya yaitu film animasi merupakan perangkat audiovisual yang berasal dari gambar yang

24Ibid

25Ibid 26 Ibid 27Ibid,. h. 290 28Ibid


(34)

diciptakan manusia dan diproses oleh komputer sehingga menghasilkan suatu kesatuan gerak yang membentuk lakon atau cerita. Penggunaan media film animasi ini dimaksudkan untuk menstimulus siswa agar merasa tertarik untuk mengikuti pembelajaran serta membantu siswa memahami materi mengenai karangan narasi. Film animasi yang dipilih memiliki keterkaitan dengan pengembangan karangan narasi yaitu mempunyai cerita, runtutan peristiwa (kronologis), dan alur.

Animasi yang dipakai dalam penelitian ini adalah animasi karakter. Animasi karakter semacam yang anda lihat dalam film kartun.29 Contoh yang sering muncul di layar televisi adalah kartun Doraemon, Ipin & Upin, Sinchan, dan lain-lain. Penulis mengambil sebuah film animasi dari kumpulan episode “Cerita Anak Mandiri”

yang berjudul “Menolong Teman”. Penulis memilih animasi ini karena sudah memenuhi syarat sebagai media yang baik untuk diberikan kepada siswa dalam pembelajaran karangan narasi, yaitu: 1) memiliki keterkaitan dengan materi yang akan diajarkan dalam hal ini adalah karangan narasi; 2) Memiliki alur cerita yang mudah dimengerti; dan 3) memiliki nilai moral yaitu menolong teman yang sedang mengalami kesulitan.

Gambar 2.1

Potongan Film Animasi Anak Mandiri pada Peristiwa Menolong Temannya


(35)

Cerita anak mandiri merupakan edumovie atau film yang didedikasikan untuk dunia pendidikan. Setiap episode cerita anak mandiri dikemas dengan menarik dan lucu dalam balutan video animasi. Cerita anak mandiri selalu menanamkan nilai-nilai kependidikan pada setiap ceritanya. Cerita dengan judul “menolong

teman” adalah salah satu episode yang ada pada kumpulan cerita anak mandiri yang sudah dikemas dalam bentuk CD pada volume “Aku

Senang Sekolah”.

Pada volume “Aku Senang Sekolah” terdapat beberapa episode

dengan tema yang berbeda, yaitu: 1) guru teman baikku; 2) membuang sampah; 3) menolong teman; 4) lomba di sekolah; dan 5) bertengkar. Setiap episode memiliki pesan yang baik dan beragam sehingga dapat memberikan contoh yang baik untuk para murid dan dapat menstimulus mereka untuk melakukan hal-hal baik tersebut.

Gambar 2.2


(36)

VCD edumovie ini dapat dipesan secara online dengan mengunjungi website agen resmi yaitu www.akalinteraktif.com dan langsung bisa menghubungi kontak yang tertera pada web tersebut.

2. Animasi Karakter(Character Animation)

Animasi karakter merupakan animasi yang sering kita lihat dalam film kartun. Contoh animasi karakter yang sering kita lihat yaitu: Doraemon, Sinchan, Ipin & Upin, dan lan-lain. Jika dilihat dari arti kebahasaannya, kata character mempunyai arti sifat, watak, dan peran. Maka dapat diartikan bahwa animasi karakter adalah animasi yang memiliki pemeran dengan watak dan sifat yang berbeda pada setiap pemeran tersebut sehingga menghasilkan sebuah lingkungan cerita. Contoh dapat kita ambil dari kartun Doraemon yaitu karakter Doraemon yang memiliki sifat penolong dan memiliki peran sebagai robot dari masa depan yang mempunyai berbagai macam alat yang berguna. Karakter Nobita yang memiliki sifat pemalas dan perannya sebagai anak sekolah yang selalu tertindas. Nobita selalu meminta pertolongan kepada doraemon jika mengalami suatu masalah dan doraemon menolongnya dengan mengeluarkan alat yang bisa membantu menyelesaikan masalah nobita. Hal tersebut yang penulis maksud dengan lingkungan cerita. Berikut contoh gambar animasi karakter:

Gambar 2.3 Contoh Animasi Karakter


(37)

Animasi jenis ini memungkinkan banyak gerakan di waktu yang sama. Tidak hanya mulut, mata, muka dan tangan yang bergerak tetapi semua gerakan pada waktu yang sama.30 Artinya, animasi jenis ini bisa menggabungkan berbagai gerakan di waktu yang sama, misalkan pada gerakan berlari, tangan, kaki, bibir, mata, dan raut muka dapat bergerak secara bersamaan layaknya manusia yang sedang berlari.

3. Keterampilan

Sebagai makhluk yang memiliki akal, manusia sejatinya akan memakai akalnya untuk menuju keadaan yang lebih baik. Keadaan yang dimaksud dapat berupa keadaan taraf kehidupan, keadaan keilmuan, dan keadaan ketuhanan. Manusia selalu haus akan hal-hal baru yang dapat meningkatkan derajat hidupnya.

Contoh nyata dalam upaya peningkatan derajat hidup yaitu peningkatan keterampilan dalam hal apapun. Keterampilan merupakan kemampuan (dalam hal apapun) yang dapat digali dan dipelajari sehingga dapat menjadi sebuah keahlian bagi orang yang mempelajarinya. Setiap manusia telah dibekali keterampilan dasar oleh tuhan misalnya bergerak, bernapas dan lain-lain. Banyak keterampilan yang bisa digali oleh setiap individu manusia, tinggal seberapa besar niat individu tersebut untuk menggali setiap keterampilan yang ada. Banyak keterampilan yang bisa didapat oleh pelaku akademis baik itu akademik ataupun non akademik. Seberapa besar keterampilan yang didapat tergantung seberapa besar keingiinan si pelaku akademis untuk memiliki keterampilan.

Bahasa menjadi salah satu keterampilan yang wajib dimiliki oleh setiap manusia dari kalangan apapun, tidak terlepas dari kalangan akademis. Urgensi bahasa adalah bahwa bahasa menjadi penyalur setiap lini-lini kehidupan baik itu keilmuan, keagamaan, ataupun kemasyarakatan. Seorang akademisi yang baik selayaknya memiliki

30


(38)

kemampuan berbahasa yang baik pula, karena hal ini akan menunjang ia dalam menjalani kehidupan berakademis dan bermasyarakat untuk ke depannya.

Keterampilan berbahasa memiliki beberapa bagian, yang ternyata ada sejak manusia itu memiliki kemampuan untuk berpikir. Bagiannya yaitu, menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Menyimak dan berbicara merupakan keterampilan alamiah manusia yang didapat dari pengamatannya sejak ia dilahirkan. Keterampilan-keterampilan berbahasa tersebut memiliki disiplin ilmunya masing-masing dan dapat digali untuk kepentingan akademis ataupun kepentingan non akademis. Keterampilan menulis menjadi keterampilan puncak dalam kehidupan berbahasa karena keterampilan ini berada pada tingkat kebergunaan bagi orang lain. Melalui tulisan, orang dapat mengenal si penulis dan dapat mengambil pelajaran atau ilmu yang berguna yang dihasilkan oleh pemikiran penulis ataupun penelitian yang ia lakukan.

4. Menulis

a. Pengertian Menulis

Menulis merupakan salah satu dari empat keterampilan bahasa yang harus dikuasai siswa. Menurut M. Yunus, menulis pada dasarnya merupakan suatu bentuk komunikasi berbahasa (verbal) yang menggunakan simbol-simbol tulis sebagai mediumnya.31 Menurut Akhadiah menulis dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan menyampaikan pesan dengan menggunakan tulisan sebagai mediumnya.32. Menurut Tarigan menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain.33 Dari ketiga pendapat tersebut penulis menyimpulkan bahwa menulis adalah kegiatan penuangan ide, pemikiran, dan

31 M. Yunus, dkk, Menulis 1, (Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka, 2009), h. 1.3 32Sabarti Akhadiah, dkk, Menulis 1, (Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka, 2007), h. 1.3 33Henry Guntur Tarigan, Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. (Bandung: Penerbit Angkasa, 2008), h. 3


(39)

pengetahuan ke dalam bahasa tulis dengan tujuan untuk berkomunikasi secara tidak langsung dengan orang lain dalam hal ini adalah pembaca.

Berbeda dengan kemampuan menyimak dan berbicara, menulis tidak diperoleh dengan kemampuan menyimak dan

berbicara, ia tidak diperoleh secara “alamiah”. Ia harus dipelajari

dan dilatihkan secara sungguh-sungguh. 34Menulis membutuhkan inspirasi dari pengalaman-pengalaman berbahasa penulis, misalkan: pengalaman membaca buku, menonton film, atau menyimak pembicaraan orang lain. Dengan pengalaman tersebut, akan muncul inspirasi yang kemudian akan diolah penulis ke dalam bahasa tulis dan kemudian dirangkai menjadi sebuah tulisan yang diinginkan. Pengalaman yang banyak akan berpengaruh pada tulisan yang dibuat.

Setiap orang yang menulis tentu memiliki tujuannya masing-masing dari apa yang dituliskan. Menurut John Langan

the three most common purposes of writing are to inform, to persuade, and to entertain” (Tiga tujuan menulis yang paling utama yaitu untuk memberi informasi, untuk mengajak, dan untuk menghibur).35 Setiap tujuan memiliki kepentingan dan karakteristik masing-masing sesuai dengan genre dan teknik menulis dari tujuan-tujuan menulis tersebut.

1) Tahap-Tahap Menulis

M. Yunus, dkk membagi tahap kepenulisan ke dalam 3 tahap, yaitu tahap prapenulisan, tahap penulisan, dan tahap pasca penulisan. 36.Berikut penjelasannya.

a) Tahap prapenulisan

Tahap ini merupakan langkah awal dalam menulis sebelum seorang penulis mulai menuangkan bahasa

34 Budinuryanta, dkk, Pengajaran Keterampilan Berbahasa, (Jakarta: Universitas Terbuka,2007), h 12.2

35John Langan, Exploring Writing Paragfaph and Essays, (New York: McGraw-Hill, 2008), h.6 36 M. Yunus, dkk, op cit., h. 1.28


(40)

tulisnya ke dalam sebuah kertas. Sebelum menulis dibutuhkan perencanaan yang matang seperti yang

dikatakan oleh Elaine Morais yaitu “Writing is a thinking process and premeditation is an important part of that process” (Menulis adalah proses berpikir dan perencanaan yang matang adalah bagian yang penting dari proses itu). 37 Tahap prapenulisan pun memiliki beberapa tahap menurut Yunus dkk, yaitu 1) menentukan tema, 2) menentukan tujuan menulis, 3) memperhatikan sasaran karangan, 4) mengumpulkan informasi pendukung, dan 5) mengorganisasikan ide dan informasi.38.

Jika kelima tahap tersebut sudah terpenuhi maka seorang penulis bisa memulai kegiatan menulis dengan terarah.

b) Tahap Penulisan

Setelah kelima tahap prapenulisan sudah dilakukan maka tibalah saatnya tahap menulis. Pada tahap ini penulis mengembangkan apa yang telah ia dapat di tahap prapenulisan, mulai dari mengembangkan gagasan-gagasan sampai pada penafsiran informasi yang didapat.

Struktur kepenulisan yaitu awal, isi, dan akhir. Di bagian awal biasanya penulis akan memberikan gambaran umum mengenai tulisannya tersebut yang akan menggiring pembaca masuk lebih dalam ke dalam isi tulisan.

Bagian isi menyuguhkan bahasan mengenai inti karangan. Inti tersebut mulai dari teori, pendapat-pendapat, contoh-contoh, data-data, dan sebagainya. Di bagian inilah dibutuhkan ketajaman seorang penulis dalam membahas inti tulisan sehingga pembaca merasa mendapatkan sesuatu setelah membaca tulisan tersebut.

37 Elaine Morais, Academik Writing for Beginner, exploration of the mind, (Malaysia: Gillin Printers Sdn. Bhd, 2006), h. 1


(41)

Bagian akhir atau penutup biasanya diisi dengan kesimpulan dan saran. Apa yang telah dijabarkan di bagian isi kemudian diambil intisarinya dan dijadikan sebuah kesimpulan

c) Tahap Pascapenulisan

Tahap pascapenulisan dapat diartikan sebagai tahap

editing dari sebuah proses menulis. Artinya, pada tahap ini tulisan yang sudah dibuat akan mengalami proses penyuntingan baik itu dari bahasa yang digunakan, redaksi kata, teknik kepenulisan, maupun dari isi yang disampaikan.

Proses penyuntingan ini membutuhkan kejelian. Proses ini biasanya diawali dengan membaca ulang secara cermat seluruh tulisan. Lalu menandai hal-hal yang perlu diubah dengan memberi catatan apa yang perlu diubah dari kalimat, kata, atau teknik kepenulisan tersebut. setelah itu makan tahap akhir yaitu memperbaiki bagian-bagian yang sudah ditandai.

Untuk menghasilkan suatu tulisan yang baik mengharuskan setiap penulis memiliki tiga keterampilan dasar dalam menulis, yaitu sebagai berikut.

a) Keterampilan berbahasa

Keterampilan berbahasa merupakan kemampuan seseorang dalam memakai unsur-unsur bahasa dalam sebuah tulisan. Menurut M. Atar Semi, Keterampilan berbahasa yang diperlukan seorang penulis mencakupi keterampilan menggunakan ejaan, tanda baca, pembentukan kata, pemilihan kata, dan penggunaan kalimat yang efektif.39 Jadi yang dimaksud dengan keterampilan berbahasa adalah keterampilan seseorang dalam memahami tata bahasa sehingga dapat menghasilkan sebuah tulisan


(42)

yang baik dan sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa yang sudah ada.

Seorang penulis minimal harus mempunyai pengalaman-pengalaman dan pengetahuan mengenai kaidah kebahasaan serta kekayaan diksi atau pemilihan kata sehingga akan memudahkan ia dalam melakukan proses menulis dan hasil tulisannya pun akan baik.

b) Keterampilan penyajian

Menurut M. Atar Semi, keterampilan penyajian yaitu keterampilan pembentukan dan pengembangan paragraf, keterampilan memerinci pokok bahasan menjadi sub pokok bahasan, menyusun pokok bahasan dan subpokok bahasan ke dalam susunan yang sistematis.40Jika ditelaah maka maksudnya adalah keterampilan dalam membentuk paragraf menjadi sebuah kesatuan tulisan yang baik dan sistematis.

Jadi yang dimaksud dengan keterampilan penyajian ini adalah keterampilan penulis dalam mengemas materi tulisan sehingga dapat mudah untuk dimengerti oleh para pembaca bahkan sampai pada tingkat ketertarikan

c) Keterampilan Perwajahan

Menurut M. Atar Semi, keterampilan perwajahan yaitu keterampilan penampilan tipografi dan pemanfaatan sarana tulis secara efektif dan efisien seperti penyusunan format, pemilihan ukuran kertas, tipe huruf, penjilidan, penyusunan tabel, dan lain-lain.41 Maksudnya, keterampilan perwajahan ini adalah keterampilan penulis dalam mengemas bentuk dan penampilan tulisan.

Jadi keterampilan perwajahan adalah yang berkaitan dengan pengemasan penampilan sebuah tulisan.

40Ibid


(43)

Keterampilan perwajahan ini dirasa perlu karena untuk menunjang kerapihan sebuah tulis.

5. Karangan

Menurut Finoza, mengarang adalah pekerjaan merangkai atau menyusun kata, frasa, kalimat dan alinea yang dipadukan dengan topik dan tema tertentu untuk memperoleh hasil akhir berupa karangan.42

Karangan merupakan wadah penuangan ide, pikiran, dan imajinasi penulis ke dalam sebuah tulisan agar dapat dinikmati oleh dirinya sendiri maupun pembaca tergantung pada tujuan ia mengarang. Proses pembuatan karangan biasanya mempertimbangkan pengalaman pribadi atau sesuatu yang dilihat, didengar, dan dirasakan oleh penulis.

Setiap penulis menuangkan apa yang ia lihat, dengar, dan rasakan ke dalam sebuah karangan tentu dengan tujuan untuk apa ia menulis karangan tersebut, apakah untuk menghibur, untuk berbagi pengetahuan atau pengalaman, atau untuk sekedar bisa dinikmati oleh diri sendiri. Menurut Henry Guntur Tarigan setiap penulis atau pengarang mempunyai pikiran atau gagasan yang ingin disampaikan atau diturunkan melalui tulisannya. Dalam hal ini dia harus menerjemahkan ide-idenya itu ke dalam sandi-sandi lisan yang selanjutnya diubah menjadi sandi-sandi tulis.43

Jadi, karangan adalah hasil penuangan pengalaman, pikiran, dan ide ke dalam sebuah tema dan dijadikan sebuah kesatuan paragraf sehingga membentuk sebuah tulisan yang kemudian disebut dengan karangan.

Struktur karangan terdiri atas bagian awal, isi, dan akhir. Awal karangan berfungsi untuk memperkenalkan isi dari karangan tersebut

42 Lamudin Finoza, Komposisi Bahasa Indonesia: Untuk Mahasiswa Nonjurusan Bahasa, (Jakarta:Diksi Insan Mulia, 2001), h. 189

43 Henry Guntur Tarigan, Menulis Sebagai suatu Keterampilan Berbahasa (Bandung: Angkasa, 2008), h. 21-22.


(44)

dan sekaligus menuntun pembaca ke dalam pokok tulisan. Biasanya awal karangan dibuat semenarik mungkin agar pembaca tertarik untuk membaca. Isi karangan berisi bahasan topik atau ide utama karangan, ide tersebut didukung oleh contoh, ilustrasi, informasi, bukti, dan alasan. Akhir karangan berfungsi untuk mengembalikan pembaca pada hal pokok karangan melalui penekanan ide-ide penting, bisa berisi simpulan, rekomendasi, serta saran. Adapun jenis-jenis karangan yaitu:

a. Karangan Deskripsi

Kata deskripsi berasal dari bahasa latin describere yang berarti menggambarkan atau memerikan suatu hal. Menurut Djoko Widagho, Karangan deskripsi selalu berusaha melukiskan dan mengemukakan sifat, tingkah laku seseorang, suasana dan keadaan suatu tempat atau sesuatu yang lain.44 Menurut Sabarti Akhadiah dkk, deskripsi adalah ragam wacana yang melukiskan atau menggambarkan sesuatu berdasarkan kesan-kesan dari pengamatan, pengalaman, dan perasaan penulisnya.45 Menurut Suhendar dan Supinah deskripsi dapat pula diterjemahkan menjadi pemerian, yang berarti melukiskan tentang sesuatu. Dari ketiga pendapat tersebut dapat diambil poin penting yaitu melukiskan46. Dilihat dari arti harfiyahnya, kata melukis yaitu menuangkan suasana, peristiwa, dan objek ke dalam sebuah kanvas.

Analogi lukisan dan karangan deskripsi dapat diartikan bahwa Jika dalam melukis sang pelukis menggambarkan suasana, peristiwa, dan benda menggunakan sarana cat dan kanvas dan objek digambarkan secara langsung sesuai dengan apa yang pelukis lihat, sedangkan dalam membuat karangan deskripsi seorang penulis menggambarkan suasana, peristiwa, dan benda menggunakan sarana bahasa sehingga bahasa yang dipilih harus

44Djoko Widagho, Bahasa Indonesia Pengantar Kemahiran Berbahasa di Perguruan Tinggi

(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1994), h. 109 45Akhadiah,dkk, op.cit., h. 1.16

46

M. E .Suhendar dan Plen Supinah. MKDU (Mata Kuliah Dasaar Umum) Bahasa Indonesia,


(45)

benar-benar dapat mewakili objek yang akan dideskripsikan. Perbedaannya terletak pada sarana yang digunakan tetapi fungsinya hampir sama.

Dari ketiga penjabaran mengenai deskripsi tersebut dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa karangan deskripsi adalah karangan yang melukiskan secara keinderaan artinya seolah-seolah pembaca dapat merasakan apa yang digambarkan dalam tulisan tersebut dengan pengalaman inderanya.

Untuk mencapai tujuan dari karangan deskripsi maka penulis harus menggambarkan sedetail mungkin. Misalnya untuk menggambarkan ruangan yang indah maka penulis harus benar-benar menggambarkan setiap sudut ruangan tersebut. Detail dari ruangan harus jelas, misalkan kursi dengan warna apa, lantai yang terbuat dari apa, warna tembok, aksesoris apa saja yang ada diruangan, ukuran ruangan itu berapa, dan lain-lain. Jika sudah benar-benar detail maka tinggal mengatur urutan waktu jika deskripsi itu merupakan sebuah penggambaran peristiwa, misalkan peristiwa tsunami.

Jadi karangan deskripsi adalah karangan yang menitik beratkan pada pendeskripsian sesuatu sehingga pembaca dapat membayangkan bahkan merasakan apa yang dideskripsikan penulis.

b. Karangan Argumentasi

Argumentasi berakar dari kata argumen yang berarti alasan. Maka karangan argumentasi secara sederhana dapat diartikan sebuah karangan yang berisi alasan-alasan yang kuat. Menurut Djoko Widagho, karangan argumentasi atau persuasi lebih sukar oleh karena disini pengarang mengemukakan argumentasi (alasan), bukti atau contoh yang dapat meyakinkan, sehingga pembaca terpengaruh dan membenarkan gagasan, pendapat, sikap dan keyakinannya.47


(46)

Berikut ciri-ciri dari karangan narasi menurut Laminnudin Finoza: 1) Mengemukakan alasan atau bantahan sedemikina rupa dengan tujuan mempengaruhi keyakinan pembaca agar menyetujuinya; 2) Mengusahakan pemecahan suatu masalah; dan 3) Mendiskusikan suatu persoalan tanpa perlu mencapai suatu penyelesaian.

Sudah jelas bahwa karangan argumentasi dapat dikatakan sebagai alat penulis untuk mengajak dan mempengaruhi pembaca dengan ide, pemikiran bahkan kepentingannya dengan mengungkapkan alasan-alasan yang kuat dan bukti-bukti yang relevan sehingga pembaca merasa benar-benar yakin apa yang

dituliskan merupakan sebuah kebenaran yang bisa

dipertanggungjawabkan.

Pemilihan kata, bukti, dan alasan harus benar-benar tepat dan sesuai dengan logika berpikir agar pembaca dapat menerima dan merasa benar-benar yakin sehingga sampai pada tahap terpengaruhi.

c. Karangan Eksposisi

Menurut Djoko Widagho, karangan eksposisi adalah karangan yang berusaha menerangkan suatu hal atau sesuatu gagasan.48 Menurut M. Atar Semi, eksposisi adalah tulisan yang bertujuan menjelaskan atau memberikan informasi tentang sesuatu49. Dari kedua pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa karangan eksposisi adalah jenis karangan yang memberi informasi mengenai suatu hal. Berbeda dengan argumentasi, karangan eksposisi tidak bertujuan untuk mempengaruhi atau mengajak. Karangan eksposisi lebih kepada paparan dan pengembangan gagasan dari suatu hal sehingga yang ditawarkan adalah informasi-informasi yang nyata. Perlu diperhatikan seorang yang ingin menulis karangan eksposisi mengenai suatu hal maka ia harus menguasai betul

48Ibid., h. 112 49Semi, op. cit., h. 36


(47)

sesuatu yang akan ditulis tersebut. hal ini diperlukan agar informasi yang disampaikan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Agar lebih bertambah jelas biasanya karangan eksposisi menambahkan gambar, grafik, angka-angka dan lain-lain. Misalkan karangan eksposisi mengenai bagaimana caranya membuat brownies maka akan dipaparkan tahap-tahap, bahan-bahan, takaran-takaran, bahkan bisa ditambahkan gambar dari alat-alat dan bahan-bahan yang akan digunakan.

d. Karangan Persuasi

Persuasi merupakan kata yang berasal dari bahasa Inggris yaitu

Persuation yang merupakan bentuk nomina dari to persuade yang berarti membujuk atau meyakinkan. Menurut Lamuddin Finoza, karangan persuasi adalah karangan yang bertujuan membuat pembaca percaya, yakin, dan terbujuk akan hal-hal yang dikomunikasikan yang mungkin berupa fakta, suatu pendirian umum, suatu pendapat/gagasan ataupun perasaan seseorang.50 Poin yang paling penting dari pendapat tersebut adalah membujuk. Artinya karangan persuasi adalah karangan yang bersifat membujuk yaitu usaha untuk meyakinkan seseorang dengan kata-kata manis.

Berkaitan dengan hal membujuk, karangan narasi digunakan penulis untuk percaya dengan apa yang dituliskan oleh si penulis. Di dalam tulisan itupun dapat dicantumkan fakta-fakta agar lebih meyakinkan. Dalam segi medan pemakaiannya karangan persuasi menurut Laminuddin Finoza digolongkan menjadi empat macam, yaitu (1) persuasi politik, (2) persuasi pendidikan, (3) persuasi advertensi, dan (4) persuasi propaganda.51

5. Karangan Narasi

Narasi jika dilihat dari segi bahasa berasal dari bahasa Inggris yaitu narration yang berarti becerita. Menurut Marahimin, Narasi

50Finoza, op. cit., h. 200 51Ibid., h. 201


(48)

adalah cerita berdasarkan alur.52 Menurut Heffernan dan Lincoln

narration or storytelling is writing about succession of events

(narasi atau bercerita adalah tulisan tentang penyusunan suatu peristiwa).53 Kedua pendapat tersebut memiliki kesamaan poin yaitu bercerita. Dapat diartikan dari kedua pendapat tersebut bahwa narasi adalah karangan yang bercerita.

Menurut Finoza, karangan narasi adalah suatu bentuk tulisan yang berusaha menciptakan, mengisahkan, merangkaikan tindak tanduk, perbuatan manusia dalam sebuah peristiwa secara kronologis atau yang berlangsung dalam satu kesatuan waktu.54 Menurut Widagho, karangan narasi adalah karangan yang menceritakan satu atau beberapa kejadian dan bagaimana berlangsungnya peristiwa-peristiwa tersebut. Rangkaian peristiwa ini biasanya disusun menurut urutan waktu (secara kronologis).55 Kedua pendapat tersebut mempunyai poin yang sama yaitu kronologis. Jika dilihat dari arti katanya, kronologis yaitu urutan waktu.

Dari keempat pendapat tersebut penulis menyimpulkan bahwa karangan narasi adalah karangan yang mengisahkan sebuah rangkaian peristiwa menurut urutan terjadinya atau kronologis dari peristiwa tersebut.

Setiap narasi memiliki sebuah plot atau alur yang didasarkan pada kesambung-kesinambungan peristiwa peristiwa dalam narasi itu dalam hubungan sebab akibat.56 Pada intinya karangan narasi menitikberatkan terhadap penceritaan kejadian, dan biasanya memiliki alur. Misalnya sebuah karangan narasi yang mengisahkan peristiwa yang terjadi dari bangun tidur sampai berada di sekolah. Maka segala hal yang terjadi dalam rentang waktu itu dikisahkan sesuai dengan alurnya.

52Ismail Marahimin, Menulis Secara Populer, (Bandung: PT. Dunia Pustaka Jaya, 1994),h. 93 53James A. W. Heffernan dan John E. Lincoln, Writing, A Colage Handbook, (New York: W. W. Norton & Company, inc, 1982), h. 86

54Finoza, op. cit., h. 194 55Widagdho, op.cit., h.106

56 Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi: Komposisi Lanjutan III, (Jakarta:PT. Gramedia Pustaka Utama, 2000), h.145


(49)

Karangan narasi memiliki dua jenis yaitu narasi ekspositoris dan narasi sugestif. Narasi ekspositoris pertama-tama bertujuan untuk menggugah pikiran pembaca untuk mengetahui apa yang dikisahkan. Sasaran utamanya yaitu rasio, yaitu berupa perluasan pengetahuan para pembaca sesudah membaca kisah tersebut57. Narasi sugestif merupakan suatu rangkaian peristiwa yang disajikan sekian macam sehingga merangsang daya khayal para pembaca.58

a. Struktur Narasi

Menurut Keraf struktur narasi dapat dilihat dari komponen-komponen yang membentuknya: Perbuatan, penokohan, latar, dan sudut pandangan, tetapi juga dapat dianalisa berdasarkan alur (plot) narasi.59

b. Strategi Penulisan Karangan Narasi

Menurut Akhadiah dkk ada beberapa hal yang harus dipersiapkan dalam merencanankan sebuah karangan narasi, yaitu: 1) Menentukan tema dan amanat

2) Menetapkan sasaran (pembaca)

3) Merancang peristiwa-peristiwa utama yang akan ditampilkan dalam bentuk skema alur

4) Membagi peristiwa-peristiwa utama itu ke dalam bagian pendahuluan, perkembangan, dan penutup cerita

5) Merinci peristiwa-peristiwa utama ke dalam peristiwa-peristiwa pendukung

6) Menyusun tokoh dan perwatakan, latar, dan pusat pengisahan atau sudut pandang.60

6. Penelitian yang Relevan

Pertama skripsi berjudul “Pengaruh Media Animasi terhadap

Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi Siswa Kelas X SMA Swasta

57Ibid., h.136 58Ibid., h. 138 59Ibid., h.145


(50)

Brigjen Katamso Medan Tahun Pembelajaran 2011/2012” yang disusun

oleh Hesron Ginting di Universitas Negeri Medan jurusan bahasa dan sastra Indonesia fakultas bahasa dan seni. Keterkaitan penelitian tersebut dengan penelitian yang penulis lakukan adalah sama-sama meneliti pengaruh yang diakibatkan oleh media animasi. Letak perbedaannya pada hal yang dipengaruhi. Hesron Ginting meneliti mengenai karangan deskripsi sedangkan penulis meneliti mengenai karangan narasi. Sampelnya pun berbeda, Hesron Ginting mengambil sempel siswa kelas X sedangkan penulis mengambil sampel siswa kelas VII.

Penelitian yang relevan selanjutnya adalah skripsi dari Maspupah yang merupakan mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi dengan judul “Pengaruh Tayangan Kartun Animasi Ipin dan

Upin di Media Nusantara Televisi terhadap Penggunaan Kosa Kata Murid Raudhatul Atlfal Al-Bariyyah Kramat Jati Jakarta Timur”. Penelitian itu memiliki kesamaan dengan penelitian yang penulis lakukan yaitu sama-sama menggunakan media kartun animasi. Perbedaannya yaitu pada letak sasaran penelitiannya. Maspupah meneliti kosakata yang dipengaruhi oleh media kartun animasi sedangkan penulis meneliti pengaruh animasi terhadap karangan narasi.

Selanjutnya yaitu skripsi dari Ana Monica Rufisa, dengan judul

“Pengaruh Penggunaan Media Kartun terhadap Keterampilan Menulis Opini pada Siswa Kelas IX SMP Negeri 2 Tangerang”. Penelitian yang Ana lakukan memiliki kesamaan dengan penelitian yang penulis lakukan yaitu dari segi media yang mempengaruhi yaitu media kartun atau animasi. Keterampilan berbahasa yang diteliti pun memiliki kesamaan yaitu keterampilan menulis, tetapi jika Ana memfokuskan pada menulis opini maka penulis memfokuskan pada menulis karangan narasi. Sampel yang diambil pun berbeda. Ana mengambil sampel pada siswa kelas IX SMP Negeri 2 Tangerang, sedangkan penulis mengambil sampel pada siswa kelas VII MTs Hidayatul Umam Cinere.


(51)

B. Kerangka Berpikir

Penulis mengemukakan hubungan antara variabel independen (yang memengaruhi) dan dependen (yang dipengaruhi) yang bersifat sebab pengaruh. Dari judul skripsi “Pengaruh Media Animasi terhadap Kemampuan Menulis Karangan Narasi Siswa kelas VII MTs Hidayatul

Umam Cinere ”. Berdasarkan judul tersebut dapat diketahui bahwa yang

menjadi variabel independen (yang mempengaruhi) dalam kemampuan menulis karangan narasi yaitu media film animasi. Media animasi dapat membuat siswa memiliki gambaran tentang peristiwa menurut urutan waktu yang kemudian bisa dinarasikan, sehingga yang menjadi variabel dependen (yang dipengaruhi) yaitu kemampuan menulis karangan narasi siswa.

Skema 2.1 Kerangka Pemikiran

Penelitian berkenaan dengan variabel independen dan dependen, maka berdasarkan kerangka teori di atas disusun kerangka berpikir sebagai acuan penelitian adalah pengaruh media film animasi terhadap kemampuan menulis karangan narasi pada siswa kelas VII MTs Hidayatul Umam Cinere.

Keterampilan menulis

karangan narasi

Keterampilan menulis

karangan narasi

Posttest


(52)

C. Hipotesis Penelitian

Hipotesis berasal dari kata “hypo”yang berarti “di bawah” dan “thesa” yang berarti “kebenaran”.61 Hipotesis dapat didefinisikan sebagai kemungkinan jawaban dari kebenaran yang akan terungkap dalam sebuah penelitian. Berdasarkan definisi tersebut maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H0 : Tidak terdapat pengaruh media film animasi terhadap keterampilan

menulis karangan narasi pada siswa kelas VII MTs Hidayatul Umam Cinere

H1 : Terdapat pengaruh media film animasi terhadap keterampilan

menulis karangan narasi pada siswa kelas VII MTs Hidayatul Umam Cinere.

61

61Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT Rieneka Cipta, 2006), h. 71.


(53)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di salah satu Madrasah Tsanawiyah (MTs) atau setingkat dengan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di daerah Cinere yaitu MTs Hidayatul Umam.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan selama 6 bulan terhitung sejak September 2014 sampai dengan Februari 2015.

B. Metode Penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen. Menurut Arikunto, metode eksperimen adalah metode yang berusaha membangkitkan timbulnya suatu kejadian atau keadaan, kemudian diteliti bagaimana akibatnya.62 Jenis eksprerimen yang digunakan adalah eksperimen semu. Menurut Syaodih eksperimen semu pada dasarnya sama dengan eksperimen murni bedanya adalah dalam pengontrolan variabel, pengontrolannya hanya dilakukan terhadap satu variabel saja, yaitu variabel yang dipandang paling dominan.63 Dengan metode eksperimen semu tersebut maka penelitian ini tidak menggunakan kelas kontrol sebagai bahan pembandingnya serta dalam pengambilan sampel tidak digunakan random atau secara acak. Desain penelitian yang digunakan peneliti adalah one group pretest-postest design.

Penelitian ini dilakukan terhadap satu kelompok pengamatan yaitu pada kelas VII-5 MTs Hidayatul Umam Cinere. Peneliti melakukan

prestest dan posttest pada kelas tersebut. Pretest dilakukan pada saat pembelajaran tanpa menggunakan media film animasi. Metode mengajar yang dilakukan adalah metode ceramah dan sumber belajar adalah buku

62Ibid., h. 3.

63

Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), h. 59


(54)

yang biasa dipakai oleh guru yang bersangkutan. Setelah pretest dilakukan maka tahap selanjutnya melakukan posttest pada hari yang berbeda. Postest dilakukan dengan terlebih dahulu memberikan treatment kepada siswa dengan menggunakan film animasi. Materi yang disampaikan disertai dengan contoh yang jelas. Adapun rancangan desain penelitiannya sebagai berikut:

Tabel 3.1

Desain Penelitian One Group pretest-posttest design

Keterangan:

O1 : Pretest sebelum mendapat perlakuan

X : Variabel bebas atau perlakuan berupa media film animasi O2 : Posttest setelah mendapat perlakuan berupa film animasi

C. Subjek Penelitian

1. Populasi

Menurut Arikunto, populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.64 Menurut Syaodih, populasi adalah kelompok besar dan wilayah yang menjadi lingkup penelitian.65 Menurut Arikunto, Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.66 Dalam penelitian, populasi digunakan untuk menyebutkan seluruh elemen/anggota dari suatu wilayah yang menjadi sasaran penelitian atau merupakan keseluruhan (universum) dari objek penelitian.67 Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII MTs Hidayatul Umam Cinere Depok yang berjumlah 136 siswa dan terbagi dalam 5 kelas

64

Arikunto, op. cit, h.130

65

Syaodih, op. cit, h.250

66

Arikunto, op.cit., h. 130

67

Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian, (Jakarta: KENCANA, 2012), h. 147

Pretest Variabel Posttest


(55)

2. Sampel

Menurut Arikunto, sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. 68 Menurut Syaodih, sampel adalah kelompok kecil yang secara nyata kita teliti dan tarik kesimpulan dari padanya.69 Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah nonprobability sampling. nonprobability sampling adalah teknik pengambilan sampel di mana setiap anggota populasi tidak memiliki kesempatan atau peluang yang sama sebagai sampel.70 Cara penarikan sampel menggunakan purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan khusus sehingga layak dijadikan sampel.71 Menurut Denim penarikan sampel secara purposive dilakukan oleh peneliti atas dasar pertimbangan pribadinya; namun dapat juga dilakukan berdasarkan petimbangan para ahli.72 Jadi dalam teknik ini, peneliti dapat menentukan sendiri sampel yang akan diteliti menurut kepentingannya.

Pertimbangan yang diterapkan oleh peneliti adalah pertimbangan pakar atau ahli dalam hal ini adalah guru bidang studi Bahasa Indonesia kelas VII MTs. Hidayatul Umam Cinere yaitu Rini Setyorini. Kriteria pertimbangan yang ditentukan peneliti yaitu nilai dan proses pembelajaran. Data kriteria sampel didapatkan melalui observasi langsung kepada guru yang bersangkutan.

Sampel pada penelitian ini adalah siswa kelas VII-5 MTs Hidayatul Umam Cinere yang berjumlah 26 siswa. Pemilihan kelas VII-5 sebagai sampel merupakan rekomendasi guru bahasa Indonesia yang bersangkutan dan hasil pertimbangan berdasarkan hasil penilaian normatif siswa. Kelas VII.5 merupakan kelas yang memiliki tingkat kepemahaman di bawah rata-rata serta minat siswa di kelas tersebut

68

Arikunto, op. cit., h. 131

69

Syaodih, op. cit., h. 250

70

Noor, op. cit., h. 154

71

Ibid., h. 155

72

Sudarwan Danim, Metode Penelitian untuk Ilmu-Ilmu Prilaku, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2004), h.98


(1)

l&ma

lceus.

qS

\o

tI

=

{enh fr?rant

vn,

9

Q

[]

lkgvla,

' s<tboh

-

lecarao

?

[j

pt

Ba1r

heri

ptr4:

pira

er"

rt

O.tfudUaf

syq

Se{€al^

so(at

gubo,A SaVa

dadot- gekrilar,

{rl+r

(.aV

99a

Cuci

ftiuqq chn

5

6q

(

stbvA

[]

gelAah

ft?aruti

9oy

kraPan.

t-t

tl

<tk

Eet<otal^

fe+etet"

PctFrt( .Ob i

3O

W&

Aga

D

get et

ah

d*t

€ag,t

.ea

kapa

fug-

krsiap

-

Si

ap

[r

?an;+on

PeP<eo

tran?

{uo

Jon

hemabqr

r_l

Se?ot*

faler

Jon

Wea

-hga

brr*re

bn^

L_l

Di

*a+ ful-a

SaUo,

h"ryerelarai

m|rcf

,

kaFa

[-;

'aal

glga

{hasay

betas

-{ernfusa 9o&A

MayF.

4xt

Dewrn

ada

9arc,,

.yahg hasop

k44

grnplor

>e@ltrat

?&nq fiWk

otda

,

Jan

gyat

'

bepg

l@pf,7o(

gald

deEtqn

{Atnn_

[]

tl

D

L-l

?ea:nran

F

9etegat

4da

gurongtq,

tl

'daJa,{vt4

e

dc,,a

r

Latu B.k'rq/"4,

9d4ah

tsf-i

'Aarqran

I aatql

Vnnvp

Jan

=rr'

Or'eA

(ac

arq,y

j

i'

{'.


(2)

ah

Se(

esal

t{

9r,Yo

Eu

,

(0' fthi,

Jan

L]

1l

D

tl

sa(c(4\ (t, *keql

-'&n &rqt

*e g

lqttt

k(d2arqo

arl

fi,

1

,.


(3)

I \;/ i

vi

i \_z u--.\''lolt


(4)

n

YoU'=oL''r-n,

r.'' \&*r..o

lrlrrr

t,' -i',,

",,

!,rr1.,,

i1llf*y:r. Lu,!{ra rn'lC i i,! ; ' ,'

lY,€N^r'l:,1

Aoy(*c

jouLr r

.t-tt'' r, :i

I ', ir,1.", \;l:.: fl"filu \ln a.',:^d

\

IJ( r.c l' .'-- f lt r .' I a,

L\ d.al [.crr".Jtt

(r'

ri i.,ga'.^,-ti- i4r. ,idarlilf

Jn'-

t"r..,'

: 'ai.

! ._,1 : ! :t ,

\.r irr {' r.

I

,2f

t\

('1

1o

,/

"/'-


(5)

Y)>-ry

rc

I

i ^' -.. I'

j

t.,

a

Q"t,A.,

Q"r,

E*,.,

Qur*

o5,

06^

S",

L,,fi^

Ifi.4g,.,L,u \oJuJr^u

Jo^

\lo5*,15

\t.o*.

S,l*.n

$a"cr'rL

$U"-*u

SJo.r^

,}ryo.$).no.,tp.

Qeo..

bV '\""rf,:rl.L

\AL,qranoh,

,S*1."t^

O*..^ k

v

rLo

$"uta'

,

5v"

!f).',.,J,

M,"

ho*t

\v1ot)'

'

iSrt *t- \\qnJ, 5*to

5,qB'S,qe.5cs"\ou 5,q? Sayo \3cq?q.n,teo

\h"co)"

\L*,

,

ba

L".o.g,r"oc

t..-,oo

a'h\^ 5rtY" ,

^

59*,9..

),7y*r.

€,ol*

\\;x,

%"-t

b.u L.u*L.L,nv'

51"

1Lo3o,6'E'o

E"uas,

3"3..o

(\Ocnfro?ea.'

f*",-

[,crtrn

U"t^xV*rAott

l6rsr\*X

t-t.Aoo-

3o1u

!^

L"r.-r."'

tc\qroc

\on3onr Svn33ur'l'

.T

lr

ry',

8:9

/4

t:

P;

:

t


(6)

BIODATA PENULIS

Puguh Apria Rantau. Lahir di Bekasi, 1 April 1992. Anak tunggal dari pasangan Bapak Drs. Nabrih Binind Saend, MM. dan Ibu Siti Hartinah. Penulis beralamat di Kp. Awirarangan Rt 02/05, Ds. Tamansari, Kec. Setu, Kab. Bekasi, Jawa Barat, Kode Pos 17320. Penulis menempuh

pendidikan di Sekolah Dasar di SDN 01

Tamansari, Setu-Bekasi (1998-2004), SMPN 1

Setu Bekasi (2004-2007), dan SMAN 1 Setu Bekasi (2007-2010), dan melanjutkan S1 tahun 2010 pada Program Studi Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) di Universitas

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Judul skripsi penulis “Pengaruh

Media Film Animasi Terhadap Keterampilan Menulis Karangan Narasi Siswa Kelas VII MTs. Hidayatul Umam Cinere Depok”.


Dokumen yang terkait

pengaruh model pembelajaran webbed terhadap keterampilan menulis karangan pada siswa kelas IV SDIT Al-Mubarak Jakarta pusat tahun ajaran 2014/2015

4 24 258

Analisis kesalahan kata penghubung dalam karangan narasi siswa kelas IX semester I MTs Darussalam Ciampea Tahun Pelajaran 2013/2014

0 4 102

Pengaruh penggunaan media gambar terhadap keterampilan menulis puisi pada siswa kelas V di SDIT Az-Zahra Pondok Petir Sawangan Depok Tahun pelajaran 2013/2014

1 10 132

Pengaruh penggunaan media audio visual Terhadap peningkatan keterampilan menulis puisi siswa kelas IX MTS Jabal Nur Cipondoh Tangerang Tahun pelajaran 2014/2015

3 14 115

Kemampuan menulis karangan deskripsi berdasarkan teks wawancara siswa kelas VII A MTS Al Jamhuriyah Kecamatan Cinere, Kota Depok

4 76 86

Peningkatan keterampilan menulis narasi dengan media teks wacana dialog: penelitian tindakan pada siswa kelas VII MTs Negeri 38 Jkaarta tahun pelajaran 2011-2012

4 39 107

Peningkatan keterampilan menulis narasi sugestif dengan media foto pada siswa kelas x Madrasah Aliyah Attaqwa 03 Tarumajaya Bekasi: penelitian tindakan kleas

0 8 234

Pengaruh penerapan metode menulis berantai terhadap keterampilan menulis karangan narasi di kelas IV SD Islam Annajah Petukangan Selatan Jakarta Selatan Tahun ajaran 2013/2014

0 14 165

Pengaruh model experiential learning terhadap keterampilan menulis karangan deskripsi siswa kelas V SDN Cengkareng Timur 15 Pagi Jakarta Barat

10 96 238

Peningkatan keterampilan menulis paragraph deskripsi dengan media gambar pada siswa kelas V MI Al-Khoeriyah, Leuwisadeng, Bogor Tahun Pelajaran 2013/2014

0 7 91