Penelitian yang dilakukan oleh Skousen et al. 2009 membuktikan bahwa semakin tinggi rasio hutang perusahaan maka semakin rendah
probabilitas perusahaan tersebut untuk melakukan fraud. Berdasarkan uraian tersebut, diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut:
Ha
2
: External Pressure berpengaruh positif terhadap financial statement fraud.
c. Personal financial need sebagai variabel untuk mengetahui
pengaruh financial statement fraud. Personal Financial Need merupakan suatu kondisi dimana
keuangan perusahaan dipengaruhi oleh kondisi keuangan para eksekutif perusahaan. Ketika eksekutif perusahaan memiliki peranan keuangan
yang kuat dalam suatu perusahaan, personal financial need dari eksekutif perusahaan tersebut akan turut terpengaruh oleh kinerja
keuangan perusahaan Skousen et al. 2009. Sebagian saham yang dimiliki oleh eksekutif perusahaan akan mempengaruhi kebijakan
manajemen dalam kinerja dan keuangan perusahaan. Oleh karena itu, variabel personal financial need diproksikan dengan rasio kepemilikan
saham oleh orang dalam manajer, direktur, maupun komisaris perusahaan. Saham adalah sertifikat yang menunjukkan bukti
kepemilikan suatu perusahaan, dan pemegang saham memiliki hak klaim atas penghasilan dan aktiva perusahaan.
Kondisi dimana sebagian saham dimiliki oleh manajer, direktur, maupun komisaris perusahaan, maka akan mempengaruhi kondisi
finansial perusahaan. Manajemen perusahaan akan lebih bertindak curang dalam menyajikan leporan keuangan. Semakin tinggi rasio
kepemilikan sahal oleh orang dalam, maka financial statement fraud
semakin tinggi.
Penelitian yang dilakukan oleh Skousen et al. 2009 membuktikan bahwa ketika rasio kepemilikan saham oleh orang dalam
dalam suatu perusahaan rendah maka probabilitas dilakukannya fraud dalam perusahaan tersebut tinggi. Berdasarkan uraian tersebut, diajukan
hipotesis penelitian sebagai berikut: Ha
3
: Personal financial need berpengaruh positif terhadap financial statement fraud.
d. Financial targets sebagai variabel untuk mengetahui pengaruh
financial statement fraud. Dalam menjalankan kinerjanya, manajer perusahaan dituntut untuk
melakukan hal terbaik sehingga perusahaan dapat mencapai target keuangan yang telah direncanakan. Perbandingan laba tehadap jumlah
aktiva atau Return on Asset adalah ukuran kinerja operasional yang banyak digunakan untuk menunjukkan seberapa efisien aktiva telah
bekerja Skousen et al., 2009. ROA sering digunakan dalam menilai kinerja manajer dalam menentukan bonus, kenaikan upah, dan lain-lain.
Oleh karena itu, Return On Asset dijadikan proksi untuk variabel
financial targets.
Return On Asset digunakan untuk mengukur manajemen perusahaan dalam memperoleh keuntungan laba secara keseluruhan.