Tahapan Pengelolaan Mitra Kerja Sekolah

Pengembangan Sekolah 77 c. berguna dalam mengembangkan program-program sekolah ke arah yang lebih maju dan lebih memahami agar dapat dirasakan langsung oleh masyarakat sebagai pengguna jasa pendidikan.

7. Manfaat Hubungan Sekolah dengan Masyarakat

a. adanya saling pengertian antara sekolah dengan pihak luar, b. adanya kegiatan yang membantu karena mengetahui manfaat, arti dan pentingnya peranan masing-masing, dan c. adanya kerja sama yang erat dengan masing-masing pihak dan rasa ikut bertanggung jawab atas suksesnya usaha pihak lain.

8. Sifat Hubungan Sekolah dengan Masyarakat

a. hubungan timbal balik yang menghasilkan manfaat bagi kedua belah pihak, b. hubungan yang bersifat sukarela berdasarkan prinsip bahwa sekolah merupakan bagian yang tak terpisahkan integral dari masyarakat, c. hubungan yang bersifat kontinu atau berkesinambungan antara sekolah dengan masyarakat, d. hubungan ke luar sekolah guna menambah simpati masyarakat terhadap sekolah, dan e. hubungan ke dalam sekolah menambah keyakinan dan mempertebal pengertian para civitas academica tentang segala kepemilikan material dan non material sekolah.

C. Tahapan Pengelolaan Mitra Kerja Sekolah

Upaya membangun kemitraan antara sekolah dengan orang tua menurut Molloy, dkk. 1995 :62 seperti yang disampaikan oleh Utari, dapat dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: 1. Memulai kemitraan Sekolah selaku pemicu awal kemitraan memulai dengan menganalisis kebutuhan baik peserta didik, orang tua maupun sekolah. Kesamaan atau kesejalanan kebutuhan di antara ketiga pihak tersebut adalah latar belakang yang baik untuk memulai kemitraan sekolah. Dalam tahapan ini juga perlu menelusuri informasi tentang kemitraan yang pernah dilakukan sebelumnya antara sekolah dan orangtua, sehingga dapat menjadi acuan pada kegiatan selanjutnya. Informasi lain yang perlu diketahui pihak sekolah adalah mengenai potensi orang tua sebagai mitra sekolah. Potensi yang dimaksud bisa dari berbagai sudut pandang, antara lain ekonomi, pekerjaan, keahlian dan pengalaman, kepentingan, minat, kegemaran, dan sebagainya. 2. Membangun kemitraan Pola persuasif menjadi pilihan yang utama dalam mengundang perhatian orang tua akan permasalahan kenakalan anak. Kemasan yang informal juga menjadi cara jitu untuk membangun kemitraan antara sekolah dan orangtua sebelum mengarah kepada bentuk kegiatan yang formal. Efektivitas kemitraan sekolah dan orang tua dalam membangun kemampuan sosial anak akan lebih dipertajam dengan hadirnya fasilitator yang berkeahlian dan bersifat netral, misal pakar pendidikan tinggi dan praktisi. Kemitraan bahkan dapat diperluas menjadi sebuah jaringan Pengembangan Sekolah 78 dengan melibatkan bagian-bagian masyarakat, misal unit pelayanan publik, media lokal, perusahaan komersial, wadah pelatihan, dll. Tempat yang digunakan pun tidak hanya sekolah, contoh antara lain berupa perpustakaan publik, rumah sakit, kegiatan bazar, pameran daerah, karnaval, museum, kantor polisi, dan sebagainya. Merajut jaringan kemitraan memang bukan hal mudah, namun dampaknya tidak dapat dianggap sepele karena bisa menghadirkan dukungan yang lebih luas bagi sekolah. Pihak-pihak yang dilibatkan antara lain komite sekolah itu sendiri, pemimpin agama, mitra bisnis, organisasi publik, LSM dan organisasi lainnya, dan tokoh komunikasi. 3. Mengembangkan visi bersama Sekolah dan orang tua bersama-sama merancang visi, misalnya berupa pencegahan kenakalan anak. Kedua pihak berpikir tentang tujuan yang hendak dicapai dan cara apa yang dilakukan guna meraihnya. Dari pemikiran tersebut diharapkan akan muncul rasa tanggung jawab akan pelaksanaan, keberlangsungan, dan keterkaitan kegiatan. 4. Mengimplementasikan perencanaan ke dalam tindakan kolaboratif Sebagai kegiatan kolaboratif, maka keterlibatan semua pihak sangat diperlukan. Sebagai contoh, kegiatan untuk memperkuat hubungan anak dan orang tua melalui peningkatan keterampilan komunikasi. Dalam implementasinya, aktivitas yang dilaksanakan harus dapat menunjuk secara nyata interaksi antara anak dan orang tua, seperti perlombaan antara keluarga peserta didik dan lokakarya pola asuh anak yang melibatkan orang tua dan peserta didik sebagai peserta. Contoh lain semisal upaya membangun citra diri anak di tengah masyarakat. Kegiatan yang dapat dilakukan adalah dengan mengajak anak dan orang tua mengunjungi rumah sakit, museum, perpustakaan, kantor polisi, dan sebagainya. Tahapan menjalin kemitraan dapat dilakukan dengan kegiatan berikut: 1. Identifikasi mitra kerja sekolah adalah kegiatan mendata orang atau kelompok yang potensial untuk diajak bergabung menjadi mitra kerja sekolah. 2. Analisis mitra kerja sekolah adalah kegiatan mencermati data hasil identifikasi dan ditindaklanjuti dengan menentukan prioritas. 3. Pembentukan komitmen adalah kegiatan pembentukan pemahaman terhadap permasalahan sekolah dan pembuatan kesepakatan dalam bentuk naskah kerja sama. 4. Penyusunan perencanaan pengelolaan mitra kerja sekolah; adalah kegiatan penulisan aspek perencanaan secara rinci dan operasional sebagai acuan untuk implementasi. Aspek perencanaan meliputi: kegiatan, waktu, penanggung jawab, SDM yang dilibatkan, bahan dan peralatan, serta sumber dana. 5. Implementasi pengelolaan mitra kerja sekolah adalah tindakan merealisasikan rencana yang telah dicanangkan untuk diwujudkan menjadi kenyataan. 6. Pantauan dan penilaian, merupakan tindakan pengendalian terhadap implementasi yang sedang berlangsung. 7. Konsolidasi strategi pengelolaan mitra kerja sekolah adalah tindakan melakukan pemantapan atau perbaikan terhadap langkah-langkah yang telah dilakukan untuk mencapai hasil yang optimal. Pengembangan Sekolah 79

D. Implementasi Strategi Pengelolaan Jejaring Mitra Kerja Sekolah