sheet yaitu sekitar 0,4 C untuk suhu udara dan 3 untuk kelembaban udara. Perbedaan
nilai cukup jauh karena alat ukur HTC-2 pada spesifikasinya juga mempunyai error yaitu 1
C untuk suhu udara dan 5 untuk kelembaban udara, sehingga perbedaan nilai cukup besar.
Gambar 4. 15 Gambar sampel dalam pengujian karakteristik sensor Tabel 4. 6 Uji coba kadar air pada setiap level sensor
Pengujian sensor YL-69 dilakukan tanpa menggunakan alat ukur. Range pada sistem init adalah 0 sampai dengan 10. Dilakukan dengan menggunakan 3 sampel dengan
volume tanah dan kondisi pembacaan awal sensor yang sama. Pembacaan awal sensor pada masing-masing sampel adalah 1 seperti pada gambar 4.15. Percobaan ini dilakukan
dengan waktu sekitar 9 menit, ini dimaksudkan agar air dapat meresap dengan baik dulu kedalam tanah. Takaran air menggunakan sendok makan. Pada sampel A diberikan 3
sendok makan, lalu pada pembacaan sensor stabil pada nilai 2 dan 3. Pada sampel B diberikan 4 sendok makan, pembacaan sensor stabil pada nilai 5. Kemudian pada sampel C
diberikan 6 sendok makan air, pembacaan sensor stabil pada nilai 6-7. Grafik karakteristik dari sensor YL-69 dapat dilihat pada lampiran
4.3 Pengujian Sistem Secara Keseluruhan
Setelah dilakukan masing-masing pengujian pada setiap komponem rangkaian, dilakukan pengujian sistem secara kesulurahan. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui
apakah sistem sudah dapat berjalan sesuai dengan perancangan yang dibuat. Dijelaskan pada gambar 3.14 alur sistem smart greenhouse. Saat tombol start ditekan sistem akan
menunggu 10 detik untuk mengambil data. Setelah itu sistem akan secara otomatis melakukan pengambilan data sensor serta mengendalikan sistem kendali. Pengujian yang
dilakukan selama sekitar 6 jam untuk mengetahui ketahanan sistem serta apakah sistem dapat bekerja dengan baik menurut nilai referensi yang ada. Pada gambar 4.16, gambar
4.18 dan 4.20 ditunjukkan respon masing-masing sistem. Pada pengujian ini nilai set point berbeda dengan perancangan pada bab 3 dikarenakan kemampuan masing-masing pada
sistem pengendali. Saat air cooler dan humidifier dilakukan uji coba, pada air cooler hanya bisa menurunkan suhu sekitar 29 derajat celcius. Pada humidifier nilai kelembaban
dapat meningkat sampai diatas 90 karena itu nilai set point kelembaban dan suhu udara diubah. Untuk kelembaban tanah nilai set point diubah untuk menyesuaikan dengan nilai
alat ukur.
Gambar 4. 16 Grafik suhu terhadap waktu Pada pengujian parameter suhu udara, kondisi awal suhu sebelum sistem dihidupkan
adalah sekitar 35 C sehingga saat sistem dijalankan air cooler langsung dapat dihidupkan
karena telah melewati nilai set point atas yaitu 33 C. Pada grafik pada gambar 4.16 nilai
suhu terus turun hingga nilai sekitar 28,74 C. Terlihat bahwa respon sistem untuk
menurunkan suhu sampai melewati set point bawah sekitar 480 detik. Setelah itu dengan cepat suhu akan kembali naik karena kondisi saat itu adalah air cooler dimatikan. Respon
penurunan suhu ini juga dipengaruhi oleh kekuatan dari air cooler. Digambar 4.16 saat
Air cooler Dihidupkan
Air cooler Dimatikan
suhu kembali naik dan melewati set point, air cooler kembali hidup sehingga suhu kembali dipaksa untuk turun. Namun saat ini suhu tidak dapat mencapai set point bawah, itu
dipengaruhi oleh suhu air pada air cooler sudah naik dari pada kondisi awal. Sehingga pada gambar 4.17 air cooler terus menyala setelah itu. Walaupun suhu tidak mencapai set
point bawah, nilai suhu tetap stabil di antara set point atas dan bawah terlihat pada grafik 4.16. kondisi suhu terus dibawah 33
C.
Gambar 4. 17 Grafik kondisi Air cooler terhadap waktu
Gambar 4. 18 Grafik kelembaban udara terhadap waktu Kondisi awal kelembaban udara sebelum sistem dihidupkan adalah sekitar 76,99
. Sehingga saat sistem dijalankan humidifier langsung dapat dihidupkan karena telah
melewati nilai set point bawah yaitu 80. Pada grafik pada gambar 4.18 terlihat nilai kelembaban udara terus naik hingga nilai sekitar 94. Waktu dari respon sistem untuk
Humidifier Dihidupkan Humidifier Dimatikan
menaikkan nilai kelembaban udara sampai melewati set point atas sekitar 240 detik. Setelah itu kondisi kelembaban udara akan kembali turun mengikuti kondisi kelembaban
disekitar greenhouse karena humidifier telah dimatikan. Berbeda dengan suhu, nilai kelembaban udara terlihat lebih fluktatif. Saat kelembaban udara kembali turun sampai
melewati set point bawah, humidifier kembali dihidupkan dan terus naik sampai nilai kelembaban melewati set point dan humidifier kembali dimatikan. Itu karena humidifier
menyemburkan air yang menyerupai kabut sehingga mudah untuk terus menaikkan nilai kelembaban udara saat nilainya sudah dibawah set point. Pada gambar 4.19 digambarkan
kondisi humidifier saat dihidupkan dan dimatikan dan pada grafik di gambar 4.18 kondisi kelembaban udara telah berhasil dipertahankan diantara nilai set point atas dan bawah.
Gambar 4. 19 Grafik kondisi humidifier terhadap waktu
Gambar 4. 20 Grafik kondisi kelembaban tanah terhadap waktu
Pompa Air Dihidupkan Pompa Air Dimatikan
Pada kelembaban tanah range yang digunakan sensor adalah 0 sampai 10. Nilai 0 menandakan tanah sangat kering atau sensor tidak menyentuh tanah jika nilai terus naik,
maka tanah akan semakin basah seperti pada gambar 4.14. Kondisi awal pada kelembaban tanah adalah 1 yaitu kondisi tanah kering. Saat sistem dijalankan pompa air akan langsung
menyala dan air akan disemprotkan melalui nozzle. Pada gambar 4.20 nilai kelembaban tanah saat pompa dinyalakan dapat menyampai nilai 6 setelah itu pompa mati karena telah
melewati set point atas. Setelah beberapa detik nilai turun pada kondisi 5. Kondisi kelembaban tanah akan cukup lama mencapai kondisi kering dikarenakan tidak terdapat
tanaman padan uji coba ini. Pada gambar 4.21 terlihat grafik kondisi pompa saat sistem berjalan. Daya yang digunakan pada sistem ini adalah sekitar 450 W dari penggunaan
humidifier 20 W, pompa air 356 W dan air cooler 60 W sementara untuk control box sekitar 14 W.
Gambar 4. 21 Grafik kondisi pompa air terhadap waktu
4.4 Analisa Software