BAB I Pengembangan Profesi Keguruan

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam suatu bangsa dan negara salah satu pokok kemajuan bangsa dan negara tersebut terletak pada bidang pendidikan. Meskipun telah dilakukan upaya peningkatan pendidikan oleh pemerintah dengan melakukan perubahan paradigma dan kurikulum, namun perubahan tersebut dari masa ke masa masih belum memberikan hasil yang memuaskan.

Dengan melihat data tersebut, maka diperlukan upaya keras untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Upaya terkecil yang dapat dilakukan oleh satuan pendidikan adalah dengan membuat perencanaan pendidikan atau pembelajaran. Dengan adanya perencanaan yang strategis akan dengan mudah mengukur dan mencapai tujuan yang diimpikan. Tentunya dalam membuat perencanaan pembelajaran tersebut harus melihat dan melibatkan komponen-komponen yang ada dalam lingkungan pendidikan.

Menyusun perencanaan merupakan langkah penting agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif dan efisien. Perencanaan Pembelajaran berarti pemikiran tentang penerapan prinsip-prinsip umum pembelajaran tersebut di dalam pelaksanaan tugas mengajar dalam suatu situasi interaksi guru dan murid, baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Karena dengan perencanaan itu, maka seseorang guru akan bisa memberikan pelajaran dengan baik, karena ia dapat menghadapi situasi di dalam kelas secara. Perencanaan pembelajaran adalah proses pengambilan keputusan hasil berpikir secara rasional tentang sasaran dan tujuan pembelajaran tertentu, yaitu perubahan perilaku serta rangkaian kegiatan yang harus dilaksanakan sebagai upaya pencapaian tujuan dengan memanfaatkan segala potensi dan sumber belajar yang ada. Sehingga, perencanaan pembelajaran menekankan kepada proses penyusunan pedoman pembelajaran dalam rangka menerjemahkan kurikulum yang berlaku.

Setelah Perencanaan Pembelajaran dibuat dan dilakukan proses permebajaran, maka perlu dilakukannya evaluasi untuk mengukur dan menilai


(2)

2

proses pembelajaran yang telah dilakukan. Keberhasilan pendidikan selama ini hanya diukur dari keunggulan ranah kognitif dan nyaris tidak mengukur ranah afektif serta psikomotorik sebagai satu kesatuan yang harus dicapai untuk pembinaan keterampilan, perilaku atau watak, dan budi pekerti siswa ke arah akhlaqul karimah. Sehingga dibutuhkan penilaian atau evaluasi dalam proses pembelajaran. Agar dapat menilai ketiga ranah tersebut yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Diharapkan dengan adanya evaluasi, guru dapat mengetahui sejauh mana siswa dapat memahami suatu pembelajaran yang disajikan.

Dengan kata lain, rencana pembelajaran yang dibuat guru harus berdasarkan pada kompetensi dan kompetensi dasar serta tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran. Sedangkan evaluasi merupakan kegiatan guru untuk mengetahui kemampuan siswa sudah sejauh mana memahami pembelajaran disekolah.

B. Identifikasi Masalah

Berdsarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah yaitu:

1. Upaya peningkatan pendidikan oleh pemerintah dengan melakukan perubahan

paradigma dan kurikulum, namun perubahan tersebut dari masa ke masa masih belum memberikan hasil yang memuaskan.

2. Diperlukan upaya keras untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.

Upaya terkecil yang dapat dilakukan oleh satuan pendidikan adalah dengan membuat perencanaan pendidikan atau pembelajaran.

3. Garus menyusun perencanaan pembelajaran, agar pembelajaran yang akan

disampaikan terarah dan memiliki batasan dalam menyampaikan materi tertentu.

4. Guru harus melakukan evaluasi atau penilain setelah melaksanakan

pembelajaran, agar guru dapat mengetahuai sudah sejauh mana kemampuan peserta didik memahami pembelajaran.


(3)

3 C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan luasnya ruang lingkup pembahasan, agar makalah ini lebih terarah dan masalah yang dikaji lebih mendalam, perlu adanya pembatasan masalah yang akan diteliti. Adapun pembatasan masalah yang

akan diuraikan tentang “Perencanaan Pembelajaran dan Evaluasi”.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apa pengertian perencanaan pembelajaran?

2. Apa manfaat dan fungsi perencanaan pembelajaran?

3. Bagaimana kriteria dan langkah penyusunan perencanaan pembelajaran?

4. Apa pengertian evaluasi pembelajaran?

5. Apa tujuan dan fungsi evaluasi pembelajaran?

6. Apa saja jenis evaluasi pembelajaran?

7. Bagaimana teknik evaluasi pembelajaran?

E. Tujuan

Sejalan dengan perumusan masalah yang dikeukakan di atas, maka tujuan makalah ini yaitu:

1. Mengetahui pengertian perencanaan pembelajaran

2. Mengetahui manfaat dan fungsi perencanaan pembelajaran

3. Mengetahui kriteria dan langkah penyususan perencanaan pembelajaran

4. Mengetahui pengertian evaluasi

5. Mengetahui tujuan dan fungsi evaluasi

6. Mengetahui jenis evaluasi pembelajaran


(4)

4 BAB II PEMBAHASAN

A. Perencanaan dan Pembelajaran

1. Pengertian Perencanaan Pembelajaran

Dalam dunia pendidikan, kata perencanaan pembelajaran mungkin sering kita dengar maupun ucapkan. Jika dilihat dari terminologinya, perencanaan

pembelajaran terdiri atas dua kata, yakni perencanaan dan pembelajaran.

Perencanaan berasal dari kata “rencana” yang artinya rancangan konsep atau rangka

sesuatu yang akan dikerjakan. Perencanaan dapat diartikan sebagai proses penyusunan materi pelajaran berupa penggunaan media, pendekatan, serta penilaian, dalam suatu alokasi waktu yang akan dilaksanakan pada masa tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Menurut Wina Sanjaya pembelajaran adalah “proses kerja sama antara guru

dan siswa dalam memanfaatkan segala potensi dan sumber yang ada baik potensi yang bersumber dari dalam diri siswa itu sendiri maupun potensi yang ada di luar

diri siswa sebagai upaya untuk mencapai tujaun belajar tertentu”.1 Sebagai proses

kerja sama, pembelajaran tidak hanya menitikberatkan pada kegiatan guru atau kegiatan siswa saja, akan tetapi guru dan siswa secara bersama-sama berusaha mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.

Dari pengertian kata perencanaan dan pembelajaran, maka dapat kita tarik kesimpulan bahwa perencanaan pembelajaran merupakan catatan-catatan hasil pemikiran awal seorang guru sebelum mengelola proses pembelajaran. Perencanaan pembelajaran merupakan perisapan mengajar yang berisi hal-hal yang perlu atau harus dilakukan oleh guru dan siswa dalam melaksanakan kegiatan pembeajaran yang antara lain meliputi unsur-unsur: pemilihan materi, metode, media, dan alat evaluasi.

1 Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), h. 26.


(5)

5

2. Manfaat Dan Fungsi Perencanaan Pembelajaran a. Manfaat Perencanaan

Ketika menyusun perencanaan, tentu kita akan mengambil keputusan alternatif mana yang terbaik agar proses pencapaian tujuan berjalan secara efektif. Dengan demikian, ada beberapa manfaat yang dapat kita petik dari penyusunan proses pembelajaran:

1) Melalui proses perencanaan yang matang, kita akan terhindar dari keberhasilan

yang bersifat untung-untungan. Artinya, dengan perencanaan yang matang dan akurat, kita akan mampu memprediksi seberapa besar keberhasilan yang akan dapat dicapai.

2) Sebagai alat untuk memecahkan masalah. Seorang perencana yang baik akan

dapat memprediksi kesulitan apa yang akan dihadapi oleh siswa dalam mempelajari materi pelajaran tertentu. Dengan perencanaan yang matang guru akan dengan mudah mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin timbul.

3) Untuk memanfaatkan berbagai sumber belajar secara tepat. Seiring dengan

perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, dewasa ini banyak sekali sumber-sumber belajar yang mengandung berbagai informasi. Melalui, perencanaan guru dapat menentukan sumber-sumber mana saja yang dianggap tepat untuk mempelajari suatu bahan pembelajaran.

4) Perencanaan akan dapat membuat pembelajaran berlangsung secara sistematis

artinya, proses pembelajaran tidak akan berlangsung seadanya, akan tetapi akan berlangsung secara terarah dan terorganisir. Dengan demikian, guru dapat menggunakan waktu seefektif mungkin untuk keberhasilan proses pembelajaran.

b. Fungsi Perencanaan

Perencanaan pembelajaran memiliki beberapa fungsi di antaranya sebagai berikut:

1) Fungsi kreatif, pembelajaran dengan menggunakan perencanaan yang matang,

akan dapat memberikan umpan balik yang dapat menggambarkan berbagai kelemahan yang terjadi. Melalui umpan balik itulah guru dapat meningkatkan


(6)

6

dan memperbaiki program. Secara kreatif, guru akan selalu memperbaiki berbagai kelemahan dan menemukan hal-hal baru.

2) Fungsi inovatif, suatu inovasi hanya akan mungkin muncul seandainya kita

memahami adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Kesenjangan itu hanya mungkin dapat ditangkap, manakala kita memahami proses yang akan dilaksanakan secara sistematis. Proses pembelajaran yang sistematis itulah yang direncanakan dan terprogram secara utuh. Dalam kaitan inilah perencanaan memiliki fungsi inovasi.

3) Fungsi selektif, melalui proses perencanaan kita dapat menyeleksi strategi

mana yang kita anggap lebih efektif dan efisien untuk dikembangkan. Tanpa suatu perencanaan tidak mungkin kita dapat menentukan pilihan yang tepat. Fungsi selektif ini juga berkaitan dengan pemilihan materi pelajaran yang dianggap sesuai dengan tujuan pembelajaran. Melalui proses perencanaan guru dapat menentukan materi mana yang sesuai dan materi mana yang tidak sesuai.

4) Fungsi komunikatif, suatu perencanaan yang memadai harus dapat

menjelaskan kepada setiap orang yang terlibat, baik kepada guru, pada siswa, kepala sekolah bahkan kepada pihak eksternal seperti kepada orang tua dan masyarakat. Dokumen perencanaan harus dapat mengomunikasikan kepada setiap orang baik tentang tujuan dan hasil yang ingin dicapai, strategi atau rangkaian kegiatan yang dapat dilakukan. Oleh sebab itu, perencanaan memiliki fungsi komunikatif.

5) Fungsi prediktif, perencanaan yang disusun secara benar dan akurat, dapat

menggambarkan apa yang akan terjadi setelah dilakukan suatu treatment sesuai dengan program yang disusun. Melalui fungsi prediktifnya, perencanaan dapat menggambarkan berbagai kesulitan yang akan terjadi. Di samping itu, fungsi prediktif dapat menggambarkan hasil yang akan diperoleh.

6) Fungsi akurasi, melalui proses perencanaan guru dapat menakar setiap waktu

yang diperlukan untuk menyampaikan bahan pelajaran tertentu. Guru dapat menghitung jam pelajaran efektif, melalui program perencanaan.

7) Fungsi pencapaian tujuan, engajar bukanlah sekedar menyampaikan materi,


(7)

7

berkembang dalam aspek intelektual saja, akan tetapi juga dalam sikap dan keterampilan. Dengan demikian pembelajaran memiliki dua sisi yang sama pentingnya, yakni sisi hasil belajar dan sisi proses belajar. Melalui perencanaan itulah kedua sisi pembelajaran dapat dilakukan secara seimbang.

8) Fungsi kontrol, mengontrol keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan

merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam suatu proses pembelajaran tertentu. Melalui perencanaan kita dapat menentukan sejauh mana materi pelajaran telah dapat diserap oleh siswa. Dalam hal inilah perencanaan berfungsi sebagai kontrol, yang selanjutnya dapat memberikan balikan kepada guru dalam mengembangkan program pembelajaran selanjutnya.

3. Kriteria dan Langkah Penyusunan Perencanaan Pembelajaran a. Kriteria Penyusunan Perencanaan Pembelajaran

Penyusunan perencanaan pembelajaran merupakan suatu keharusan karena didorong oleh kebutuhan agar pelaksanaan pembelajaran terarah sesuai dengan tujuan dan sasaran yang ini dicapai. Beberapa nilai perencanaan yang dapat dijadikan sebagai kriteria penyusunan perencanaan yaitu:

1) Signifikansi

Signifikansi dapat diartikan sebagai kebermaknaan. Nilai signifikansi adalah perencanaan pembelajaran hendaknya bermakna agar proses pembelajaran berjalan efektif dan efisien. Oleh karena itu, perencanaan pembelajaran disusun sebagai bagian dari proses pembelajaran sesuai dengan kebutuhan siswa. Perencanaan pembelajaran tidak ditempatkan sebagai pelengkap saja. Dengan demikian, dalam proses pembelajaran hendaknya guru berpedoman pada perencanaan yang disusunnya.

2) Relevan

Relevan artinya sesuai. Nilai relevansi dalam perecanaan adalah bahwa perencanaan yang kita susun memiliki nilai kesesuaian baik internal maupun eksternal. Kesesuaian internal adalah perencanaan pembelajaran harus sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Kesesuaian eksternal mengandung makna, bahwa perencanaan pembelajaran yang disusun harus sesuai dengan kebutuhan siswa.


(8)

8

3) Kepastian

Nilai kepastian itu bermakna bahwa dalam perencanaan pembelajaran yang berfungsi sebagai pedoman dalam penyelenggaraan proses pembelajaran, tidak lagi memuat alternatif-alternatif yang bisa dipilih, akan tetapi berisi langkah-langkah pasti yang dapat dilakukan secara sistematis. Dengan demikian, guru dapat terhindar dari masalah yang muncul secara tidak terduga.

4) Adaptabilitas

Perencanaan pembelajaran yang disusun hendaknya bersifat lentur atau tidak kaku. Perencanaan pembelajaran disusun untuk dapat diimplementasikan dalam berbagai keadaan dan berbagai kondisi. Dengan demikian perencanaan itu dapat digunakan oleh setiap orang yang akan menggunakannya.

5) Kesederhanaan

Perencanaan pembelajaran harus bersifat sederhana artinya mudah diterjemahkan dan mudah diimplementasikan. Perencanaan yang rumit dan sulit untuk diimplementasikan tidak akan berfungsi sebagai pedoman untuk guru dalam pengelolaan pembelajaran.

6) Prediktif

Perencaan pembelajaran harus memiliki daya ramal yang kuat, artinya perencanaan dapat menggambarkan apa yang akan terjadi. Daya ramal ini sangat penting untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan yang akan terjadi, dengan demikian akan mudah bagi guru untuk mengantisipasinya.

b. Langkah-Langkah Penyusunan Perencanaan Pembelajaran

Berdasarkan komponen-komponen dalam sistem pembelajaran, selanjutnya kita dapat menentukan langkah-langkah dalam menyusun perencanaan pembelajaran, yaitu sebagai berikut:

1) Merumuskan Tujuan Khusus

Tugas guru adalah menerjemahkan tujuan umum pembelajaran menjadi tujuan yang spesifik. Tujuan yang spesifik itu dirumuskan sebagai indikator hasil belajar. Fungsi rumusan pembelajaran khusus adalah sebagai teknik untuk mencapai tujuan pembelajaran umum. Dengan demikian, maka pencapaian


(9)

tujuan-9

tujuan khusus dalam proses pembelajaran, merupakan indikator pencapaian tujuan umum.

2) Pengalaman Belajar

Memilih pengalaman belajar yang harus dilakukan siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran. Belajar bukan sekedar mencatat dan menghafal, akan tetapi proses berpengalaman. Oleh karena itu, siswa harus didorong melakukan kegiaatn tertentu. Walaupun tujuan pembelajaan hanya sebatas memahami data atau fakta, akan tetapi sebaiknya hal itu tidak cukup hanya diberikan saja oleh guru, akan tetapi siswa didorong untuk mencari dan menemukan sendiri fakta tersebut, misalnya melalui wawancara, observasi, dan lain sebagainya.

3) Kegiatan Belajar Mengajar

Menentukan kegiatan belajar engajar yang sesuai, pada dasarnya kita dapat merancang melalui pendekatan kelompok atau pendekatan individual. Pendekatan kelompok adalah pembelajaran yang dirancang dengan menggunakan pendekatan klasikal, yaikni pembelajaran di mana setiap siswa belajar secara kelompok baik dalam kelompok besar ataupun kelompok kecil; sedangkan pembelajarn individual adalah pembelajaran di mana siswa belajar secara mandiri melalui bahan belajar yang di rancang sedemikian rupa, sehingga siswa dapat belajar menurut kecepatan dan kemampuan masing-masing.

4) Orang-orang yang Terlibat

Perencanaan pembelajaran dengan pendekatan sistem juga bertanggung jawab dalam menentukan orang yang akan membantu dalam proses pembelajaran. Orang-orang yang akan terlibat dalam proses pemeblajaran khususnya yang berperan sebagai sumber belajar meliputi instruktur atau guru, dan juga tenaga profesional. Peran guru dalam proses pembelajaran adalah sebagai pengelola pembelajaran. Dalam pelaksanaan peran tersebut di antaranya guru berfungsi sebagai penyampai informasi. Peran yang lain sebagi guru adalah mengatur


(10)

10

lingkungan belajar untuk memberikan pengalaman belajar yang memadai bagi setiap siswa.

5) Bahan dan Alat

Penyelesaian bahan adan alat juga merupakan bagian dari sistem perencanaan pembelajaran. Penetuan bahan dan alat dapat mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

a. Keberagaman kemampuan intelektual siswa.

b. Jumlah dan keberagaman tujuan pembelajaran khusus yang harus dicapai

siswa.

c. Tipe-tipe media yang diproduksi dn digunakan secara khusus.

d. Berbagai alternatif pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran.

e. Bahan dan alat yang dapat dimanfaatkan.

f. Fasilitas fisik yang tersedia.

6) Fasilitas Fisik

Fasilitas fiisk merupakan faktor yang akan berpengaruh terhadap keberhasilan proses pembelajaran. Fasilitas fisik meliputi ruangan kelas, pusat media, laboratorium, atau ruangan untuk kelas berukuran besar (semacam aula). Guru dan siswa akan bekerja sama, menggunakan bahan pelajaran, memanfaatkan alat, berdiskusi, dan lain sebagainya. Kesemuanya itu, hanya dapat digunakan melalui proses perencanaan yang matang melalui pengaturan secara profesional termasuk adanya sokongan finansial sesuai dengan kebutuhan.

7) Perencanaan Evaluasi dan Pengembangan

Proses evaluasi merupakan faktor penting dalam sebuah sistem perencanaan pembelajaran. Melalui evaluasi kita dapat melihat keberhasilan pengelolaan pembelajaran dan keberhasilan siswa mencapai tujuan pembelajaran. Manakala berdasarkan evaluasi seluruh elemen telah tersedia dengan lengkap, maka kita dapat menentukan tahap berikutnya.


(11)

11 B. Evaluasi

1. Pengertian Evaluasi

Istilah evaluasi (evaluation) menujuk pada suatu proses untuk menentukan

nilai dari suatu kegiatan tertentu.2 Evaluasi berarti penentuan sampai seberapa jauh

sesuatu berharga, bermutu, atau bernilai. Evaluasi terhadap hasil belajar yang dicapai oleh siswa dan terhadap proses belajar mengajar mengandung penilaian terhadap hasil belajar atau proses belajar itu, sampai beberapa jauh keduanya dapat dinilai baik. “Penilaian hanyalah proses belajar mengajar, tetapi penilaian atau evaluasi itu diadakan melalui peninjauan terhadap hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar dan melalui peninjauan terhadap

perangkat komponen yang sama-sama membentuk proses belajar mengajar”.3

Dalam perencanaan, merancang evaluasi merupakan hal yang penting. Karena guru dapat menentukan efektivitas program dan keberhasilan siswa melaksnakan kegiatan pembelajaran.

Definisi yang pertama dikembangkan oleh Ralph Tyler. Ahli ini mengatakan bahwa evaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagian mana tujuan pendidikan sudah tercapai. Jika belum, bagaimana yang belum dan apa sebabnya. Definisi yang lebih luas dikemukakan oleh dua oarang ahli lain, yakni Cronbach dan Stufflebeam. Tambahan definisi tersebut adalah bahwa proses evaluasi bukan sekedar mengukur sejauh mana tujuan tercapai, tetapi

digunakan untuk membuat keputusan.4

Sehingga, hadirnya evaluasi pada pembelajaran sekaligus terdapat pada perencarnaan pembelajaran itu amat snagat penting. Karena dengan menggunakan evaluasi, sangat membantu guru untuk mendapatkan perubahan dari proses pembelajaran.

Evaluasi atau biasa juga dikenal dengan istilah penialain, merupakan salah satu faktor penting dalam pembelajaran, posisinya dapat disetarakan dengan penetapan tujuan dalam proses pembelajaran. Sebab, pencapaian kompetensi dan evektifitas proses belajar hanya dapat diketahui jika dilakukan penilaian yang komprehensif dan akurat. Dalam melakukan penialain lazimnya didahului oleh kegiatan pengukuran. Karena itu, untuk memperoleh hasil penilaian yang

2 H.M. Sulthon, Moh. Khusnuridlo, Manajemen Pondok Pesantren dalam Perspekftif Global, (Yogyakarta:PRESSindo, 2006), h.272.

3 W.S Winkel, Psikologi Pengajaran, (Yogyakarta: Media Abadi, 2004), h.531.

4 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi), (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 3.


(12)

12

benar, mka kegiatan pengukuran harus dilakukan dengan menggunakan alat

ukur yang sahih atau akurat (valid) dan stabil atau terpercaya (reliable).5

Namun, evaluasi memiliki makna yang berbeda dengan pengukuran. Pengukuran pada umumnya berhubungan dengan kuantitas suatu data. Oleh sebab itu, dalam proses pengukuran kemampuan alat bantu tertentu. Misalnya, untuk mengukur kemampuan siswa dalam memahami pelajaran diperlukan sebuah tes. Maka pengukuran adalah proses pengumpulan data yang diperlukan dalam rangka memberikan judgment yakni berupa keputusan teradap sesuatu.

Dalam arti luas, evaluasi adalah suatu proses merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan. Sesuai dengan pengertian tersebut maka setiap kegiatan evaluasi atau penilaian merupakan suatu proses yang sengaja direncanakan untuk memperoleh informasi atau data; berdasarkan data tersebut kemudian

dicoba membuat suatu keputusan.6

Evaluasi hasil belajar diartikan sebagai suatu tindakan atau suatu proses untuk menetukan nilai keberhasilan belajar seseorang setelah ia mengalami proses belajar selama satu periode tertentu. Terdapat perbedaan antara penilaian dan pengukuran, namun keduanya tidak dapat dipisahkan. Bila evaluasi menunjuk pada suatu tindakan proses untuk menentukan nilai sesuatu, maka pengukuran merupakan suatu tindakan atau proses untuk menentukan luas atau kuantitas dari sesuatu. Jadi pengukuran dilakukan memberikan jawaban terhadap pertanyaan “how much”, sedangkan penilaian dilakukan untuk memberikan jawaban terhadap

pertanyaan “whatvalue”.

Di sisi lain, evaluasi juga merupakan salah satu komponen sistem pembelajaran/ pendidikan. Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat kita simpulkan bahwa evaluasi merupakan kegiatan yang tak terelakkan dalam setiap kegiatan atau proses pembelajaran, kegiatan evaluasi merupakan bagian integral yang tak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, sudah sepatutnya seorang guru memiliki kemampuan menyelenggarakan evaluasi. Guru akan lebih menguasai kemampuan ini apabila sejak dini dikenalkan dengan kegiatan evaluasi.

5 Ahmad Sofyan, dkk., Evaluasi Pembelajarn IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h. 1-2.

6 M. Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1994), h.3.


(13)

13 2. Tujuan dan Fungsi Evaluasi

a. Tujuan Evaluasi

Evaluasi merupakan hal yang penting dalam kegiatan formal, namun sering kali ditakuti oleh siswa. Merancang sebuah evaluasi merupakan salah satu langkah yang tidak boleh ditinggalkan dalam perencanaan. Karena, dengan adanya evaluasi dapat menentukan keberhasilan siswa mencapai tujuan pembelajaran.

Hamalik menjelaskan pentingnya perencanaan evaluasi sebagai berikut: Pertama, rencana evaluasi membantu kita untuk menentukan apakah tujuan-tujuan telah dirumuskn dalam artian tingkah laku. Hal ini akan memudahkan perencanaan suatu tes untuk mengukur pestasi belajar siswa. Selanjutnya ia menyatakan bahwa penulisan suatu tes akan membantu kita untuk memeriksa tujuan-tujuan dan jika perlu mengadakan revisi sebelum kita merancang

pengajaran. Kedua, berdasarkan rencana evaluasi yang telah ada itu,

selanjutnya kita dapat bersiap-siap untuk mengumpulkan informasi yang dibutuhkan. Dengan informasi itu dapat diketahui apakah siswa telah

memahami tujuan, apakah mereka telah mencapainya, dan sebagainya. Ketiga,

rencana evaluasi memberikan waktu yang cukup untuk merancang tes. Untuk menyusun suatu tes yang baik, diperlukan persiapan yang matang yang

mungkin akan menyita waktu yang cukup banyak.7

Dalam setiap kegiatan evaluasi, langkah pertama yang harus diperhatikan adalah tujuan evaluasi. Penentuan tujuan evaluasi sangat bergantung dengan jenis evaluasi yang digunakan. Bila tidak, maka guru akan mengalami kesulitan merencanakan dan melaksanakan evaluasi.

Tujuan evaluasi pembelajaran adalah untuk mengetahui keefektifan dan efisiensi sistem pembelajaran, baik yang menyangkut tentang tujuan, materi, metode, media, sumber belajar, lingkungan maupun sistem penilaian itu sendiri.

Dengan demikian tujuan evaluasi adalah untuk memperbaiki cara belajar mengajar, mengadakan perbaikan dan pengayaan bagi anak didik serta menempatkan anak didik pada situasi belajar mengajar yang lebih tepat sesuai dengan tingkat kemampuan yang dimilikinya. Tujuan lainnya adalah untuk memperbaiki atau mendalami dan memperluas pelajaran dan yang terakhir adalah untuk memberikathukan/ melaporkan kepada orang tua/ wali peserta didik mengenai penentuan kenaikan kelas dan penentuan kelulusan peserta didik.

7 Wina Sanjaya, op.cit., h. 231-232.


(14)

14 b. Fungsi Evaluasi

Evaluasi dipandang sebagai sesuatu yang penting karena memiliki fungsi yang dapat diadikan kebutuhan bagi siswa, sebab dengan evaluasi siswa akan mengetahui tentang keberhasilan pembelajaran yang dilakukannya. Ada beberapa fungsi evaluasi, diantaranya yaitu:

a. Untuk mengetahui kemajuan dan perkembangan serta keberhasilan siswa

setelah mengalami atau melakukan kegiatan belajar selama jangka waktu tertentu. Hasil evaluasi yang diperoleh itu selanjutnya dapat digunakan untuk memperbaiki cara belajar siswa (fungsi formatif) dan untuk mengisi rapor, yang berarti pula untuk menentukan kenaikan kelas atau lulus tidaknya seorang siswa dari suatu lembaga pendidikan tertentu (sumatif).

b. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan program pengajaran. Pengajaran

sebagai suatu sistem terdiri atas beberapa komponen yang saling berkaitan satu sama lain. Komponen yang dimaksud antara lain adalah tujuan, materi atau bahan pengajaran, metode dan kegiatan belajar mengajar, alat dan sumber pelajaran, dan prosedur serta alat evaluasi.

c. Untuk keperluan Bimbingan dan Konseling (BK). Hasil-hasil evaluasi yang

telah dilaksanakan oleh guru terhadap siswanya dapat dijadikan sumber informasi atau data bagi pelayanan BK oleh para konselor sekolah atau guru pembimbing lainnya.

d. Untuk keperluan pengembangan dan perbaikan kurikulum sekolah yang

bersangkutan. Seperti telah dikemukakan di muka, hampir setiap saat guru melaksanakan kegiatan evaluasi dalam rangka menilai keberhasilan belajar siswa dan menilai program pengajaran, yang berarti pula menilai isi atau materi pelajaran yang terdapat di dalam kurikulum.

Evaluasi sebagai umpan balik untuk semua pihak yang berkepentingan dengan pendidikan di sekolah, misalnya untuk orang tua siswa, guru, pengembang kurikulum, perguruan tinggi, dan masih banyak yang lainnya. Evaluasi juga digunakan sebagai bahan informasi tentang efektivotas program sekolah.


(15)

15

Disamping itu, juga dapat digunakan oleh guru-guru dan para pengawas pendidikan untuk mengukur atau menilai sampai mana keefektifan pengalaman-pengalaman mengajar, kegiatan-kegiatan belajar, dan metode-metode mengajar

yang digunakan.8 Evaluasi berfungsi untuk mengetahui taraf kesiapan peserta didik

pada kelompok tertentu, sesuai kemampuan dan kecakapan masing-masing, juga untuk mengetahui taraf kesiapan peserta didik untuk menempuh program pendidikan, dan untuk memberikan laporan tentang kemajuan peserta didik kepada orang tua, pejabat pemerintah yang berwenang, kepala sekolah, guru-guru, dan peserta didik itu sendiri.

3. Jenis-jenis Evaluasi Pembelajaran

Jika seorang siswa di evaluasi setelah mengikuti pelajaran, guru dievaluasi

setelah melaksanakan pembelajaran, kurikulum dievaluasi setelah

diimplementasikan apakah sudah sampai pada tujuan atau sebaliknya. Menurut Scriven evaluasi memeiliki dua fungsi yaitu fungsi sumatif dan fungsi formatif. Fungsi sumatif, apabila evaluasi tersebut digunakan untuk melihat keberhasilan suatu program yang direncanakan dan berhubungan dengan pencapaian suatu hasil yang dicapai suatu program. Menurut Scriven, fungsi sumatif dilakukan untuk melihat keberhasilan siswa setelah berakhir suatu program pembelajaran, maka evaluasi sumatif biasanya dilakukan pada akhir semester.

Sebagai suatu program, evaluasi pembelajaran dibagi menjadi lima jenis yaitu:

a. Evaluasi perencanaan dan pengembangan, hasil evaluasi ini sangat diperlukan

untuk mendesain program pembelajaran. Sasaran utamanya adalah memberikan bantuan tahap awal dalam penyusunan program pembelajaran.

b. Evaluasi monitoring, yaitu untuk memeriksa apakah program pembelajaran

mencapai sasaran secara efeltif dan apakah program pembelajaran terlaksana sebagaimana mestinya. Hasil evaluasi ini sangat baik untuk mengetahui

8 M. Ngalim Purwanto, op. cit., h.5.


(16)

16

kemungkinan pemborosan sumbersumber dan waktu pelaksanaan

pembelajaran, sehing dapat dihindarkan.

c. Evaluasi dampak, yaitu untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan oleh suatu

program pembelajaran. Dampak ini dapat diukur berdasarkan kriteria keberhasilan sebagai indikator ketercapaian tujuan program pembelajaran.

d. Evaluasi efisiensi-ekonomis, yaitu untuk menilai tingkat efisiensi program

pembelajaran. Untuk itu, diperlukan perbandingan antara jumlah biaya, tenaga dan waktu yang diperlukan dalam program pembelajaran dengan program lainnya yang memiliki tujuan yang sama.

e. Evaluasi program komprehensif, yaitu untuk menilai program pembelajaran

secara menyeluruh, seperti pelaksanaan program, dampak program, tingkat keefektifan dan efesiensi.

4. Teknik Evaluasi Pembelajaran

Secara garis besar, teknik evaluasi yang digunakan dapat digolongkan menjadi dua macam, antara lain:

a. Teknik tes

Tes merupakan suatu alat pengumpul informasi tetapi jika dibandingkan dengan alat-alat yang lain, tes lebih bersifat resmi karena penuh dengan batasan-batasan. Ditinjau dari segi kegunaan untuk mengukur peserta didik tes dapat dibedakan menjadi tiga macam antara lain:

1) Tes Diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mengetahui

kelemahan-kelemahan siswa sehingga berdasarkan kelemahan-kelemahankelemahan-kelemahan tersebut dapat dilakukan pemberian perlakuan yang tepat.

2) Tes Formatif, dari kata “form” yang merupakan kata dasar dari istilah

“formatif” maka evaluasi formatif dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah terbentuk setelah mengikuti suatu program tertentu.

3) Tes Sumatif, dilaksanakan setelah berakhirnya pemberian sekelompok


(17)

17

b. Teknik Non Tes

Ada beberapa teknik non tes dalam pelaksanaan evaluasi pembelajaran yaitu:

1) Skala Bertingkat (Rating Scale), skala menggambarkan suatu nilai yang

berbentuk angka terhadap suatu hasil pertimbangan

2) Kuesioner (Questionaire), kuesioner juga sering dikenal dengan angket. Pada

dasarnya kuesioner adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan diuukur (responden).

3) Daftar Cocok (Check List) adalah deretan pertanyaan (yang baisanya

singkat-singkat), dimana responden yang dievaluasi tinggal mebubuhkan tanda (√) di

tempat yang sudah disediakan.

4) Wawancara (Interview) adalah suatu cara yang digunakan untuk mendapatkan

jawaban dari responden dengan Tanya jawab sepihak. Dikatakan sepihak karena dalam wawancara ini responden tidak diberi kesempatan sama sekali untuk mengajukan pertanyaan. Dan pertanyaan hanya diajukan oleh subjek evaluasi.

5) Pengamatan (Observation) adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara

mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis.

6) Riwayat Hidup adalah gambaran tentang keadaan seseorang selama dalam

kehidupannya. Dengan mempelajari riwayat hidup, maka subjek evalausi akan dapat menarik kesimpulan tentang kepribadian, kebiasaan dan sikap dari objek yang dimulai.


(18)

18 BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di atas, dapat diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Perencanaan pembelajaran adalah proses pengambilan keputusan tentang

tujuan pembelajaran sebagai upaya pencapaian tujuan dengan memanfaatkan segala potensi dan sumber belajar yang telah tersedia.

2. Manfaat yang dapat kita petik dari penyusunan proses pembelajaran sebagai

berikut:

a. Melalui proses perencanaan yang matang, kita akan terhindar dari

keberhasilan yang bersifat untung-untungan.

b. Sebagai alat untuk memecahkan masalah.

c. Untuk memanfaatkan berbagai sumber belajar secara tepat.

d. Perencanaan akan dapat membuat pembelajaran berlangsung secara

sistematis.

Selain itu, beberapa fungsi perencanaan pembelajaran di antaranya sebagai berikut:

a. Fungsi Kreatif

b. Fungsi Inovatif

c. Fungsi Selektif

d. Fungsi Komunikatif

e. Fungsi Prediktif

f. Fungsi Akurasi

g. Fungsi Pencapaian Tujuan

h. Fungsi Kontrol

3. Kriteria penyusunan perencanaan yaitu sebagai berikut:

a. Signifikansi

b. Relevan


(19)

19

d. Adaptabilitas

e. Kesederhanaan

f. Prediktif

Adapun langkah-langkah dalam menyusun perencanaan pembelajaran, yaitu sebagai berikut:

a. Merumuskan Tujuan Khusus

b. Pengalaman Belajar

c. Kegiatan Belajar Mengajar

d. Orang-orang yang Terlibat

e. Bahan dan Alat

f. Fasilitas Fisik

g. Perencanaan Evaluasi dan Pengembangan

4. Evaluasi adalah proses memperoleh informasi dalam rangka untuk mengambil

suatu keputusan (mencakup kegiatan pengukuran dan penilaian).

5. Ada beberapa fungsi evaluasi, diantaranya yaitu:

a. Evaluasi merupakan alat yang penting sebgaia umpan balik bagi siswa.

b. Evaluasi merupakan alat yang penting untuk mengetahui ketercapain

siswa dalam menguasai tujuan pembelajaran yang dilakukannya.

c. Evaluasi dapat memberikan informasi untuk mengembangkan program

kurikulum.

d. Informasi hasil evaluasi dapat digunakan siswa secara individual dalam

mengambil keputusan untuk masa depan mereka sendiri.

e. Evaluasi berguna untuk para pengemmbang kurikulum khususnya dalam

menentukan kejelasan tujuan khusus yang ingin dicapai.

f. Evaluasi sebagai umpan balik untuk semua pihak yang berkepentingan

dengan pendidikan di sekolah.

6. Jenis-jenis evaluasi pembelajaran diantaranya:

a. Evaluasi perencanaan dan pengembangan

b. Evaluasi monitoring

c. Evaluasi dampak


(20)

20

e. Evaluasi program komprehensif

7. Teknik Evaluasi Pembelajaran

a. Teknik Tes diantaranya: tes diagnostik, tes formatif, dan tes sumatif.

b. Teknik Non Tes diantaranya: skala bertingkat, kuesioner, daftar cocok, wawancara, observasi dan riwayat hidup.

B. Saran

Menyusun perencanaan pembelajaran dan evaluasi sangatlah penting bagi guru. Sehingga, bukan hanya guru yang akan mendapat manfaat dari adanya perencanaan dan evaluasi tersebut, namun seluruh satuan pendidikan. Oleh karena itu, makalah ini dapat dijadikan seabagi salah satu bacaan bagi pembaca terutama guru dan calon guru agar lebih memahami tentang perencanaan pembelajaran dan evaluasi.


(21)

21

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi

Aksara, 2009.

Fathurrahman, Pupuh, dan M SobrySutikno. Strategi Belajar Mengajar Melalui

Penanaman Konsep Islami. Bandung: Refika Aditama, 2011.

Majid, Abdul. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009.

Sanjaya, Wina. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada

Media Group, 2012.

Sofyan, Ahmad dkk. Evaluasi Pembelajarn IPA Berbasis Kompetensi. Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006.


(1)

16

kemungkinan pemborosan sumbersumber dan waktu pelaksanaan pembelajaran, sehing dapat dihindarkan.

c. Evaluasi dampak, yaitu untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan oleh suatu program pembelajaran. Dampak ini dapat diukur berdasarkan kriteria keberhasilan sebagai indikator ketercapaian tujuan program pembelajaran. d. Evaluasi efisiensi-ekonomis, yaitu untuk menilai tingkat efisiensi program

pembelajaran. Untuk itu, diperlukan perbandingan antara jumlah biaya, tenaga dan waktu yang diperlukan dalam program pembelajaran dengan program lainnya yang memiliki tujuan yang sama.

e. Evaluasi program komprehensif, yaitu untuk menilai program pembelajaran secara menyeluruh, seperti pelaksanaan program, dampak program, tingkat keefektifan dan efesiensi.

4. Teknik Evaluasi Pembelajaran

Secara garis besar, teknik evaluasi yang digunakan dapat digolongkan menjadi dua macam, antara lain:

a. Teknik tes

Tes merupakan suatu alat pengumpul informasi tetapi jika dibandingkan dengan alat-alat yang lain, tes lebih bersifat resmi karena penuh dengan batasan-batasan. Ditinjau dari segi kegunaan untuk mengukur peserta didik tes dapat dibedakan menjadi tiga macam antara lain:

1) Tes Diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa sehingga berdasarkan kelemahan-kelemahankelemahan-kelemahan tersebut dapat dilakukan pemberian perlakuan yang tepat.

2) Tes Formatif, dari kata “form” yang merupakan kata dasar dari istilah “formatif” maka evaluasi formatif dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah terbentuk setelah mengikuti suatu program tertentu.

3) Tes Sumatif, dilaksanakan setelah berakhirnya pemberian sekelompok program atau sebuah program yang lebih besar.


(2)

17 b. Teknik Non Tes

Ada beberapa teknik non tes dalam pelaksanaan evaluasi pembelajaran yaitu:

1) Skala Bertingkat (Rating Scale), skala menggambarkan suatu nilai yang berbentuk angka terhadap suatu hasil pertimbangan

2) Kuesioner (Questionaire), kuesioner juga sering dikenal dengan angket. Pada dasarnya kuesioner adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan diuukur (responden).

3) Daftar Cocok (Check List) adalah deretan pertanyaan (yang baisanya singkat-singkat), dimana responden yang dievaluasi tinggal mebubuhkan tanda (√) di tempat yang sudah disediakan.

4) Wawancara (Interview) adalah suatu cara yang digunakan untuk mendapatkan jawaban dari responden dengan Tanya jawab sepihak. Dikatakan sepihak karena dalam wawancara ini responden tidak diberi kesempatan sama sekali untuk mengajukan pertanyaan. Dan pertanyaan hanya diajukan oleh subjek evaluasi.

5) Pengamatan (Observation) adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis. 6) Riwayat Hidup adalah gambaran tentang keadaan seseorang selama dalam

kehidupannya. Dengan mempelajari riwayat hidup, maka subjek evalausi akan dapat menarik kesimpulan tentang kepribadian, kebiasaan dan sikap dari objek yang dimulai.


(3)

18 BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di atas, dapat diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Perencanaan pembelajaran adalah proses pengambilan keputusan tentang tujuan pembelajaran sebagai upaya pencapaian tujuan dengan memanfaatkan segala potensi dan sumber belajar yang telah tersedia.

2. Manfaat yang dapat kita petik dari penyusunan proses pembelajaran sebagai berikut:

a. Melalui proses perencanaan yang matang, kita akan terhindar dari keberhasilan yang bersifat untung-untungan.

b. Sebagai alat untuk memecahkan masalah.

c. Untuk memanfaatkan berbagai sumber belajar secara tepat.

d. Perencanaan akan dapat membuat pembelajaran berlangsung secara sistematis.

Selain itu, beberapa fungsi perencanaan pembelajaran di antaranya sebagai berikut:

a. Fungsi Kreatif b. Fungsi Inovatif c. Fungsi Selektif d. Fungsi Komunikatif e. Fungsi Prediktif f. Fungsi Akurasi

g. Fungsi Pencapaian Tujuan h. Fungsi Kontrol

3. Kriteria penyusunan perencanaan yaitu sebagai berikut: a. Signifikansi

b. Relevan c. Kepastian


(4)

19 d. Adaptabilitas

e. Kesederhanaan f. Prediktif

Adapun langkah-langkah dalam menyusun perencanaan pembelajaran, yaitu sebagai berikut:

a. Merumuskan Tujuan Khusus b. Pengalaman Belajar

c. Kegiatan Belajar Mengajar d. Orang-orang yang Terlibat e. Bahan dan Alat

f. Fasilitas Fisik

g. Perencanaan Evaluasi dan Pengembangan

4. Evaluasi adalah proses memperoleh informasi dalam rangka untuk mengambil suatu keputusan (mencakup kegiatan pengukuran dan penilaian).

5. Ada beberapa fungsi evaluasi, diantaranya yaitu:

a. Evaluasi merupakan alat yang penting sebgaia umpan balik bagi siswa. b. Evaluasi merupakan alat yang penting untuk mengetahui ketercapain

siswa dalam menguasai tujuan pembelajaran yang dilakukannya.

c. Evaluasi dapat memberikan informasi untuk mengembangkan program kurikulum.

d. Informasi hasil evaluasi dapat digunakan siswa secara individual dalam mengambil keputusan untuk masa depan mereka sendiri.

e. Evaluasi berguna untuk para pengemmbang kurikulum khususnya dalam menentukan kejelasan tujuan khusus yang ingin dicapai.

f. Evaluasi sebagai umpan balik untuk semua pihak yang berkepentingan dengan pendidikan di sekolah.

6. Jenis-jenis evaluasi pembelajaran diantaranya: a. Evaluasi perencanaan dan pengembangan b. Evaluasi monitoring

c. Evaluasi dampak


(5)

20 e. Evaluasi program komprehensif 7. Teknik Evaluasi Pembelajaran

a. Teknik Tes diantaranya: tes diagnostik, tes formatif, dan tes sumatif. b. Teknik Non Tes diantaranya: skala bertingkat, kuesioner, daftar cocok,

wawancara, observasi dan riwayat hidup.

B. Saran

Menyusun perencanaan pembelajaran dan evaluasi sangatlah penting bagi guru. Sehingga, bukan hanya guru yang akan mendapat manfaat dari adanya perencanaan dan evaluasi tersebut, namun seluruh satuan pendidikan. Oleh karena itu, makalah ini dapat dijadikan seabagi salah satu bacaan bagi pembaca terutama guru dan calon guru agar lebih memahami tentang perencanaan pembelajaran dan evaluasi.


(6)

21

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara, 2009.

Fathurrahman, Pupuh, dan M SobrySutikno. Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman Konsep Islami. Bandung: Refika Aditama, 2011.

Majid, Abdul. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009.

Sanjaya, Wina. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012.

Sofyan, Ahmad dkk. Evaluasi Pembelajarn IPA Berbasis Kompetensi. Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006.