Langkah-Langkah Penyusunan Perencanaan Pembelajaran

8 3 Kepastian Nilai kepastian itu bermakna bahwa dalam perencanaan pembelajaran yang berfungsi sebagai pedoman dalam penyelenggaraan proses pembelajaran, tidak lagi memuat alternatif-alternatif yang bisa dipilih, akan tetapi berisi langkah-langkah pasti yang dapat dilakukan secara sistematis. Dengan demikian, guru dapat terhindar dari masalah yang muncul secara tidak terduga. 4 Adaptabilitas Perencanaan pembelajaran yang disusun hendaknya bersifat lentur atau tidak kaku. Perencanaan pembelajaran disusun untuk dapat diimplementasikan dalam berbagai keadaan dan berbagai kondisi. Dengan demikian perencanaan itu dapat digunakan oleh setiap orang yang akan menggunakannya. 5 Kesederhanaan Perencanaan pembelajaran harus bersifat sederhana artinya mudah diterjemahkan dan mudah diimplementasikan. Perencanaan yang rumit dan sulit untuk diimplementasikan tidak akan berfungsi sebagai pedoman untuk guru dalam pengelolaan pembelajaran. 6 Prediktif Perencaan pembelajaran harus memiliki daya ramal yang kuat, artinya perencanaan dapat menggambarkan apa yang akan terjadi. Daya ramal ini sangat penting untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan yang akan terjadi, dengan demikian akan mudah bagi guru untuk mengantisipasinya.

b. Langkah-Langkah Penyusunan Perencanaan Pembelajaran

Berdasarkan komponen-komponen dalam sistem pembelajaran, selanjutnya kita dapat menentukan langkah-langkah dalam menyusun perencanaan pembelajaran, yaitu sebagai berikut: 1 Merumuskan Tujuan Khusus Tugas guru adalah menerjemahkan tujuan umum pembelajaran menjadi tujuan yang spesifik. Tujuan yang spesifik itu dirumuskan sebagai indikator hasil belajar. Fungsi rumusan pembelajaran khusus adalah sebagai teknik untuk mencapai tujuan pembelajaran umum. Dengan demikian, maka pencapaian tujuan- 9 tujuan khusus dalam proses pembelajaran, merupakan indikator pencapaian tujuan umum. 2 Pengalaman Belajar Memilih pengalaman belajar yang harus dilakukan siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran. Belajar bukan sekedar mencatat dan menghafal, akan tetapi proses berpengalaman. Oleh karena itu, siswa harus didorong melakukan kegiaatn tertentu. Walaupun tujuan pembelajaan hanya sebatas memahami data atau fakta, akan tetapi sebaiknya hal itu tidak cukup hanya diberikan saja oleh guru, akan tetapi siswa didorong untuk mencari dan menemukan sendiri fakta tersebut, misalnya melalui wawancara, observasi, dan lain sebagainya. 3 Kegiatan Belajar Mengajar Menentukan kegiatan belajar engajar yang sesuai, pada dasarnya kita dapat merancang melalui pendekatan kelompok atau pendekatan individual. Pendekatan kelompok adalah pembelajaran yang dirancang dengan menggunakan pendekatan klasikal, yaikni pembelajaran di mana setiap siswa belajar secara kelompok baik dalam kelompok besar ataupun kelompok kecil; sedangkan pembelajarn individual adalah pembelajaran di mana siswa belajar secara mandiri melalui bahan belajar yang di rancang sedemikian rupa, sehingga siswa dapat belajar menurut kecepatan dan kemampuan masing-masing. 4 Orang-orang yang Terlibat Perencanaan pembelajaran dengan pendekatan sistem juga bertanggung jawab dalam menentukan orang yang akan membantu dalam proses pembelajaran. Orang-orang yang akan terlibat dalam proses pemeblajaran khususnya yang berperan sebagai sumber belajar meliputi instruktur atau guru, dan juga tenaga profesional. Peran guru dalam proses pembelajaran adalah sebagai pengelola pembelajaran. Dalam pelaksanaan peran tersebut di antaranya guru berfungsi sebagai penyampai informasi. Peran yang lain sebagi guru adalah mengatur 10 lingkungan belajar untuk memberikan pengalaman belajar yang memadai bagi setiap siswa. 5 Bahan dan Alat Penyelesaian bahan adan alat juga merupakan bagian dari sistem perencanaan pembelajaran. Penetuan bahan dan alat dapat mempertimbangkan hal- hal sebagai berikut: a. Keberagaman kemampuan intelektual siswa. b. Jumlah dan keberagaman tujuan pembelajaran khusus yang harus dicapai siswa. c. Tipe-tipe media yang diproduksi dn digunakan secara khusus. d. Berbagai alternatif pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. e. Bahan dan alat yang dapat dimanfaatkan. f. Fasilitas fisik yang tersedia. 6 Fasilitas Fisik Fasilitas fiisk merupakan faktor yang akan berpengaruh terhadap keberhasilan proses pembelajaran. Fasilitas fisik meliputi ruangan kelas, pusat media, laboratorium, atau ruangan untuk kelas berukuran besar semacam aula. Guru dan siswa akan bekerja sama, menggunakan bahan pelajaran, memanfaatkan alat, berdiskusi, dan lain sebagainya. Kesemuanya itu, hanya dapat digunakan melalui proses perencanaan yang matang melalui pengaturan secara profesional termasuk adanya sokongan finansial sesuai dengan kebutuhan. 7 Perencanaan Evaluasi dan Pengembangan Proses evaluasi merupakan faktor penting dalam sebuah sistem perencanaan pembelajaran. Melalui evaluasi kita dapat melihat keberhasilan pengelolaan pembelajaran dan keberhasilan siswa mencapai tujuan pembelajaran. Manakala berdasarkan evaluasi seluruh elemen telah tersedia dengan lengkap, maka kita dapat menentukan tahap berikutnya. 11

B. Evaluasi

1. Pengertian Evaluasi

Istilah evaluasi evaluation menujuk pada suatu proses untuk menentukan nilai dari suatu kegiatan tertentu. 2 Evaluasi berarti penentuan sampai seberapa jauh sesuatu berharga, bermutu, atau bernilai. Evaluasi terhadap hasil belajar yang dicapai oleh siswa dan terhadap proses belajar mengajar mengandung penilaian terhadap hasil belajar atau proses belajar itu, sampai beberapa jauh keduanya dapat dinilai baik. “Penilaian hanyalah proses belajar mengajar, tetapi penilaian atau evaluasi itu diadakan melalui peninjauan terhadap hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar dan melalui peninjauan terhadap perangkat komponen yang sama-sama membentuk proses belajar mengajar”. 3 Dalam perencanaan, merancang evaluasi merupakan hal yang penting. Karena guru dapat menentukan efektivitas program dan keberhasilan siswa melaksnakan kegiatan pembelajaran. Definisi yang pertama dikembangkan oleh Ralph Tyler. Ahli ini mengatakan bahwa evaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagian mana tujuan pendidikan sudah tercapai. Jika belum, bagaimana yang belum dan apa sebabnya. Definisi yang lebih luas dikemukakan oleh dua oarang ahli lain, yakni Cronbach dan Stufflebeam. Tambahan definisi tersebut adalah bahwa proses evaluasi bukan sekedar mengukur sejauh mana tujuan tercapai, tetapi digunakan untuk membuat keputusan. 4 Sehingga, hadirnya evaluasi pada pembelajaran sekaligus terdapat pada perencarnaan pembelajaran itu amat snagat penting. Karena dengan menggunakan evaluasi, sangat membantu guru untuk mendapatkan perubahan dari proses pembelajaran. Evaluasi atau biasa juga dikenal dengan istilah penialain, merupakan salah satu faktor penting dalam pembelajaran, posisinya dapat disetarakan dengan penetapan tujuan dalam proses pembelajaran. Sebab, pencapaian kompetensi dan evektifitas proses belajar hanya dapat diketahui jika dilakukan penilaian yang komprehensif dan akurat. Dalam melakukan penialain lazimnya didahului oleh kegiatan pengukuran. Karena itu, untuk memperoleh hasil penilaian yang 2 H.M. Sulthon, Moh. Khusnuridlo, Manajemen Pondok Pesantren dalam Perspekftif Global, Yogyakarta:PRESSindo, 2006, h.272. 3 W.S Winkel, Psikologi Pengajaran, Yogyakarta: Media Abadi, 2004, h.531. 4 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi, Jakarta: Bumi Aksara, 2009, h. 3.