METODE PENELITIAN Psychological Well-Being Korban Perkosaan Yang Membesarkan Anak Hasil Perkosaan

BAB III METODE PENELITIAN

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai pendekatan yang akan dipakai, responden penelitian, metode pengumpulan data, alat bantu pengumpulan data, kredibilitas penelitian, dan prosedur penelitian. III.A. PENDEKATAN KUALITATIF Menurut Creswell 1994 penelitian kualitatif adalah suatu proses penelitian yang memungkinkan peneliti memahami permasalahan sosial atau individu secara lebih mendalam dan kompleks, memberikan gambaran secara holistik yang disusun dengan kata-kata, mendapatkan kerincian informasi yang diperoleh dari partisipan. Metode penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang akan menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati Bogdan dan Taylor dalam Moleong, 2000. Penelitian kualitatif memiliki keuntungan yakni menghasilkan data yang mendalam dan detail serta penggambaran yang hati-hati tentang situasi, kejadian- kejadian, orang-orang, interaksi dan perilaku yang teramati. Penelitian dengan pendekatan kualitatif memberi kesempatan kepada peneliti untuk memperoleh pemahaman yang menyeluruh dan utuh tentang fenomena yang diteliti serta untuk mengungkap hal-hal yang tersimpan dalam pikiran, perasaan dan keyakinan- keyakinan partisipan yang sulit diungkap dengan pendekatan kuantitatif, sehingga Universitas Sumatera Utara dengan menggunakan pendekatan kualitatif, tujuan dari penelitian ini akan tercapai Poerwandari, 2007. Alasan peneliti memilih menggunakan metode penelitian kualitatif untuk melihat psychological well-being korban perkosaan yang membesarkan anak hasil perkosaan dikarenakan tema tersebut tidak umum dikaji dalam penelitian psikologi klinis dan bersifat masih baru. Menurut peneliti, metode kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini dapat menghasilkan data deskriptif berupa kata- kata tertulis atau lisan dan perilaku yang dapat diamati sehingga data-data tersebut dapat digunakan untuk mengetahui psychological well-being korban perkosaan yang membesarkan anak hasil perkosaan. Hal ini sesuai dengan pendapat Poerwandari 2007 yang menyatakan bahwa salah satu tujuan penting penelitian kualitatif adalah diperolehnya pemahaman yang menyeluruh dan utuh tentang fenomena yang diteliti, sebagian besar aspek psikologis manusia juga sangat sulit direduksi dengan elemen dan angka sehingga akan lebih “etis” dan kontekstual bila diteliti dala setting alamiah. Artinya tidak cukup mencari “what”, dan “how much”, tetapi perlu juga memahaminya “why” dan “how” dalam konteksnya. III.B. RESPONDEN PENELITIAN III.B.1. Karakteristik Responden Penelitian Sesuai dengan tujuan penelitian, maka responden dalam penelitian ini adalah korban perkosaan yang membesarkan anak hasil perkosaan tersebut. Universitas Sumatera Utara III.B.2. Jumlah Responden Penelitian Menurut Patton dalam Poerwandari, 2007, desain penelitian kualitatif memiliki sifat yang luwes, oleh sebab itu tidak ada aturan yang pasti dalam jumlah responden yang harus diambil untuk penelitian kualitatif. Jumlah responden sangat tergantung pada apa yang dianggap bermanfaat dan dapat dilakukan dengan waktu dan sumber daya yang tersedia. Dalam penelitian ini peneliti merencanakan dua responden yang tujuan utamanya adalah untuk melihat psychological well-being korban perkosaan yang membesarkan anak hasil perkosaan tersebut, dimana waktu dan sumber daya yang ada terbatas. III.B.3. Teknik Pengambilan Responden Prosedur pengambilan responden dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Responden dipilih dengan kriteria tertentu yaitu berdasarkan teori tentang subjek yang menjadi responden. Responden dipilih berdasarkan adanya kriteria khusus yang telah ditentukan sebelumnya. Hal ini dilakukan agar sampel bersifat representatif yang artinya dapat mewakili fenomena yang dipelajari Poerwandari, 2007. III.B.4. Lokasi Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di kota Medan dengan mengambil responden yang sesuai dengan karakteristik yang telah ditetapkan sebelumnya. Hal ini penting dalam memudahkan peneliti untuk melakukan penelitian, mengingat peneliti juga berdomisili di kota Medan. Kemudian lokasi penelitian akan Universitas Sumatera Utara ditentukan dengan kesepakatan peneliti dengan responden. Lokasi pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan di rumah responden. III.C. METODE PENGUMPULAN DATA Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam in-depth interviewing. Wawancara mendalam dilakukan dengan maksud untuk memperoleh pengetahuan tentang makna-makna subjektif yang dipahami individu berkenaan dengan topik yang diteliti dan bermaksud melakukan eksplorasi terhadap isu tersebut, satu hal yang tidak dapat dilakukan melalui pendekatan lain Banister dkk dalam Poerwandari, 2007. Dalam penelitian ini menggunakan pedoman wawancara yang digunakan untuk mengingatkan peneliti mengenai aspek-aspek yang harus dibahas, sekaligus menjadi daftar pengecek checklist apakah aspek-aspek tersebut telah dibahas atau ditanyakan. Pada saat proses wawancara juga akan disertai dengan proses observasi terhadap perilaku responden penelitian Poerwandari, 2007. III.D. ALAT BANTU PENGUMPULAN DATA Menurut Poerwandari 2007 dalam metode wawancara, alat yang terpenting adalah peneliti sendiri. Namun untuk memudahkan pengumpulan data, peneliti membutuhkan alat bantu. Alat bantu yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Alat Perekam Tape Recorder Menurut Poerwandari 2007, sedapat mungkin suatu wawancara perlu direkam dan dibuat transkripnya secara verbatim. Dengan tape recorder, peneliti Universitas Sumatera Utara tidak perlu mencatat jalannya pembicaraan. Selain itu peneliti dapat melakukan observasi terhadap responden selama wawancara berlangsung. Semuanya ini akan memungkinkan tercapainya keakuratan analisa data penelitian. Alat perekam ini akan digunakan selama wawancara berlangsung atas izin dari responden. 2. Pedoman Wawancara Pedoman wawancara digunakan agar wawancara yang dilakukan tidak menyimpang dari tujuan penelitian. Pedoman wawancara bersifat semi struktur untuk mengingatkan peneliti mengenai aspek-aspek yang dibahas, sekaligus menjadi daftar pengecek checklist apakah aspek-aspek tersebut telah dibahas atau ditanyakan. Pedoman wawancara disusun berdasarkan teori-teori yang telah dijelaskan dalam Bab II sehingga peneliti mempunyai kerangka berpikir tentang hal-hal yang ingin ditanyakan. Dalam pelaksanaannya, pedoman wawancara tidak digunakan secara kaku sehingga tidak menutup kemungkinan peneliti menanyakan hal-hal diluar pedoman wawancara agar data yang dihasilkan lebih akurat dan lengkap Poerwandari, 2007. 3. Lembar Observasi Peneliti membuat lembar observasi yang sederhana untuk mencatat apa saja yang diobservasi selama wawancara berlangsung baik responden penelitian atau kondisi lingkungan selama wawancara. Universitas Sumatera Utara III.E. KREDIBILITAS PENELITIAN Kredibilitas adalah istilah yang digunakan dalam penelitian kualitatif untuk menggantikan konsep validitas Poerwandari, 2007. Adapun upaya peneliti dalam menjaga kredibilitas dan objektifitas penelitian ini, antara lain dengan : 1. Memilih calon responden yang sesuai dengan karakteristik penelitian, dalam hal ini adalah korban perkosaan yang membesarkan anak hasil perkosaan. 2. Membangun rapport dengan responden agar ketika proses wawancara berlangsung responden dapat lebih terbuka menjawab setiap pertanyaan dan suasana tidak kaku pada saat wawancara. 3. Membuat pedoman wawancara berdasarkan dimensi-dimensi psychological well-being. Kemudian melakukan standarisasi pedoman wawancara dengan dosen pembimbing. Professional judgement adalah dosen pembimbing penelitian ini. 4. Menggunakan pertanyaan terbuka dan wawancara mendalam untuk mendapatkan data yang akurat. 5. Selama beberapa kali melakukan wawancara, peneliti menanyakan kembali beberapa pertanyaan yang dirasa butuh penjelasan yang lebih dalam lagi pada wawancara berikutnya untuk memastikan keakuratan data responden. 6. Melibatkan dosen pembimbing untuk berdiskusi, memberikan saran dan kritik mulai dari awal kegiatan proses penelitian sampai tersusunnya hasil penelitian. Hal ini dilakukan mengingat keterbatasan kemampuan peneliti pada kompleksitas fenomena yang diteliti. 7. Universitas Sumatera Utara III.F. PROSEDUR PENELITIAN III.F. 1. Tahap Persiapan Penelitian Pada tahap persiapan penelitian, peneliti menggunakan sejumlah hal yang diperlukan untuk melaksanakan penelitian Moleong, 2006, sebagai berikut : 1. Mengumpulkan data Peneliti mengumpulkan berbagai informasi, studi literatur, dan teori-teori yang berhubungan dengan psychological well-being korban perkosaan yang membesarkan anak hasil perkosaan. 2. Menyusun pedoman wawancara Agar wawancara yang dilakukan tidak menyimpang dari tujuan penelitian, peneliti menyusun butir-butir pertanyaan berdasarkan kerangka teori dari dimensi- dimensi yang ada untuk menjadi pedoman wawancara. 3. Persiapan untuk mencari responden Dalam mencari responden penelitian, peneliti dibantu oleh ibu peneliti. Responden pertama bernama Mawar adalah tetangga peneliti yang masih berada satu kompleks dengan peneliti. Peneliti dan Mawar sebelumnya sudah lama saling mengenal, ditambah lagi Mawar dan peneliti beribadah di tempat yang sama. Sedikit banyak peneliti mengetahui tentang seluk beluk Mawar dan keluarganya. Setelah itu, peneliti kemudian mendatangi Mawar untuk menjelaskan tentang penelitian yang akan dilakukan dan menanyakan kesediaannya untuk berpartisipasi dalam penelitian. Hampir sama dengan Mawar, responden kedua bernama Indah juga memiliki kedekatan dengan peneliti. Peneliti masih tergolong bersaudara dengan Universitas Sumatera Utara Indah. Sebelum mendatangi Indah, peneliti terlebih dahulu mencari tahu berbagai informasi tentang Indah dari ibu peneliti. Hal ini disebabkan peneliti kurang dekat dengan Indah, sehingga responden mencari tahu sedikit latar belakang Indah dari ibu peneliti yang lebih mengetahui jelas tentang Indah. Setelah terkumpul, peneliti mendatangi Indah pertama kalinya bersama ibu peneliti untuk menjelaskan tentang penelitian yang akan dilakukan dan menanyakan kesediaannya untuk berpartisipasi dalam penelitian. 4. Membangun rapport dan menentukan jadwal wawancara Setelah memperoleh kesediaan dari responden penelitian, peneliti membuat janji bertemu dengan responden dan berusaha membangun rapport yang baik dengan responden. Peneliti melakukan pendekatan berulang-ulang kepada kedua responden. Waktu yang digunakan peneliti untuk membina rapport juga berbeda-beda pada kedua responden. Pada responden pertama, untuk membangun rapport dibutuhkan waktu yang cukup singkat sebab peneliti sudah memiliki kedekatan yang jauh dengan responden pertama sedangkan pada responden kedua dibutuhkan waktu yang cukup lama dibanding responden pertama, sebab peneliti dan responden belum terlalu mengenal satu sama lain sekalipun keduanya memiliki ikatan persaudaraan. Setelah itu, peneliti dan responden penelitian menentukan dan menyepakati waktu untuk pertemuan selanjutnya untuk melaksanakan wawancara penelitian. Untuk responden pertama sebelum menjelaskan maksud penelitian, responden beberapa kali bertamu ke rumah Mawar untuk sekedar ramah tamah. Untuk semakin memperdekat hubungan dengan responden, peneliti beberapa kali Universitas Sumatera Utara mengajak responden dan anaknya untuk makan di luar, bermain di taman dekat rumah atau membeli jajanan ke kedai bersama anak Mawar. Setelah peneliti merasa responden nyaman dengan dirinya, peneliti datang lagi ke rumah Mawar untuk membangun rapport ulang dengan basa-basi menanyakan kabar Mawar dan keluarga. Setelah itu peneliti dan Mawar sama-sama menentukan jadwal wawancara. Mawar meminta supaya wawancara dilakukan di rumahnya sore hari sekalian Mawar bisa mengurus anaknya dan setelah ia pulang kerja. Sama halnya dengan Mawar, peneliti juga mendekatkan diri dengan responden kedua yakni Indah dengan sering berkunjung ke rumah. Sekalipun peneliti masih memiliki hubungan saudara dengan Indah, namun karena tidak terlalu kenal satu sama lain maka ibu peneliti beberapa kali ikut mengantarkan peneliti berkunjung ke rumah Indah. Beberapa kali berkunjung ke rumah, peneliti membawa makanan untuk Indah dan anaknya. Basa-basi sering dilakukan antara peneliti dengan Indah untuk mencairkan suasana rapport, sesekali juga di tengah basa-basi peneliti menggendong-gendong anak Indah untuk lebih akrab. Setelah hampir dua bulan pendekatan dan peneliti merasa Indah sudah nyaman dengan dirinya, maka peneliti datang lagi ke rumah Indah. Peneliti dan Indah sama-sama mencari waktu yang tepat untuk melakukan wawancara. Indah meminta supaya wawancara harus dilakukan di rumahnya. Sama dengan Mawar, Indah memiliki alasan wawancara dilakukan di rumah agar sekalian ia bisa mnegurus kebutuhan anaknya. Universitas Sumatera Utara III.F.2. Tahap Pelaksanaan Penelitian Setelah tahap persiapan penelitian dilakukan, maka peneliti memasuki beberapa tahap pelaksanaan penelitian, antara lain : 1. Mengkonfirmasi ulang waktu dan tempat wawancara Sebelum wawancara dilakukan, peneliti mengkonfirmasi ulang waktu dan tempat yang sebelumnya telah disepakati bersama dengan responden. Konfirmasi ulang ini dilakukan sehari sebelum wawancara dilakukan dengan tujuan agar memastikan responden dalam keadaan sehat dan tidak berhalangan dalam melakukan wawancara 2. Melakukan wawancara berdasarkan pedoman wawancara Sebelum wawancara dilakukan, peneliti meminta responden untuk menandatangani ”Lembar Persetujuan Wawancara” yang menyatakan bahwa responden mengerti tujuan wawancara, bersedia menjawab pertanyaan yang diajukan, mempunyai hak untuk mengundurkan diri dari penelitian sewaktu- waktu serta memahami bahwa hasil wawancara adalah rahasia dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Setelah itu, peneliti melakukan proses wawancara berdasarkan pedoman wawancara yang telah dibuat sebelumnya. Peneliti melakukan beberapa kali wawancara untuk mendapatkan hasil dan data yang maksimal. Universitas Sumatera Utara Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Wawancara No. Responden Tanggal Waktu Tempat 1 I 13 April 2011 16.30-19.20 Ruang tamu Responden I 2 20 April 2011 15.30-18.40 Ruang tamu Responden I 3 27 April 2011 17.10-19.30 Kamar Responden I 4 08 Juni 2011 16.30-18.20 Ruang tamu Responden I 5 15 Juli 2011 11.00-12.10 Kamar Responden I 6 II 16 April 2011 17.00-19.45 Ruang tamu Responden II 7 29 April 2011 17.10-20.00 Ruang tamu Responden II 8 06 Mei 2011 17.00-18.20 Ruang tamu Responden II 9 16 Juli 2011 10.15-11.40 Kamar Responden II 10 21 Juli 2011 17.10-18.20 Ruang tamu Responden II 11 05 Agustus 2011 17.20-18.00 Kamar Responden II 3. Memindahkan rekaman hasil wawancara ke dalam bentuk transkrip verbatim Setelah proses wawancara selesai dilakukan dan hasil wawancara telah diperoleh, peneliti kemudian memindahkan hasil wawancara ke dalam verbatim tertulis. Pada tahap ini, peneliti melakukan koding dengan membubuhkan kode- kode pada materi yang diperoleh. Koding dimaksudkan untuk dapat mengorganisasi dan mensistemasi data secara lengkap dan mendetail sehingga data dapat memunculkan gambaran tentang topik yang dipelajari Poerwandari, 2007. 4. Melakukan analisa data Bentuk transkrip verbatim yang telah selesai dibuat kemudian dibuatkan salinannya, peneliti kemudian menyusun dan menganalisa data dari hasil transkrip wawancara yang telah dikoding menjadi sebuah narasi yang baik dan menyusunnya berdasarkan alur pedoman wawancara yang digunakan saat Universitas Sumatera Utara wawancara. Peneliti membagi penjabaran analisa data responden ke dalam dimensi-dimensi dalam psychological well-being. 5. Menarik kesimpulan, membuat diskusi dan saran Setelah analisa data selesai dilakukan, peneliti menarik kesimpulan untuk menjawab rumusan permasalahan. Kemudian peneliti menuliskan diskusi berdasarkan kesimpulan dan data hasil penelitian. Setelah itu, peneliti memberikan saran-saran sesuai dengan kesimpulan, diskusi dan data hasil penelitian. III.F. 3. Tahap Pencatatan Data Untuk memudahkan pencatatan data, peneliti menggunakan alat perekam sebagai alat bantu agar data yang diperoleh dapat lebih akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. Sebelum wawancara dimulai, peneliti meminta izin kepada responden untuk merekam wawancara yang akan dilakukan dengan tape recorder. Dari hasil rekaman ini kemudian akan ditranskripsikan secara verbatim untuk dianalisa. Transkrip adalah salinan hasil wawancara dalam pita suara yang dipindahkan ke dalam bentuk ketikan di atas kertas. III.G. PROSEDUR ANALISA DATA Beberapa tahapan dalam menganalisis data kualitatif menurut Poerwandari 2007, yaitu: Universitas Sumatera Utara 1. Koding Koding adalah proses membubuhkan kode-kode pada materi yang diperoleh. Koding dimaksudkan untuk dapat mengorganisasikan dan mensistemasi data secara lengkap dan mendetail sehingga data dapat memunculkan dengan lengkap gambaran tentang topik yang dipelajari. Semua peneliti kualitatif menganggap tahap koding sebagai yang penting, meskipun peneliti yang satu dengan peneliti yang lain memberikan usulan prosedur yang tidak sepenuhnya. Pada akhirnya, penelitilah yang berhak dan bertanggung jawab memilih cara koding yang dianggapnya paling efektif bagi data yang diperolehnya Poerwandari, 2007. 2. Organisasi Data Highlen dan Finley dalam Poerwandari, 2007 menyatakan bahwa organisasi data yang sistematis memungkinkan peneliti untuk : - Memperoleh data yang baik - Mendokumentasikan analisis yang dilakukan - Menyimpan data dan analisis yang berkaitan dalam penyelesaian penelitian Hal-hal yang penting untuk disimpan dan diorganisasikan adalah data mentah catatan lapangan dan kaset hasil rekaman, data yang sudah diproses sebagiannya transkrip wawancara, data yang sudah ditandaidibubuhi kode-kode khusus dan dokumentasi umum yang kronologis mengenai pengumpulan data dan langkah analisis. Universitas Sumatera Utara 3. Analisis Tematik Penggunaan analisis tematik memungkinkan peneliti menemukan ’pola’ yang pihak lain tidak bisa melihatnya secara jelas. Pola atau tema tersebut tampil seolah secara acak dalam tumpukan informasi yang tersedia. Analisis tematik merupakan proses mengkode informasi, yang dapat menghasilkan daftar tema, model tema, atau indikator yang kompleks, kualifikasi yang biasanya terkait dengan tema itu atau hal-hal di antara gabungan dari yang telah disebutkan. Tema tersebut secara minimal dapat mendeskripsikan fenomena dan secara maksimal memungkinkan interpretasi fenomena. Peneliti menggunakan analisis tematik berdasarkan enam dimensi psychological well-being yang dikemukakan oleh Ryff. 4. Tahapan Interpretasi Kvale dalam Poerwandari, 2007 menyatakan bahwa interpretasi mengacu pada upaya memahami data secara lebih ekstensif sekaligus mendalam. Ada tiga tingkatan konteks interpretasi yang diajukan Kvale dalam Poerwandari, 2007, yaitu pertama, konteks interpretasi pemahaman diri self understanding terjadi bila peneliti berusaha memformulasikan dalam bentuk yang lebih padat condensed apa yang oleh responden penelitian sendiri dipahami sebagai makna dari pernyataan-pernyataannya. Kedua, konteks interpretasi pemahaman biasa yang kritis critical commonsense understanding terjadi bila peneliti berpijak lebih jauh dari pemahaman diri responden penelitiannya. Ketiga, konteks interpretasi pemahaman teoritis adalah konteks paling konseptual. Pada tingkat ketiga ini, kerangka teoritis tertentu digunakan untuk memahami pernyataan- Universitas Sumatera Utara pernyataan yang ada, sehingga dapat mengatasi konteks pemahaman diri responden ataupun penalaran umum. 5. Pengujian Terhadap Dugaan Dugaan adalah kesimpulan sementara. Dalam penelitian kualitatif dugaan muncul setelah data-data wawancara dikumpulkan. Dengan mempelajari data, kita mengembangkan dugaan-dugaan yang juga merupakan kesimpulan-kesimpulan sementara. Dugaan yang dikembangkan tersebut juga harus dipertajam dan diuji ketepatannya dengan mencari data yang memberikan gambaran berbeda dari dugaan yang muncul tersebut. Hal ini berkaitan erat dengan upaya mencari penjelasan yang berbeda-beda mengenai data yang sama. Universitas Sumatera Utara

BAB IV ANALISA DATA DAN INTERPRETASI