2.7.3 Budaya Etis
Budaya organisasi pada intinya merupakan sebuah sistem dari nilai-nilai yang bersifat umum. Adapun nilai-nilai personal mulai dikembangkan pada saat
awal kehidupan, seperti halnya kepercayaan pada umumnya, tersusun dalam sistem hirarki dengan sifat-sifat yang dapat dijelaskan dan diukur, serta
konsekuensi- konsekuensi perilaku yang dapat diamati. Menjaga budaya etis melibatkan orang-orang jujur; menaati kebijakan dan kode etik; mempertahankan
kebijakan yang jelas dan efektif untuk menangani fraud dan memastikan bahwa manajemen puncak juga melakukannya.
Etika organisasi merupakan pola sikap dan perilaku yang diharapkan dari setiap individu dan kelompok anggota organisasi yang secara keseluruhan akan
membentuk budaya organisasi organizational culture yang sejalan dengan tujuan maupun filosofi organisasi yang bersangkutan. Menurut pendapat Rae and
Subramaniam 2008 bahwa di lingkungan yang lebih etis, karyawan akan cenderung mengikuti aturan perusahaan dan peraturan karena perilakunya akan
dapat diterima secara moral. Budaya Organisasi adalah pola dasar yang diterima oleh organisasi untuk bertindak dan memecahkan masalah, membentuk karyawan
yang mampu beradaptasi dengan lingkungan dan mempersatukan anggota- anggota organisasi. Sedangkan Robbins 2006 mendefinisikan budaya organisasi
sebagai suatu persepsi bersama yang dianut oleh anggota-anggota organisasi itu yang membedakan organisasi satu dengan lainnya. Hal ini merupakan satu dari
karakteristik nilai organisasi. Persepsi terhadap budaya organisasi didasarkan pada
kondisi- kondisi yang dialami seseorang dalam organisasinya, seperti penghargaan, dukungan, dan perilaku yang diharapkan diperoleh di organisasi.
Budaya organisasi manajemen harus memberikan teladan dan kemauan yang kuat untuk membangun suatu kultur yang kuat dalam organisasiyang
dipimpinnya. Peranan moral atau kepribadian yang baik dari seorang pemimpin dan komitmennya yang kuat sangat mendorong tegaknya suatu etika perilaku
dalam suatu organisasi dan dapat dijadikan dasar bertindak dan suri teladan bagi seluruh pegawai. Pimpinan tidak bisa menginginkan suatu etika dan perilaku yang
tinggi dari suatu organisasi sementara pimpinan itu sendiri tidak bersungguh- sungguh untuk mewujudkannya. Manajemen juga harus memperlihatkan kepada
karyawan tentang adanya kesesuaian antara kata dengan perbuatan dan tidak memberikan toleransi terhadap perbuatan- perbuatan yang melanggar kaidah-
kaidah etika organisasi yaitu dengan diberikan sanksi hukuman yang jelas dan demikian pula sebaliknya terhadap pegawai yang berprestasi dan bermoral baik
diberikan penghargaan yang proporsional. Adanya pelaksanaan hukuman dan penghargaan reward yang konsisten
memberikan nilai tambah bagi terciptanya suatu etika perilaku dan struktur organisasi yang kuat. Pegawai akan merasakan diperlakukan secara adil dan
merasa bersyukur atas posisi yang telah direraihnya jika etika organisasi dapat ditegakan secara konsisten oleh manajemen.
Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui bahwa budaya etis manajemen merupakan suatu gambaran dari perilaku manajemen yang dapat dicontoh dan
ditiru oleh para pegawainya. Sekalipun itu merupakan tindakan kecurangan
fraud pegawai akan melakukan suatu pembenaran atas tindakannya tersebut karena merasa bahwa tindakannya itu sudah dengan tindakan yang dilakukan oleh
manajemen. Oleh sebab itu, budaya etis manajemen yang baik sangat berpengaruh terhadap kinerja pegawainya dan dapat menurunkan tindakan kecurangan fraud.
2.7.4 Asimetri Informasi