Pengertian Hukum Adat Proses Terbentuknya Hukum Adat di Indone

PEMBAHASAN Istilah adat berasal dari bahasa Arab, yaitu Hadazt, yang apabila diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia berarti “kebiasaan”. Adat atau kebiasaan telah meresap kedalam Bahasa Indonesia, sehingga hampir semua bahasa daerah di Indonesia telah mengenal dan menggunakan istilah tersebut. Pengertian adat-istiadat menyangkut sikap dan kelakuan seseorang yang diikuti oleh orang lain dalam suatu proses waktu yang cukup lama, ini menunjukkan begitu luasnya pengertian adat-iatiadat tersebut. Tiap-tiap masyarakat atau Bangsa dan Negara memiliki adat-istiadat sendiri-sendiri, yang satu satu dengan yang lainnya pasti tidak sama. Adat-istiadat dapat mencerminkan jiwa suatu masyarakat atau bangsa dan merupakan suatu kepribadian dari suatu masyarakat atau bangsa. Tingkat peradaban, cara hidup yang modern sesorang tidak dapat menghilangkan tingkah laku atau adat- istiadat yang hidup dan berakar dalam masyarakat. Pada mulanya, Hukum Adat disebut dengan sebutan Hukum Kebiasaan. Di beberapa peraturan undang – undang disebut hukum kebiasaan dan bukan hukum adat. Kebiasaan adalah segala sesuatu perbuatan, tingkah laku, perilaku yang diulang ulang di dalam menghadapi yang sama akan berbuat yang sama untuk waktu yang sama

1. Pengertian Hukum Adat

Terdapat berbagai macam pengertian yang dikemukakan oleh ahli-ahli mengenai Hukum adat. Beberapa diantaranya adalah pengertian Hukum Adat yang dikemukakan oleh Prof. Dr. Soepomo, S.H, Prof. Van Vallenhoven dan Prof. Mr. B Terhaar Bzn. Menurut Prof. Dr. Soepomo, Hukum adat adalah hukum tidak tertulis yang tidak melalui badan legislatif, yang meliputi peraturan-peraturan hidup yang ditaati dan didukung oleh rakyat berdasarkan atas keyakinan bahwasanya peraturan-peraturan tersebut mempunyai kekuatan hukum. Menurut Prof. Mr. B Terhaar Bzn, Hukum adat adalah keseluruhan peraturan yang menjelma dalam keputusan-keputusan dari kepala-kepala adat dan berlaku secara spontan dalam masyarakat. Terhaar terkenal dengan teori “Keputusan” artinya bahwa untuk melihat apakah sesuatu adat-istiadat itu sudah merupakan hukum adat, maka perlu melihat dari sikap penguasa masyarakat hukum terhadap sipelanggar peraturan adat-istiadat. Apabila penguasa menjatuhkan putusan hukuman terhadap sipelanggar maka adat- istiadat itu sudah merupakan hukum adat. Dan menurut Prof. Van Vallenhoven, Hukum Adat adalah himpunan peraturan tentang perilaku yang berlaku bagi orang pribumi dan timur asing pada satu pihak yang mempunyai sanksi. Dari pengertian Hukum Adat oleh ahli-ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa Hukum Adat adalah hukum yang tidak tertulis dan yang tidak dibentuk melalui badan legislatif, yang terbentuk dari keputusan- keputusan kepala adat, yang jika dilanggar maka akan dikenakan sanksi. Dengan begitu, hukum Adat adalah hukum yang memaksa.  Asas-asas Hukum Adat Hukum adat yang tumbuh dari cita-cita dan alam pikiran masyarakat Indonesia, yang bersifat majemuk, namun ternyata dapat dilacak asas-asasnya, yaitu: 1. Asas Magis Religius Asas magis religius adalah pembulatan atau perpaduan kata yang mengandung unsur beberapa sifat atau cara berpikir seperti prelogika, animisme, pantangan, ilmu gaib dan lain-lain. Orang Indonesia pada dasarnya berpikir, merasa dan bertindak didorong oleh kepercayaan religi kepada tenaga-tenaga gaib magis yang mengisi, menghuni seluruh alam semesta dan yang terdapat pada orang, binatang, tumbuh-tubuhan besar dan kecil, benda-benda; dan semua tenaga itu membawa seluruh alam semesta dalam suatu keadaan keseimbangan. Tiap tenaga gaib itu merupakan bagian dari kehidupan, dari keseluruhan hidup jasmaniah dan rokhaniah dan keseimbangan itulah yang senantiasa harus ada dan terjaga, dan apabila terganggu harus dipulihkan. Memulihkan keadaan keseimbangan itu berujud dalam beberapa upacara, pantangan atau ritual. 2. Asas Komunal Asas Komunal berarti mendahulukan kepentingan umum daripada kepentingan diri sendiri. Asas komunal merupakan segi atau corak yang khas dari suatu masyarakat yang masih hidup sangat terpencil atau dalam hidupnya sehari-hari masih sangat tergantung kepada tanah atau alam pada umumnya. Dalam masyarakat semacam itu selalu terdapat sifat yang lebih mementingkan keseluruhan; lebih diutamakan kepentingan umum daripada kepentingan individual. Dalam masyarakat semacam itu individualitas terdesak ke belakang. Masyarakat, desa, dusun yang senantiasa memegang peranan yang menentukan, yang pertimbangan dan putusannya tidak boleh dan tidak dapat disia-siakan. Keputusan Desa adalah berat, berlaku terus dan dalam keadaan apapun juga harus dipatuhi dengan hormat, dengan hikmat. 3. Asas Contant Tunai Asas contant atau tunai mengandung pengertian bahwa dengan suatu perbuatan nyata, suatu perbuatan simbolis atau suatu pengucapan, tindakan hukum yang dimaksud telah selesai seketika itu juga, dengan serentak bersamaan waktunya tatkala berbuat atau mengucapkan yang diharuskan oleh Adat. Dengan demikian dalam Hukum Adat segala sesuatu yang terjadi sebelum dan sesudah timbang terima secara contan itu adalah di luar akibat-akibat hukum dan memang tidak tersangkut patu atau tidak bersebab akibat menurut hukum. Perbuatan hukum yang dimaksud yang telah selesai seketika itu juga adalah suatu perbuatan hukum yang dalam arti yuridis berdiri sendiri. Dalam arti urutan kenyataan-kenyataan, tindakan-tindakan sebelum dan sesudah perbuatan yang bersifat contan itu mempunyai arti logis satu sama lain. Contoh yang tepat dalam Hukum Adat tentang suatu perbuatan yang contant adalah: jual-beli lepas, perkawinan jujur, melepaskan hak atas tanah, adopsi dan lain-lain. 4. Asas Konkrit Pada umumnya dalam masyarakat Indonesia kalau melakukan perbuatan hukum itu selalu konkrit nyata; misalnya dalam perjanjian jual-beli, si pembeli menyerahkan uanguang panjer. Di dalam alam berpikir yang tertentu senantiasa dicoba dan diusahakan supaya hal-hal yang dimaksudkan, diinginkan, dikehendaki atau akan dikerjakan ditransformasikan atau diberi ujud suatu benda, diberi tanda yang kelihatan, baik langsung maupun hanya menyerupai obyek yang dikehendaki simbol, benda yang magis. Contoh: Panjer dalam maksud akan melakukan perjanjian jual beli atau memindahkan hak atas tanah.

2. Proses Terbentuknya