PENGARUH PENYARADAN TERHADAP PERUBAHAN BERAT ISI TANAH

II dan plot II tidak menunjukkan perubahan yang signifikan. Hal ini menunjukkan pemadatan tanah pada jalan sarad pada petak pemanenan kayu RITH tidak intensif karena traktor tidak bersentuhan dengan permukaan tanah akan tetapi terhalang oleh galangan kayu. Nilai rata-rata tahanan penetrasi tanah secara umum meningkat kedalaman tanah dan cenderung menurun pad kedalaman 25-30 cm. Hal ini menujukkan karena tanah mengalami pemadatan tanah dari permukaan tanah karena laulintas alat dan pada tanah yang berada di bawah permukaan mengalami akumulasi pemadatan tanah di atasnya. Pemadatana tanah mencapai maksimum pada kedalaman 10-15 cm dan cenderung menurun pada kedalaman di bawahnya. Nilai tahanan penetrasio tanah pad jalan sarad yang dilalui demgan intensitas lebih tinggi, meningkatkan tahanan penetrasi tanah. Penelitian ini menunjukkan bahwa tahanan pentrasi tanah cenderung lebih besar pada plot I dari pada plot II dan plot II dan plot II lebih padat dari apda plot III. Nilai tahanan penetarasi maksimum pada masing- masing petak pemanenan kayu konvensional dan RITH berada pada plot I. Hal ini memungkinkan karena intensitas lewatnya alat sarad traktor lebih tinggi pada plot I yang lebih dekat ke Tpn. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa intensitas lewatnya traktor berpengaruh terhadap pemadatan tanah, dimana semakin besar intensitas lalu lintas alat traktor maka tahanan penetrasi tanah semakin besar.

IV. PENGARUH PENYARADAN TERHADAP PERUBAHAN BERAT ISI TANAH

Hasil pengukran berat isi tanah pada petak pemaenan kayu konvensional dan RITH disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Rata-rata berat isi tanah grcm 3 pada petak pemanenan kayu konvensional dan RITH. Teknik Konvensional Teknik RITH Kedalaman tanah cm Kedalaman tanah cm No Plot 0-5 10-15 25-30 0-5 10-15 25-30 I II III VF 1.33 1.04 0.81 0.69 1.15 1.03 0.99 0.83 1.23 1.05 1.18 0.91 0.91 0.91 0.83 0.71 1.09 0.97 0.84 0.79 1.05 1.18 1.02 0.95 Rataan 1.06 1.06 1.15 0.88 0.96 1.08 Tabel 2 menunjukkan bahwa bila dibandingkan dengan areal hutan yang tidak dialllui alat sarad traktor, maka pada petak pemanenan kayu konvensional terjadi perubahan tahanan pentrasi yang jauh lebih bear bila dibandingkan dengan petak pemanenan kayu RITH. Pada petak pemanenan kayu konvensional untuk kedalaman 0-5 cm, 10-15 cm dan 25-30 cm terjadi peningkatan nilai tahanan penetrasi rata-rata berturut- turut dari 0.69 grcm 3 menjadi 1.06 grcm 3 , 0.83 grcm 3 menjadi 1.06 grcm 3 dan dari 0.91 grcm 3 menjadi 1.15 grcm 3 . Pada petak pemanenan kayu dengan kedalaman tanah yang sma terjadi peningkatan nailai tahan penetrasi tanah namun relatif kecil yakni dari e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara 3 0.71 grcm 3 menjadi 0.88 grcm 3 , 0.79 grcm 3 menjadi 0.96 grcm 3 dan dari 0.96 grcm 3 menjadi 1.08 grcm 3 . Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa bera isi tanah rata-rata yang terjadi pada petak pemanenan kayu konvensional berkisar antara 0.80-1.33 grcm 3 pada kedalaman tanah 0- 5 cm, 0.99 – 1.15 grcm 3 pada kedalaman 10-15 cm dan 1.05 – 1.23 grcm 3 pada kedalaman 25-30 cm. Hal ini mempelihatkan bahwa pemadatan tanah yang lebih besar pada setiap kedalaman tanah bila dibandingkan dengan hasi pemadatan tanah yang terjadi pada petak pemanenan kayu RITH yakni masing-masing berkisar antara 0.83 – 0.91 grcm 3 pada kedalaman 0-5 cm, 0.84 – 1.09 grcm 3 pada kedalaman 10-15 cm dan berkisar antara 1.02 – 1.18 grcm 3 pada kedalaman 25-30 cm. Bila dibandingkan dengan hasill penelitian Idris 1987 dimana pemadatan tanah rata-rata pada jalan sarad sebesar 1.15 grcm 3 dengan kisaran 0.80 – 1.77 grcm 3 , maka hasil pemadatan tanah pada kedua petak pemanenan kayu lebih kecil. Matangaran 1995 menyatakan bahwa kondisi areal yang baik untuk pertumbuhan benih yang jatuh dan berkecambah secara alami adalah dengan batas kerapatan limbak bulk density 1.3 grcm 3 . Jika melewati batas kerapatan limbak tersebut, maka benih akan sangat terganggu pertumbuhannya, bahkan mungkin mati. Berdasarkan eenelitian ini maka petak pemanenan kayu RITH masih cukup baik untuk pertumbuhan benih secara alami. Pada petak pemaenan kayu konvenional masih cukup baikuntuk pertumbuhan benih secara alami tetapi pada plot I tidak demikian bulk density rata-rata 1.33 grcm 3 . Perubahan berat isi tanah dihubungkan dengan kedalaman tanah pada petak pemanenan kayu konvensional sngat besar bila dibandingkan dengan tahanan penetrasi tanah yang tidak terusik virgin forest terutama pada plot I dan plot II. Pada kedalaman 25-30 cm untuk plot I dan plot II masih menunjukkan perubahan yang signifikan walaupun menurun. Hal ini menujukkan pemadatan tanah yang sangat intensif sebagai akibat lalulintas traktor.

V. PENGARUH PENYARADAN TEHADAP POROSITAS TANAH