e. Bagaimana pemerintah dan masyarakat dunia menanggapi perubahan iklim sebagai isu global?
f. Bagaimana cara menerapkan teknlogi untuk mengurangi laju dan dampak perubahan iklim dunia?
1.3 Tujuan
Tujuan khusus : Makalah ini disusun untuk mengkaji pemicu yang berjudul “Sudah Bergeserkah Keteraturan Alam yang Kita Nikmati?”.
Tujuan Umum : Makalah ini bertujuan untuk mempelajari dasar-dasar konsep ilmu pengetahuan mengenai perubahan iklim dengan cara mengintegrasikan pengetahuan yang telah dimiliki dan
pengetahuan baru sehingga mampu memahami suatu permasalahan secara ilmiah dan komprehensif.
1.4 Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari penyusunan makalah ini diantaranya; 1. Melatih cara berpikir kritis,logis, dan ilmiah dalam mengkaji dan menghadapi suatu
permasalahan 2. Melatih untuk memahami permasalahan secara ilmiah, kritis, dan komprehensif melalui
pendekatan Problem Based Leaning PBL dengan menelusuri latar belakang munculnya permasalahan,menentukan teori-teori yang relevan unuk mengkaji permasalahan secara
ilmiah,mengkaitkan permasalahan dengan teori yang telah diketahui, kemudian merumuskan penyelesaian permasalahan yang logis
3. Melatih kolaborasi antar anggota home group untuk menyelesaikan tugas
1.5 Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan dalam menyusun makalah ini adalah metode kepustakaan dan literatur. Referensi yang kami gunakan adalah materi-materi yang dipelajari dalam MPKT-B dan
referensi tambahan yang kami dapatkan dari sumber lain seperti dari buku maupun internet.
1.6 Sistematika Penulisan
Makalah ini disusun secara sistematis melalui pembagian bab yang berjumlah tiga buah, yaitu bab pendahuluan, bab pembahasan, dan bab penutup. Adapun bab pendahuluan terdiri atas: latar
belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, sistematika penulisan, dan hipotesis. Sedangkan bab pembahasan dibagi berdasarkan subpokok-subpokok
yang akan dikaitkan dengan pemicu. Bab penutup terdiri atas kesimpulan dan saran.
1.7 Hipotesis
Perubahan iklim merupakan proses yang terjadi secara alami yang menyebabkan kondisi Bumi memungkinkan kelangsungan hidup manusia dan organisme lainnya secara optimum . Akan
tetapi, berbagai tindakan manusia telah merusak keseimbangan alam sehingga perubahan iklim terjadi secara tidak normal dan membawa dampak buruk bagi kehidupan manusia.
BAB II
PEMBAHASAN
I.Perubahan Iklim secara umum I.1 Pengertian dan faktor penyebab perubahan iklim
Perubahan Iklim adalah pergeseran statistik atau rata-rata jangka panjang cuaca. Perubahan iklim sendiri dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Faktor yang pertama adalah
natural variability atau faktor alam. Faktor kedua adalah human-induced factor atau faktor manusia. Faktor alam adalah faktor dalam alam yang mempengaruhi satu sama lain.
Komponen faktor alam terdiri dari atmosfer suhu, unsur-unsur di udara, uap air, dan sebagainya, daratan resapan tanah, keaktifan gunung berapi, unsur di tanah, dan sebagainya,
laut tinggi gelombang, dan sebagainya dan radiasi matahari. Faktor manusia adalah faktor yang berasal dari manusia itu sendiri karena tindakanya yang mempengaruhi alam.
Human-induced factor of climate change atau faktor yang disebabkan oleh manusia adalah tindakan manusia yang dapat mempengaruhi pergeseran iklim. Tindakan tersebut antara
lain menggunakan tenaga listrik thermal power plant menggunakan bahan bakar fosil, menggunakan kendaraan bermotor menggunakan bahan bakar fossil mengeluarkan co2,Bahan
industri yang diciptkan menggunakan bahan bakar fosil mengeluarkan co2 dan sampah, menggunakan sampah tak terurai seperti plastik yang akan menciptakan kerusakan lingkungan,
menggunakan kayu sebagai bahan industri yang akan mengurangi banyak hutan di bumi menggunakan pupuk pada pertanian yang menciptakan emisi n2o, melakukan Degradasi lahan
perusakan lahan hutan untuk banyak keperluan yang merusak lingkungan sekitarnya sehingga terjadi perubahan pada keadaan udara misal: konsentrasi CO2 di udara yang menyebabkan
terhalanganya cahaya matahari keluar bumi. Global warming, yang merupakan salah satu gejala pergeseran iklim pada masa kini,
adalah manifestasi dari faktor alam dan faktor manusia. Tindakan yang dilakukan manusia mempengaruhi alam sehingga terjadi global warming yang akan dibahas di bab lainya.
I. 2 Perubahan iklim dalam jangka waktu geologis
I. 2. 1 Paleozoikum Zaman Paleozoikum terjadi pada 541 hingga 252 juta tahun yang lalu. Pada masa itu
terjadi perkembangan makhluk hidup yang bersel banyak. Zaman ini dibagi menjadi 6 masa yaitu; Cambrian, Ordovician, Cambrian,Ordovician,Carboniferus,Silurian,Devonian, dan
Permian.Iklim pada masa tersebut mayoritas hangat namun terjadi zaman es pada masa Ordovician dan Permian.
I. 2. 2 Mesozoikum Mesozoikum terjadi pada masa 252 hingga 66 juta tahun yang lalu.Masa tersebut
dibagi menjadi 3 masa;Cretaceus,Jurrasic,Triassic. Pada zaman ini berembang Dinosaurus sebagai predator utama dalam Bumi. Sebagai hewan superior, populasi dinasaurus adalah
populasi terbanyak di Bumi saat itu. Zaman puncak populasinya ada pada masa Jurrasic sebelum punah di masa Paleogene di Zaman Cenozoic. Iklim secara umum lembab dan
hangat. I. 2. 3 Cenozoikum
Terjadi pada 66 juta tahun yang lalu hingga saat ini. Zaman ini dibagi menjadi 3; Paleogene, Neogene dan QuatemaryZaman Paleogene terjadi mass Extinction beberapa
species salah satunya dinosaurus. Disebabkan oleh perubahan iklim yang drastis. Penyebab perubahan iklim ini masih diperdebatkan. Zaman Neogene pada umumnya iklim moderat
seperti masa kini namun pertengahan zaman terjadi zaman es ice age. Zaman Quatemary dibagi menjadi 3: Pleistocene dan Holocene. Pada Pleistocene
terjadi ice age terakhir 75.000 tahun lalu disebabkan oleh Erupsi Gunung Toba yang asapnya menutupi atmosfer selama beribu-ribu tahun menyebabkan sinar matahari tidak bisa masuk
sehingga terjadi zaman es. Di pengakhir zaman es muncul Homo Sapiens.Saat itu Homo Neanderthal masih ada. Masa Holocene adalah masa mulainya peradaban manusia modern
I.3 Revolusi industri sebagai permulaan global warming
Revolusi Industri adalah permulaan dari global warming yang terjadi saat ini. Global warming disebabkan oleh manusia itu sendiri yang diawali dengan revolusi industri. Revolusi
industri dimulai sejak abad 18 hingga abad 19. Hal ini terbukti dengan tercatatnya kenaikan rata-rata suhu Bumi sebesar 0,6 derajat celcius dari abad 19 hingga abad 21.
Tindakan yang dilakuakan manusia selama revolusi industri yang mempengarui global garming adalah penebangan hutan,penciptaan mesin-mesin industri yang menghasilkan polusi
jelaga , praktik pertanian yang masif dengan membuka lahan baru dan menerapkan teknologi pertanian seperti pupuk, dan penggunaan bahan bakar fosil. Hutan sebagai sequester penyerap
dan penampung emisi karbon dioksida dari makhluk hidup dan aktivitas manusia ditebang untuk dimanfaatkan kayunya sebagai bahan bakar tungku, bahan bangunan, dll. Mesin-mesin
industri yang masih sederhana menghasilkan gas-gas buangan yang sangat banyak. Pembukaan lahan semakin mengurangi luas lahan tertutup pohon. Penggunaan pupuk menyebabkan
akumulasi gas nitrogen oksida di udara. Sementara pengunaan bahan bakar fosil menghasilkan emisi karbon yang sangat masif.
II. Greenhouse effect sebagai penyebab global warming yang berdampak pada perubahan iklim
Perubahan iklim dalam hal perubahan suhu Bumi dapat terjadi baik itu suhunya menjadi turun maupun naik. Suhu Bumi dipengaruhi oleh empat faktor
1
yang saling mempengaruhi, yaitu jumlah energi matahari yang diterima, jumlah energi kalor yang dilepaskan, evaporasi dan
kondensasi uap air, dan retensi panas oleh atmosfer. Perubahan pada salah satu atau keseluruhan faktor-faktor tersebut dapat mengubah suhu Bumi. Penyebab dari perubahan itu
diantaranya gangguan pada keseimbangan energi Bumi Earth’s energy balance,greenhouse gas, polusi emisi aerosol, partikulat letusan gunung, variasi arus laut dan angin, perubahan
energi matahari, dan siklus Milankovich.
II. 1 Pengertian greenhouse effect
Greenhouse effect efek rumah kaca adalah mekanisme penyebab global warming efek rumah kaca. Efek rumah kaca itu sendiri merupakan mekanisme dimana gas-gas tertentu di
atmosfer menyerap radiasi gelombang elektromagnetik panjang dari permukaan Bumi dan memancarkannya kembali ke permukaan melalui counter radiation.
1
II.2 Proses terjadinya greenhouse effect
Gangguan pada keseimbangan energi Bumi adalah fenomena dimana energi radiasi matahari yang masuk ke Bumi tidak dapat sepenuhnya secara langsung dikeluarkan ke luar
angkasa sehingga energi Bumi meningkat. Matahari memancarkan radiasi energi dalam gelombang elektromagnetik pendek rentang sinar gamma hingga inframerah pendek ke
seluruh angkasa termasuk menuju Bumi. Sebagian radiasi tersebut dipantulkan oleh atmosfer,sebagian diurai atmosfer, dan sebagian lagi menembus atmosfer. Gelombang yang
menembus atmosfer mengenai permukaan Bumi. Gelombang tersebut selanjutnya akan dipantulkan ataupun diserap oleh permukaan Bumi, tergantung pada albedo permukaan
kemampuan benda memantulkan gelombang elektromagnetik. Gelombang yang diserap akan meningkatkan energi di dalam Bumi meningkatkan kalor laten Bumi. Bumi sebagai benda
hitam black body dalam konsep fisika akan memancarkan radiasi dalam bentuk gelombang elektromagnetik panjang agar tercipta keseimbangan dalam Earth’s energy budget
keseimbangan energi yang diterima dan dilepaskan. Selain itu, gelombang yang tidak diserap permukaan Bumi akan dipantulkan kembali ke angkasa juga dalam bentuk gelombang
elektromagnetik panjang . Akan tetapi,gas-gas rumah kaca di atmosfer hanya dapat dilewati oleh gelombang elektromagnetik pendek dari angkasa, tidak dapat dilewati gelombang
elektromagnetik panjang dari Bumi. Akibatnya, gelombang elektromagnetik dari Bumi diserap oleh gas-gas tersebut sehingga atmosfer mengandung energi dalam kalor laten. Gas-gas yang
mengandung energi akan memancarkannya juga dalam bentuk gelombang elektromagnetik panjang yang mana ada dua kemungkinan arah radiasinya, menuju ke luar atmosfer atau
kembali ke permukaan Bumi. Gas-gas rumah kaca terletak di atmosfer dalam ketinggian berbeda-beda sesuai dengan titik beku masing-masing gas. Hal ini menyebabkan adanya
lapisan-lapisan gas rumah kaca pada atmosfer. Susunan berlapis ini mengakibatkan apabila lapisan terdekat meradiasikan sebagian gelombang ke arah luar angkasa, gelombang itu akan
diserap lagi oleh lapisan diatasnya yang mana sebagian akan dipancarkan kembali dan sebagian dipancarkan ke luar angkasa. Demikian seterusnya sehingga gelombang elektromagnetik
panjang dari Bumi membutuhkan waktu semakin lama untuk dikeluarkan dari Bumi. Hal ini meningkatkan energi di Bumi yang manifestasinya adalah meningkatnya suhu Bumi atau
dikenal dengan global warming.
II. 3. Greenhouse gases Gas-gas rumah kaca
Dapat disimpulkan bahwa gas rumah kaca menimbulkan pemanasan global yang merupakan peningkatan secara perlahan dari suhu keseluruhan atmosfer Bumi. Namun lebih
dari itu, gas-gas rumah kaca mempercepat proses peningkatan suhu Bumi dengan laju peningkatan yang abnormal yang seharusnya berjalan secara alamiah.
1
Beberapa gas rumah kaca yang menyebabkan perubahan iklim diantaranya karbon dioksida, ,klorofluorokarbon, metana, oksida nitrogen dan ozon dengan kontibusi terhadap
tingkat pengrusakan oleh faktor antropogenik human-induced factor berturut-turut 50-60
CO
2
, 15-25 CFC, 12-20 CH
4
, 5 Nitrogen Oksida N
2
O,5 dan ozon tidak diketahui.
1
II. 4. Dampak negatif pemanasan global tehadap iklim dan ekosistem
Perubahan es di kutub, dimana es di kutub utara mencair tetapi di kutub selatan bertambah
Jumlah badai yang terjadi hampir konstan masih sesuai pola tetapi keparahannya jauh lebih
berat akibat global warming
Tinggi air laut meningkat
Hewan-hewan sebagai pembawa penyakit menular bermigrasi, contohnya west nile virus yang berasal dari Afrika terbawa oleh burung hingga menyebabkan kasus di Amerika.
Banyak ekosistem yang rusak dan ancaman kepunahan spesies
Pergeseran musim, contohnya musim semi terjadi lebih cepat
Musim-musim menjadi ekstrem, seperti musim dingin ekstrem di Rusia atau gelombang
panas di Amerika Serikat
Kekeringan parah
II. Pergeseran pola perubahan iklim di Indonesia
Pergeseran pola perubahan iklim di Indonesia disebabkan oleh efek rumah kaca akibat penggunaan bahan-bahan seperti CFC maupun meningkatnya gas-gas polusi kendaraan pada
atmosfer. Akibatnya, timbul suatu fenomena yang disebut “Global Warming” atau meningkatan suhu global. Peningkatan suhu global diperkirakan memiliki laju 0.002 °Ctahun atau 0.02
°Cdekade. Pergeseran pola perubahan iklim di Indonesia dapat menimbulkan kerugian ekonomi seperti misalnya di tahun 2007, Indonesia mengalami kerugian ekonomi sebesar Rp 2 triliun.
III. 1. Fenomena-fenomena perubahan iklim di Indonesia
Pergeseran pola perubahan iklim di Indonesia terjadi semakin parah dari hari ke hari. Perubahan pola terjadi pada aspek curah hujan, suhu bumi, dan tinggi muka laut. Pergeseran
pola curah hujan dapat berupa peningkatan curah hujan maupun penurunan curah hujan.Peningkatan curah hujan menyebabkan bencana lain seperti banjir dan tanah longsor.
Penurunan curah hujan dapat menimbulkan kekeringan dan menyebabkan penurunan ketersediaan air. Di lain pihak, perubahan suhu bumi diperkiran meningkat dan pada tahun
2020-2050 akan mencapai peningkatan 0.8–1°C relatif terhadap periode iklim terakhir di abad ke-20. Perubahan suhu ini dapat menimbulkan ancaman bagi ekosistem, dapat menimbulkan
kebakaran hutan, dan dapat menimbulkan evaporasi berlebihan pada tumbuhan. Perubahan juga terjadi pada tinggi muka laut. Tinggi muka laut mengalami kenaikan sebesar 7mmtahun pada
periode 1993-2008. Diprediksikan tinggi muka laut akan meningkat 35-40cm pada tahun 2050
dibanding pada tahun 2000. Dampak yang ditimbulkan dari kenaikan muka lau adalah terancamnya kehiduoan pesisir, terjadi peningkatan genangan air, abrasi pesisir, dan intrusi air
laut.
III. 2. Upaya mitigasi dan adaptasi menghadapi perubahan iklim
Dalam menghadapi pergeseran perubahan pola iklim ini, pemerintah terutama pada sektor kementrian, BNPB,BPPT, dan LIPI , mengambil upaya dalam hal mitigasi dan adaptasi.
Selain itu, pemerintah juga berperan aktif dalam perjanjian-perjnjian internasional seperti meratifikasi UNFCC 1994 dan Kyoto Protocol 2004 . Untuk upaya dalam negeri, pemerintah
meluncurkan Indonesia Climate Change Sectoral Roadmap ICCSR 2010-2030 untuk menguatkan upaya adaptasi dan mitigasi yang akan dilakukan. Upaya mitigasi yang dilakukan
pemerintah antara lain peningkatan efisiensi penggunaan energi pada kawasan terbangun di kota, peningkatan penggunaan sumber energi alternatif, dan pengembangan sistem transportasi
massal dengan sumber energi alternatif yang bertujuan mengurangi penambahan kendaraan pribadi. Di sisi lain, upaya adaptasi yang dilakukan pemerintah adalah meningkatkan sistem
drainase kota untuk antisipasi peningkatan debit air hujan, meningkatkan sistem pengendalian banjir, perencanaan dan pengendalian pemanfaatan ruangguna lahan, meningkatkan ketahanan
pangan, mengurangi penggunaan air untuk rumah tangga maupun industri, dan meningkatkan pemanfaatan sumber air alternatif seperti air hujan
IV. Dampak Pergeseran Keteraturan Iklim terhadap Kesehatan Manusia
Keteraturan iklim di dunia, termasuk di Indonesia, telah mengalami pergeseran sehingga menjadi sulit untuk diprediksikan. Pergerseran keteraturan iklim ini membawa dampak
bagi seluruh aspek kehidupan manusia, termasuk aspek kesehatan. Gangguan kesehatan yang terjadi pada manusia yang disebabkan oleh pergeseran iklim terutama berkaitan dengan
perubahan kondisi lingkungan yang ekstrem dan drastis akibat dari pemanasan global yang terjadi pada bumi. Perubahan kondisi yang drastis ini memberi kesempatan kepada patogen-
patogen pembawa penyakit seperti virus, bakteri, dan mikroorganisme lainnya untuk berkembang dan lebih mudah menyerang tubuh manusia. Bahkan, akibat dari pergeseran iklim tersebut, telah
terjadi peningkatan frekuensi timbul pada beberapa penyakit, salah satu diantaranya adalah kanker kulit.
IV. 1. Kanker Kulit
Kanker kulit merupakan suatu penyakit yang menyebabkan sel-sel kulit manusia mengalami pertumbuhan yang tidak terkendali. Kanker kulit yang menyerang manusia dapat
disebabkan oleh peningkatan paparan sinar ultra violet yang mengandung sifat karsinogenik pada kulit akibat adanya penipisan ozone bumi. Selain itu, kanker kulit juga dapat dipengaruhi
oleh kurangnya produksi pigmen melanin dalam kulit. Pada umumnya, kanker kulit menyerang bagian epidermis kulit yang merupakan lapisan paling luar kulit, sehingga kanker kulit
termasuk kanker yang mudah dideteksi pada stadium awal karena keberadaan tumor akan langsung terlihat jelas. Terdapat tiga tipe utama kanker kulit, yaitu karsinoma sel basal,
karsinoma sel skuamosa, dan melanoma maligna. IV. 1. 1. Karsinoma sel basal
Karsinoma sel basal merupakan tipe kanker kulit yang paling banyak terjadi. Karsinoma sel basal bersifat lokal invasif dan jarang bermetastasis atau menyebar ke bagian tubuh
sekitarnya, sehingga tipe ini jarang menimbulkan kematian. Karsinoma sel basal merupakan tipe kanker yang menyerang lapisan sel basal epidermis kulit. Pada tipe ini timbul nodul atau
benjolan kecil yang memiliki ciri-ciri agak berkilat, kemerahan, dengan pinggiran agak kehitaman. Karsinoma sel basal memiliki kelainan seperti lecet yang tidak kunjung sembuh
atau biasa disebut dengan berulserasi. IV. I. 2. Karsinoma sel skuamosa
Karsinoma sel skuamosa merupakan tipe yang memiliki lesi lebih lebar dari karsinoma sel basal, dan nodul yang terdapat pada tipe ini lebih memperlihatkan reaksi inflamasi. Pada
tipe karsinoma sel skuamosa, nodul mengalami penebalan sehingga tampak seperti tumor yang kasar, tebal, dan menyebabkan kulit menjadi bersisik. Kulit yang bersisik terkadang berulserasi
sehingga merusak jaringan kulit. IV. 1. 3. Melanoma maligna
Melanoma maligna merupaka tipe tumor yang paling ganas diantara ketiga tipe umum kanker kulit, hal ini dikarenakan melanoma maligna memiliki risiko yang besar untuk
bermetastasis sehingga penyebaran kanker terjadi dengan cepat. Tipe melanoma maligna menginvasi lapisan dermis yang lebih dalam dan jaringan subkutan kulit. Tumor tipe ini
memiliki ciri-ciri yaitu memiliki tepi yang tidak beraturan dan permukaannya mengalami ulserasi. Nodul pada tipe melanoma maligna pada umumnya memiliki warna yang bervariasi
antara area satu dengan lainnya dan memiliki diameter lebih dari 6 mm.
V. Perubahan Iklim sebagai Isu Internasional
Perubahan iklim disamping krisis pangan, krisis energi, dan epidemi merupakan isu-isu yang semakin meningkat tensinya seiring waktu dan menjadi perhatian dunia, terutama oleh
pemimpin-pemimpin Negara, organisasi PBB, dan non-governmental organization NGO. Para pemimpin Negara umumnya membahas isu perubahan iklim melalui forum-forum regional dan
internasional yang menghasilkan kesepakatan perjanjian-perjanjian atau kerangka kerja tertentu. Sementara NGO lebih berperan dalam monitoring kebijakan pemerintah dan pengamatan di
berbagai belahan dunia.
V. 1 Down To Earth Indonesia
Down To Earth Indonesia merupakan organisasi non profit yang didirikan oleh organisasi nonprofit dari Inggris, yaitu Tapol dan Survival international.
V.1. 1. Tujuan Down To Earth Indonesia i. Peningkatan kesadaran dunia internasional mengenai dampak perubahan iklim, kerusakan
sumber daya alam di Indonesia, dan penghidupan berkelanjutan. ii. Meningkatkan informasi masyarakat lokal agar dapat memberikan tanggapan yang tepat
secara ekologisterhadap perubahan iklim. iii. Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk memberikan bantuan tentang perubahan iklim
antara pembuat kebijakan dan pengambilan keputusan di tingkat nasional dan internasional. V.1. 2. Cara Kerja Down To Earth Indonesia
i. Menerjemahkan informasi kedalam Bahasa Indonesia. ii. Penyebaran Informasi.
iii. Bekerjasama dengan organisasi Non Profit setempat. iv. Pembangunan kapasitas.
V. 2. Dewan Nasional Perubahan Iklim
Dewan Nasional Perubahan Iklim merupakan dewan yang dibentuk oleh pemerintah melalui Peraturan Presiden RI Nomor 46 tahun 2008.
V.2.1. Visi DNPI “Mewujudkan pembangunan rendah emisi karbon yang mampu beradaptasi terhadap
perubahan iklim dengan dukungan sistem pendanaan dan alih teknologi yang tepat guna”
V.2. 2. Misi DNPI 1.
Merumuskan kebijakan nasional, strategi, program, dan kegiatan pengendalian perubahan iklim.
2. Mengkoordinasikan kegiatan dalam pelaksanaan tugas pengendalian perubahan iklim
yang meliputi kegiatan adaptasi, mitigasi, alih teknologi, dan pendanaan 3.
Melaksanakan pemantauan dan evaluasi implementasi kebijakan tentang pengendalian perubahan iklim.
4. Memperkuat posisi Indonesia untuk mendorong negara-negara maju untuk lebih
bertanggung jawab dalam pengendalian perubahan iklim.
V. 3. United Nation Framework Convention on Climate Change UNFCCC
Pada tahun 1992 beberapa negara bergabung dalam traktat internasional untuk membatasi peningkatan temperatur rata-rata global yang mempengaruhi perubahan iklim. UNFCCC
sekarang sudah terdapat 195 partai se-Dunia dengan tujuan menstabilkan konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer dari campur tangan manusia yang membahayak sistem cuaca. UNFCC telah
menghasilkan beberapa hal seperti dibawah ini :
V. 3. 1. Protokol Kyoto
Protokol ini bertujuan untuk membantu stimulasi green investment dan membantu partai menentukan target emisinya dengan pengeluaran yang efektif.
V. 3. 2. Bali Road Map
Bali Road Map menghasilkan beberapa perjanjian seperti mengangkat kebijakan perubahan iklim sampai pada tingkat politik tertinggi, memperbaiki infrastruktur yang
dibutuhkan dalam menghadapi perubahan iklim, menghasilkan Copenhagend Accord, dan memberikan pembiayaan cepat sebesar 30 Milyar kepada negara berkembang pada tahun
2010-2012 untuk adaptasi dan mitigasi.
VI. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Untuk Mengantisipasi Perubahan Iklim
Perubahan iklim yang terjadi di seluruh dunia, memicu para ahli untuk mengeluarkan berbagai teknologi agar bisa mengurangi dampak dan mengantisipasi perubahan iklim yang telah
terjadi. Untuk itu, bias diterapkan teknologi ramah lingkungan. Teknologi ramah lingkungan
adalah teknologi yang menggunakan sedikit atau sama sekali sumber daya alam dan menghasilkan emisi yang sedikit sehingga dapat digunakan untuk mengurangi bahkan
mengantisipasi perubahan iklim. Contoh-contoh teknologi ramah lingkungan ini antara lain:
VI.1. Tenaga Surya Solar Power
Indonesia sebagai negara yang terletak di bawah garis khatulistiwa memiliki curah penyinaran matahari yang tinggi dan intens, sehingga cocok untuk menerapkan tenaga surya.
Tenaga surya ini memanfaatkan efek fotolistrik untuk menyerap energi radiasi gelombang elektromagnetik, seperti sinar ultraviolet untuk menjadi energi listrik yang nantinya akan
disimpan di dalam baterai. Namun begitu, tenaga surya ini tidak dapat digunakan jika matahari tertutup atau pada waktu malam hari.
VI. 2. Hidroelektrik Hydroelectricity
Hidroelektrik memanfaatkan tenaga potensial dan kinetik air untuk diubah menjadi energi listrik. Energi yang dihasilkan ini bergantung pada volume air dan ketinggian air yang
jatuh.
VI. 3. Mobil Listrik Electric Car
Mobil listrik menggunakan bahan bakar listrik yang disimpan di dalam baterai yang sudah diisi terlebih dahulu. Mobil listrik ini memiliki beberapa kelebihan dibandingkan mobil
konvensional antara lain polusi yang kecil sehingga mengurangi emisi gas rumah kaca dan tidak bergantung pada BBM. Kelemahannya adalah tenaga yang kecil, bahan yang tidak kuat,
baterai yang mahal, dan infrastruktur di Indonesia yang masih minim.
VI.4. Sel Bahan Bakar Fuel Cell
Sel bahan bakar menggunakan proses elektrokimia antara hidrogen dengan oksigen untuk menghasilkan listrik. Sel bahan bakar memiliki efektifitas 2-3 kali lebih tinggi
dibandingkan proses pembakaran hidrokarbon, seperti bensin dan solar. Alat ini juga mudah dalam pemeliharaan dan penempatan yang fleksibel.
VI.4. Tenaga Angin Wind Power
Tenaga angin ini memanfaatkan energi kinetik angin untuk ditangkap oleh baling-baling yang akan memutar as hingga memutar generator yang akan mengubah energi rotasi ini
menjadi energi listrik yang nantinya akan disimpan oleh baterai.
VI.5. Stratospheric Aerosol Injection SAI
Teknologi ini diinspirasi dari letusan gunung berapi yang mampu merefleksikan cahaya matahari sehingga mampu memodifikasi awan pada stratosfer dan mampu menurunkan suhu
bumi selama beberapa tahun kemudian. Teknologi ini nantinya akan mampu mengatasi masalah pemanasan bumi dengan menurunkan suhu bumi yang bias bertahan dalam jangka waktu lama.
Namun, teknologi ini membutuhkan ruang lingkup yang sangat besar sehingga sekarang masih menjadi wacana di kalangan para ahli.