1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kelincahan gerak adalah kemampuan seseorang untuk menunaikan tugasnya sehari-hari dengan gampang, tanpa merasa lelah yang berlebihan,
dan masih mempunyai sisa atau cadangan tenaga untuk menikmati waktu senggangnya dan untuk keperluan-keperluan mendadak. Dapat pula
ditambahkan, kelincahan gerak merupakan kemampuan untuk menunaikan tugas dengan baik walaupun dalam keadaan sukar, dimana orang yang
kesegaran jasmaninya kurang, tidak akan dapat untuk melakukannya Ismaryati dan Sarwono, 2007: 39.
Pembinaan kelincahan gerak sudah termasuk dan tercantum dalam kurikulum sekolah sesuai dengan jenjang pendidikannya. Penerapan pola
hidup sehat bagi pelajar dimulai dengan adanya pembinaan hidup sehat yang dapat dipercaya melalui proses pendidikan. Sehingga kualitas fisik yang
meliputi status gizi, peningkatan status kesehatan dan kesegaran jasmani juga harus dilakukan melalui proses pendidikan dan pembudayaan. Ini
semua ditempuh melalui pembinaan kesegaran jasmani serta pengembangannya yang ditujukan kepada seluruh masyarakat.
Salah satu permasalahan kurang berkembangnya proses pembelajaran penjasorkes di sekolah adalah, terbatasnya sarana dan
prasarana pembelajaran yang tersedia di sekolah, baik terbatas secara
2
kuantitas maupun kualitasnya. Permasalahan tersebut semakin mendalam dan berpengaruh secara signifikan terhadap pembelajaran penjasorkes,
kerena kurang didukung oleh tingkat kemampuan, kreativitas dan inovasi para guru penjasorkes selaku pelaksana khususnya dalam pengembangan
model pembelajaran. Ditengarai bahwa guru penjasorkes dalam melaksanakan proses
pembelajaran bersifat konvensional yang cenderung monoton, tidak menarik dan membosankan, sehingga peserta didik tidak memiliki semangan dan
motivasi dalam mengikuti pelajaran penjasorkes. Dampak dari itu secara tidak disadari akan mempengaruhi terhadap tingkat kesegaran jasmani dan
penguasaan keterampilan gerak peserta didik yang semestinya dapat dikembangkan sesuai perkembangan gerak seusianya. Dengan demikian
potensi peserta didik akan tidak berkembang secara optimal pada dasarnya, dan pada akhirnya kurang optimal pula dalam mendukung dan memberi
kontribusi bibit-bibit atlet potensi yang dapat dikembangkan pada pembinaan prestasi olahraga ke depan.
Pengembangan model pembelajaran penjasorkes merupakan salah satu upaya membantu penyelesaian permasalahan terbatasnya sarana dan
prasarana pembelajaran penjasorkes di sekolah. Dari hasil pengamatan selama ini, pengembangan model pembelajaran penjasorkes yang dilakukan
oleh para guru penjasorkes dapat membawa suasana pembalajaran yang inovatif, dengan terciptanya pembelajaran yang menyenangkan dan dapat
memotivasi peserta didik untuk lebih berpeluang mengeksploitasi gerak
3
secara luas dan bebas, sesuai tingkat kemampuan yang dimiliki. Biarpun pengembangan model pembelajaran yang ada masih terbatas dalam lingkup
lingkungan fisik di dalam sekolah, dan belum dikembangkan pada pemanfaatan lingkungan fisik luar sekolah, yang sebenarnya memiliki
potensi sebagai sumber belajar yang efektif dan efisien. Lingkungan fisik luar sekolah yang merupakan salah satu sumber
belajar yang efektif dan efisien, selama ini belum dapat dioptimalkan oleh para guru penjasorkes dalam mengembangkan pembelajarannya. Guru
penjasorkes masih berkutat dalam lingkungan fisik dalam sekolah, biarpun dengan berbagai persoalan dan keterbatasannya. Para guru lupa bahwa
lingkungan fisik di luar sekolah ada situasi dan kondisi yang menarik di alam bebas berupa lahan kosong, persawahan, perkebunan, hutan,
perbukitan, sungai, pantai, perumahan dll, yang jika dimanfaatkan secara optimal melalui pengembangan model pembelajaran akan dapat membantu
para guru dalam meningkatkan pembelajaran penjasorkes yang inovatif. Proses belajar mengajar mata pelajaran pendidikan jasmani olahraga
dan kesehatan di SD Negeri 01 Majakerta dipegang oleh seorang guru penjasorkes. Pada saat pelajaran berlangsung, siswa diberi materi pelajaran
yang berupa latihan kondisi fisik, teknik dasar maupun permainan yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesegaran jasmani dan juga ketrampilan siswa
dalam cabang olahraga. Melalui pendidikan jasmani, kegiatan ekstrakurikuler dan program
pengembangan diri yang diadakan oleh sekolah diharapkan kesegaran
4
jasmani siswa dapat ditingkatkan dan nantinya akan bermanfaat dalam kegiatan pembelajaran di sekolah maupun aktifitas diluar sekolah.
Pembinaan kesegaran jasmani di lingkungan sekolah perlu dibina untuk menunjang terciptanya kegiatan belajar mengajar yang optimal, karena
siswa yang mempunyai kesegaran jasmani yang baik akan dapat melaksanakan tugasnya dengan baik Rusli Rutan, 2003: 17.
SD Negeri 01 Majakerta terletak ± 3 km dari kota kecamatan Watukumpul dan ± 40 km dari pusat kota kabupaten Pemalang, termasuk
wilayah dataran tinggi dan kalau dilihat dari geografisnya adalah daerah perbukitan yang sebagian besar dikelilingi oleh perkebunan rakyat yaitu
tanaman pohon Albasia. Karena wilayah perbukitan itulah penduduknya menyebar dan ada peserta didik yang lokasi rumahnya berjarak ± 3 km dari
sekolah. SD Negeri 01 Majakerta tidak memiliki sarana dan prasarana yang memadai untuk pelaksanaan pembelajaran Penjasorkes. Model pembelajaran
lingkungan luar sekolah adalah alternatif dan sering dilakukan dalam proses pembelajaran. Kondisi lingkungan SD Negeri 01 Majakerta yang dikelilingi
perbukitan, membuat peneliti sering mengembangkan model pembelajaran Penjasorkes melalui pendekatan luar sekolah di lingkungan perkebunan.
Lingkungan perkebunan yang dipilih untuk dijadikan lokasi penelitian dekat dengan sekolah. Jarak lokasi dari sekolah sekitar 200 m
yang dapat ditempuh hanya 5 menit, sehingga tidak menyita waktu banyak dalam proses pembelajaran. Lokasi perkebunan dipilih dimaksudkan untuk
memberikan variasi kepada siswa dalam pembelajaran olahraga yang selama
5
ini hanya dilakukan di halaman sekolah atau lapangan, agar tidak menimbulkan kejenuhan dalam pembelajaran. Lingkungan perkebunan ini
bisa dimanfaatkan untuk pembelajaran, dengan harapan anak akan merasa senang dan gembira karena proses pembelajaran dilakukan di luar sekolah
sehingga tidak berkesan monoton. Berdasarkan permasalahan-permasalahan tersebut di atas, maka
dipandang penting adanya pengembangan model pembelajaran penjasorkes dengan pendekatan atau memanfaatkan lingkungan fisik di luar sekolah,
sebagai wahana penciptaan pembelajaran penjasorkes yang inovatif, untuk menjadikan pembelajaran yang lebih menarik dan menyenangkan, yang
sekaligus bermanfaat bagi perkembangan dan pertumbuhan peserta didik. Dengan latar belakang tersebut di atas, maka akan diadakan
penelitian dengan judul “Pengembangan Model Pembelajaran Kelincahan gerak Dalam Penjasorkes Melalui Pendekatan Lingkungan Perkebunan pada
Siswa Kelas V SD Negeri 01 Majakerta Kecamatan Watukumpul Kabupaten Pemalang Tahun Pelajaran 20102011”. Adapun alasan yang mendasari
pemilihan judul tersebut adalah: 1.
Usia anak SD merupakan usia yang sangat penting untuk meningkatkan tingkat kelincahan gerak sehingga mereka dapat tumbuh dan
berkembang sesuai dengan perkembangan kesegaran jasmaninya. 2.
Tingkat kelincahan gerak merupakan suatu aktifitas tubuh yang wajib dikuasai oleh anak, agar anak memiliki kecepatan mengubah arah secara
tiba-tiba tanpa kehilangan keseimbangan.
6
3. Pemilihan siswa SD Negeri 01 Majakerta Kecamatan Watukumpul
Kabupaten Pemalang sebagai sampel penelitian, dikarenakan penulis mengajar di SD tersebut sehingga memudahkan peneliti dalam
pengambilan data.
1.2 Perumusan Masalah