128
Demikian pula dengan hubungan kekerabatan keluarga jauh yang lemah sehingga kontrol sosial relatif longgar terhadap upaya perambahan.
102
Kondisi ini memberikan justifikasi ke masyarakat untuk berbuat yang sama.
6.3.3. Komparasi Kinerja
Berdasarkan tinjauan aspek produktivitas, keberlanjutan, keadilan dan efisiensi, maka karakteristik Kaindea di Mandati yang dikelola Sara dan
Kaindea yang dikelola oleh keluarga masih sama. Sebaliknya di Wanci semua karakteristik Kaindea sudah berubah dari awalnya. Pada aspek
kinerja, semua indikator pada awalnya adalah sama, namun setelah ada sentuhan pengelolaan, maka terjadi perubahan kinerja. Indikator kinerja
pengelolaan Kaindea pada bekas dua wilayah adat baik pada Kaindea yang dikelola oleh Sara maupun keluarga disajikan pada Tabel 18.
Tabel 18 Indikator kinerja Kaindea di Wilayah Adat Mandati dan Wanci
Lokasi wilayah adat
Mandati Wanci
Indikator-indikator Sara
Santuha Sara
Santuha
Tinggi -
- -
- Sedang
- -
- -
Produktivitas Rendah
v v
v v
Tinggi v
- -
- Sedang
- v
- -
Keberlanjutan Rendah
- -
v v
Tinggi v
- -
- Sedang
v -
Keadilan Rendah
- v
v Tinggi
v Sedang
v -
Efisiensi Rendah
- v
v Sumber : Pengamatan, Wawancara dan FGD 2008.
Tabel 18 tampak bahwa pada aspek produktivitas, semua Kaindea menunjukkan indikator yang rendah. Hal ini karena sesuai dengan fungsi
lindung Kaindea yang tidak dapat diambil hasilnya secara maksimal kecuali hasil hutan non-kayu. Untuk indikator keberlanjutan, keadilan dan efisiensi,
Kaindea u’sara di Mandati mempunyai indikator yang tinggi, dan Kaindea u’santuha Mandati memberikan rata-rata sedang. Sementara di Wanci,
102
Wawancara pada desa pesisir di bekas Wilayah Adat Wanci bahwa tidak semua mempunyai hubungan kekerabatan berdasarkan keturunandarah. Hal ini menyebabkan banyak
masyarakat Wanci “merasa” tidak terikat pada aturan adat. Apalagi pada beberapa kasus konversi dan penebangan kayu justru dilakukan keluarga Sara, tapi tidak mendapat sanksi.
129
semua Kaindea baik yang dikelola Sara maupun Santuha mempunyai indikator yang rendah. Dengan demikian, kinerja pengelolaan Kaindea u’sara
di Mandati secara umum mempunyai indikator yang ”baik” sebagaimana pada Tabel 19.
Tabel 19 Kinerja sistem pengelolaan Kaindea u’sara di Mandati
Indikator Kinerja No
Karakteristik Sistem Pengelolaan
Produktivitas Keberlanjutan
Keadilan Efisiensi
1 Penguasaan
lahan dan hasil hutan
Komunal Rendah
Tinggi Tinggi
Tinggi 2
Orientasi produksi
Subsisten Rendah
Tinggi Tinggi
Tinggi 3
Keragaman produk dan
struktur Agroforestri
kompleks Rendah
Tinggi Tinggi
Tinggi Sumber : Data primer setelah diolah 2008
Sebaliknya di Wanci, kinerja pengelolaan Kaindea u’sara mempunyai indikator yang ”jelek”, sebagaimana disajikan pada Tabel 20.
Tabel 20 Kinerja sistem pengelolaan Kaindea u’sara di Wanci
Indikator Kinerja No
Karakteristik Sistem Pengelolaan
Produktivitas Keberlanjutan
Keadilan Efisiensi
1 Penguasaan
lahan dan hasil hutan
Komunal Rendah
Rendah Rendah
Rendah 2
Orientasi produksi
Subsisten Rendah
Rendah Rendah
Rendah 3
Keragaman produk dan
struktur Agroforestri
kompleks Rendah
Rendah Rendah
Rendah Sumber : Data primer setelah diolah 2008
Perbedaan kinerja pengelolaan Tabel 19 dan 20 disebabkan perbedaan respon organisasi sosial. Sebagaimana telah dijelaskan pada bab
sebelumnya bahwa kuatnya organisasi sosial masyarakat Mandati telah mempengaruhi sistem kelembagaan desa sehingga kontrol sumberdaya
Kaindea dan sistem kemasyarakat berjalan sesuai dengan aturan adat seperti sebelum dibubarkannya pemerintahan adat tahun 1960. Sebaliknya di
Wanci, sistem kelembagaan adat yang berubah ikut mempengaruhi organisasi sosialnya sehingga menjadi lemah. Hal ini dibenarkan oleh
masyarakat bahwa organisasi kelembagaan adat di Wanci sangat lemah, dan sebaliknya di Mandati terjadi penguatan kekerabatan Santuha dan masih
diakui masyarakat.
130
6.4. Tipologi Kaindea Sara di Mandati