STUDI INAKTIVASI PENGAWET KLOROBUTANOL 0,35% b/v PADA SEDIAAN INJEKSI DIFENHIDRAMIN HCl DOSIS GANDA DENGAN METODE PENGENCERAN

SKRIPSI
CITRA INDRISWARI

STUDI INAKTIVASI PENGAWET KLOROBUTANOL
0,35% b/v PADA SEDIAAN INJEKSI DIFENHIDRAMIN HCl
DOSIS GANDA DENGAN METODE PENGENCERAN

PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2013

i

Lembar Pengesahan

STUDI INAKTIVASI PENGAWET KLOROBUTANOL
0,35% b/v PADA SEDIAAN INJEKSI DIFENHIDRAMIN HCl
DOSIS GANDA DENGAN METODE PENGENCERAN

SKRIPSI

Dibuat untuk memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Farmasi pada
Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Malang
2013

Oleh:

CITRA INDRISWARI
NIM: 09040117

Disetujui Oleh:

Pembimbing I

Drs. Sugiyartono, M.Sc., Apt.

Pembimbing II

Arina Swastika Maulita, S.Farm., Apt.


ii

Lembar Pengujian
STUDI INAKTIVASI PENGAWET KLOROBUTANOL
0,35% b/v PADA SEDIAAN INJEKSI DIFENHIDRAMIN HCl
DOSIS GANDA DENGAN METODE PENGENCERAN

SKRIPSI
Telah Diuji dan Dipertahankan di Depan Tim Penguji
pada Tanggal 29 Juni 2013

Oleh :

CITRA INDRISWARI
NIM: 09040117

Disetujui Oleh:

Penguji I


Drs. Sugiyartono, M.Sc., Apt.

Penguji III

Drs. H. Achmad Inoni., Apt.

Penguji II

Arina Swastika Maulita, S.Farm., Apt.

Penguji IV

Engrid Juni Astuti, S.Farm., Apt.

iii

KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia
atas seluruh hambanya. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada
rasulullah SAW. Akhirnya skripsi yang berjudul “STUDI INAKTIVASI

PENGAWET KLOROBUTANOL 0,35% b/v PADA SEDIAAN INJEKSI
DIFENHIDRAMIN

HCl

PENGENCERAN”

dapat

DOSIS

GANDA

terselesaikan

dengan

DENGAN

METODE


sebaik-baiknya.

Dalam

memenuhi salah satu persyaratan akademik dalam menyelesaikan Program
Sarjana Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.
Dengan terselesaikannya skripsi ini, perkenankanlah saya mengucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1.

Drs. Sugiyartono M.Sc., Apt., sebagai Pembimbing I dan Arina Swastika
Maulita, S.Farm, Apt., sebagai Pembimbing II yang dengan tulus ikhlas dan
penuh kesabaran, membimbing dan selalu meluangkan waktu maupun
dorongan moral memberi arahan-arahan terbaik kepada saya sehingga
skripsi ini dapat diselesaikan.

2.

Drs. H. Achmad Inoni, Apt. dan Engrid Juni Astuti, S.Farm, Apt., sebagai

Tim Penguji yang memberikan saran, masukan, dan kritik yang membangun
sehingga skripsi ini dapat diselesaikan..

3.

Tri Lestari Handayani, M.Kep., Sp.Mat., selaku Dekan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang, atas kesempatan yang
diberikan untuk mengikuti program sarjana.

4.

Dra. Uswatun Chasanah, M.Kes., Apt., selaku Ketua Program Studi Farmasi
Universitas Muhammadiyah Malang.

5.

Sovia Aprina Basuki, M.Si., Apt., sebagai Dosen Wali dan Nailis Syi’fa,
M.Sc., Apt., sebagai Wakil Dosen Wali yang telah memberikan bimbingan
dan nasehat selama mengikuti pendidikan di Program Studi Farmasi
Universitas Muhammadiyah Malang.


6.

Sovia Aprina Basuki, M.Si., Apt., sebagai Kepala Laboratorium di Program
Studi Farmasi Universitas Muhammadiyah Malang.

7.

Mas ferdi selaku laboran Laboratorium Teknologi Sediaan Farmasi yang
banyak membantu saya.
iv

8.

Seluruh staf pengajar Program Studi Farmasi Universitas Muhammadiyah
Malang yang telah mendidik dan mengajarkan ilmu pengetahuan selama
saya mengikuti program sarjana.

9.


Kedua Orang tuaku tercinta dan adek-adekku tercinta. Terimakasih banyak
atas kasih sayang, kesabaran, keikhlasan, nasehat, kesabaran, dukungan
moral maupun materi dan do’a yang telah diberikan. Apa yang saya peroleh
tidak mampu membalas semua yang telah kalian berikan.

10.

Teman-teman skripsi Steril : Hendra, Sulis, Badi , Rhima, Kiki, Aminah,
Rizka. Terima kasih banyak atas semangat, kerjasama, saran, kritik, dan
masukannya kalian. Terimakasih telah menjadi keluarga baru yang
menemani, membantu dan memberi dukungan

11.

Iva teman pertama di Farmasi, terima kasih telah membantu dan menemani
selama 4 tahun.

12.

Teman-teman Kosan : Sulis, Intan dan Oktaphika yang memberi motivasi,

dan dukungan.

13.

Ahmad Zainul Arif yang selalu memberi motivasi, dukungan, dan do’a.

14.

Teman-teman angkatan 2009 Farmasi UMM terimakasih atas persahabatan
kita selama 4 tahun ini. Semoga masih bisa seperti ini dan tetap dekat
seperti keluarga.

15.

Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, terimakasih atas
bantuan, dukungan, semangat, dan doa yang telah diberikan dalam
penyelesaian skripsi ini.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan

khususnya dalam bidang kefarmasian dan bermanfaat bagi semua pihak. Amin.


Malang, Juli 2012

Citra Indriswari
09040117

v

RINGKASAN
STUDI INAKTIVASI PENGAWET KLOROBUTANOL 0,35% b/v PADA
SEDIAAN INJEKSI DIFENHIDRAMIN HCl DOSIS GANDA DENGAN
METODE PENGENCERAN
Sediaan injeksi disuntikan dengan cara menembus, atau merobek jaringan
ke dalam atau melalui kulit atau selaput lendir (Lukas, 2006). Sterilitas sangat
penting karena cairan tersebut langsung berhubungan dengan cairan dan jaringan
tubuh yang merupakan tempat infeksi yang dapat terjadi dengan mudah (Ansel,
2005). Salah satu bentuk sediaan injeksi adalah injeksi dosis ganda. Injeksi dosis
ganda mutlak harus ditambahkan pengawet karena pemakaiannya berulang rentan
terkontaminasi mikroorganisme. Namun, adanya pengawet dalam sediaan akan
mempengaruhi uji sterilitas yang akan dilakukan. Sehingga sebelum dilakukan uji

sterilitas, dilakukan uji inaktivasi pengawet.
Dalam penelitian ini akan digunakan sampel sediaan injeksi difenhidramin
HCl dosis ganda bervolume 15 ml dengan nomor bacth yang sama dilakukan
penambahan zat pengawet klorobutanol 0,35 % b/v. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui tingkat pengenceran yang dibutuhkan untuk menginaktivasi
(menghilangkan) pengaruh pengawet klorobutanol 0,35% b/v yang ditambahkan
pada sediaan serta untuk mengetahui sterilitas dari sampel. Menurut Suplemen 1
Farmakope Indonesia edisi IV, bahwa jika bahan uji mempunyai aktivitas
antimikroba, lakukan uji setelah dinetralisasi dengan bahan penetral yang sesuai
atau dengan cara mengencerkan dalam sejumlah media yang cukup. Metode
inaktivasi pengawet yang digunakan adalah metode pengenceran. Pengenceran
dilakukan dengan tujuan untuk menghilangkan pengaruh antibakteri dan antifungi
yang ada dalam sediaan injeksi dosis ganda sehingga tidak mempengaruhi hasil
uji. Dilakukan pengenceran sediaan dengan aqua pro injeksi dengan perbandingan
1:1, 1:2, 1:3, 1:4, 1:5, replikasi sebanyak 3 kali kemudian media diinkubasi, untuk
media thioglikolat diinkubasi pada suhu 32,5o ± 2,5oC selama 14 hari sedangkan
untuk media kasamino diinkubasi pada suhu 22,5 o ± 2,50C selama 14 hari. Setelah
itu dilakukan uji sterilitas sampel sebanyak 8 vial dan diamati selama 14 hari.
Penafsiran hasil diketahui dengan cara membandingkan dengan kontrol positif
dan kontrol negatif.
Untuk media kontrol lingkungan Laminar Air Flow digunakan nutrien broth
agar, untuk mengontrol kondisi LAFC diantaranya filter udara, serta cabinet
apakah sudah memenuhi persyaratan kondisi aseptis. Sedangkan untuk kontrol
positif digunakan media Thioglikolat ditambah bakteri Pseudomonas aeruginosa
dan media Kasamino ditambah jamur Candida albicans, sedangkan untuk kontrol
negatif digunakan media Thioglikolat dan media Kasamino tanpa penambahan
bakteri.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
tingkat pengenceran yang dibutuhkan untuk menginaktivasi pengawet
klorobutanol 0,35 % b/v terhadap sediaan injeksi difenhidramin HCl dosis ganda
yaitu 1:2 untuk media thioglikolat dan 1:2 untuk kasamino. Dan hasil uji sterilitas
sediaan injeksi difenhidramin HCl dosis ganda yang telah dilakukan disimpulkan
bahwa sediaan steril.

vi

ABSTRACT
THE STUDY OF INACTIVATION PRESERVATIVE CHLOROBUTANOL
0,35 % W/V ON INJECTION PREPARATIONS MULTIPLE DOSE
DIPHENHYDRAMINE HCl WITH DILUTION METHOD
One of the type injection preparation is multiple dose. Multiple dose must
be added with preservative because its repeated usage was prone to be
contaminated by microorganism. The presence of preservatives will effect the
sterility test. According to the Indonesian Pharmacopoeia Supplement 1 IV
edition, that if the test materials have antimicrobial activity, do the test after
neutralization with an appropriate neutralizing material or by diluting in a
sufficient number of media. The study aims to determine the level of dilution
required to inactivate the preservative chlorobutanol 0,35% w/v and to know the
results of sterility testing of diphenhydramine hydrochloride injection dosage
multiple doses. This test is conducted by a method of the dilution of preparation in
number of medium with a sufficient range of comparison to eliminate the effects
of the antibacterial and antifungal, it made preparations dilution with aqua pro
injection with a ratio of 1:1, 1:2, 1:3, 1:4, 1:5, observed for 14 days. After that we
done sterility test sample for 8 vials. For environmental control media, Laminar
Air Flow used nutrient broth. Whereas for the comparator control is used a media
Thionglikolat with the bacterium Pseudomonas aeruginosa and Kasamino media
with the fungus Candida albicans for fertility testing,the results obtained by
comparing with the positive control and negative control. while sterility test used
Kasamino media and Thioglikolat media without the addition of bacteria and
fungi. From the result of the studi we can define that the rate of dilution needed to
inactivate preservative chlorobutanol 0,35% w/v, that is 1:2 for medium
thioglikolat and 1:2 for kasamino, and sterility preparation test we got the result
that the preparation was sterile.
Keywords : multiple dose injection, diphenhydramine HCl, chlorobutanol 0,35%
w/v, inactivation.

vii

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................

i

LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................

ii

LEMBAR PENGUJIAN ..................................................................................

iii

KATA PENGANTAR .....................................................................................

iv

RINGKASAN……………………………………………………………… ..

vi

ABSTRAK…………………………………………………………………. ..

vii

DAFTAR ISI ..................................................................................................

viii

DAFTAR TABEL ...........................................................................................

xi

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................

xii

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................

xiii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................

1

1.1 Latar Belakang .........................................................................

1

1.2 Rumusan Masalah ....................................................................

3

1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................

3

1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................

3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................

5

2.1 Tinjauan Tentang Sediaan Parenteral .......................................

5

2.1.1 Definisi Sediaan Parenteral ............................................

5

2.1.2 Definisi Sediaan Injeksi ............................................. ....

5

2.1.3 Karakteristik dan Persyaratan Pemberian Obat
Secara Parenteral .............................................................

6

2.1.4 Keuntungan Pemberian Obat
Secara Parenteral .............................................................

6

2.1.5 Bahaya (resiko) yang dapat terjadi selama dan
sesudah pemberian sediaan parenteral ...................... ....

7

2.1.6 Bentuk Sediaan Injeksi....................................................

8

2.1.7 Wadah Sediaan Injeksi ....................................................

9

2.2 Tinjauan Difenhidramin HCl ....................................................

9

2.2.1 Tinjauan Sifat Fisiko Kimia Difenhidramin HCl ............

10

2.2.2 Tinjauan Farmakologi Difenhidramin HCl .....................

11

viii

2.3 Tinjauan Pengawet ...................................................................

12

2.3.1 Definisi Pengawet...................................................... .....

12

2.3.2 Mekanisme Kerja Pengawet ...................................... .....

13

2.3.3 Tinjauan Pengawet Klorobutanol .............................. .....

13

2.4 Tinjauan Pembawa (Aqua Pro Injeksi).....................................

16

2.5 Tinjauan Tentang Sterilisasi .....................................................

16

2.5.1 Definisi Sterilisasi ...........................................................

16

2.5.2 Alasan Melakukan Sterilisasi ..........................................

16

2.5.3 Metode Sterilisasi Uap (Lembab Panas) .........................

17

2.6 Tinjauan Tentang Mikrobiologi ...............................................

17

2.6.1 Faktor – faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan mikroorganisme ........................................

18

2.6.2 Bahan Penghambat Pertumbuhan ...................................

20

2.6.3 Sumber-Sumber Kontaminasi Mikroorganisme .............

21

2.6.4 Mikroorganisme Percobaan ............................................

23

2.7 Tinjauan Tentang Uji Inaktivasi Pengawet ..............................

24

2.8 Tinjauan Tentang Uji Sterilitas ................................................

25

2.8.1 Media Untuk Uji Sterilitas ..............................................

25

2.8.2 Prosedur Umum ..............................................................

28

2.8.3 Metode Uji Sterilisasi......................................................

30

2.8.4 Kontrol / Uji Kesesuaian dalam Uji Sterilitas .................

31

2.9 Tinjauan Tentang Teknik Aseptis ............................................

33

2.10 Pengamatan dan Penafsiran Hasil Uji ......................................

35

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL ..........................................................

36

3.1

Uraian Kerangka Konseptual ...................................................

37

3.2

Skema Kerangka Konseptual ...................................................

39

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN.........................................................

40

4.1

Desain Penelitian ......................................................................

40

4.2

Lokasi Penelitian ......................................................................

40

4.3

Waktu Penelitian ......................................................................

40

4.4

Bahan dan Alat yang Digunakan ..............................................

40

4.4.1 Bahan ..............................................................................

40

ix

4.5

4.4.2 Alat ..................................................................................

41

Prosedur Penelitian ...................................................................

41

4.5.1 Sterilisasi Alat .................................................................

41

4.5.2 Penyiapan “Laminar Air Flow” ......................................

43

4.5.3 Kontrol Lingkungan Laminar Air
Flow Cabinet (LAFC) .....................................................

43

4.5.4 Formulasi ........................................................................

44

4.5.5 Uji Fertilitas Media (Kontrol Positif)..............................

45

4.5.6 Uji Sterilitas Media (Kontrol Negatif) ............................

46

4.5.7 Uji Inaktivasi Pengawet ..................................................

46

4.5.8 Uji Sterilitas sampel ........................................................

47

Skema Kerangka Operasional ............................................ .....

49

BAB V HASIL PENELITIAN ........................................................................

50

4.6

5.1

Hasil Uji Efektifitas LAFC Uji Inaktivasi ................................

50

5.2

Hasil Uji Efektifitas LAFC Uji Sterilitas .................................

51

5.3

Hasil Uji Fertilitas Media (Kontrol Positif)..............................

52

5.4

Hasil Uji Sterilitas Media (Kontrol negatif) .............................

53

5.5

Hasil Pemeriksaan Pendahuluan...............................................

54

5.6

Uji Inaktivasi Pengawet Klorobutanol .....................................

54

5.7

Hasil uji Sterilitas Sampel ........................................................

57

BAB VI PEMBAHASAN ................................................................................

58

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................

63

7.1

Kesimpulan ...............................................................................

63

7.2

Saran .........................................................................................

63

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................

64

LAMPIRAN................... ..................................................................................

66

x

DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
II.1 Jumlah Volume Bahan dan Media untuk Bahan Cair ..............................
29
II.2 Jumlah Minimum yang Digunakan untuk Tiap Media..............................

29

II.3 Jumlah Minimum Bahan yang Diuji Sesuai dengan
Jumlah Bahan dalam Bets .........................................................................

30

II.4 Galur Mikroba Uji yang Sesuai untuk Penggunaan Uji Fertilitas
dan Uji Validasi.........................................................................................

31

II.5 Klasifikasi Ruangan Bersih .......................................................................

34

II.6 Perlengkapan dan Kandungan Kuman dari Manusia ................................

34

II.7 Batas Mikroba yang Disarankan untuk Pemantauan
Area Bersih Selama Kegiatan Berlangsung ..............................................

35

V.1 Hasil Uji Efektivitas Laminar Air Flow Uji Inaktivasi .............................

51

V.2 Hasil Uji Efektivitas Laminar Air Flow Uji Sterilitas...............................

52

V.3 Hasil Uji Fertilitas Media (Kontrol Positif) ..............................................

53

V.4 Hasil Uji Sterilitas Media (Kontrol Negatif) .............................................

53

V.5 Hasil Pemeriksaan Pendahuluan ...............................................................

54

V.6 Hasil Uji Inaktivasi Pengawet Klorobutanol .............................................

55

V.7 Hasil Uji Sterilitas Sampel ........................................................................

57

xi

DAFTAR GAMBAR
Gambar

Halaman

2.1 Struktur Kimia Difenhidramin HCl ...........................................................

10

2.2 Struktur Kimia Klorobutanol. ....................................................................

13

3.1 Skema Kerangka Konseptual .....................................................................

39

4.1 Letak Media Agar dalam Unit Laminar Air Flow Cabinet………………

43

4.4 Skema Kerangka Operasional ....................................................................

49

xii

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran

Halaman

1.

Daftar Riwayat Hidup .............................................................................

66

2.

Surat Pernyataan .....................................................................................

67

3.

Sertifikat Difenhidramin HCl…………………………………………..

68

4.

Sertifikat Klorobutanol…………………………………………………

69

5.

Sertifikat Jamur Candida albicans .........................................................

70

6.

Sertifikat Bakteri Pseudomonas aeruginosa ..........................................

71

7.

Perhitungan bahan untuk pembuatan sediaan .........................................

72

8.

Foto Hasil Uji Fertilitas dan Uji Sterilitas Media ...................................

73

9.

Foto Jumlah Koloni Bakteri dan Jamur ……………………………….

74

10.

Foto Sampel Pengujian ...........................................................................

75

11.

Foto Verifikasi pH Sediaan…………………………………………….

76

12.

Foto Hasil Kontrol LAFC Sebelum dan Saat Pengujian ........................

77

13.

Foto Hasil Uji Inaktivasi Pengawet ........................................................

80

14.

Foto Hasil Uji Sterilitas Sampel .............................................................

84

15.

Foto Alat-Alat Yang Digunakan Dalam Penelitian ................................

86

xiii

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, G., 2009. Sediaan Farmasi Steril. Seri Farmasi Industri 4, Bandung: ITB,
hal 13 - 16.
Ansel, H.C., 2005. Pengantar Sediaan Farmasi (Penerjemah Farida Ibrahim).
Edisi keempat. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia, hal 399, 404 405, 411 - 418, 423, 426, 433.
Badan Pengawas Obat dan Makanan., 2006. Pedoman Cara Pembuatan Obat
yang Baik, Jakarta : Badan POM, hal : 126 – 129.
Buchanan, R.E. dan N.E. Gibbons, 1974. Bergey’s Manual of Determinative
Bacteriology. The Williams and Wilkins Co. Baltimore.
Buchanan, EC., Schneider PJ., 2010. Peracikan Sediaan Steril, edisi 2. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC, hal. 17 – 18, 260.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.,1979. Farmakope Indonesia, edisi
III. Jakarta: Departemen Kesehatan RI, hal. 889.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia., 1995. Farmakope Indonesia, edisi
IV. Jakarta: Departemen Kesehatan RI, hal xIviii, 330 - 331.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia., 2009. Suplemen 1 Farmakope
Indonesia, edisi IV. Jakarta: Departemen kesehatan RI, hal 1512 – 1519.
Gunn’s and Cooper., 1975. Dispensing For Pharmaceutical Student. Twelfth
Edition. Pitman Medical, pp : 300 – 549.
Gunawan SG., 2007. Farmakologi Dan Terapi, edisi 5 (Cetak ulang dengan
perbaikan, 2008). Jakarta: Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI, hal 273 – 281.
Denyer, P.S., Rosamund, M.B., 2007. Guide to Microbiological Control in
Pharmaceutical and Medical Devices. 2nd Edition. New York : CRC
Press, pp : 92 – 95.
Hadioetomo, R.S., 1993. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. Jakarta : PT
Gramedia Pustaka Utama, hal 102 – 140.
Ikatan Apoteker Indonesia, 2012. Informasi Spesialite Obat Indonesia, volume
46-2011 s/d 2012. Jakarta : PT. ISFI Penerbitan, hal : 46
Jawetz, E., Melnick J.L, Adelberg E.A., 2005. Review of Medical Microbiology,
14th edition. Lange Medical Publications, Los Altos-California, pp 284 425.
xiv

Katzung, Betram.G., 1998. Farmakologi Dasar dan Klinik, edisi VI. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC, hal : 271
Lachman. L, Lieberman H.A, Kanig. J.L., 1994. Teori dan Praktek Farmasi
Industri. Edisi ketiga. Jakarta : Universitas Indonesia Press, hal 1292.
Lukas, S., 2006. Formulasi Steril. Yogyakarta: Andi Yogyakarta, hal 25, 30, 37.
Notoatmodjo, S, Dr., 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta, hal. 156.
Pratiwi Sylvia T., 2008. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta: Erlangga, hal. 2.
Rowe C Raymond, dkk., 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients, sixth
edition. London: Pharmaceutical Press, pp. 56 – 58.
Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia., 1993. Buku Ajar
Mikrobiologi Kedokteran, edisi revisi, Jakarta : Binarupa Aksara
Sweetman, SC., 2009. Martindale, Thirty-sixth edition. London: Pharmaceutical
Press. pp: 577-578.
Tim

Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya., 2003.
Bakteriologi Medik. Malang : Bayumedia Publishing. hal 12-13, 31–34.

Turco.S., King., 1979. Sterile Dosage Forms. 2nd Edition. Philadelphia : LEA &
FEBIGER, hal 11.
Voight, R., 1995. Buku Ajar Teknologi Farmasi. Edisi V. Yogyakarta : Gadjah
Mada University Press, hal 764 - 769.

xv

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sediaan parenteral merupakan salah bentuk sediaan farmasi yang masih
banyak digunakan, terutama digunakan di puskesmas dan rumah sakit. Sediaan
parenteral merupakan salah satu produk steril yakni sediaan dalam bentuk terbagibagi yang bebas dari mikroorganisme hidup (Lachman & Lieberman, 1994).
Salah satu contoh sediaan parenteral yaitu sediaan injeksi. Sediaan injeksi
merupakan sediaan steril berupa larutan, emulsi, suspensi, atau serbuk yang harus
dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan secara parenteral.
Sediaan injeksi disuntikan dengan cara menembus, atau merobek jaringan ke
dalam atau melalui kulit atau selaput lendir (Lukas, 2006). Sterilitas sangat
penting karena cairan tersebut langsung berhubungan dengan cairan dan jaringan
tubuh yang merupakan tempat infeksi yang dapat terjadi dengan mudah (Ansel,
2005). Oleh karena itu, sediaan injeksi harus bebas kontaminan dan
mikroorganisme.
Sediaan injeksi yang paling rentang terkontaminasi mikroorganisme
adalah sediaan injeksi dosis ganda karena penggunaannya secara berulang-ulang.
Wadah dosis ganda adalah wadah kedap udara yang memungkinkan pengambilan
isinya per bagian berturut-turut tanpa terjadi perubahan kekuatan, kualitas atau
kemurnian bagian yang tertinggal. Menurut persyaratan USP sediaan dosis ganda
dipersyaratkan mampu steril hingga 28 hari setelah penusukan pertama. Oleh
karena itu sediaan steril dosis ganda harus terjaga sterilitasnya sampai dengan 28
hari. Beberapa usaha yang dilakukan untuk menjaga sterilitas sediaan wadah dosis
ganda antara lain dengan penambahan antimikroba (Ansel, 2005).
Zat pengawet (antimikroba) dapat ditambahkan ke dalam sediaan hingga
mencapai suatu konsentrasi yang dianggap yaitu bakteriostatik dan fungistatik
(Buchanan & Schneider, 2010). Salah satu pengawet yang dapat ditambahkan
pada produk parenteral yaitu klorobutanol dengan konsentrasi 0,25-0,5% b/v
(Lukas, 2006) dan konsentrasi sampai dengan 0,5% b/v (Rowe, 2009).
Klorobutanol yaitu pengawet ini dapat digunakan sebagai antibakteri dan
antijamur. Efektif terhadap bakteri gram positif, bakteri gram negatif dan
1

2

beberapa jamur seperti Candida albicans, Pseudomonas aeruginosa, dan
Staphylococcus

albus.

Aktivitas

antimikroba

klorobutanol

adalah

lebih

bakteriostatik daripada bakterisida dan tidak toksik (Rowe, 2009).
Sampel yang digunakan yaitu sediaan injeksi antihistamin dosis ganda
bervolume kecil dengan penambahan zat pengawet klorobutanol 0,35% b/v. Di
Indonesia, penggunaan antihistamin masih banyak digunakan. Salah satu contoh
sediaan antihistamin dalam wadah injeksi dosis ganda yang masih beredar di
pasaran ialah difenhidramin HCl. Sediaan difenhidramin HCl masih sering
digunakan di beberapa puskesmas, praktek dokter serta rumah sakit untuk
berbagai keadaan seperti alergi, mual, muntah, batuk karena alergi dan anafilaksis.
Sediaan injeksi difenhidramin HCl terdiri dari ampul 1-2 ml dan vial 10-15 ml
(Ikatan Apoteker Indonesia, 2012).
Difenhidramin HCl merupakan antihistamin antagonis reseptor H1 yang
berfungsi untuk mengurangi atau menghilangkan kerja histamin dalam tubuh
melalui mekanisme penghambatan bersaing pada sisi reseptornya. Difenhidramin
HCl digunakan untuk mengurangi gejala kondisi alergi termasuk urtikaria,
angioedema, rhinitis, dan gangguan pruritus pada kulit. Selain itu, juga digunakan
sebagai antimuntah pada terapi mual dan muntah, serta terapi vertigo karena
berbagai penyebab. Difenhidramin HCl digunakan secara parenteral untuk terapi
shock anafilaksis (Sweetman, 2007).
Sediaan injeksi difenhidramin HCl dosis ganda rentan terkontaminasi
adanya mikroba, maka perlu dilakukan pengujian sterilitas pada sediaan. Uji
sterilitas merupakan salah satu syarat untuk sediaan injeksi terutama injeksi dosis
ganda karena kemungkinan kontaminasi mikroba pada saat pengambilan berulang
(Lukas,2006). Uji sterilitas yang dimaksudkan untuk memeriksa kemungkinan
adanya mikroorganisme yang hidup atau mempunyai daya hidup di dalam sediaan
farmasi yang telah mengalami proses sterilisasi. Pengujian sterilisasi harus
dilakukan dengan teknik aseptis yang cocok (Depkes RI, 1979).
Menurut Suplemen 1 Farmakope Indonesia edisi IV tahun 1995, jika
bahan uji mempunyai aktivitas antimikroba, maka harus dilakukan uji inaktivasi
antimikroba terlebih dahulu sebelum melakukan uji sterilitas. Uji inaktivasi dapat
menggunakan beberapa metode antara lain yaitu metode pengenceran dengan

3

berbagai perbandingan yang sesuai dalam media yang cukup, dinetralisasi dengan
bahan penetral yang sesuai, dan penyaringan membran. Uji inaktivasi dilakukan
untuk menghilangkan daya bakteriostatik atau fungistatik dari antimikroba karena
dengan adanya pengaruh antimikroba dalam sediaan dapat mempengaruhi hasil
uji sterilitas. Pada metode penambahan penetral dan penyaringan membran kurang
cocok digunakan pada pengawet klorobutanol karena untuk metode penambahan
penetral klorobutanol tidak mempunyai penetral yang sesuai sedangkan metode
penyaringan membran membutuhkan alat yang khusus. Oleh karena itu, Uji
inaktivasi pengawet dilakukan dengan metode pengenceran karena merupakan
metode yang sederhana dan dapat diterapkan pada semua pengawet. Metode
Pengenceran yaitu metode yang dilakukan secara kuantitatif dan bertahap yaitu
dengan cara mengukur larutan secara seksama dan diencerkan dengan air atau
pelarut lain dengan perbandingan tertentu dalam satu atau beberapa langkah
(Depkes RI, 1995).
Dari uraian diatas maka telah dilakukan penelitian studi inaktivasi
pengawet klorobutanol 0,35 % b/v pada sediaan injeksi difenhidramin HCl
dengan metode pengenceran.

1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat
dirumuskan permasalahan yaitu berapakah pengenceran yang dibutuhkan untuk
menginaktivasi pengawet klorobutanol 0,35 % b/v terhadap uji sterilitas sediaan
injeksi difenhidramin HCl dosis ganda?

1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan tingkat pengenceran yang
dibutuhkan untuk menginaktivasi pengawet klorobutanol 0,35 % b/v terhadap
sediaan injeksi difenhidramin HCl dosis ganda.

1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang
tingkat

pengenceran

yang

dibutuhkan

untuk

menginaktivasi

pengawet

4

klorobutanol 0,35 % b/v terhadap sediaan injeksi difenhidramin HCl dosis ganda
dan dapat dijadikan sebagai pedoman untuk melakukan uji sterilitas sediaan
injeksi dosis ganda yang memenuhi persyaratan.