STUDI INAKTIVASI PENGAWET BENZALKONIUM KLORIDA 0,01% b/v PADA SEDIAAN INJEKSI DIFENHIDRAMIN HCl DOSIS GANDA DENGAN METODE PENGENCERAN

SKRIPSI
CLUSIVE MEZA PERWITASARI

STUDI INAKTIVASI PENGAWET BENZALKONIUM
KLORIDA 0,01% b/v PADA SEDIAAN INJEKSI
DIFENHIDRAMIN HCl DOSIS GANDA DENGAN METODE
PENGENCERAN

PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2012

SKRIPSI
CLUSIVE MEZA PERWITASARI

STUDI INAKTIVASI PENGAWET BENZALKONIUM
KLORIDA 0,01% b/v PADA SEDIAAN INJEKSI
DIFENHIDRAMIN HCl DOSIS GANDA DENGAN METODE
PENGENCERAN


PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2012
i

Lembar Pengesahan

STUDI INAKTIVASI PENGAWET BENZALKONIUM
KLORIDA 0,01% b/v PADA SEDIAAN INJEKSI
DIFENHIDRAMIN HCl DOSIS GANDA DENGAN METODE
PENGENCERAN

SKRIPSI
Dibuat untuk memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Farmasi pada
Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Malang
2012

Oleh:


CLUSIVE MEZA PERWITASARI
NIM: 08040083

Disetujui Oleh:

Pembimbing I

Pembimbing II

M. Agus Syamsur Rijal, M.Si.,Apt.

Drs. H. Achmad Inoni, Apt.

ii

Lembar Pengujian
STUDI INAKTIVASI PENGAWET BENZALKONIUM
KLORIDA 0,01% b/v PADA SEDIAAN INJEKSI
DIFENHIDRAMIN HCl DOSIS GANDA DENGAN METODE

PENGENCERAN

SKRIPSI
Telah Diuji dan Dipertahankan di Depan Tim Penguji
pada Tanggal 14 Juli 2012

Oleh :

CLUSIVE MEZA PERWITASARI
NIM : 08040083

Disetujui Oleh:

Penguji I

Penguji II

M. Agus Syamsur Rijal, S. Si, M. Si, Apt

Penguji III


Dian Ermawati, S.Farm., Apt.

Drs. Achmad Inoni, Apt.

Penguji IV

Arina Swastika Maulita, S.Farm., Apt

iii

KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia
atas seluruh hambanya. Akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan dengan sebaikbaiknya. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada rasulullah
SAW, kesejahteraan semoga terlimpah kepada keluarga, sahabat serta orangorang beriman.
Dengan terselesainya skripsi yang berjudul STUDI INAKTIVASI
PENGAWET BENZALKONIUM KLORIDA 0,01% b/v PADA SEDIAAN
INJEKSI DIFENHIDRAMIN HCl DOSIS GANDA DENGAN METODE
PENGENCERAN ini, perkenankanlah saya mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada :

1.

M. Agus syamsur Rijal, M.Si., Apt., sebagai Pembimbing I dan Drs. H.
Achmad Inoni., Apt. sebagai Pembimbing II yang dengan tulus ikhlas dan
penuh kesabaran, membimbing dan selalu meluangkan waktu maupun
dorongan moral memberi arahan-arahan terbaik kepada saya sehingga
skripsi ini dapat diselesaikan.

2.

Arina Swastika Maulita, S.Farm, Apt dan Dian Ermawati, S. Farm, Apt.
sebagai Tim Penguji yang memberikan saran, masukan, dan kritik yang
membangun terhadap skripsi yang telah saya kerjakan.

3.

Tri Lestari Handayani, M.Kep., Sp. Mat., selaku Dekan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang, atas kesempatan yang
diberikan untuk mengikuti program sarjana.


4.

Dra. Uswatun Chasanah, Apt., selaku Ketua Program Studi Farmasi
Universitas Muhammadiyah Malang.

5.

Sovia Aprina Basuki, sebagai Dosen Wali yang telah memberikan
bimbingan dan nasehat selama mengikuti pendidikan di Program Studi
Farmasi Universitas Muhammadiyah Malang.

6.

Seluruh staf pengajar Program Studi Farmasi Universitas Muhammadiyah
Malang yang telah mendidik dan mengajarkan ilmu pengetahuan selama
saya mengikuti program sarjana.

iv

7.


Para laboran Laboratorium Teknologi Sediaan Farmasi dan Laboratorium
Kimia Terpadu II: Mas Sigit, Mba’ Susi, Mas ferdi yang banyak membantu
saya.

8.

PT. Aditamaraya Farmindo dan PT. Brataco yang telah membantu dalam
penyediaan bahan penelitian sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

9.

Kedua Orang tuaku tercinta Sudarmanto dan Ismiati, dan kakakku.
Terimakasih banyak atas kasih sayang, kesabaran, keikhlasan, nasehat,
kesabaran, dukungan moral maupun materi dan do’a yang telah diberikan.
Apa yang aku raih tidak mampu membalas semua yang telah kalian berikan
kepadaku selama ini.

10.


Teman-teman skripsi Steril: Fatkia, Raliby, Putu, Yayan, Fella, Diaz, Fandy,
Arin. Terimakasih banyak atas semangat, kerjasama, saran, kritik, dan
masukannya, sekalipun pernah beda pendapat.

11.

Sahabat-sahabatku tersayang Maria Ayu Kartikasari dan Nopi Yuriasari,
serta Indana, Halina, Herisna. Terimakasih telah menjadi keluarga baru
yang menemani dan membantu belajar, memberi semangat dan dukungan.

12.

Asharul Fahrizi yang selalu memberi motivasi, dukungan, dan do’a.
Terimakasih ya.

13.

Teman-teman angkatan 2008 Farmasi UMM terimakasih atas persahabatan
kita selama 4 tahun ini. Semoga masih bisa seperti ini dan tetap dekat
seperti keluarga.


14.

Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, terimaksih atas
bantuan, dukungan, semangat, dan doa yang telah diberikan dalam
penyelesaian skripsi ini.
Akhir kata, semoga Allah S.W.T. membalas kebaikan Bapak, Ibu, dan

Saudara sekalian. Semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan bagi
perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang kefarmasian bagi kita semua.
Amin.
Malang, Juli 2012

Clusive Meza Perwitasari
08040083

v

RINGKASAN
STUDI INAKTIVASI PENGAWET BENZALKONIUM KLORIDA 0,01%

b/v PADA SEDIAAN INJEKSI DIFENHIDRAMIN HCl DOSIS GANDA
DENGAN METODE PENGENCERAN
Sediaan injeksi merupakan sediaan steril berupa larutan, emulsi, suspensi,
atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum
digunakan secara parenteral. Dalam hal ini, sterilitas sangat penting karena cairan
tersebut langsung berhubungan dengan cairan dan jaringan tubuh yang merupakan
tempat infeksi yang dapat terjadi dengan mudah.
Dalam penelitian ini akan digunakan sampel dengan penambahan zat
pengawet benzalkonium klorida 0,01% b/v dari sediaan injeksi difenhidramin HCl
dosis ganda bervolume kecil (15 ml). Dimana dalam penggunaan sediaan dosis
ganda rentan terkontaminasi adanya mikroba, maka perlu dilakukan pengujian
sterilitas pada sediaan.
Sterilisasi merupakan persyaratan paling penting dari sediaan injeksi
terutama injeksi dosis ganda karena kemungkinan kontaminasi mikroba yang
dapat berasal dari bahan obat dan bahan pembantu, atau akibat prosedur kerja
yang tidak aseptik dan kesalahan pada cara sterilisasi akhir. Menurut Suplemen 1
Farmakope Indonesia edisi IV, bahwa jika bahan uji mempunyai aktivitas
antimikroba, lakukan uji setelah dinetralisasi dengan bahan penetral yang sesuai
atau dengan cara mengencerkan dalam sejumlah media yang cukup.
Adapun penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengenceran yang

dibutuhkan untuk menginaktivasi pengawet benzalkonium klorida 0,01% b/v serta
mengetahui hasil uji sterilitas terhadap sediaan injeksi difenhidramin HCl dosis
ganda. Uji ini dilakukan dengan suatu metode yakni pengenceran sediaan dalam
sejumlah media yang cukup dengan berbagai perbandingan. Sampel yang
digunakan terlebih dahulu diencerkan untuk menghilangkan pengaruh antibakteri
dan antifungi yang ada dalam sediaan injeksi dosis ganda sehingga tidak
mempengaruhi hasil uji. Untuk menghilangkan pengaruh daya antibakteri dan
antifungi dilakukan pengenceran sediaan dengan aqua pro injeksi dengan
perbandingan 1:1, 1:2, 1:3, 1:4, 1:5, dilakukan replikasi sebanyak 3 kali kemudian
diamati selama 14 hari. Setelah itu dilakukan uji sterilitas sampel sebanyak 6 vial
dan diamati selama 14 hari.
Untuk media kontrol lingkungan Laminar Air Flow digunakan nutrien broth
agar, untuk mengontrol kondisi LAFC secara umum diantaranya filter udara, serta
cabinet memenuhi persyaratan kondisi aseptis untuk meyakinkan bahwa kondisi
ruangan tidak terkontaminasi. Sedangkan untuk kontrol pembanding digunakan
media Thioglikolat dengan bakteri Bacillus subtilis dan media Kasamino dengan
jamur Candida albicans untuk uji fertilitas, sedangkan untuk uji sterilitas
digunakan media Thioglikolat dan media Kasamino tanpa penambahan bakteri.
Hasil penelitian yang diperoleh adalah bahwa untuk uji inaktivasi pengawet
benzalkonium klorida 0,01% b/v pada sediaan injeksi difenhidramin HCl dosis
ganda didapatkan tingkat perbandingan untuk media thioglikolat 1:1 dan
kasamino 1:5 sebagai penentuan untuk uji sterilitas selanjutnya. Selain itu untuk
uji sterilitas juga didapatkan hasil bahwa sediaan steril.

vi

ABSTRACT
THE STUDY OF INACTIVATION PRESERVATIVE BENZALKONIUM
CHLORIDE 0,01 % W/V ON INJECTION PREPARATIONS MULTIPLE
DOSE DIPHENHYDRAMINE HCl WITH DILUTION METHOD
The injection preparation is sterile preparation forms liquid, emulsions,
suspensions, or powders must be dissolved or suspended before the first parenteral
use. Sterilization is the most important requirements of the injection preparation
by injecting a multiple dose because of the possibility of microbial contamination.
According to the Indonesian Pharmacopoeia Supplement 1 IV edition, that if the
test materials have antimicrobial activity, do the test after neutralization with an
appropriate neutralizing material or by diluting in a sufficient number of media.
The study aims to determine the level of dilution required to inactivate the
preservative benzalkonium chloride 0.01% w/v and to know the results of sterility
testing of diphenhydramine hydrochloride injection dosage multiple doses. This
test is conducted by a method of the dilution of preparation in number of medium
with a sufficient range of comparison to eliminate the effects of the antibacterial
and antifungal, it made preparations dilution with aqua pro injection with a ratio
of 1:1, 1:2, 1:3, 1:4, 1:5. For environmental control media, Laminar Air Flow used
nutrient broth. Whereas for the comparator control is used a media Thionglikolat
with the bacterium Bacillus subtilis and Kasamino media with the fungus Candida
albicans for fertility testing, while sterility test used Kasamino media and
Thioglikolat media without the addition of bacteria. The results of the test
obtained for the test of inactivation of the preservative benzalkonium chloride
0.01% w/v in diphenhydramine hydrochloride injection multiple doses obtained
rate comparison for the Thioglikolat media 1:1 and Kasamino media 1:5 as further
determination for the sterility test. In addition, for the sterility test obtain the
sterile preparations.
Keywords : multiple dose injection, dilution, sterilization, diphenhydramine HCl,
benzalkonium chloride 0,01 % w/v.

vii

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................

i

LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................

ii

LEMBAR PENGUJIAN ..................................................................................

iii

KATA PENGANTAR .....................................................................................

iv

RINGKASAN

.........................................................................................

vi

ABSTRAK

.........................................................................................

vii

DAFTAR ISI ..................................................................................................

viii

DAFTAR TABEL ...........................................................................................

xi

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................

xii

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................

xiii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................

1

1.1

Latar Belakang .........................................................................

1

1.2 Rumusan Masalah ....................................................................

3

1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................

3

1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................

4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................

5

2.1 Tinjauan Tentang Sediaan Injeksi ............................................

5

2.1.1 Definisi Sediaan Injeksi ..................................................

5

2.1.2 Kharakteristik Khusus dan Persyaratan
Sediaan Injeksi ................................................................

5

2.1.3 Keuntungan dan Kelemahan Pemberian Obat
Secara Parenteral .............................................................

6

2.1.4 Bentuk Sediaan Injeksi ....................................................

8

2.1.5 Wadah Sediaan Injeksi ....................................................

8

2.2 Tinjauan Difenhidramin HCl ....................................................

9

2.2.1 Tinjauan Sifat Fisiko Kimia Difenhidramin HCl ............

9

2.2.2 Tinjauan Farmakologi Difenhidramin HCl .....................

10

2.3 Tinjauan Benzalkonium klorida ...............................................

12

2.4 Tinjauan Pembawa (Aqua Pro Injeksi).....................................

13

2.5 Tinjauan Tentang Sterilisasi .....................................................

14

viii

2.5.1 Definisi Sterilisasi ...........................................................

14

2.5.2 Alasan Melakukan Sterilisasi ..........................................

14

2.5.3 Metode Sterilisasi Uap (Lembap Panas) .........................

14

2.6 Tinjauan Tentang Mikrobiologi ...............................................

15

2.6.1 Jenis mikroorganisme yang umum terdapat
sebagai kontaminan .........................................................

15

2.6.2 Faktor – faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan mikroorganisme ........................................

17

2.6.3 Bahan Penghambat Pertumbuhan ...................................

19

2.6.4 Sumber-Sumber Kontaminasi Mikroorganisme .............

20

2.6.5 Mikroorganisme Percobaan ............................................

22

2.7 Tinjauan Tentang Uji Inaktivasi Pengawet ..............................

22

2.8 Tinjauan Tentang Uji Sterilitas ................................................

23

2.8.1 Media Untuk Uji Sterilitas ..............................................

23

2.8.2 Prosedur Umum ..............................................................

26

2.8.3 Metode Uji Sterilisasi......................................................

28

2.8.4 Kontrol / Uji Kesesuaian dalam Uji Sterilitas .................

29

2.9 Tinjauan Tentang Teknik Aseptis ............................................

31

2.10 Pengamatan dan Penafsiran Hasil Uji ......................................

33

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL ..........................................................

35

3.1

Uraian Kerangka Konseptual ...................................................

35

3.2

Skema Kerangka Konseptual ...................................................

36

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN.........................................................

37

4.1

Desain Penelitian ......................................................................

37

4.2

Bahan dan Alat yang Digunakan ..............................................

37

4.2.1 Bahan...............................................................................

37

4.2.2 Alat ..................................................................................

37

4.3

Skema Metodologi Penelitian...................................................

38

4.4

Skema Kontrol Uji ....................................................................

39

4.5

Skema Uji Sterilitas Sampel .....................................................

40

4.6

Prosedur Penelitian ...................................................................

40

4.6.1 Sterilisasi Alat .................................................................

40

ix

4.6.2 Penyiapan “Laminar Air Flow” ......................................

41

4.6.3 Kontrol Lingkungan Laminar Air
Flow Cabinet (LAFC) .....................................................

41

4.6.4 Pembuatan sediaan ..........................................................

41

4.6.5 Uji Fertilitas Media (Kontrol Positif)..............................

42

4.6.6 Uji Sterilitas Media (Kontrol Negatif) ............................

42

4.6.7 Uji Inaktivasi Pengawet ..................................................

42

4.6.8 Uji Sterilitas sampel ........................................................

43

BAB V HASIL PENELITIAN ........................................................................

45

5.1

Hasil Uji Efektifitas LAFC sebelum pengujian........................

45

5.2

Hasil Uji Efektifitas LAFC saat pengujian ...............................

46

5.3

Hasil Uji Fertilitas Media (Kontrol Positif)..............................

46

5.4

Hasil Uji Sterilitas Media (Kontrol negatif) .............................

47

5.5

Hasil Pemeriksaan Pendahuluan...............................................

48

5.6

Uji Inaktivasi Pengawet Benzalkonium klorida .......................

48

5.7

Hasil uji Sterilitas Sampel ........................................................

50

BAB VI PEMBAHASAN ................................................................................

51

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................

55

7.1

Kesimpulan ...............................................................................

55

7.2

Saran .........................................................................................

55

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................

56

LAMPIRAN................... ..................................................................................

58

x

DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
II.1 Jumlah Volume Bahan dan Media untuk Bahan Cair ..............................
27
II.2 Jumlah Minimum yang Digunakan untuk Tiap Media..............................

27

II.3 Jumlah Minimum Bahan yang Diuji Sesuai dengan
Jumlah Bahan dalam Bets .........................................................................

28

II.4 Galur Mikroba Uji yang Sesuai untuk Penggunaan Uji Fertilitas
dan Uji Validasi.........................................................................................

29

II.5 Klasifikasi Ruangan Bersih .......................................................................

32

II.6 Perlengkapan dan Kandungan Kuman dari Manusia ................................

32

II.7 Batas Mikroba yang Disarankan untuk Pemantauan
Area Bersih Selama Kegiatan Berlangsung ..............................................

33

V.1 Hasil Uji Efektivitas Laminar Air Flow Sebelum Pengujian Sterilitas .....

46

V.2 Hasil Uji Efektivitas Laminar Air Flow Saat Pengujian Sterilitas ............

46

V.3 Hasil Uji Fertilitas Media (Kontrol Positif) ..............................................

47

V.4 Hasil Uji Sterilitas Media (Kontrol Negatif) .............................................

47

V.5 Hasil Pemeriksaan Pendahuluan ...............................................................

48

V.6 Hasil Uji Inaktivasi Pengawet Benzalkonium klorida ..............................

49

V.7 Hasil Uji Sterilitas Sampel ........................................................................

50

xi

DAFTAR GAMBAR
Gambar

Halaman

2.1 Struktur Kimia Difenhidramin HCl ...........................................................

9

2.2 Struktur Kimia Benzalkonium klorida .......................................................

12

2.3 Kurva Fase Pertumbuhan Mikroorganisme ...............................................

16

3.1 Skema Kerangka Konseptual .....................................................................

36

4.1 Skema Metodologi Penelitian ....................................................................

38

4.2 Skema Kontrol Uji .....................................................................................

39

4.3 Skema Uji Sterilitas Sampel ......................................................................

40

xii

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran

Halaman

1.

Daftar Riwayat Hidup .............................................................................

58

2.

Surat Pernyataan .....................................................................................

59

3.

Sertifikat Pengawet Benzalkonium klorida ............................................

60

4.

Sertifikat Difenhidramin HCl .................................................................

61

5.

Sertifikat Bakteri Bacillus subtilis ..........................................................

62

6.

Sertifikat Jamur Candida albicans .........................................................

63

7.

Perhitungan bahan untuk pembuatan sediaan .........................................

64

8.

Foto Hasil Kontrol LAFC Sebelum dan Saat Pengujian ........................

65

9.

Foto Hasil Uji Fertilitas dan Uji Sterilitas Media ...................................

66

10.

Foto Hasil Uji Inaktivasi Pengawet ........................................................

67

11.

Foto Hasil Uji Sterilitas Sampel .............................................................

71

12.

Foto Alat-Alat Yang Digunakan Dalam Penelitian ................................

73

13.

Foto Sampel Pengujian ...........................................................................

77

xiii

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, G., 2009. Sediaan Farmasi Steril. Seri Farmasi Industri 4, Bandung: ITB,
hal 13 - 16.
Ansel, H.C., 2005. Pengantar Sediaan Farmasi (Penerjemah Farida Ibrahim).
Edisi keempat. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia, hal 399, 404 405, 411 - 418, 423, 426, 433.
Badan Pengawas Obat dan Makanan., 2006. Pedoman Cara Pembuatan Obat
yang Baik, Jakarta : Badan POM, hal : 126 – 129.
Buchanan, EC., Schneider PJ., 2010. Peracikan Sediaan Steril, edisi 2. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC, hal. 17 – 18, 260.
Cooper and Gunn’s., 1975. Dispensing For Pharmaceutical Student. Twelfth
Edition. Pitman Medical, pp : 300 – 549.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.,1979. Farmakope Indonesia, edisi
III. Jakarta: Departemen Kesehatan RI, hal. 889.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia., 1995. Farmakope Indonesia, edisi
IV. Jakarta: Departemen Kesehatan RI, hal xIviii, 330 - 331.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia., 2009. Suplemen 1 Farmakope
Indonesia, edisi IV. Jakarta: Departemen kesehatan RI, hal 1512 – 1519.
Gunawan SG., 2007. Farmakologi Dan Terapi, edisi 5 (Cetak ulang dengan
perbaikan, 2008). Jakarta: Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI, hal 273 – 281.
Denyer, P.S., Rosamund, M.B., 2007. Guide to Microbiological Control in
Pharmaceutical and Medical Devices. 2nd Edition. New York : CRC
Press, pp : 92 – 95.
Hadioetomo, R.S., 1993. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. Jakarta : PT
Gramedia Pustaka Utama, hal 102 – 140.
Jawetz, E., Melnick J.L, Adelberg E.A., 2005. Review of Medical Microbiology,
14th edition. Lange Medical Publications, Los Altos-California, pp 284 425.
Lachman. L, Lieberman H.A, Kanig. J.L., 1994. Teori dan Praktek Farmasi
Industri. Edisi ketiga. Jakarta : Universitas Indonesia Press, hal 1292.
Lukas, S., 2006. Formulasi Steril. Yogyakarta: Andi Yogyakarta, hal 25, 30, 37.
Notoatmodjo, S, Dr., 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta, hal. 156.
xiv

Pratiwi Sylvia T., 2008. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta: Erlangga, hal. 2.
Rowe C Raymond, dkk., 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients, sixth
edition. London: Pharmaceutical Press, pp. 56 – 58.
Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia., 1993. Buku Ajar
Mikrobiologi Kedokteran, edisi revisi, Jakarta : Binarupa Aksara
Sweetman, SC., 2009. Martindale, Thirty-sixth edition. London: Pharmaceutical
Press. pp: 577-578.
Tim

Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya., 2003.
Bakteriologi Medik. Malang : Bayumedia Publishing. hal 12-13, 31–34.

Turco, S., 1979. Sterile Dosage Forms. 2nd Edition. Philadelphia : LEA &
FEBIGER, hal 11.
Voight, R., 1995. Buku Ajar Teknologi Farmasi. Edisi V. Yogyakarta : Gadjah
Mada University Press, hal 764 - 769.

xv

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sediaan farmasi dibuat dengan berbagai bentuk menurut kebutuhan dan
keadaan penyakit penderita dengan pertimbangan terapeutik (Ansel, 2005). Untuk
sediaan parenteral bisa diberikan dengan berbagai rute, antara lain: intravena,
intraspinal, intramuskular, subkutan, dan intradermal. Dimana sediaan parenteral
merupakan salah satu produk steril yakni sediaan terapetis dalam bentuk terbagibagi yang bebas dari mikroorganisme hidup (Lachman & Lieberman, 1994).
Salah satu contoh sediaan parenteral yaitu sediaan injeksi. Sediaan injeksi
merupakan sediaan steril berupa larutan, emulsi, suspensi, atau serbuk yang harus
dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan secara parenteral,
suntikan dengan cara menembus, atau merobek jaringan ke dalam atau melalui
kulit atau selaput lendir (Lukas, 2006). Dalam hal ini, sterilitas sangat penting
karena cairan tersebut langsung berhubungan dengan cairan dan jaringan tubuh
yang merupakan tempat infeksi yang dapat terjadi dengan mudah (Ansel, 2005).
Oleh karena itu, sediaan yang diberikan secara injeksi harus aman ditinjau dari
dua hal yaitu sifat komponen formulasi produk dan efek anatomi/fisiologi dari
sediaan selama dan sesudah penyuntikan (Agoes, 2009).
Sediaan injeksi ditempatkan dalam wadah dosis tunggal dan dosis ganda.
Wadah dosis tunggal merupakan suatu wadah kedap udara yang mempertahankan
jumlah obat steril dengan tujuan pemberian parenteral sebagai dosis tunggal dan
yang bila dibuka, tidak dapat ditutup rapat kembali dengan jaminan tetap steril.
Sedangkan wadah dosis ganda adalah wadah kedap udara yang memungkinkan
pengambilan isinya per bagian berturut-turut tanpa terjadi perubahan kekuatan,
kualitas atau kemurnian bagian yang tertinggal. Wadah dosis ganda lebih dikenal
dengan vial. Vial dilengkapi dengan penutup karet dan plastik untuk
memungkinkan penusukan jarum suntik tanpa membuka atau merusak tutup
(Ansel, 2005). Penutup karet harus menunjukkan keadaan steril, bebas pirogen
dan partikel-partikel permukaan. Karet penutup vial merupakan suatu material
yang kompleks yang dapat berinteraksi dengan bahan-bahan suatu formula
(Buchanan & Schneider, 2010).

1

2

Beberapa usaha yang dapat dilakukan untuk menjaga sterilitas sediaan
dengan wadah dosis ganda antara lain dengan penambahan antimikroba (Ansel,
2005). Zat pengawet (antimikroba) dapat ditambahkan hingga mencapai suatu
konsentrasi yang dianggap bakteriostatik atau fungistatik (Buchanan & Schneider,
2010). Untuk zat pengawet yang ditambahkan pada produk parenteral meliputi:
benzalkonium klorida 0,01%, benzil alkohol 1-2%, klorobutanol 0,25-0,5%,
metakresol 0,1-0,3%, butil p-hidroxybenzoat 0,015%, methil p-hidroxybenzoat
0,1-0,2%, propil p-hidroxybenzoat 0,2%, fenol 0,25-0,5%, thimerosal 0,01 %
(Lukas, 2006).
Benzalkonium klorida merupakan surfaktan majemuk yang digunakan
dalam formulasi farmasi sebagai antimikroba pengawet untuk aplikasi yang mirip
dengan surfaktan kationik lain. Benzalkonium klorida 0,01% b/v digunakan
sebagai pengawet dalam produk parenteral bervolume kecil (Rowe, 2009).
Dalam penelitian ini akan digunakan sampel dari sediaan injeksi
antihistamin dosis ganda bervolume kecil dengan penambahan zat pengawet
benzalkonium klorida 0,01% b/v. Di Indonesia, penggunaan antihistamin masih
banyak dipergunakan. Salah satu contoh sediaan antihistamin dalam wadah injeksi
dosis ganda yang masih beredar di pasaran ialah difenhidramin HCl.
Difenhidramin HCl merupakan antihistamin antagonis reseptor H1 yang berfungsi
untuk mengurangi atau menghilangkan kerja histamin dalam tubuh melalui
mekanisme penghambatan bersaing pada sisi reseptornya. Difenhidramin HCl
digunakan untuk mengurangi

gejala kondisi alergi termasuk urtikaria,

angioedema, rhinitis, dan gangguan pruritus pada kulit. Selain itu, juga digunakan
sebagai antimuntah pada terapi mual dan muntah, serta terapi vertigo karena
berbagai penyebab. Difenhidramin HCl digunakan secara parenteral untuk terapi
shock anafilaksis (Sweetman, 2007).
Di pasaran sediaan injeksi difenhidramin HCl masih banyak ditemukan
dalam bentuk ampul (dosis tunggal) dan vial (dosis ganda) dengan dosis
pemakaian intravena dan intramuskular. Dimana dalam penggunaan sediaan dosis
ganda rentan terkontaminasi adanya mikroba, maka perlu dilakukan pengujian
sterilitas pada sediaan.
Uji sterilitas merupakan salah satu syarat dari sediaan injeksi terutama
injeksi dosis ganda karena kemungkinan kontaminasi mikroba pada saat

3

pengambilan berulang (Lukas, 2006). Sehingga diperlukan uji sterilitas yang
dimaksudkan untuk memeriksa kemungkinan adanya mikroorganisme yang hidup
atau mempunyai daya hidup di dalam sediaan farmasi yang telah mengalami
proses sterilisasi. Pengujian sterilisasi harus dilakukan dengan teknik aseptis yang
cocok (Depkes RI, 1979).
Menurut Suplemen 1 Farmakope Indonesia edisi IV, bahwa jika bahan uji
mempunyai aktivitas antimikroba, lakukan uji setelah dinetralisasi dengan bahan
penetral yang sesuai atau dengan cara mengencerkan dalam sejumlah media yang
cukup. Oleh karena itu, sebelum dilakukan uji sterilitas sampel, terlebih dahulu
dilakukan uji inaktivasi pengawet. Uji ini dilakukan bertujuan untuk
menghilangkan pengaruh antibakteri dan antifungi yang ditambahkan pada
sediaan sehingga tidak mempengaruhi hasil uji sterilitas. Uji ini dilakukan dengan
suatu metode yakni pengenceran sediaan dalam sejumlah media yang cukup
dengan berbagai perbandingan. Pengenceran apabila dinyatakan suatu larutan
diencerkan “secara kuantitatif dan bertahap”, larutan tersebut diukur seksama dan
diencerkan dengan air atau pelarut lain dengan perbandingan tertentu dalam satu
atau beberapa langkah (Depkes RI, 1995). Selain itu, metode yang digunakan
pada penelitian ini yaitu metode eksperimental, dimana hasil penelitian yang
diperoleh akan disajikan dalam bentuk tabel hasil uji.

1.2

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka hal yang

menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah berapakah pengenceran yang
dibutuhkan untuk menginaktivasi pengawet benzalkonium klorida 0,01% b/v
terhadap uji sterilitas sediaan injeksi difenhidramin HCl dosis ganda?

1.3

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengenceran yang

dibutuhkan untuk menginaktivasi pengawet benzalkonium klorida 0,01% b/v serta
mengetahui hasil uji sterilitas terhadap sediaan injeksi difenhidramin HCl dosis
ganda.

4

1.4

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang tingkat

pengenceran yang dibutuhkan untuk menginaktivasi pengawet benzalkonium
klorida 0,01% b/v terhadap sediaan injeksi difenhidramin HCl dosis ganda dan
dapat dijadikan sebagai pedoman untuk melakukan uji sterilitas sediaan injeksi
dosis ganda yang memenuhi persyaratan.