Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pedagang kaki lima adalah setiap orang yang melakukan kegiatan usaha dengan maksud
memperoleh penghasilan yang sah, dilakukan secara tidak tetap, dengan kemampuan terbatas, berlokasi di tempat atau pusat-pusat konsumen, tidak
memiliki izin usaha.
2. Ciri dan karakteristik pedagang kaki lima
Pedagang kaki lima merupakan jenis pekerjaan yang penting dan relatif khas dalam sektor informal di daerah perkotaaan. Kekhasan tersebut
tercermin dalam ciri-ciri pedagang kaki lima dibawah ini. Menurut Alma 2011:157 ciri-ciri pedagang kaki lima:
1. kegiatan usahanya tidak terorganisir secara baik
2. tidak memiliki surat ijin usaha
3. tidak teratur dalam kegiatan usaha, baik ditinjau dari tempat
usaha maupun jam kerja 4.
bergerombol di trotoar, atau tepi-tepi jalan protokol, di pusat- pusat dimana banyak orang ramai
5. menjajakan barang dagangannya sambil berteriak, kadang-
kadang berlari atau mendekati konsumen.
Menurut An Nal dalam Tri Kurniadi dan Hessel Nogi S. Tangkilisan dalam Tanuwijaya 2011:10 karakteristik pedagang kaki lima
adalah sebagai berikut: 1.
pedagang kaki lima umumnya sebagai mata pencaharian pokoknya
2. para pedagang kaki lima umumnya tergolong angkatan kerja
produktif 3.
tingkat pendidikan mereka umumnya rendah 4.
sebagian besar pedagang kaki lima pendatang dari daerah dan belum memiliki status kependudukan yang sah di kota.
5. mereka berdagang sejak 5-10 tahun yang lalu
6. sebelum menjadi pedagang kaki lima mereka umumnya petani
atau buruh
7. permodalan mereka umumnya sangat lemah dan omset
penjualannya relatif rendah 8.
umumnya mereka memilikimengusahakan modal sendiri dan belum ada hubungan dengan bank
9. kemampuan wiraswasta mereka umumnya lemah dan kurang
mampu memupuk modal 10.
umumnya mereka memperdagangkan bahan pangan, sandang dan kebutuhan sekunder
11. tingkat pendapatan mereka relatif rendah untuk memenuhi
kebutuhan hidup keluarga di perkotaan 12.
pada hakekatnya mereka telah terkena pajak dengan adanya retribusi maupun pungutan-pungutan tidak resmi
Dari ciri-ciri dan karakteristik di atas maka dapat disimpulkan bahwa terciptanya kesempatan kerja dalam kegiatan perdagangan berarti
telah membuktikan luasnya kesempatan kerja yang diciptakan di sektor informal. Pedagang kaki lima merupakan unit usaha kecil yang mempunyai
ciri-ciri dan karakteristik yang khas dalam melakukan kegiatan produksi atau distribusi barang dan jasa, dengan sasaran utama untuk menciptakan
lapangan kerja dan penghasilan bagi mereka. Unit usaha tersebut telah mampu menunjukkan diri sebagai usaha mandiri yaitu kegiatan usaha yang
dilakukan sendiri, dan memberikan penghasilan bagi dirinya sendiri Tanuwijaya, 2011:9-11.
Pedagang kaki lima menggunakan dasar kerja pertukaran pasar. Menurut Sairin 2002:42 usaha untuk mendapatkan keuntungan komersil,
suatu keuntungan yang diperoleh melalui tawar menawar merupakan motif yang mendasari pertukaran pasar. Dalam hal ini proses tawar menawar yang
dilakukan antara penjual dan pembeli dalam kegiatan jual beli bertujuan
untuk menentukan suatu barang. Jadi para pedagang kaki lima tidak mematok harga pas seperti di toko.
Pemanfaatan dan penggunaan ruang bagi aktor ekonomi terutama ditujukan kepada fungsi ekonominya. Pemindahan atau pendistibusian
barang dan jasa dari suatu tempat ke tempat lain merupakan inti dari kegiatan perdagangan. Pemanfaatan dan penggunaan ruang dari sisi ini pada
setiap kelompok masyarakat berbeda cara, namun sama dalam prinsip yaitu berdagang di lokasi strategis. Seorang pedagang kaki lima akan berbeda
cara pemanfaatan dan penggunaan ruang apabila dibandingkan dengan pedagang menengah dan besar. Pedagang kaki lima memilih lokasi strategis
berdasarkan “naluri dagang” yaitu dimana ada gula di situ ada semut
Damsar, 2002:99. Menurut Damsar 2002:102, ada beberapa strategi yang dilakukan
oleh para aktor ekonomi untuk menjadikan suatu ruang sebagai tempat yang strategis. Hal yang berkaitan dengan aspek ruang itu sendiri dan yang
berhubungan dengan aspek manusia. Strategi yang disebut pertama dimaksudkan untuk memeperindah dan mempercantik ruang sehingga
menarik orang untuk memperhatikan atau sekedar melirik tempat tersebut. Pada kota-kota besar dan menengah di Indonesia strategi yang dilakukan
pada sebatas memperindah dan mempercantik bentuk dan warna bangunan, hanya sedikit yang memanfaatkan atau menggunakan etalase sebagai
pemikat pengunjung. Strategi kedua ditujukan untuk membuat orang betah
untuk berlama-lama dan kembali lagi pada waktu yang lain ke tempat yang sama.
3. Faktor yang mempengaruhi munculnya PKL