Metode Analisis .1 Uji Validitas dan Reliabilitas Indikator

48 Dimana: db = jumlah sampel moment, dan d adalah degrees of freedom. Tingkat penerimaan yang direkomendasikan adalah bila AGFI mempunyai nilai sama dengan atau lebih besar dari 0,90. Perlu diketahui bahwa baik GFI maupun AGFI adalah kriteria yang memperhitungkan proporsi tertimbang dari varians dalam sebuah matriks kovarians sampel. Nilai sebesar 0,95 dapat diinterpretasikan sebagai tingkatan yang baik good overall model fit baik sedangkan besaran nilai antara 0,90 - 0,95 menunjukkan tingkatan cukup adequate fit. 4 RMSEA The Root Mean Square Error of Approximatian RMSEA adalah sebuah indeks yang dapat digunakan untuk menginterprestasikan chi-square statistic dalam sampel yang besar. Nilai RMSEA menunjukkan goodness-of-fit yang dapat diharapkan bila model diestimasi dalam populasi. Nilai RMSEA yang lebih kecil atau sama dengan 0,08 merupakan indeks untuk dapat diterimanya model yang menunjukkan sebuah close fit dari model itu berdasarkan degrees of freedom. 5 ECVI ExExpected Cross Validation Index Digunakan untuk mengukur perbedaan antara matriks kovarian yang dicocokan dalam sampel yang dianalisis dengan matriks kovarian yang diharapkan, dan diperoleh dari sampel lain dengan ukuran yang sama. Jika nilai ECVI terkecil maka model tersebut dapat direplikasi. 6 AIC Aikake’s Information Criterion Kriteria informasi Akaike adalah ukuran relatif kebaikanfit dari model statistik. 49 Hal ini didasarkan pada konsep yang pada dasarnya menawarkan ukuran relatif dari informasi yang hilang ketika sebuah model yang diberikan digunakan untuk menggambarkan realitas. AIC tidak menguji model dalam bentuk dalam uji hipotesis nol, tetapi AIC mampu menunjukkan seberapa tepat model tersebut dengan data yang kita miliki secara mutlak. Model dinyatakan fit jika AIC lebih kecil dari AIC Saturated sebesar 756,00. 7 NFI Normed Fir Index Indeks ini merupakan pembanding antara proposed model dengan null model. NFI cenderung merendahkan nilai fit pada pengguna sampel ang kecil. Nilai NFI yang direkomendasikan untukindikasi model fit adalah 0,90. 8 CFI Comparative Fit Index momempunyai rentang nilai antara 0 sampai dengan 1. Semakin mendekati 1, mengindikasikan adanya a very good fit. Nilai yang direkomendasikan adalah CFI 0,90-0,95. Indeks ini besarannya tidak dipengaruhi oleh ukuran sampel, karena itu sangat baik untuk mengukur tingkat penerimaan sebuah model. 9 NNFI Non-Normed Fit Index NNFI adalah nilai yang membandingkan model yang sedang diuji engan null modelnya. Model dikatakan baik bila nilai NNFI nya minimal 0,90. Dari penjelasan diatas, maka indeks-indeks yang dapat digunakan untuk menguji kelayakan sebuah model seperti pada tabel berikut: 50 Tabel 3.9 Goodness of Fit Index Sumber: Ferdinand 2014

3.4.3 Uji Hipotesis

Seperti dijelaskan pada bab II, hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini terdiri dari 4 hipotesis. Untuk mengetahui apakah hipotesis didukung oleh data atau tidak, maka nilai statistik t dibandingkan dengan nilai t tabel sebesar 1,96 Ghozali, 2012. Apabila nilai t hitung 1,96, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis penelitian didukung oleh data terbukti secara signifikan.

3.5 Model Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan survey confirmatory research yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengkonfirmasi keberlakuan model yang didapat dari teori dan kajian penelitian terdahulu. Sumber data berasal dari pendapat dan persepsi para pejabat pengelola keuangan pejabat pengadaan barangjasa di SKPD Pemerintah Kota Metro yang digali melalui kuesioner sehingga jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Dengan metode tersebut dapat digambarkan kerangka pemikiran sebagai berikut : Goodness of Fit Index Cut Off Value Likelihood Chi Square Diharapkan kecil Probability ≥0,05 GFI 0,90 AGFI 0,90 RMSEA ≤0,08 ECVI Model 5,95 AIC 756,00 NFI ≤0,9 CFI ≥0,9 NNFI ≥0,9 51 H1 + H2 - H3 + H4 + Gambar 3.1 Kerangka Pemikiran

3.6 Analisis Tambahan

Gbegi dan Adebisi 2013 dalam penelitiannya “ The New Fraud Diamond Model- How Can it Help Forensic Accountants in Fraud Investigation in Nigeria?” memberikan saran menarik yang perlu ditindaklanjuti. Seorang akuntan forensik perlu memahami peluang dalam melakukan penipuan melalui new fraud diamond model untuk membantu dalam mengidentifikasi dan menyelidiki penipuan dengan skema individu serta secara efektif menilai risiko penipuan Gbegi dan Adebisi, 2013. Guna mengakomodir pendapat dan saran dari Gbegi dan Adebisi 2013, serta mempertajam hasil analisis dalam penelitian ini, penulis mencoba merumuskan model analisis tambahan yang secara tidak langsung dapat memberikan tambahan literatur tentang pengembangan teori fraud dan juga dapat menjadi acuan bagi Tekanan Fraud Perilaku tidak etis Keefektifan sistem pengendalian internal Jabatan dalam pengelolaan keuangan The fraud diamond theory : 1. Incentivepressure 2. Opportunity 3. Rationalization 4. Capability 52 pemerintah daerah dalam mengendalian fraud. Model analisis tambahan tersebut diantaranya: 1. Jabatan dalam Pengelola Keuangan terhadap fraud dengan Tekanan sebagai variabel moderating. dengan asumsi bahwa semakin tinggi jabatan maka tekanan yang akan dihadapi semakin tinggi pula Gambar 3.2 Model I 2. Perilaku tidak etis terhadap fraud dengan Keefektifan Sistem Pengendalian Internal sebagai variabel moderating. dengan asumsi bahwa perilaku tidak etis semakin tinggi jika pengendalian internalnya lemahtidak efektif Gambar 3.3 Model II Perilaku tidak etis Keefektifan sistem pengendalian internal Tekanan Fraud Jabatan dalam pengelola keuangan Fraud

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian didapat bahwa ke-4 hipotesis yang diajukan, semua didukung. Dimana tekanan berpengaruh positif terhadap fraud, artinya semakin besar tekanan pada pejabatpegawai di Pemerintah Daerah Kota Metro, baik tekanan dari individu itu sendiri, lingkungan kerja, dan luar individu maka semakin tinggi kecenderungan fraud. Berbeda halnya pada keefektifan sistem pengendalian internal yang berpengaruh negatif terhadap fraud, berarti semakin besar keefektifan sistem pengendalian internal pada pejabatpegawai di Pemerintah Daerah Kota Metro maka kecenderungan fraud akan semakin menurun. Sedangkan perilaku tidak etis dan jabatan dalam pengelolaan keuangan sama-sama berpengaruh positif terhadap kecenderungan fraud. Hal ini berarti semakin besar perilaku tidak etis maupun semakin tinggi kewenangan dalam pengelolaan keuangan pada pejabatpegawai di Pemerintah Daerah Kota Metro maka semakin tinggi kecenderungan fraud. Hasil ini diperkirakan karena adanya anggapan bahwa korupsi yang terjadi pada sektor pemerintahan merupakan sebuah sistem yang mendarah daging dilingkungan aparatur pemerintah, dimana mau tidak mau, suka tidak suka dapat melibatkan pejabatpegawai, terutama yang bertugas sebagai pengelola keuangan daerah. Sehingga jawaban yang diberikan merupakan kondisi ataupun keadaan yang sesungguhnya di lapangan.

Dokumen yang terkait

PENGARUH KOMPETENSI SUMBER DAYA MANUSIA, PENERAPAN SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH, DAN SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris di Satuan Kerja Perangkat Daerah Kota Malang)

1 12 25

Sistem Dan Prosedur Penyusunan Laporan Keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Pada Badan Pengelola Keuangan Daerah Kota Medan

0 5 71

PENGARUH KEEFEKTIFAN PENGENDALIAN INTERNAL, KETAATAN ATURAN AKUNTANSI, PENEGAKAN HUKUM, DAN PERILAKU TIDAK ETIS TERHADAP KECURANGAN AKUNTANSI

0 2 11

117 Perilaku Fraud pada pengelola keuangan daerah

4 5 27

Sistem Dan Prosedur Penyusunan Laporan Keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Pada Badan Pengelola Keuangan Daerah Kota Medan

0 1 7

Sistem Dan Prosedur Penyusunan Laporan Keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Pada Badan Pengelola Keuangan Daerah Kota Medan

0 0 6

Sistem Dan Prosedur Penyusunan Laporan Keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Pada Badan Pengelola Keuangan Daerah Kota Medan

0 0 1

PENGARUH KOMPETENSI PENGELOLA KEUANGAN DAN AKUNTABILITAS TERHADAP KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH (Studi pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Pemerintah Kabupaten Aceh Utara)

1 2 8

PENGARUH KUALITAS PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN, SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DAN AKSESIBILITAS LAPORAN KEUANGAN TERHADAP AKUNTABILITAS KEUANGAN DAERAH (Studi Kasus Pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kota Pangkalpinang)

1 2 20

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah - PENGARUH MORALITAS, TEKANAN SITUASIONAL, PENGENDALIAN INTERNAL DAN KESESUAIAN KOMPENSASI TERHADAP KECENDERUNGAN MELAKUKAN FRAUD (Studi Eksperimen pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Bagian Keuangan dan Akunta

0 7 8