30
perlakuan tidak adil dari pimpinan. Adanya desakan-desakan tersebut, mendorong seorang pegawai melakukan upaya untuk mencukupi kebutuhan diluar
kemampuannya Albrecht, 2004. Upaya tersebut dapat berasal dari pressure Wolfe dan Hermanson, 2004. Pressure atau tekanan umumnya diukur dari
beberapa hal diantaranya: personal pressure, employment pressure, external pressure dikembangkan oleh Rasha dan Andrew, 2012.
Berdasarkan hal tersebut peneliti menyimpulkan hipotesis sebagai berikut:
H1 : Adanya tekanan berpengaruh positif terhadap fraud.
2.3.2 Keefektifan Sistem Pengendalian Internal terhadap Fraud
Dari pernyataan yang dikemukakan Arens 2006:370 bahwa sistem pengendalian internal merupakan kebijakan dan prosedur yang dirancang memberikan
manajemen kepastian yang layak bahwa perusahaan telah mencapai tujuan dan sasaran yaitu: reliabilitas pelaporan keuangan, efisiensi, efektivitas operasional,
dan ketaatan pada hukum dan aturan. Dapat dilihat bahwa sistem pengendalian internal yang tidak efektif akan membuat seseorang memiliki kesempatan dan
lebih mudah untuk melakukan fraud yang akan merugikan organisasi dan mengganggu keberlangsungan organisasi, sehingga tujuan dari organisasi tidak
tercapai. Hal ini didukung oleh Bologne 1993 dalam GONE theory yaitu teori yang mengemukakan empat faktor yang menyebabkan dan mendorong seseorang
untuk melakukan kecurangan yaitu Greed Keserakahan, Opportunity Kesempatan, Need Keinginan dan Exposure pengungkpan, menyatakan
faktor yang sangat mendukung terjadinya kecurangan dalam suatu organisasi yaitu adanya opportunity kesempatan.
31
Mathis dan Jackson 2006, menyatakan bahwa pengawasan merupakan sebagai proses pemantauan kinerja karyawan berdasarkan standar untuk mengukur
kinerja, memastikan kualitas atas penilaian kinerja dan pengambilan informasi yang dapat dijadikan umpan balik pencapaian hasil yang dikomunikasikan ke para
karyawan. Dengan adanya pengawasan yang terdapat dalam sebuah sistem pengendalian internal tentunya membuat para dalang pelaku, red akan merasa
diawasi dan membuat pilihan untuk menghindar. Pengendalian internal yang efektif mengurangi kecenderungan kecurangan
akuntansi Arens et al, 2000. Sejalan dengan pernyataan tersebut penelitian yang dilakukan oleh Wilopo 2006, menyatakan bahwa pengendalian internal yang
efektif memberikan pengaruh yang signifikan dan negatif terhadap kecederungan kecurangan akuntansi. Dari beberapa pendapat penelitian sebelumnya, dapat
dijelaskan bahwa kecurangan akuntansi umumnya dilakukan karena adanya kesempatan dan peluang yang muncul akibat lemahnya pengendalian internal
dalam sebuah organisasi. Sistem pengendalian internal yang lemah dalam sistem birokrasi pemerintahan,
dapat menjadi peluang bagi pejabat maupun staf pada instansi pemerintah, hal itu karena tindakan yang dilakukan tidak terdeteksi oleh siapapun. Sebaliknya, jika
semakin baik sistem pengendalian internal dalam sistem birokrasi pemerintah, maka tindakan fraud akan sulit dilakukan, karena setiap kegiatan yang dilakukan
telah dibatasi dan diawasi oleh tata kelola sistem pengendalian internal. Jadi, semakin efektif tingkat pengendalian internal dalam suatu sistem birokrasi
32
pemerintah, maka akan semakin kecil pula kesempatan bagi pegawai untuk melakukan fraud. Berdasarkan uraian diatas penulis mengajukan hipotesis:
H2 : Keefektifan Sistem Pengendalian Internal berpengaruh negatif terhadap
fraud.
2.3.3 Perilaku Tidak Etis terhadap Fraud
Salah satu faktor yang mempengaruhi fraud di sektor pemerintahan adalah perilaku tidak etis. Perilaku tidak etis sebagaimana diungkapkan oleh Tang dan
Chiu 2003 dalam penelitiannya menjelaskan indikator dari perilaku yang menyimpang terdiri dari perilaku yang menyalahgunakan kedudukanposisi
abuse position, perilaku yang menyalahgunakan kekuasaan abuse power, perilaku yang menyalahgunakan sumber daya organisasi abuse resources, serta
perilaku yang tidak berbuat apa-apa no action. Hasil penelitian Wilopo 2006 menyatakan bahwa perilaku tidak etis memberikan pengaruh yang signifikan dan
positif terhadap kecenderungan kecurangan fraud pada perusahaan. Perilaku tidak etis merupakan kebiasaan yang menjadi peninggalan dari masa lalu, dalam
hal ini kebiasaan melakukan fraud, merasa atau menganggap melakukan fraud merupakan hal yang etis dan didasari dengan perilaku tidak etis maka dapat
disimpulkan bahwa semakin tinggi perilaku tidak etis menganggap fraud adalah hal benar, makan semakin tinggi pelaku fraud dalam organisasi tersebut. Hal
tersebut didukung dengan penilitian yang dilakukan oleh Mustikasari 2013 yang menyatakan bahwa budaya etis organisasi berpengaruh negatif terhadap fraud
dengan kata lain bahwa perilaku tidak etis yang rendah maka fraud di sektor pemerintah pun juga rendah, sesuai dengan pernyataan Zulkarnain 2013