Analisis Deskriptif Fishbone Diagram Diagram Tulang Ikan Diagram Sebab Akibat Analisis Grafik Kendali Cacat 100 Inspection

11 Analisis Data Data yang telah diperoleh baik data primer maupun data sekunder selanjutnya dianalisis sebagai berikut :

1. Analisis Deskriptif

Analisis ini dilakukan untuk memperoleh gambaran umum dan mendalam mengenai objek penelitian serta untuk menggambarkan penerapan manajemen mutu yang dilakukan pada susu pasteurisasi di BPPT-SP Cikole. Analisis ini mendeskripsikan konsep dasar yang diterapkan di BPPT-SP Cikole yang menekankan pada prinsip-prinsip manajemen mutu. Konsep dasar tersebut terdiri atas: kepemimpinan, pelanggan, pendekatan yang berdasarkan fakta untuk membuat keputusan, keterlibatan semua pihak, pendekatan proses dan perbaikan terus-menerus dan berkesinambungan.

2. Fishbone Diagram Diagram Tulang Ikan Diagram Sebab Akibat

Diagram sebab akibat merupakan alat analisis yang dapat digunakan untuk menggambarkan dengan jelas macam-macam penyebab yang dapat mempengaruhi mutu produk dan menganalisis hal-hal yang sesungguhnya terjadi dalam suatu proses. Menurut Gaspersz 1997, langkah-langkah pembuatan diagram sebab akibat adalah a. penentuan karakteristik mutu, karakter inilah yang akan diperbaiki dan dikendalikan; b. menggambar panah besar dari sisi kiri ke kanan. Menulis karakteristik mutu efek, akibat pada sisi kanan panah; c. penulisan faktor utama yang mungkin menyebabkan efek pada pangkal panah yang mengarah pada panah utama; d. pada setiap item cabang, dituliskan faktor rinci yang dapat diangggap sebagai penyebab yang akan menyerupai ranting. Pada setiap ranting, dituliskan faktor lebih rinci dengan gambar panah yang lebih kecil; dan e. memastikan semua item telah masuk pada semua diagram sebab akibat. Diagram sebab akibat atau Fishbone Diagram dapat dilihat pada Gambar 2. 12

3. Analisis Grafik Kendali Cacat 100 Inspection

Grafik ini digunakan untuk mengendalikan jumlah barang yang rusak per unit secara keseluruhan hasil dari suatu proses produksi. Langkah-langkah pembuatan diagram ini adalah sebagai berikut : a. menentukan standar mutu proses yang diinginkan ; b. menentukan data yang dibutuhkan; c. menghitung rata-rata produksi per periode a ; a = Jumlah produksi Periode produksi d. menghitung rata-rata kerusakan per periode c ; c = Jumlah kerusakan produk Periode produksi e. menghitung kerusakan maksimum dan kerusakan minimum; kerusakan maksimum = c + c 3 kerusakan minimum = c - c 3 f. menentukan batas sentral central line CL, batas kendali atas upper control limit UCL dan batas kendali bawah lower control limit LCL : CL = a c Faktor rinci Penyebab utama Penyebab utama Akibat Efek Faktor rinci Faktor lebih rinci Penyebab utama Penyebab utama Faktor rinci Faktor rinci Faktor lebih rinci Gambar 2. Bentuk Diagram Sebab Akibat atau Fishbone Diagram 13 UCL = Kerusakan maksimum x 100 a LCL = Kerusakan minimum x 100 a g. menggambar diagram kontrol cacat 100 inspeksi. Definisi Istilah Bahan baku susu pasteurisasi adalah bahan utama berupa susu segar sesuai dengan SNI 01-3141-1998 BSN,1998 yang digunakan untuk menghasilkan susu pasteurisasi di Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Sapi Perah BPPT-SP Cikole. Bahan penunjang susu pasteurisasi adalah bahan yang ditambahkan dalam pengolahan susu pasteurisasi di BPPT-SP Cikole, yang berupa sirup rasa moka dan strawberi. Bahan pengemas adalah bahan yang digunakan untuk pengemasan produk akhir susu pasteurisasi yang dihasilkan BPPT-SP Cikole, yang terbuat dari HDPE High Density Poly Ethylene untuk kemasan botol dan bahan polypropylene untuk kemasan cup. Diagram sebab akibat merupakan alat analisis yang dapat digunakan untuk menggambarkan dengan jelas macam-macam penyebab yang dapat mempengaruhi mutu susu pasteurisasi di BPPT-SP Cikole. Lembar pemeriksaan adalah suatu formulir, yang berisi faktor-faktor yang akan diperiksa dalam pengolahan susu pasteurisasi di BPPT-SP Cikole; yang telah dicetak dalam bentuk formulir dengan maksud agar data dapat dikumpulkan secara mudah dan ringkas. Manajemen mutu adalah semua aktivitas dari fungsi manajemen secara keseluruhan yang dilaksanakan di BPPT-SP Cikole yang menentukan kebijaksanaan mutu, tujuan dan tanggung jawab serta mengimplementasikannya melalui alat-alat manajemen mutu, seperti perencanaan mutu, pengendalian mutu, penjaminan mutu, dan peningkatan mutu. Mutu susu pasteurisasi adalah keadaan susu pasteurisasi yang mempengaruhi keamanannya untuk dikonsumsi yang meliputi kandungan bahan dalam susu protein, lemak, mineral dll termasuk kemasannya. 14 Peta kendali adalah perangkat statistik yang berfungsi untuk mengetahui dan memantau konsistensi proses pengolahan susu pasteurisasi yang dihasilkan BPPT-SP Cikole melalui pengamatan yang sedang berlangsung . Produk cacat dalam susu pasteurisasi merupakan produk yang tidak memenuhi ketentuan mutu yang telah dibuat oleh SNI 1995 dan Standard Operating Procedure SOP BPPT-SP Cikole, termasuk cacat pada saat pengemasan, kesalahan pemberian label expired date dan penyimpanan. Susu murni adalah cairan yang berasal dari ambing sehat dan bersih yang diperoleh dengan cara yang benar yang kandungan alaminya tidak dikurangi atau ditambah sesuatu apapun dan belum mendapat perlakuan apapun BSN,1998. Susu segar adalah susu murni yang disebutkan diatas dan tidak mendapat perlakuan apapun kecuali proses pendinginan tanpa mempengaruhi kemurniannya BSN,1998. Susu pasteurisasi BSN,1995 adalah susu rekonstitusi atau susu rekombinasi yang telah mengalami proses pemanasan pada temperatur 63°-66°C selama 30 menit atau pada pemanasan 72°C selama 15 detik, kemudian segera didinginkan sampai 10°C, selanjutnya diperlakukan secara aseptis dan disimpan pada suhu maksimal 4°C BSN,1995. 15 GAMBARAN UMUM LOKASI Sejarah Unit Pelaksana Teknis Dinas UPTD Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Sapi Perah Cikole berdiri sejak tahun 1952 dengan nama Taman Ternak yang diprakarsai oleh Drh. Soedjono Kosoemowardjo Kepala Jawatan Kehewanan Priangan Barat dengan fungsi utamanya budidaya ternak sapi perah serta mengembangkan komoditi lainnya. Tahun 1964 seluruh tanggung jawab diserahkan kepada Dinas Peternakan Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat, selanjutnya pada tahun 1983 berubah menjadi UPTD dengan nama Balai Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak BPT-HMT Cikole Lembang. Pada tahun 1999 nama balai berubah kembali menjadi UPTD BPT-HMT Ternak Perah, dan akhirnya pada tahun 2002 berubah menjadi UPTD Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Sapi Perah BPPT -SP Cikole Lembang. Pada tahun 1997 sampai dengan 2002, Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Sapi Perah Cikole dijadikan main site pada kerjasama teknis peningkatan teknologi sapi perah, antara Pemerintah Indonesia “Direktorat Jenderal Peternakan” dengan Pemerintah Jepang “Japan International Cooperation Agency JICA”. Visi, Misi dan Motto Visi BPPT-SP Cikole adalah “menjadi balai dan fasilitator handal dalam pengelolaan bibit dan transfer teknologi sapi perah termaju di Indonesia tahun 2010”. Misi BPPT-SP Cikole yaitu : 1. meningkatkan profesionalisme aparatur dan seluruh karyawan balai dalam rangka melaksanakan pelayanan prima; 2. meningkatkan produktivitas ternak melalui penyediaan bibit dasar foundation stock, bibit unggul breeding stock, dan bibit sebar commercial stock; 3. memfasilitasi seluruh stakeholder peternakan melalui penyampaian informasi teknologi sapi perah; dan 16 4. mendorong peningkatan ketahanan pangan melalui sosialisasi peningkatan sadar gizi masyarakat dari produk susu yang dihasilkan. Motto BPPT-SP Cikole adalah “dengan semangat kerja dan kebersamaan kita tingkatkan produktivitas dan kinerja dalam mendukung pencapaian visi dan misi balai”. Tugas Pokok dan Fungsi Balai Tugas pokok BPPT-SP Cikole sesuai dengan peraturan daerah perda No. 05 Tahun 2002, yaitu melaksanakan sebagian fungsi Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat di bidang pengembangan perbibitan ternak. Fungsi operasional BPPT-SP Cikole yaitu : 1. pengelolaan bibit ternak dan hijauan makanan ternak; 2. tempat percontohan dan uji coba; 3. pelatihan dan magang; dan

4. sumber pendapatan asli daerah.