METODOLOGI PENELITIAN Analisis kesesuaian dan perencanaan tapak kawasan situ pengasinan sebagai kawasan pariwisata kota

Prima Jiwa OslyA353060101 27

III. METODOLOGI PENELITIAN

Kerangka Pikir Penelitian Dasar pemikiran untuk membangun kawasan wisata sekitar situ Pengasinan bernuansa lingkungan ini adalah perlunya mengelola dan mengembangkan kawasan sekitar situ agar dapat mengakomodasi keinginan berwisata masyarakat Depok. Selain itu, dengan pengembangan kawasan ini dapat menahan laju konversi penggunaan lahan yang terjadi di daerah perkotaan yang sedang berkembang pesat. Konversi penggunaan lahan seperti ini berkorelasi positif dengan degradasi lingkungan. Pengembangan kawasan ini akan di tuangkan ke dalam sebuah rencana tapak kawasan wisata dengan mempertimbangkan potensi wisata sekitar kawasan dan calon target pengunjung kawasan. Faktor-faktor di atas akan menjadi penentu obyek-obyek wisata yang akan diletakkan pada kawasan situ tersebut. Selain itu. perletakan obyek-obyek wisata dalam kawasan tersebut harus memperhatikan sumber daya fisik dan lingkungan yang ada di sekitar kawasan. Setelah semua informasi diperoleh, maka analisa dilakukan untuk membuat sebuah perencanaan tapak kawasan. Salah satu sasarannya adalah untuk menetapkan keunggulan serta keterbatasan tapak. Berdasarkan hasil analisa tersebut, selanjutnya dapat ditentukan apakah tapak tersebut sesuai dengan kegunaan yang direncanakan. Apabila ternyata sesuai, maka data tersebut harus dianalisa lebih lanjut untuk dapat menetukan parameter khusus lainnya dari tapak tersebut. Ini termasuk penentuan daerah yang terbaik untuk lokasi suatu bangunan, daerah yang harus di hindari, daerah yang memiliki masalah erosi karena pola drainase dan daerah yang harus dilestarikan. Selain itu, untuk membuat kawasan tersebut hidup dikunjungi maka di lakukan analisa untuk membangun rute menuju kawasan serta sirkulasi dalam kawasan tersebut. Sehingga dengan rencana tapak yang ada, diharapkan kawasan ini dapat menjadi sebuah kawasan wisata perkotaan yang bernuansa lingkungan dan dapat menjadi sebuah model pengelolaan dan pengembangan sebuah kawasan situ . Kerangka pikir disajikan pada Gambar 3. Prima Jiwa OslyA353060101 28 Gambar 3. Kerangka pikir penelitian Kawasan Situ Pengasinan UU No. 91990, UU No. 262007, Keppres No 1141999, Visi Misi Kota, RENSTRA Kantor Pariwisata, Seni dan Budaya Kota Depok, Pariwisata Perkotaan, Perencanaan Tapak Perencanaan obyek-obyek wisata dalam kawasan Sumber Daya Fisik Lahan Sumber Daya Lingkungan ANALISA • Kondisi fisik lahan dan lingkungan • Zonasi dan Sirkulasi • Pembangunan rute menuju dan keluar kawasan Kawasan Situ Pengasinan sebagai Kawasan Wisata Perkotaan Potensi Wisata Kawasan Target Pengunjung Kawasan Prima Jiwa OslyA353060101 29 Lokasi Penelitian Kawasan pengembangan wisata Situ Pengasinan berjarak ± 9 km dari Pusat Kota Depok. Terletak pada bagian timur dari pusat kota dan dilalui oleh jalan propinsi dan jalan kota. Secara geografis wilayah perencanaan terletak 06°2415 – 06°2455 LS Lintang Selatan dan 106°4415 – 106°4405 BT Bujur Timur. Gambar 4. Lokasi penelitian Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan selama 4 bulan, dimulai pada bulan Maret 2008 yang dimulai dengan studi kepustakaan sampai dengan penulisan tesis selesai pada bulan Juli 2008. Pengumpulan dan Pengolahan Data Secara umum metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey. Data yang dibutuhkan untuk keperluan penelitian ini dikumpulkan dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dan Prima Jiwa OslyA353060101 30 observasi langsung dilapangan. Sedangkan data sekunder berupa data spasial citra satelit resolusi tinggi Image © Digital Globe dari perangkat lunak Google ™ Earth Pro tahun akuisisi 2007, data-data yang diperoleh dari Kantor Pariwisata Pemerintah Kota Depok dan berbagai tulisan melalui penelusuran pustaka studi pustaka serta lembaga-lembaga pemerintah dan instansi lainnya yang ada kaitannya dengan obyek penelitian. Adapun jenis data yang dikumpulkan adalah seperti terlihat pada Tabel 3. Tabel 3. Jenis data dan metode pengumpulannya No Sumber Data Parameter DATA PRIMER 1 Observasi • Kondisi keanekaragaman hayati Ekosistem sekitar Situ • Vegetasi • View • Kondisi bangunan khusus pintu air, sarana pemancingan, dermaga wisata air, prasarana pendukung lain, main gatepintu masuk utama dan lainnya 2 Wawancara • Kepala Kantor Pariwisata, Seni dan Budaya Kota Depok • Ketua BAPPEDA Kota Depok • Ketua Kelompok Kerja POKJA Situ Pengasinan DATA SEKUNDER 1 Citra Resolusi Tinggi Image © Digital Globe tahun akuisisi 2007, pengambilan dari Google ™ Earth Pro eye alt. 750 m • Jenis Land Cover Tutupan lahan • Luas Land Use Penggunaan lahan • Kemungkinan areal pengembangan 2 Shuttle Radar Topography Mission SRTM Indonesia tahun akuisisi 2007 • Slope kemiringan lahan • Elevasi 3 Peta Rupa Bumi Indonesia BAKORSURTANAL 1 : 25000 • Slope kemiringan lahan • Elevasi Prima Jiwa OslyA353060101 31 Tabel 3. Jenis data dan metode pengumpulannya lanjutan No Sumber Data Parameter DATA SEKUNDER 4 RTRWRUTR Kota Depok Tahun 2000-2010 • Pola ruang • Pola jalan • Pola hidrologi • KDBKLB Koefisien Dasar Bangunan dan Koefisien Lantai Bangunan 5 RENSTRA Kota Depok, RENSTRA Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Depok dan RENSTRA Kantor Pariwisata, Seni dan Budaya Kota Depok • Peraturan tingkat regional • Peraturan pengelolaan Situ 6 Laporan Penelitian yang terkait dengan obyek penelitian • Prediksi pengunjung • Data biofisik Situ Penyusunan Basis Data dan Pengolahan Data Digital Perencanaan tapak sebuah kawasan yang akan dibangun membutuhkan tahapan Site Analysis Analisis Tapak. Menurut Russ 2002, Site Analysis mutlak dibutuhkan karena hasilnya akan menentukan dalam merencanakan tapak. Langkah dalam Site Analysis meliputi pengumpulan data untuk perencanaan awal, evaluasi tapak untuk kesesuaian dengan perencanaan atau kebutuhan dan menilai karakter tapak agar tepat dalam penggunaannya. Site Analysis dilakukan secara deskriptif berdasarkan rencana pembangunan tapak kawasan. Kawasan dipilih dengan batasan kelas jalan kolektor yang jaraknya tidak lebih dari 2,8 km dari jalan arteri. Pengumpulan data Land Cover dan luas kawasan dilakukan melalui interpretasi citra penginderaah jauh. Pelaksanaan interpretasi citra dilakukan dalam tiga tahap: 1. Tahap persiapan Tahap ini meliputi tahap studi pustaka dan pengumpulan data penginderaan jauh citra resolusi tinggi Image © Digital Globe yang diambil Prima Jiwa OslyA353060101 32 dari Google ™ Earth Pro eye altitude 750 m tahun 2007 dan data penunjang Peta Rupa Bumi skala 1 : 25000 BAKORSURTANAL, Peta Pola Ruang, Pola Jalan dan Pola Hidrologi Kota Depok. 2. Tahap interpretasi, survai lapang dan interpretasi ulang Kegiatan interpretasi meliputi interpretasi Land CoverLand Use, situ, pola jalan dan sirkulasi sekitar kawasan, penggambaran peta tematik hasil interpretasi, memplot data tematik ke peta kerja hasil digitasi, pengeditan dan pelabelan peta tematik. Kegiatan survai lapang dengan melakukan pengecekan hasil interpretasi citra berupa tutupan lahan dengan pengamatan maupun pengukuran langsung di lapangan. Berikutnya interpretasi ulang bertujuan untuk menilai ulang dan memperbaiki data awal yang salah setelah pengecekan lapangan serta menambah atribut yang kurang. Kegiatan ini meliputi tutupan lahan, perbaikan basis data dan perbaikan peta-peta tematik. Perbedaan penarikan batas satuan lereng, tutupan lahan hasil interpretasi dengan kenyataan di lapangan dikoreksi melalui interpretasi ulang. Dengan demikian kesalahan penarikan batas satuan lahan akan dapat diatasi. 3. Tahap penyajian hasil Penyajian hasil dan analisis peta tematik dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis SIG menggunakan software perangkat lunak ESRI’s Arcview ver. 3.30 menggunakan proses interseptoverlay tumpang tindih terhadap peta tematik hasil digitasi. Selanjutnya data olahan tersebut dianalisis untuk : a. Mengetahui kondisi dan penyebaran berbagai jenis penggunaan lahan di sekitar kawasan situ, b. Merencanakan tapak kawasan yang akan dibagi menjadi 3 tiga zona, yaitu zona A Village Zone, zona B rest area zone dan zona C Water Zone, c. Merencanakan pola sirkulasi dalam dan luar kawasan, dan d. Merencanakan tapak kawasan pengembangan sebagai bagian dari proses keberlanjutan kawasan. Prima Jiwa OslyA353060101 33 Zona Dan Parameter Penyusun Rencana Tapak Sesuai dengan potensi tapak, maka kawasan situ pengasinan akan dikembangkan menjadi kawasan wisata dengan tema desa. Kawasan ini akan dibagi menjadi 3 tiga zona yaitu zona A yaitu zona desa, zona B yaitu zona istirahat dan zona C yaitu zona air. Masing-masing zona memiliki kegiatan dan content isi yang berbeda. 1. Zona A Zona DesaVillage Zone Merupakan zona yang kegiatan primernya ekowisata, kegiatan sekunder bercocok tanam dan istirahat. 2. Zona B Zona IstirahatRest Area Merupakan zona yang kegiatan primernya peristirahatan dan pemandangan, kegiatan sekundernya wisata air dan belanja. 3. Zona C Zona AirWater Zone Merupakan zona yang kegiatan primer wisata air dan belanja, kegiatan sekunder peristirahatan dan jalan-jalan. Adapun content dari masing-masing zona disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Content masing-masing zona dalam kawasan Bangunan Pendukung Kegiatan Zona Primer Sekunder Lahan sawah Pintu Utama Pedestrian Way Kantor Pengelola Bicycle Path Lapangan Parkir Utama Taman dan Plaza Pos Sepeda Rumah Gubug Tematik Fasilitas Outbound A Village Zone Kolam Pemancingan Restoran Wisata Air Bungalow terbatas Kolam Pemancingan Amphi Theatre Handicraft Store Fasilitas Permainan Taman dan Plaza Pedestrian Way Service Area B Rest Area Bicycle Path Pos Sepeda Prima Jiwa OslyA353060101 34 Tabel 4. Content masing-masing zona dalam kawasan lanjutan Bangunan Pendukung Kegiatan Zona Primer Sekunder Wisata Air Taman dan Plaza Handicraft Store Kolam Pemancingan Plant Store Service Area Pedestrian Way Pos Sepeda C Water Zone Bicycle Path Lapangan Parkir Kecil Analisis Kesesuaian Lokasi Analisis Makro Kawasan Penggunaan parameter dalam menentukan lokasi kawasan wisata ditentukan berdasarkan pemeringkatan terhadap infrastruktur, status lahan, view dan Land CoverLand Use. Lokasi terpilih merupakan kombinasi antara keseluruhan parameter diatas. Lokasi dalam kawasan yang paling sesuai merupakan kombinasi antara aksesibilitas yang mudah, status lahan yang memiliki tingkat resistensi yang rendah, pemandangan yang bagus dan Land CoverLand Use yang sesuai dengan tema obyek wisata yang akan dibangun. Proses pemeringkatan untuk kesesuaian lokasi dapat dilihat pada Tabel 5, 6, 7, 8 dan Tabel 9. Tabel 5. Pemeringkatan kesesuaian lokasi yang digunakan Deskripsi Rangking Kesesuaian Sesuai 4 – 6 Sedang 7 – 9 Tidak Sesuai 10 – 12 Tabel 6. Pemeringkatan kesesuaian infrastruktur yang ada Tipe Rangking Kesesuaian Deskripsi Alasan Kesesuaian Jalan Kolektor dengan 50 m buffer 1 Sesuai Aksesibilitas sangat mudah, Jalan Lingkungan dengan 10 m buffer 2 Sedang Aksesibilitas sedang, Jalan Setapak dengan 5 m buffer 3 Tidak sesuai Aksesibilitas sulit Prima Jiwa OslyA353060101 35 Tabel 7. Pemeringkatan kesesuaian status lahan Tipe Rangking Kesesuaian Deskripsi Alasan Kesesuaian Milik Instansi PemerintahPEMKOT 1 Sesuai Tingkat resitensi rendah dalam status pengelolaan Milik Instansi Semi Pemerintah 2 Sedang Tingkat resitensi sedang dalam status pengelolaan Milik Swasta dan atau Pribadi 3 Tidak Sesuai Tingkat resitensi tinggi dalam status pengelolaan Tabel 8. Pemeringkatan kesesuaian Land Cover dan Land Use Land Cover Land Use Rangking Kesesuaian Deskripsi Alasan Kesesuaian Air Lahan sawah 1 Sesuai Pendukung kegiatan wisata, tidak diperlukan perubahan Land Use, Kebun Campuran 1 Sesuai Pendukung kegiatan wisata, tidak diperlukan perubahan Land Use, Pohon tinggi dengan jarak renggang 1 Sesuai Pendukung kegiatan wisata, tidak diperlukan perubahan Land Use, Pohon tinggi dengan jarak rapat 2 Sedang Pendukung kegiatan wisata, tidak dapat sepenuhnya digunakan sebagai daerah wisata Vegetasi Padang rumput dan alang-alang 2 Sedang Pendukung kegiatan wisata, dapat digunakan untuk jenis bangunan yang terbatas, Permukiman 3 Tidak Sesuai Land use tidak dapat dirubah, kurang mendukung sebagai kawasan wisata Perumahan 3 Tidak Sesuai Land use tidak dapat dirubah, kurang mendukung sebagai kawasan wisata Bangunan khusus 2 Sedang Agak sulit merubah Land Use, dapat mendukung kawasan wisata Lapangan terbuka 2 Sedang Mudah merubah Land Use menjadi bangunan namun sulit untuk merubah menjadi lahan terbuka hijau, mendukung untuk sarana dan prasarana kawasan wisata Built-up Area Sawah bera permanen 3 Tidak Sesuai Mudah merubah Land Use menjadi lahan terbuka namun sulit untuk merubah menjadi sawah, mendukung untuk kawasan wisata Prima Jiwa OslyA353060101 36 Tabel 9. Pemeringkatan kesesuaian untuk View dengan Buffer 100 m Tipe Rangking Kesesuaian Deskripsi Alasan Kesesuaian Empat penjuru mata angin tidak ada gangguan pandangan permukiman 1 Sesuai Pendukung kegiatan wisata, sesuai dengan tujuan ekowisata Dua penjuru mata angin tidak ada gangguan pandangan permukiman 2 Sedang Pendukung kegiatan wisata, kurang sesuai dengan tujuan ekowisata Satu penjuru mata angin tidak ada gangguan pandangan permukiman 3 Tidak Sesuai Tidak mendukung kegiatan wisata, tidak sesuai dengan tujuan ekowisata Analisis Kesesuaian Zona Analisis Mikro Kawasan Kriteria yang digunakan untuk menetapkan suatu lahan menjadi sesuai sebagai sebuah tapak kawasan wisata adalah menggunakan parameter lahan yang dianggap paling berpengaruh terhadap content isi tapak kawasan tersebut. Parameter-parameter tersebut adalah : a. Land CoverLand Use Tutupan LahanPenggunaan Lahan b. Slope kemiringan lahan c. Water Body tubuh air d. Vegetasi e. Aksesibilitas f. View pemandangan g. Ketersediaan lahan untuk infrastruktur dan pengembangan Kombinasi dari berbagai kondisi lahan berdasarkan parameter tersebut pada akhirnya akan mempengaruhi apakah lahan tersebut sudah memenuhi daya dukungnya. Namun tidak semua parameter tersebut secara sekaligus digunakan untuk menilai kesesuaian lahan untuk sebuah zona dalam kawasan. Demikian juga dengan bobot dari setiap parameter tersebut, juga berbeda-beda. Adapun parameter yang digunakan dan masing-masing nilai bobotnya adalah seperti yang disajikan dalam Tabel 10. Parameter-parameter tersebut dipilah berdasarkan obyek wisata yang akan dibangun, dan nilai bobot yang diberikan juga berbeda- beda tergantung kepada zona dimana obyek wisata tersebut berada. Prima Jiwa OslyA353060101 37 Tabel 10. Parameter dan bobot untuk penentuan lokasi dalam zona Pembobotan Parameter Zona A Village Zone Zona B Rest Area Zona C Water Zone LandCoverLand Use 1 2 1 Slope kemiringan lahan 3 Vegetasi 2 2 Water Body Badan Air 3 3 Aksesibilitas mikro 1 2 1 View 2 1 Berdasarkan Tabel diatas terlihat bahwa tidak semua parameter digunakan, tetapi dibedakan menurut zonanya. Namun dari 6 parameter yang digunakan, terdapat 2 parameter umum yang selalu digunakan yaitu Land CoverLand Use dan aksesibilitas mikro. Sedangkan 4 parameter yang lain merupakan parameter spesifik, yaitu slope yang hanya digunakan dalam penentuan zona A, vegetasi yang hanya digunakan dalam penentuan zona A dan zona C, parameter water body yang hanya digunakan dalam penentuan zona B dan zona C, dan view yang digunakan dalam penetuan zona A dan B. Demikian juga dengan nilai bobot yang diberikan, terlihat bahwa untuk penentuan zona A parameter LandCoverLand Use memiliki bobot terbesar. Dalam penentuan zona B faktor LandCoverLand Use dan aksesibilitas mikro memiliki bobot terbesar, dan terakhir parameter water body memiliki bobot terbesar di dalam penentuan zona C. Metode yang digunakan untuk menganalisis tingkat kesesuaian zona berdasarkan kombinasi beberapa parameter adalah dengan menggunakan metode skoring. Setiap parameter memiliki kelas-kelas, misalnya parameter penutupan LandCoverLand Use memiliki 5 kelas yaitu sangat ideal, ideal, sedang, tidak ideal dan sangat tidak ideal. Masing-masing kelas tersebut selanjutnya memiliki skor. Kelas-kelas dalam sebuah parameter yang memberikan korelasi negatif atau menghambat kemungkinan diletakkannya zona tertentu, diberikan skor besar. Sebagai contoh semakin banyak lahan sawah pada LandCoverLand Use maka daerah tersebut semakin sesuai untuk zona A yang peruntukkannya areal ekowisata desal dan sebaliknya, dengan demikian maka LandCoverLand Use Prima Jiwa OslyA353060101 38 yang memiliki lahan sawah banyak diberi skor besar dan sebaliknya kelas LandCoverLand Use yang memiliki lahan sawah sedikit diberi skor kecil. Setelah didapatkan bobot dari masing-masing parameter, maka dilakukan penilaian tingkat kesesuaian zona. Skoring dihitung berdasarkan persamaan : Skoring = ∑ BP , B=Bobot dan P=Skor Parameter Dengan cara yang sama, maka semua kelas dalam parameter tersebut diberi skor. Selanjutnya kombinasi dari semua parameter lahan tersebut, dijumlahkan skornya. Dengan demikian semakin tinggi jumlah skornya maka keidealannya juga semakin besar atau dengan kata lain sangat sesuai. Skor kemudian diperingkatkan untuk menilai tingkat kesesuaian zona mulai dari sangat sesuai sampai dengan sangat tidak sesuai Tabel 11. dengan selang tingkat kesesuaian berdasarkan persamaan : Selang Kelas = ∑ ∑ ∑ − Parameter l SkorMinima al SkorMaksim Tabel 11. Pemeringkatan kesesuaian zona Pembobotan Tingkat Kesesuaian Zona A Village Zone Zona B Rest Area Zona C Water Zone Sangat Sesuai 20,1 – 25 20,1 – 25 20,1 – 25 Sesuai 15,1 – 20 15,1 – 20 15,1 – 20 Sedang 10,1 – 15 10,1 – 15 10,1 – 15 Tidak Sesuai 5,1 – 10 5,1 – 10 5,1 – 10 Sangat Tidak Sesuai 0 – 5 0 – 5 0 – 5 Zona A Village Zone Content utama zona ini adalah : 1. Lahan sawah sebagai daya tarik utama ekowisata pedesaan dan menjadi ikon utama kawasan wisata ini. 2. Taman dan plaza sebagai satelit-satelit zona 3. Rumah gubug tematik yang dijadikan sebagai ikon pendukung kawasan ekowisata ini. Rumah ini pun berfungsi sebagai sarana interaksi sosial antara pengunjung, pengelola dalam bingkai budaya kearifan tradisional. Prima Jiwa OslyA353060101 39 Zona A merupakan area dimana terdapat produk utama kawasan. Selain itu, zona A juga merupakan zona penerima pengunjung. Pada zona ini keberadaan lahan sawah merupakan aset penting. Sehingga lahan sawah merupakan faktor penilaian yang sangat penting dalam menentukan keberadaan zona Tabel 12. Tabel 12. Skoring Land Cover dan Land Use dalam zona A Village Zone Kelas Besaran Deskripsi Skor Keterangan Sangat ideal Sawah beririgasi baik, vegetasi teraturbergerombol dan kebun campuran teratur 5 Ideal Sawah beririgasi baik, vegetasi teraturbergerombol dan kebun campuran tidak teratur 4 Sedang Sawah beririgasi baik, vegetasi tidak teratur dan kebun campuran tidak ada 3 Tidak Ideal Sawah tidak beririgasi baik, vegetasi tidak teratur dan tidak ada kebun campuran 2 Sangat tidak ideal Sawah tidak beririgasi, vegetasi tidak teratur dan tidak ada kebun campuran 1 Aksesibilitas dalam zona ditentukan berdasarkan kepentingannya terhadap obyek wisata. Kelas jalan yang semakin kecil akan menentukan tingkat kebisingan dan gangguan pandangan yang terjadi disekitarnya. Semakin kecil kelas jalan maka tingkat kebisingan yang terjadi akan semakin rendah. Selain itu kelas jalan yang semakin kecil akan membuat daerah agak sulit berkembang sehingga perumahan dan permukiman tidak akan berkembang. Hal ini mendorong keasrian kawasn akan tetap terjaga. Parameter aksesibilitas dan view menjadi sebuah kesatuan yang saling memberi keuntungan terhadap keberlangsungan kawasan Tabel 13. dan Tabel 14. Tabel 13. Skoring Aksesibilitas Mikro dalam zona A Village Zone Kelas Besaran Deskripsi Skor Keterangan Sangat ideal Memiliki aksesibilitas sulit ke jalan lingkungan 5 Sedang Memiliki aksesibilitas sedang ke jalan lingkungan 3 Sangat tidak ideal Memiliki aksesibilitas mudah ke jalan lingkungan 1 Prima Jiwa OslyA353060101 40 Tabel 14. Skoring View dalam zona A Village Zone Kelas Besaran Deskripsi Skor Keterangan Sangat ideal Empat penjuru mata angin tidak ada gangguan pandangan permukiman 5 Sedang Dua penjuru mata angin tidak ada gangguan pandangan permukiman 3 Sangat tidak ideal Satu penjuru mata angin tidak ada gangguan pandangan permukiman 1 Vegetasi yang diukur pada kawasan ini adalah vegetasi yang terdiri dari pohon- pohon tinggi dengan jarak rapat, pohon-pohon tinggi dengan jarak renggang dan padang alang-alangrumput ruang terbuka hijau. Ketiga jenis vegetasi ini sangat mendukung zona A, karena keberadaannya menjadikan obyek wisata utama menjadi variatif. Selain itu vegetasi ini dapat dirubah menjadi taman-taman hidup yang menjadi satelit-satelit dalam zona. Tabel 15. Skoring Vegetasi dalam zona A Village Zone Kelas Besaran Deskripsi Skor Keterangan Sangat ideal Vegetasi bergerombol dan teratur 5 Sedang Vegetasi bergerombol dan tidak teratur 3 Sangat tidak ideal Vegetasi tidak bergerombol dan tidak teratur 1 Berdasarkan kriteria penetapan arahan penggunaan lahan kawasan budidaya pada umumnya terdapat pada daerah dengan topografi ringan datar atau landai. Pengusahaan lahan pada daerah dengan topografi berat pada dasarnya merupakan bentuk pemaksaan terhadap lahan dan cenderung akan menurunkan daya dukung lahan. Dengan demikian maka semakin curam kondisi topografi, skor yang diberikan semakin kecil, karena pengusahaan lahan pada wilayah dengan topografi berat ini akan memperbesar terjadinya kerusakan lingkungan. Selain itu pengusahaan lahan pada wilayah dengan topografi berat juga membutuhkan biaya yang sangat besar. Tabel 16. Skoring Slope dalam zona A Village Zone Kelas Besaran Deskripsi Skor Keterangan Sangat ideal 1 5 Sedang 1 - 2 3 Sangat tidak ideal 2 1 Prima Jiwa OslyA353060101 41 Zona B Rest Area Content utama zona ini adalah bangunan-bangunan yang digunakan untuk istirahat dan interaksi sosial seperti restorancafé, amphi theater, bungalow, arena bermain anak dan taman. Penentuan skoring parameter zona B dapat dilihat pada Tabel 17. sampai dengan Tabel 20. Tabel 17. Skoring Land Cover dan Land Use dalam zona B Rest Area Kelas Besaran Deskripsi Skor Keterangan Sangat ideal Built-up Area dominan Lapangan terbuka dominan, sawah Bera dominan, ada bangunan khusus, sawah sedang dan vegetasi teratur 5 Ideal Built-up Area dominan Lapangan terbuka dominan, sawah bera dominan, ada bangunan khusus, sawah sedikit dan vegetasi teratur 4 Sedang Built-up Area dominan Lapangan terbuka dominan, sawah Bera dominan, tidak ada bangunan khusus, sawah tidak ada dan vegetasi tidak teratur 3 Tidak Ideal Built-up Area tidak dominan Lapangan terbuka dominan, sawah bera tidak dominan, tidak ada bangunan khusus, sawah tidak ada dan vegetasi tidak teratur 2 Sangat tidak ideal Built-up Area tidak dominan Lapangan terbuka tidak dominan, sawah bera tidak dominan, tidak ada bangunan khusus, sawah tidak ada dan vegetasi tidak teratur 1 Tabel 18. Skoring Aksesibilitas Mikro dalam zona B Rest Area Kelas Besaran Deskripsi Skor Keterangan Sangat ideal Memiliki aksesibilitas mudah ke jalan lingkungan dan atau kolektor 5 Sedang Memiliki aksesibilitas sedang ke jalan lingkungan dan atau kolektor 3 Sangat tidak ideal Memiliki aksesibilitas sulit ke jalan lingkungan dan atau kolektor 1 Prima Jiwa OslyA353060101 42 Tabel 19. Skoring View dalam zona B Rest Area Kelas Besaran Deskripsi Skor Keterangan Sangat ideal Empat penjuru mata angin tidak ada gangguan pandangan permukiman 5 Sedang Dua penjuru mata angin tidak ada gangguan pandangan permukiman 3 Sangat tidak ideal Satu penjuru mata angin tidak ada gangguan pandangan permukiman 1 Tabel 20. Skoring Water Body dalam zona B Rest Area Kelas Besaran Deskripsi Skor Keterangan Sangat ideal Buffer Situ 10 m 5 Sedang Buffer Situ 50 m 3 Sangat tidak ideal Buffer Situ 100 m 1 Zona C Water Zone Content utama zona ini adalah kegiatan wisata air dan wisata belanja. Penentuan skoring parameter zona B dapat dilihat pada Tabel 21. sampai dengan Tabel 24. Tabel 21. Skoring Land Cover dan Land Use dalam zona C Water Zone Kelas Besaran Deskripsi Skor Keterangan Sangat ideal Vegetasi teratur dan bergerombol, Built- up Area dominan permukiman tidak dominan, banyak bangunan khusus, ada lapangan terbuka 5 Ideal Vegetasi teratur dan atau bergerombol, Built-up Area dominan permukiman tidak dominan, ada bangunan khusus, ada lapangan terbuka 4 Sedang Vegetasi teratur dan atau tidak bergerombol, Built-up Area dominan permukiman dominan, ada bangunan khusus, ada lapangan terbuka 3 Tidak Ideal Vegetasi tidak teratur dan tidak bergerombol, Built-up Area dominan permukiman dominan, ada bangunan khusus, tidak ada lapangan terbuka 2 Sangat tidak ideal Vegetasi tidak teratur dan tidak bergerombol, Built-up Area dominan permukiman dominan, tidak ada bangunan khusus, tidak ada lapangan terbuka 1 Prima Jiwa OslyA353060101 43 Tabel 22. Skoring Aksesibilitas Mikro dalam zona C Water Zone Kelas Besaran Deskripsi Skor Keterangan Sangat ideal Memiliki aksesibilitas mudah ke jalan lingkungan dan atau kolektor 5 Sedang Memiliki aksesibilitas sedang ke jalan lingkungan dan atau kolektor 3 Sangat tidak ideal Memiliki aksesibilitas sulit ke jalan lingkungan dan atau kolektor 1 Tabel 23. Skoring Water Body dalam zona C Water Zone Kelas Besaran Deskripsi Skor Keterangan Sangat ideal Buffer Situ 5 m 5 Sedang Buffer Situ 10 m 3 Sangat tidak ideal Buffer Situ 20 m 1 Tabel 24. Skoring Vegetasi dalam zona C Water Zone Kelas Besaran Deskripsi Skor Keterangan Sangat ideal Vegetasi teratur dan bergerombol 5 Sedang Vegetasi tidak teratur atau tidak bergerombol 3 Sangat tidak ideal Vegetasi tidak teratur dan tidak bergerombol 1 Metode Analisis Keruangan Kegiatan penyusunan data spasial kesesuaian lokasi dan zona dimulai dengan pemetaan parameter-parameter yang digunakan dalam penyusunan kesesuaian lokasi dan zona. Dalam bab ini akan dijelaskan secara lebih rinci proses pemetaan parameter-parameter kesesuaian lokasi dan hasil yang diperoleh. Proses pemetaan tersebut dimulai dengan mengidentifikasi data-data baik primer atau sekunder yang digunakan dalam penyusunan data spasial kesesuaian lokasi dan zona. Kemudian proses tersebut dilanjutkan dengan pengumpulandata itu sendiri dan proses bagaimana metode merepresentasikan data parameter kesesuaian lokasi dan zona ke dalam format data keruangan spasial, atau dengan kata lain bagaimana cara melakukan pemetaan parameter kesesuaian lokasi dan zona. Semua parameter yang digunakan dalam analisis lokasi dan zona harus dipetakan dikarenakan keluaran dari kegiatan ini adalah data kesesuaian lokasi dan zona dalam format data keruangan spasial. Prima Jiwa OslyA353060101 44 Proses pemetaan tersebut dilakukan dengan menggunakan pendekatan teknik pengideraan jauh dan analisis keruangan menggunakan Sistem Informasi Geografis SIG. Pendekatan penginderaan jauh digunakan untuk mendapatkan informasi yang berkaitan dengan kondisi penutupan dan atau penggunaan lahan saat ini present land useland cover, yang didapatkan dengan cara interpretasi citra satelit. Dari proses tersebut didapatkan informasi mengenai sebaran distribusi dan kondisi penutupan lahan dan penggunaan lahan. Analisis SIG dilakukan untuk parameter kesesuaian lokasi dan zona yang diekstraksi dari Peta Topografi dan atau peta-peta tematik yang sudah ada, seperti Peta RTRW, Peta Hidrologi atau Peta Jaringan Jalan. Dari analisis SIG dengan memanfaatkan peta-peta tersebut sebagai masukan ini, maka dapat diperoleh keluaran data mengenai kondisi kemiringan lereng dan aksesibilitas. Disamping itu juga dilakukan pemetaan untuk data-data yang pada dasarnya bukan merupakan data keruangan seperti status kepemilikan lahan dan view pemandangan. Untuk data-data seperti ini maka harus dicari kaitan link untuk menghubungankan data non-spasial sehingga menjadi atribut pada referensi keruangannya. Dari analisis ini maka akan didapatkan peta kesesuaian lokasi dan zona pada kawasan. Setelah semua parameter yang digunakan untuk mengidentifikasi kesesuaian lokasi dan zona tersebut sudah tersaji dalam bentuk peta, maka langkah selanjutnya adalah melakukan analisis keruangan dengan cara tumpang susun overlay peta, sehingga didapatkan satuan-satuan pemetaan yang memiliki keseragaman homogenitas dalam semua parameter yang digunakan. Unit-unit yang seragam ini selanjutnya akan memudahkan analis dalam melakukan skoring dan klasifikasi tingkat kesesuaian. Untuk lebih memperjelas gambaran prosesnya maka analisis keruangan penentuan kesesuaian lokasi dan zona disajikan dalam bentuk diagram alir seperti yang tersaji dalam Gambar 5, Gambar 6, Gambar 7 dan Gambar 8. Prima Jiwa OslyA353060101 45 Gambar 5. Prosedur penentuan kesesuaian lokasi Gambar 6. Prosedur penentuan kesesuaian untuk Zona A Village Zone Gambar 7. Prosedur penentuan kesesuaian untuk Zona B Rest Area Prima Jiwa OslyA353060101 46 Gambar 8. Prosedur penentuan kesesuaian untuk Zona C Water Zone Setelah penetapan untuk keseluruhan zona selesai, maka ditentukan pemilihan lokasi tapak dalam kawasan yang akan digunakan untuk pembuatan rencana tapak. Pemilihan kesesuian dilakukan hanya untuk tingkat kesesuaian Sangat Sesuai, Sesuai dan Sedang. Prosedur yang dilakukan adalah dengan membandingkan poligon-poligon hasil perhitungan kesesuaian dan memilih tingkat kesesuaian yang paling tinggi pada masing-masing poligon yang dipilih Gambar 9.. Gambar 9. Prosedur penentuan posisi zona terhadap kawasan Prima Jiwa OslyA353060101 47

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN